• Tidak ada hasil yang ditemukan

PLTU Sampah

Dalam dokumen BPPT OutlookEnergiIndonesia 2009 (Halaman 172-176)

GAS BUMI, LPG, DAN LNG

E. PLTU Sampah

PLTU sampah dipert imbangkan sebagai sal ah sat u kandidat pembangkit dalam sist em ket enagalist rikan di Indonesia, t erut ama di Jawa, mengingat pot ensinya yang cukup besar. Di Jakart a saj a, sampah yang berasal dari rumah t angga sekit ar 10 ribu t on/ hari. Jumlah ini menurut Seghers Gr oup,

Ket enagalist rikan

perusahaan asal Belgia yang bergerak dalam pengol ahan sampah, memiliki pot ensi yang bisa membangkit kan list rik sekit ar 5 x 35 MW. Tahap pert ama pengol ahan sampah dilakukan proses penghancuran sekaligus pemilihan. Dari suat u drum berput ar dihasilkan salah sat unya adalah sampah t ercacah yang disebut r ef use devi ced f uel (RDF). Kelompok ini merupakan j enis cacahan sampah yang bisa dij adikan bahan bakar boi l er, sebab memiliki kalori yang t inggi dan t idak mengandung met al sert a homogen. Set elah dibent uk menj adi paket -paket bahan bakar, sampah j enis RDF dilewat kan ke dalam mul t i st age gr ade. Disinilah sampah mengal ami pembakaran sembari menj alani proses

gr adi ng at au diayak. Pembakaran sambil diayak ini memungkinkan proses pembakaran yang mampu membakar set iap RDF. Panas yang dihasilkan dari pembakaran inilah yang digunakan unt uk membangkit kan proses di boi l er. Pada dasarnya set elah proses pemanf aat an panas dalam boi l er, selanj ut nya t idak begit u berbeda dengan proses yang berlangsung di dal am unit -unit pembangkit list rik lainnya.

F. PLTN

Indonesia dimasa yang akan dat ang rencananya akan menerapkan PLTN dengan menggunakan reakt or t ipe pr essur i zed wat er r eact or (PWR). Teknol ogi PWR ini mempunyai t ingkat keselamat an t inggi sert a belum ada kecelakaan f at al dan t elah dit erapkan di Amerika, Jepang, Korea, dan China.

Saat ini di dunia dikenal beberapa j enis reakt or, diant aranya adalah reakt or t ermal. Reakt or t ermal merupakan reakt or nuklir dengan proses reaksi f isi yang diakibat kan oleh neut ron t ermal dan memerlukan moderat or unt uk mengurangi energi neut ron cepat menj adi neut ron t ermal. Reakt or t ermal ini adalah reakt or berpendingin air ringan (l i ght wat er r eact or, LWR) dan reakt or berpendingin air berat (heavy wat er r eact or, HWR). Ada dua t ipe LWR yait u

pr essur i zed wat er r eact or (PWR) dan boi l i ng wat er r eact or (BWR). HWR unt uk t uj uan komersil ada dua t ipe; pr essur i zed heavy wat er r eact or (PHWR) dan

boi l i ng l i ght wat er r eact or (BLWR). Reakt or berj enis LWR (PWR dan BWR) memiliki kinerj a baik, andal, dan mempunyai sist em keamanan reakt or yang mapan. Pada t ahun 2000 sekit ar 60% dari pembangkit t enaga nuklir dunia t erdiri dari reakt or PWR, BWR 21%. Berdasarkan inf ormasi diat as t erlihat bahwa t eknologi LWR di dunia masih t erdepan dal am pembangkit an list rik t enaga nuklir abad ini.

Dari sisi limbah, kini ada t eknologi yang meningkat kan pembakaran (bur n up) sehingga dengan t ingkat pembakaran lebi h besar, hasil limbah nuklirnya kecil. Dengan asumsi 1000 MW dari reakt or yang dioperasikan selama 40 t ahun, limbahnya hanya sebesar lapangan t enis. Penampungan limbah it u berbent uk sepert i kol am berupa dr i ed cel l at au sel penyimpanan kering.

Awal t ahun 2006 di seluruh dunia t elah beroperasi 443 PLTN yang t ersebar di 30 negara dengan t ot al kapasit as 370 GW. Sekit ar 60% dari kapasit as nuklir global berada di negara Amerika Serikat , Perancis, dan Jepang, sement ara 25% lainnya berada di Rusia, Inggris, Korea, dan India. Sisanya t ersebar di Eropa, Asia, Af rika Selat an, dan Amerika Lat in. Di Perancis, 77, 8% kebut uhan

Ket enagalist rikan

Out look Energi Indonesia 2009 7-23

list riknya dipasok dari PLTN. Sedangkan di Jepang dan Amerika Serikat , PLTN memasok kebut uhan list rik negara-negara t ersebut bert urut –t urut dengan pangsa 22, 9% dan 19, 3%.

7. 5 Rekomendasi Kebij akan

Pemerint ah perlu mempert egas kebij akan sekt or ket enagalist rikan agar t idak t erj adi kekurangan bahan bakar unt uk pembangkit . Kebij akan yang perlu direalisasi ant ara lain kewaj iban memenuhi pasokan bat ubara di dalam negeri dan pengal okasian gas alam cair unt uk kebut uhan pembangkit di Indonesia. Hal ini perlu dit ekankan mengingat kebij akan pemerint ah sendiri t idak mendukung t ercukupinya energi list rik nasional dengan biaya murah. Misalnya saat ini banyak pembangkit list rik t erpaksa masih menggunakan bahan bakar solar, meski pembangkit yang bersangkut an sebenarnya sudah didesain unt uk memakai bahan bakar gas. Langkah ini dilakukan PLN karena pasokan gas sering t idak lancar.

Dalam hal kont rak j ual beli gas, PLN j uga kesulit an. Kont rak gas selama ini selalu merugikan PLN karena harus mengeluarkan biaya t ambahan unt uk menggant i bahan bakar gas ke BBM akibat suplai gas yang t erhent i dari produsen gas ke PLN. Apabila gas sudah siap t et api PLN belum siap menerima, PLN t et ap harus membayar sesuai klausul t ake or pay. Tet api yang t idak f ai r, kalau pasokan gas t idak ada at au t erhent i di t engah j alan, PLN t idak mendapat kompensasi at au gant i rugi. Hal it u karena produsen gas sel alu berkelit dengan menyat akan apa yang mereka lakukan adalah best pr act i ce

at au upaya t erbaik. Tidak ada yang t ahu apa yang ada di isi perut bumi sehingga produsen gas merasa t idak bisa disalahkan bila t idak ada gas al am yang dapat diproduksi. Kont rak dan klausul sepert i it u j elas merugikan PLN. Di sat u sisi, produsen bisa dengan bebasnya melenggang dari t anggung j awab bila t idak ada pasokan gas, padahal konsumen at au pelanggan PLN selalu menunt ut pasokan list rik selalu t erj amin. Jadi mekanisme dari kont rak ini harus diubah.

Sepert i diket ahui bahan bakar bat ubara unt uk pembangkit t enaga list rik j auh lebih murah apabila dibandingkan BBM. Namun, unt uk menggunakan bat u bara-dalam hal ini bat ubara muda sebagai bahan bakar pembangkit -perlu ada pendekat an khusus, masalahnya karena ada f akt or kendala, yait u kandungan air dan sulf ur yang t inggi. Unt uk it u harus ada kebij akan khusus dalam hal pembangunan PLTU berbahan bakar bat ubara muda, yait u membangun inst alasi pembangkit list rik dekat daerah pert ambangan bat ubara (PLTU mulut t ambang), sehingga biaya t ransport asi minimal. Selain it u j uga dikembangkan t eknis proses pembakaran bat ubara muda yang dapat mereduksi gas sulf ur ke udara sehingga pencemaran gas ini pun dapat dit ekan.

Pembangunan sekt or ket enagal ist rikan belum berj al an opt imal ant ara lain t erkendala harga list rik sert a st rukt ur indust ri ket enagalist rikan yang monopolist ik, menj adikan kurang dapat meningkat kan daya saing dan ef isiensi usaha sehingga peningkat an konsumsi t enaga list rik belum dapat diimbangi

Ket enagalist rikan

oleh pembangunan inf rast rukt ur ket enagal ist rikan yang memadai. Demikian pula belum opt imal nya pemanf aat an energi t erbarukan karena biaya invest asi t inggi dan harga j ual list rik yang dihasilkannya belum dapat bersaing dengan energi komersial.

Khusus mengenai PLTP, saat ini sudah mendapat kan beberapa kemudahan sepert i pembebasan bea masuk at as impor barang unt uk kegiat an pengusahaan panas bumi dan pemberian insent if f iskal. Insent if t ersebut unt uk menindaklanj ut i UU No. 27, 2003 t ent ang panas bumi dalam rangka mendorong pemanf aat annya. Insent if t ersebut diant aranya adalah:

(a) pembebasan paj ak impor pada peralat an pengusahaan sumberdaya panas bumi (Keppres No. 49/ 1991, Keput usan Ment eri Keuangan No. 766/ 1992), (b) pembebasan bea masuk at as impor barang unt uk kegiat an pengusahaan

panas bumi (Perat uran Ment eri Keuangan No. 78/ PMK. 010/ 2005),

(c) pemberian kemudahan f iskal dan paj ak (PMK No. 177/ 2008 dan PMK No. 178/ 2008),

(d) penet apan pat okan harga j ual list rik di sisi t egangan t inggi dan sisi t egangan rendah (Permen ESDM No. 14/ 2008), dan

(e) penet apan pat okan biaya produksi pembangkit an (BPP) t enaga list rik semua pembangkit (Keput usan Ment eri ESDM No. 269-12/ 26/ 600. 3/ 2008). Namun meskipun sudah ada insent if dari pemerint ah, list rik dari energi panas bumi belum dapat berkembang secara opt imal , sehingga perlu dilakukan langkah-langkah:

- dukungan pemerint ah dalam hal capi t al expendi t ur e dalam kegiat an yang t erkait dengan pengusahaan panas bumi

- regulasi t arif yang mampu menj amin kemampuan invest or unt uk memenuhi

debt ser vi ce r at i o di awal-awal pelaksanaan proyek

- kebij akan yang dit uj ukan unt uk pemberdayaan perusahaan manuf akt ur lokal yang menunj ang kegiat an energi t erbarukan, melalui regulasi/ perat uran perbankan unt uk mengakomodasi dan memberikan kemudahan skema pendanaan.

Dalam dokumen BPPT OutlookEnergiIndonesia 2009 (Halaman 172-176)