• Tidak ada hasil yang ditemukan

Standar Sistem Peranginan Dalam Kamar Mesin Kapal Penumpang dan Kapal Penumpang Ro-Ro

Dalam dokumen ASPEK LEGALITAS TERKAIT SARANA PELAYARAN (Halaman 22-42)

Uraian tentang Standar Sistem Peranginan Dalam Kamar Mesin Kapal Penumpang dan Kapal Penumpang Ro-Rodalam SOLAS tidak diuraikan secara khusus sebagaimana yang terdapat dalam kapal penumpang dan kapal penumpang Ro-Ro seperti gambaran standar tersebut di atas. Namun demikian gambaran-gambaran yang mendekati dapat dipaparkan sebagai berikut yang dapat digunakan sebagai acuan referensi awal. Dalam aturan yang dikeluarkan oleh SOLAS dapat digambarkan sebagai berikut.

a. Peraturan 25 SOLAS

Sistem ventilasi

1) Pada umumnya, kipas-kipas ventilasi harus dipasang sedemikian rupa sehingga saluran-saluran yang menjangkau berbagai ruangan, tetap ada di dalam zona vertikal utama;

2) Jika sistim ventilasi menembus geladak-geladak, harus dilakukan tindakan pengamanan, di samping tindakan-tindakan yang berkaitan dengan keutuhan kebakaran geladak yang disyaratkan oleh Peraturan 23 Bab ini, untuk mengurangi kemungkinan asap dan gas-gas panas menerobos dari satu ruang geladak antara ke ruang geladak antara yang lain melalui sistim itu. Di samping syarat-syarat isolasi yang ditetapkan di dalam peraturan ini, saluran-saluran vertikal, jika dianggap perlu harus diisolasi sebagaimana yang ditetapkan dalam tabel-tabel bersangkutan di dalam peraturan 20 Bab ini;

3) Lubang-lubang masuk dan lubang-lubang keluar utama dari semua sistim ventilasi harus dapat ditutup dari luar ruangan yang mendapat ventilasi;

4) Kecuali di dalam ruang-ruang muat, saluran-saluran ventilasi harus dibangun dari bahan-bahan berikut: a) Saluran-saluran dengan penampang melintang

tidak kurang dari 0.075 m2 (116 inci persegi) dan semua saluran vertikal yang melayani lebih dari suatu ruangan geladak antara tunggal, harus dikonstruksi dari baja atau bahan lain yang sepadan;

b) Saluran-saluran dengan penampang melintang kurang dari 0.075 m2 (116 inci persegi) harus

dikontruksi dari bahan-bahan yang tidak dapat terbakar. Jika saluran-saluran demikian menembus divisi-divisi klas A atau B harus diperhatikan benar-benar untuk menjamin integritas kebakaran divisi.

c) Saluran-saluran pendek dengan penampang melintang pada umumnya tidak lebih dari 0.02 m2 (31 inci persegi) atau yang panjangnya tidak lebih dari 2 meter (79 inci), tidak perlu dari bahan yang tidak dapat terbakar, dengan ketentuan bahwa semua syarat-syarat berikut ini dipenuhi:

(1) Saluran dikonstruksi dari bahan dengan resiko kebakaran terbatas yang disetujui Badan Pemerintah;

(2) Saluran hanya digunakan di ujung akhir dari sistim ventilasi; dan

(3) Saluran tidak ditempatkan dengan jarak yang kurang dari 0.6 meter (24 inci), diukur sepanjang saluran itu sampai ke penembusan divisi klas A atau B, termasuk langit-langit klas B menerus.

5) Jika ruang tertutup tangga tapak diberi ventilasi, saluran atau saluran-saluran (jika ada) harus diambil dari kamar kipas terpisah dari saluran-saluran lain di dalam sistim ventilasi dan tidak boleh melayani ruangan lain yang manapun;

6) Semua ventilasi dengan tenaga, kecuali ventilasi ruang mesin dan ruang-ruang muat dan sistim pengganti apapun yang mungkin dipersyaratkan oleh paragraph h peraturan ini, harus dipasang alat-alat pengawas yang dikelompokkan sedemikian sehingga semua kipas dapat dihentikan dari manapun dari dua kedudukan terpisah yang harus ditempatkan sejauh yang dapat dilaksanakan. Alat-alat pengawas untuk ventilasi dengan tenaga yang melayani ruang-ruang mesin harus juga dikelompok-kelompokkan sedemikian rupa sehingga dapat dilayani dari dua kedudukan, satu diantaranya harus ada di luar ruangan-ruangan demikian. Kipas-kipas yang melayani sistim-sistim ventilasi dengan tenaga di ruang muat harus dapat diberhentikan dari temapt yang aman di luar ruangan-ruangan demikian.

7) Sistim ventilasi yang melewati ruang-ruang akomodasi atau ruangan-ruangan berisikan bahan-bahan yang dapat terbakar, saluran-saluran buang dari dapur masak harus dengan konstruksi divisi-divisi kelas A. Masing-masing saluran buang harus dipasangi:

a) penahan gemuk yang mudah dilepas untuk dibersihkan;

b) katup peredam kebakaran yang ditempatkan di ujung bawah saluran;

c) penataan-penataan yang dapat dilayani dari dalam ruang masak, untuk penutupan kipas buang; dan d) sarana-sarana yang dipasang tetap untuk

memadamkan api di dalam saluran.

8) Pengaturan-pengaturan demikian jika dapat dilaksanakan harus diambil berkenaan dengan stasiun-stasiun pengawasan di luar ruang-ruang mesin untuk menjamin bahwa ventilasi, penglihatan dan keadaan bebas asap dipertahankan, sehingga bila terjadi kebakaran, permesinan dan perlengkapan yang ada di dalamnya dapat diawai dan terus berfungsi secara efektif. Sarana-sarana pengganti dan terpisah dari prnyaluran udara harus diperlengkapkan, pemasukan-pemasukan udara dari dua sumber penyaluran harus dipasang sedemikian rupa sehingga resiko kedua pemasukan untuk menarik asap secara bersamaan hingga serendah-rendahnya. Atas keputusan Badan Pemerintah, syarat-syarat demikian tidak perlu diterapkan bagi stasiun-stasiun pengawasan yang terletak di, dan lubang-lubang di geladak terbuka, atau dimana penataan-penataan penutupan setempat harus mempunyai daya guna yang sama;

9) Saluran-saluran yang diadakan untuk ventilasi ruang-ruang mesin katagori A pada umumnya tidak boleh melalui ruang akomodasi, ruang pelayanan atau stasiun-stasiun pengawasan, kecuali jika Badan pemerintah memberi keringanan terhadap syarat-syarat ini, dengan ketentuan bahwa:

a) Saluran-saluran dikonstruksi dari baja, dan diisolasi sesuai dengan standar A-60, atau

b) Saluran-saluran dikonstruksi dari baja dan dipasangi katup peredam kebakaran otomatis di dekat batas yang ditembus dan diisolasi sesuai

dengan standar A-60 dari ruang mesin sampai ke suatu titik yang sekurang-kurangnya 5 meter (16 kaki) setelah katup peredam kebakaran.

10) Saluran-saluran untuk ventilasi ruang-ruang akomodasi, ruang-ruang pelayanan, atau stasiun-stasiun pengawasan pada umumnya tidak boleh melewati ruang-ruang mesin kategori A, kecuali jika badan pemerintah memberi keringanan terhadap syarat ini, dengan ketentuan bahwa saluran-saluran itu harus dibuat dari baja atau dipasangi katup peredam kebakaran otomatis di dekat batas-batas yang ditembus.

b.Peraturan 30 SOLAS

Sistem ventilasi

1)Untuk ruangan-ruangan kategori khusus harus ada sistim ventilasi dengan tenaga efektif yang cukup memberi sekurang-kurangnya 10 kali pertukaran udara setiap jam. Sistim ventilasi untuk ruangan-ruangan demikian harus benar-benar terpisah dari sistim ventilasi lain dan harus dalam keadaan jalan pada setiap saat bilamana di dalam ruangan demikian ada kendaraan. Badan pemerintah dapat mensyaratkan untuk menambah jumlah pertukaran udara bilamana kendaraan-kendaraan sedang dinaikkan atau sedang diturunkan.

2)Ventilasi harus sedemikian rupa sehingga dapat mencegah terjadinya lapisan udara dan terbentuknya kantong-kantong udara.

3)Di anjungan harus dilengkapi dengan sarana-sarana untuk menunjukkan hilang atau berkurangnya kapasitas ventilasi yang disyaratkan.

4)Ketentuan-ketentuan tambahan yang hanya berlaku bagi ruangan-ruangan katagori khusus yang ada di atas geladak sekat.

c. Peraturan 31 SOLAS

Sistem ventilasi

1) Di dalam setiap ruang muat demikian harus dilengkapi dengan sistim ventilasi dengan tenaga yang efektif yang cukup memberikan sekurang-kurangnya 10 kali pertukaran udara dalam setiap jam. Sistim untuk ruang-ruang muat demikian harus sama sekali terpisah dari

saat bilamana di dalam ruang-ruang demikian ada kendaraan-kendaraan.

2) Ventilasi itu harus demikian rupa untuk dapat mencegah terbentuknya lapisan udara dan terbentuknya kantong-kantong udara.

3) Di anjungan navigasi harus dilengkapi dengan sarana-sarana untuk menunjukan setiap adanya kehilangan atau berkurangnya kapasitas ventilasi yang dipersyaratkan.

d.Peraturan 45 SOLAS

Sistem ventilasi

Ventilasi dengan tenaga di ruang-ruang mesin harus dapat dihentikan dari suatu posisi di luar ruang-ruang mesin yang dapat dijangkau dengan mudah.

e. Peraturan 45 SOLAS

Ventilasi

1) Tata susunan dan penempatan bukaan-bukaan di geladak tangki muat darimana dapat terjadi keluar gas harus sedemikian rupa sehingga dapat menurunkan hingga serendah-rendahnya kemungkinan masuknya gas ke dalam ruangan-ruangan tertutup yang mengandung sumber penyalaan, atau mengumpul di sekitar permesinan dan perlengkapan geladak yang dapat mengakibatkan terjadinya bahaya penyalaan kebakaran. Bagaimanapun juga ketinggian lubang buang di atas geladak dan kecepatan keluarnya gas itu harus ditentukan berdasarkan jarak setiap lubang buang dari bukaan lubang rumah geladak atau sumber penyalaan manapun.

2) Tata susunan lubang-lubang masuk dan lubang-lubang buang dari ventilasi dan bukaan-bukaan lubang rumah geladak dan bukaan bukaan batas bangunan atas dan bukaan-bukaan lainnya harus sedemikian sehingga melengkapi ketentuan-ketentuan paragraph (a) peraturan ini. Ventilasi demikian. Khususnya untuk ruang-ruang permesinan harus ditempatkan sejauh praktis dapat dilaksanakan. Dalam hal ini pertimbangan harus diberikan bilamana kapal diperlengkapi untuk memuat atau membongkar di buritan. Sumber-sumber penyalaan seperti perlengkapan listrik harus ditata sedemikian untuk menghindari bahaya ledakan.

3) Kamar-kamar pompa muat harus dengan ventilasi mekanik dan buangan-buangan dari kipas-kipas buang harus disalurkan ke suatu tempat yang aman di geladak terbuka. Ventilasi ruangan-ruangan ini harus memiliki kapasitas yang cukup untuk mengurangi hingga serendah-rendahnya kemungkinan terkumpulnya uap-uap yang dapat menyala. Jumlah pergantian udara harus sekurang-kurangnya 20 kali setiap jam, dengan dasar isi kotor ruangan. Saluran-saluran udara harus ditata sedemikian sehingga semua ruangan memperoleh ventilasi secara efektif. Ventilasi harus dari tipe isap.

f. Peraturan 76 SOLAS

Sistim ventilasi

1) Semua ventilasi dengan tenaga, kecuali ventilasi ruang muat dan ruang permesinan, harus dilengkapi dengan pengawasan-pengawasan induk yang ditempatkan sedemikian di luar ruangan permesinan di posisi-posisi yang dapat dijangkau dengan mudah dan cepat, sehingga tidak perlu mendatangi lebih daripada 3 stasiun untuk menghentikan semua kipas ventilasi ke ruangan-ruangan yang selain ruang-ruang permesinan dan ruang-ruang muat. Ventilasi ruang permesinan harus dilengkapi dengan pengawasan induk yang dapat dilayani dari suatu posisi di luar ruang permesinan.

2) Isolasi yang efisien harus dikenakan pada saluran-saluran buang dari dapur masak, di mana saluran-saluran-saluran-saluran buang itu menerobos ruang-ruang akomodasi.

3. Standar Ruang Kabin Penumpang Kapal Ro-Ro yang

Berlayar di Laut Lebih dari 8 Jam.

a. Umum

Dasar pemikiran penyusunan Standar Ruang Kabin Penumpang Kapal Ro-Ro yang Berlayar di Laut Lebih dari 8 Jam adalah persyaratan pelayanan minimal kapal penyeberangan secara teknis dan aspek kenyamanan pelanggan penumpang diatur di dalam Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No. AP.005/3/13/DPRD/94 tentang Petunjuk Teknis Persyaratan Pelayanan Minimal Kapal Sungai, Danau dan Penyeberangan serta Keputusan

Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. .SK.73/AP005/DRJD/2003 tentang Persyaratan Pelayanan Minimal Angkutan Penyeberangan.

Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. SK 73/AP005/DRJD/2003 tentang Persyaratan Minimal Angkutan Penyeberangan Perusahaan angkutan penyeberangan yang melakukan usaha angkutan penyeberangan harus memenuhi persyaratan pelayanan untuk penumpang, pemuatan kendaraan dikapal penyeberangan, kecepatan kapal dan pemenuhan jadwal operasi kapal.Secara garis besar Keputusan Direktur Jenderal PerhubunganDarat No. SK.73/AP005/DRJD/2003 mengatur hal-hal sebagai berikut:

1) Persyaratan pelayanan untuk penumpang;

2) Persyaratan pelayanan untuk pemuatan kendaraan diatas kapal penyeberangan;

3) Persyaratan pelayanan kecepatan kapal, dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu :

a) Kapal pelayanan ekonomi untuk kendaraan mempunyai kecepatan pelayanan (service speed) sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) knot per jam; b) Kapal pelayanan non-ekonomi untuk kendaraan

mempunyai kecepatan rata-rata pelayanan (service speed) sekurang kurangnya 15 (limabelas) knot. 4) Persyaratan pelayanan pemenuhan jadwal kapal,

meliputi hal-hal berikut ini: a) Jadwal perjalanan kapal, b) Jadwal siap operasi (stand by), c) Jadwal istirahat (off),

d) Jadwal docking.

Persyaratan pelayanan untuk penumpang dapat diuraikan lebih detail menjadi beberapa bagian dibawah ini :

(1) Persyaratan pelayanan kenyamanan penumpang terdiri dari ;

(a) Waktu atau lama berlayar, terdiri dari : Kategori 1, lama pelayaran s/d 1 jam, Kategori 2, lama pelayaran 1 s/d 4 jam, Kategori 3, lama pelayaran 4 s/d 8 jam, Kategori 4, lama pelayaran 8 s/d 12 jam,

Kategori 5, lama pelayarandiatas 12 jam. (b) Waktu turun naik penumpang dan/atau

bongkar muat kendaraan,

( c) Kelas– kelas tempat duduk penumpang, dibedakan menjadi beberapa bagian :

Tempat duduk kelas ekonomi,

Tempat duduk kelas non-ekonomi bisnis, Tempat duduk kelas non-ekonomi eksekutif. (2) Persyaratan konstruksi kapal untuk pelayanan

penumpang, dibedakan menjadi beberapa bagian : (a) Luas Ruangan,

(b) Tempat penumpang,

Penumpang geladak terbuka, Penumpang geladak tertutup, Penumpang kamar.

(c) Tempat duduk,

(d) Gang / jalanlewat orang,

(e) Kamar mandi dan WC / peturasan, (f) Sistem lubang angin / ventilasi, (g) Dapur dan kantin / kafetaria, (h) Ruang publik (public area).

(3) Persyaratan jalan penumpang keluar/masuk kapal (gangway).

Dalam kegiatan turun naik penumpang harus dapat tercipta kondisi yang tertib, lancar, teratur, aman dan nyaman dengan demikian jalan keluar masuk kapal harus sesuai dengan jumlah penumpang yang akan turun naik kapal.

b. Ruangan dan Fasilitas

Sedangkan persyaratan minimal konstruksi kapal untuk pelayanan penumpang pada kapal ferry Ro-Ro adalah sebagai berikut:

1) Luas ruangan:

Luas lantai tempat duduk/tempat tidur penumpang kurang lebih 60% luas geladak ruangan.

2) Penumpang:

a) Penumpang geladak terbuka:

- luas lantai untuk kursi/bangku per orang berukuran 0,30-0,45 m2

b) Penumpang geladak tertutup:

(1) Tinggi tenda/atap minimal 1,90m;

(2) Luas lantai untuk kursi/bangku per orang berukuran 0,30-0,65 m2

c) Penumpang kamar:

(1) Kapasitas maksimal tiap kamar untuk 6 (enam) orang;

(2) Harus mempunyai tempat tidur tetap, berukuran minimal 1,80 m panjang dan 0,70 m lebar;

(3) Luas lantai per orang minimal 1,36 m2

Khusus untuk kapal-kapal sungai karena keterbatasan ruangan, diperboleh membuat ruangan tidur secara tatami(tanpa ranjang/bed) dengan luas lantai per orang minimal 1,26 m2.

3) Tempat duduk; a) Bangku :

(1) Tempat duduk memanjang yang menjadi satu, tanpa sekat sandaran tangan;

(2) Kapasitas tiap bangku tidak boleh melebihi 6 orang untuk satu sisi keluar menuju gang/jalan lalu orang;

(3) Luas bangku per orang minimal 0,30 m2 (4) Bangku dapat ditempatkan pada ruangan

penumpang geladak terbuka. b) Kursi :

(1) Tempat duduk bersandaran tangan untuk masing-masing penumpang dan ditempatkan secara berderet;

(2) Luas ukuran kursi minimal 0,30 m2 tiap kursi; c) Kursi reklining (reclining seat) :

(1) Tempat duduk dengan sandaran pungung yang dapat diatur dan ditempatkan pda ruangan penumpang geladak tertutup, yang merupakan tempat duduk kelas bisnis dan eksekutif ; (2) Luas ukuran kursi minimal 0,50 m2 tiap kursi; Ukuran dari kursi untuk penumpang kapal ferry Ro-Ro sesuai dengan klasifikasi waktu berlayar dan fasilitasnya diperlihatkan dalam Tabel 2.5

Tabel 2.5 Fasilitas Ruang Akomodasi Penumpang

N o . J a m Be la y a r K el a s Te m p a t D u k u k /Lu a sm 2 U ri n o ir /W C K .M a n d i S is te m S ir k u la si U d a ra P . A d d re se r M u si k C C TV V id eo 1 Sampai dengan 1,0 jam Ekonomi Geladak Terbuka Bangku/0, 3 m2 Urinoir/ WC Terbuka ada - Geladak Tertutup Bangku/0, 3 m2 Urinoir/ WC Terbuka ada - Bisnis Kursi /0,4 m2 Urinoir/ WC Fan ada - 2 Diatas 1,0 jam s/d 4 jam Ekonomi Bangku/0, 3 m2 Urinoir/ WC Terbuka Ada Bisnis Kursi /0,4 m2 Urinoir/ WC

Fan Ada Ada

Eksekutif K.Reklini ng/0,5 m2 Urinoir/ WC AC Ada Ada 3 Diatas 4 jam s/d 8 jam Ekonomi Bangku/0, 3 m2 Urinoir/ WC

Fan Ada Ada

Bisnis Kursi /0,4 m2

Urinoir/ WC

Fan/AC Ada Ada

Eksekutif K.Reklini ng/0,5 m2

Urinoir/ WC

4 Diatas 8 jam s/d 12 jam Ekonomi Bangku/0, 3 m2 Urinoir/ WC

Fan Ada Ada

Bisnis Kursi /0,4 m2

Urinoir/ WC

Fan/AC Ada Ada

Eksekutif K.Reklini ng/0,5 m2 Urinoir/ WC/KM AC Ada Ada 5 Diatas 12 jam Ekonomi Bangku/0, 3 m2 Urinoir/ WC

Fan Ada Ada

Bisnis Kursi /0,4 m2

Urinoir/ WC

Fan/AC Ada Ada

Eksekutif K.Reklini ng/0,5 m2 Urinoir/ WC/KM AC Ada Ada Sumber : SK 73/AP005/DRJD/2003

d) Gang/jalan melintas untuk orang/penumpang : jarak antara(lebar) dari gang tempat untuk melintas orang/penumpang, adalah sebagai berikut :

(1) Sampai dengan100 penumpang, jarak minimal 0,80 m;

(2) Di atas 100 penumpang, jarak minimal 1,00 m; (3) Di atas 1.000 penumpang, jarak minimal 1,20

m;

(4) Sudut kemiringan tangga penumpang yang menghubungkan antar geladak, tidak boleh melebihi 45o.

e) Kamar mandi dan WC/kakus :

untuk penumpang harus tersedia kamar madi dan wc/kakus, dengan jumlah minimal sebagai berikut : (1) Dari 12 sampai 50 penumpang, 2 kamar mandi dan wc/kakus, selanjutnya untuk setiap 50 atau bagian dari 50 penumpang sampai 500 penumpang, harus ada tambahan 1 kamar mandi dan wc/kakus;

(2) Lebih dari 500 penumpang, untuk setiap 100 atau bagian dari 100 penumpang, harus ada tambahan 1 wc/kakus

(3) Kamar mandi dan wc/kakus dibagi untuk pria dan wanita, serta harus dilengkapi dengan dinding-dinding pemisah yang cukup;

(4) Harus terdapat persediaan air pada tempat-tempat air dengan jumlah sedikitnya 1/6 dari jumlah kamar mandi dan wc/kakus, sejauh perlengkapan kamar mandi dan wc/kakus masih belum memenuhi hal tersebut secara cukup;

(5) Untuk kapal dengan penumpang tidak lebih dari 12 orang, paling sedikit harus ada satu kamar mandi dan satu wc/kakus bagi awak kapal, yang harus dapat digunakan juga untuk penumpang;

(6) Untuk kapal yang melayani kategori 3 dan 4 (pembagian menurut jam berlayar), harus tersedia cukup waktu bagi penumpang untuk mandi;

(7) Kamar mandi dan wc/kakus karus terpisah dari ruang akomodasi dengan baik dan ruang-ruang tersebut harus cukup luas serta cukup sirkulasi udaranya, dengan penataanruangan dan konstruksi sehingga memudahkan penyaluran air dan kotoran dalam pembersihanya.

f) Sistem lubang angin/ventilasi udara dan penerangan :

(1) Ruang akomodasi penumpangharus diberikan lubang angin/ventilasi udara yang cukup; (2) Ruang akomodasi penumpang di geladak

tertutup, harus memakai sistem penghisapan (exhaust) dan sirkulasi udara minimal 10 kali per jam;

(3) Ruang akomodasi penumpang kelas bisnis dan eksekutif, harus memakai fan atausistem air conditioning (penyejuk ruangan);

(4) Ruang akomodasi penumpang harus mendapat cukup cahaya melalui kaca pada

tingkap-tingkap sisi, atau melalui kaca-kaca lain yang dipasang untuk itu;

(5) Pada malam hari tiap-tiap ruangan harus diberi penerangan yang cukup;

(6) Kapal yang berukuran di atas 2.500 m3 keatas harus menyediakan ruanganuntuk keperluan perawatan orang sakit (klinik & kamar perawatan) dengan sistem ventilasi udara tersendiri, begitu pula untuk pembuangan air dan kotoran harus dengan sistem pencuci kuman sebelum dibuang keluar kapal.

g. Dapur dan kafetaria :

(1) Dapur tidak boleh ditempatkan di geladak kendaraan (car deck);

(2) Dapur harus mempunyai sistem lubang angin/ventilasi udara dan pembuangan air kotor yang terpisah dengan ruang akomodasi;

(3) Kompor yang digunakan harus jenis kompor listrik;

(4) Bila menggunakan sistem pembakaran dengan gas, tangki penyimpan gas harus terpisah dan pada saliran gas masuk harus dipasang minimal satu buah keran penutup cepat(shut-off valve) yang terletak diluar ruang dapur;

(5) Untuk pelayanan penumpang, diizinkan penempatan kafetaria di ruang penumpang; (6) Kafetaria harus menggunakan kompor/alat

pemanas listrik;

(7) Sistem lubang angin/ventilasi udara dan pembuangan air kotorharus terpisah dengan ruang penumpang;

(8) Pengelola/petugas kafetaria wajib menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan

h. Ruang rekreasi (public area) dan ruang ibadah : (1) Kapal yang memuat lebih dari 50 penumpang,

dapat menyediakan ruangan terbuka untuk tempat santai/rekreasi bagi penumpang;

(2) Kapal penumpang wajib menyediakan ruangan untuk tempat ibadah, dengan luas yang sesuai

jumlah penumpang dan ruang kapal yangtersedia, serta harus selalu dijaga kebersihan dan kerapihannya.

4. Standar Ruang Muatan Barang dan Kendaraan pada

Kapal Penumpang Ro-Ro

Uraian tentang Standar Ruang Muatan Barang dan Kendaraan pada Kapal Penumpang Ro-Rodalam SOLAS maupun Non Convention Vessel Standard Indonesian Flagged,2009 tidak diuraikan secara eksplisit sebagaimana gambaran standar tersebut di atas. Namun demikian gambaran-gambaran yang mendekati dapat dipaparkan sebagai berikut yang dapat digunakan sebagai acuan referensi awal. Dalam aturan yang dikeluarkan oleh Non Convention Vessel Standard Indonesian Flagged,2009 dapat digambarkan sebagai berikut:

Pada umumnya pengertian tentang ruang muatan barang maupun kendaraan, posisinya berada di geladak kapal. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka terlebih dahulu ditelaah mengenai geladak itu sendiri dan cakupannya.

a. Aturan Dalam NCVS Bab II Tentang Konstruksi Geladak, adalah sebagai berikut:

1) Umum

Tebal pelat geladak tidak boleh kurang dari tebal yang diperlukan untuk mendapatkan kekuatan unsur konstruksi memanjang namun tidak boleh kurang dari 0,01 mm per mm jarak gading juga tidak boleh kurang dari yang diminta pada klausul ini.

2) Pelat geladak

Tebal pelat setiap geladak harus tidak boleh kurang dari yang diperoleh persamaan berikut:

= s√h

250 + 2,50 mm dimana:

t = tebal pelat geladak dalam mm s = jarak penegar dalam mm

h = tinggi beban dalam meter, ditentukan sebagai berikut:

a) Geladak atau sebagian geladak yang membentuk atas tangki, yang lebih besar dari berikut :

(1) Dua per tiga jarak dari atas tangki ke puncak pipa limpah.

(2) Dua per tiga jarak dari atas tangki ke geladak sekat atau geladak lambung timbul mana yang sesuai.

b) Untuk geladak dimana muatan atau barang ditempatkan, tinggi adalah tinggi geladak antara pada sisi kapal dimana berat muatan kurang dari atau setara dengan 720 kg/m3, jika berat muatan melebihi 720 kg/m3, tinggi muatan harus disesuaikan.

c) Untuk geladak terbuka yang ditempati muatan, tinggi muatan adalah 3,65 meter. Jika muatan geladak yang diangkut melebihi 2640 kg/m3, tinggi harus ditambah secara proporsional sesuai tambahan beban yang diterima konstruksi.

d) Di tempat lain tinggi harus diperoleh dari persamaan sebagai berikut:

(1) Geladak lambung timbul terbuka tanpa geladak di bawahnya

ℎ = 0,02 + 0,75

(2) Geladak lambung timbul terbuka yang memiliki geladak di bawahnya, geladak akil, geladak bangunan atas, di depan tengah kapal 0,50 L

ℎ = 0,02 + 0,50

(3) Geladak lambung timbul di dalam bangunan atas, setiap geladak di bawah geladak lambung timbul, geladak bangunan atas antara 0,25 L di depan dan 0,20 L di belakang tengah kapal

h= 0,01L + 0,60 meter (4) Di tempat lain

h= 0,01L + 0,30 meter

3) Tambahan persyaratan untuk penguatan geladak kendaraan.

a) Beban roda

(1) Geladak mobil – roda tunggal pada setiap ujung poros : P = 0,5 kali beban sumbu dalam ton. Roda ganda pada tiap ujung poros : P = 0,4 kali beban sumbu dalam ton.

Dalam dokumen ASPEK LEGALITAS TERKAIT SARANA PELAYARAN (Halaman 22-42)

Dokumen terkait