• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4. TINJAUAN UMUM

4.2 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.2.5 Pola Operasi Tol Laut

Dalam pelaksanaan program Tol Laut, pada trayek T-13 menggunakan Pola Operasi Multi Port relay. Rute pada Trayek T-13 memiliki Homebase Surabaya dengan Tujuan ke Kalabahi ke Moa ke Rote dan ke Sabu. Dengan pola operasi Multi Port Relay alur pelayaran kapal menjadi dari Tg Perak – Kalabahi – Moa – Rote – Sabu – Rote – Moa – Kalabahi – Tg Perak. Total jarak pelayaran adalah 2,794 Nm.

Tabel 4-19 Pola Operasi Tol Laut

D/O Tg Perak Kalabahi Moa Rote Sabu Tg Perak = 0 731 944 700 653

Kalabahi = 731 0 232 178 211

Moa = 944 232 0 354 400

Rote = 700 178 354 0 80

Sabu = 653 211 400 80 0

Sumber : PT Pelayaran Nasional Indonesia

Sumber : Google Maps

Gambar 4-18 Pola Operasi Tol Laut (Multi Port Relay) 4.2.6 Komoditas Unggulan

Program Tol Laut sudah berjalan sejak 2016. Tetapi tingkat keterisian muatan balik program Tol Laut 10%-20%. (PT Pelni 2017). Pada tahun 2018 program Tol laut melalui Kementrian Perhubungan memiliki target muatan balik harus diatas 50%.

Berikut Komoditas Unggulan untuk daerah di Trayek T-13 Tahun 2018 1. Rumput Laut

Rumput laut (Seaweed) merupakan komoditi yang sangat penting dewasa ini. Hal ini terlihat dari berbagai produk yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari yang menggunakan rumput laut sebagai bahan bakunya. Rumput laut merupakan produk

59 serbaguna yang dapat digunakan langsung untuk dikonsumsi atau diolah menjadi makanan tambahan, makanan ternak, pupuk, biofuel, kosmetik, obatobatan dan sebagainya (Valderrama, et. al., 2013).

Berkembangnya teknologi telah mendorong penggunaan produk ini menjadi lebih luas sehingga mendorong permintaan dan produksi di berbagai negara. Banyak negara menjadi produsen rumput laut dunia terutama negara-negara yang memiki pesisir.

Rumput laut berasal dari alam dan hasil budidaya (aquaculture). Beberapa jenis rumput laut yang berasal dari alam, yaitu Chondrus crispus yang diproduksi di Kanada, Irlandia, Portugal, Spanyol dan Perancis, dan Gigartina yang diproduksi di Amerika Selatan dan Eropa bagian selatan. Adapun rumput laut hasil budidaya, terutama adalah K. alvarezii (secara komersial disebut dengan cottonii) dan E. denticulatum yang dibudidayakan di negaranegara tropis seperti Filipina, Indonesia, Malaysia dan Republik Tanzania (Valderrama, 2013).

Berikut potensi Rumput laut di Rute T-13 yang dapat dimanfaatkan sebagai muatan balik.

Tabel 4-20 Produksi Rumput Laut wilayah T-13 Rumput Laut (Ton) Alor Moa Rote Sabu

2013 86,139 29,279 111,213 134,800 2014 197,465 28,824 145,841 74,721 2015 161,348 28,824 145,840 75,572 2016 161,348 89,422 128,595 48214

Sumber : Statistik Pertanian NTT 2016

Dari tabel diatas dapat di lihat potensi yang besar dari sektor pertanian Rumput laut, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai muatan balik ke jawa. Sehingga tingkat keterisian muatan di rute T-13 bisa naik dan melampaui target dari pemerintah.

2. Perikanan

Daerah NTT dan Maluku merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi sumber daya kelautan cukup banyak dan bervariasi. Namun selama ini potensi tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal. Kondisi ini nampak dari kontribusi sub sektor perikanan terhadap perekonomian masyarakat dan juga penyerapan tenaga kerjanya. Usaha perikanan mencakup kegiatan penangkapan ikan dan budi daya perikanan. Sementara itu permintaan terhadap hasil perikanan diperkirakan terus

60

meningkat secara linier seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani yang berasal dari ikan, serta meningkatnya volume ekpor hasil perikanan.

Berikut Potensi dari Muatan Balik dari Sektor Perikanan Tabel 4-21 Produksi Perikanan di NTT

Perikanan Tangkap 2016 Alor Moa Rote Sabu Kakap (Ton) 1,258 - 115 38 Kerapu (Ton) 3,725 - 166 36

Tenggiri (Ton) - - 168 12

Tembang (Ton) 1,495 - 167 30 Tongkol (Ton) 2,492 - 257 29 Lainnya 20,555 21,848 2,654 609

Sumber : Statistik Pertanian NTT 2016

Tabel 4-22 Produksi Perikanan di Maluku Barat Daya Moa (Ton)

Pelagis Kecil 9,721 Pelagis Besar 3,604 Demersal 8,523

Sumber : Statistik Kabupaten Maluku Barat Daya 2016 Dari tabel diatas dapat diketahui potensi yang besar dari rute T-13.

3. Perkebunan

Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang banyak menyerap tenaga kerja dan penghasil devisa. Hasil sub sektor perkebunan juga sebagai bahan baku untuk industri pengolahan, selain itu dapat berperan sebagai pelestarian lingkungan hidup.

Kegiatan sub sektor perkebunan di NTT yang meliputi perkebunan besar dan perkebunan rakyat sampai akhir tahun 2016 terhitung masih kecil kontribusinya terhadap sektor pertanian. Namun demikian hasil dari sub sektor ini diharapkan dapat menunja ng pendapatan asli NTT dan penggerak perekonomian daerah karena komoditi perkebunan merupakan bahan baku bagi sektor Industri seperti komoditi cengkeh, kelapa, kopi, kakao dan sebagainya.

61 Tabel 4-23 Produksi Perkebunan 2016

Item Kota Kalabahi Kota Moa Kota Rote Kota Sabu

Kelapa (Ton) 1,251 5,299 3,483 836

Kemiri (Ton) 3,519 - - -

Kopi (Ton) 190 9.5 - -

Jambu Mete (Ton) 4,625 282.5 66 271

Sumber : Statistik Pertanian 4. Peternakan

Populasi dan penyebaran ternak di NTT erat hubungannya dengan tersedianya lahan untuk penggembalaan, kegiatan pertanian dan penyebaran penduduk. Selain itu populasi dan penyebaran ternak sangat bergantung dengan iklim dan daya adaptasi dari jenis ternak/ unggas yang bersangkutan. Daerah-daerah yang iklim dan tanahnya tidak/kurang subur untuk usaha pertanian (biasanya padang rumput) sangat baik untuk usaha peternakan, seperti Pulau Sumba bagian timur dan Pulau Timor bagian barat. Iklim berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi ternak, karena tiap jenis ternak menghendaki iklim dan keadaan tempat tertentu, seperti sapi, kuda, dan kambing menghendaki daerah yang sedikit curah hujannya, sebaliknya kerbau dan itik menghendaki daerah yang banyak curah hujannya.

Tabel 4-24 Produksi Peternakan 2016

Item Kota Kalabahi Kota Moa Kota Rote Kota Sabu Sapi (ekor) 4,782 10,792 61,682 5,034 Kerbau (ekor) - 11,075 15,293 9,549 Kambing (ekor) 39,320 40,492 45,955 62,879

Sumber : Badan Pusat Statistik

Kabupaten Maluku Barat Daya pada tahun 2016 dalam laporan Badan Pusat Statistika tercatat peternakan sapi sejumlah 10,792 ekor, Kerbau sejumlah 11,075 ekor, dan Kambing sejumlah 40,492 ekor.

62

4.3 Permintaan Kebutuhan Masyarakat

4.3.1 Jumlah Penduduk

Tabel 4-25 Jumlah Penduduk Trayek T-13

Daerah Jumlah Penduduk (Jiwa) Kabupaten Alor (Kalabahi) 201,505

Kabupaten Maluku Barat Daya (Moa) 72,010 Kabupaten Rote Ndao (Rote Ba’a) 147,778 Kabupaten Sabu Raijua (Sabu Biu)) 92,713

Sumber : Badan Pusat Statistik

Dari tabel diatas dapat diketahui jumlah penduduk terbesar di Kabupaten Alor sebesar 201,505 jiwa, Kabupaten Rote Ndao sebesar 147,778 Jiwa, Kabupaten Sabu Raijua sebesar 92,713 Jiwa, dan Kabupaten Maluku Barat Daya sebesar 72,010.

4.3.2 Tingkat Konsumsi Masyarakat

Informasi terkait kuantitas komoditi makanan yang dikonsumsi sangat penting diketahui untuk menjaga ketersediaan komoditi tersebut di suatu wilayah maupun pola konsumsi penduduk wilayah tersebut. Tabel 4-31 menyajikan rata-rata konsumsi per kapita per minggu beberapa komoditi pokok yang dikonsumsi penduduk Nusa Tenggara Timur dan Penduduk Propinsi Maluku

1. Tingkat Konsumsi Masyarakat per Kapita

Tabel 4-26 Konsumsi Rata Rata Per Kapita

Kebutuhan Propinsi NTT Propinsi Maluku Satuan

Beras 2.215 1.5425 Kg/Minggu

Bawang 0.285 0.395 Ons/Minggu

Tepung 1.4075 1.4075 Kg/Minggu

Minyak 0.1525 0.2075 Liter/Minggu

Gula 1.3925 1.66 Ons/Minggu

Cabai 0.005 0.02 Kg/Minggu

Telur 0.78 1.0375 Butir/Minggu

Daging Ayam 0.06 0.05 Kg/Minggu

Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi Nusa Tenggara Timur dan Propinsi Maluku

63 Pada kelompok komoditas beras konsumsi penduduk, Penduduk Propinsi Nusa Tenggara Timur secara rata-rata mengkonsumsi 2.215 kilogram(kg) selama seminggu, sedangkan untuk penduduk Propinsi Maluku secara rata-rata mengkonsumsi 1.5425 kilogram (kg) selama seminggu.

Pada kelompok komoditas bawang konsumsi penduduk, Penduduk Propinsi Nusa Tenggara Timur secara rata-rata mengkonsumsi 0.285 ons selama seminggu, sedangkan untuk penduduk Propinsi Maluku secara rata-rata mengkonsumsi 0.395 ons selama seminggu.

Pada kelompok komoditas tepung konsumsi penduduk, Penduduk Propinsi Nusa Tenggara Timur secara rata-rata mengkonsumsi 2.215 kilogram(kg) selama seminggu, sedangkan untuk penduduk Propinsi Maluku secara rata-rata mengkonsumsi 1.5425 kilogram (kg) selama seminggu.

Pada kelompok komoditas cabai konsumsi penduduk, Penduduk Propinsi Nusa Tenggara Timur secara rata-rata mengkonsumsi 0.005 kilogram(kg) selama seminggu, sedangkan untuk penduduk Propinsi Maluku secara rata-rata mengkonsumsi 0.02 kilogram (kg) selama seminggu.

Ragam komoditas yang dikonsumsi penduduk dan pemenuhan nilai gizi makanan sangat bergantung terbukanya akses baik secara fisik maupun ekonomi terhadap pangan yang sehat dan bergizi bagi seluruh penduduk. Di samping itu peningkatan kemampuan pengelola pangan rumah tangga juga diperlukan dalam mengelola pangan yang sehat dan bergizi serta pemanfaatan pangan lokal bagi konsumsi seluruh anggota rumah tangga.

(Ringkasan Pola Konsumsi 2017) 2. Produksi Per Tahun

Sumber : Badan Pusat Statistik Tiap Kabupaten 2017

64

Dari tabel diatas, tiap tiap daerah memiliki produksi sendiri akan kebutuhan pokok, tetapi hasil dari produksi sendiri masih belum mencukupi kebutuhan di daerah tersebut. Sehingga memerlukan pasokan dari wilayah lain.

3. Konsumsi Per Tahun

Tabel 4-28 Konsumsi Per Tahun

Jenis Kebutuhan Kabupate n

-Tepung (Ton) 13,614 4,865 9,984 6,264

Minyak (Ton) 1,376 669 1,009 633

Gula (Ton) 382 163 280 176

Setahun (Ton) 9,784 5,290 - 7,090

Total Konsumsi

(Ton) 63,278

Konsumsi pertahun adalah jumlah permintaan dalam satu tahun dikurangi oleh hasil produksi dari daerah tersebut. Sehingga kekurangan permintaan yang dibutuhakn yang tidak bisa di penuhi oleh daerah akan mendatangkan kebutuhan konsumsi dari wilayah

65 total dalam satu tahun adalah 40,849 Ton. Dengan muatan balik tersebut dengan proporsi muatan setiap balik hanya 21 % dari total kapasitas angkut kapal maka diperlukan 23 Frekuensi untuk memenuhi permintaan.

4.4 Hasil Survei Konsumen dan Pedagang

4.4.1 Deskriptif Responden Konsumen atau Rumah Tangga

Penyajian data diskriptif penelitian bertujuan agar dapat dapat di lihat profil dari data penelitian tersebut dan hubungan yang ada antar variabe yang digunakan dalam penelitian. Data deskriptif yang menggambarkan keadaan atau kondisi responden merupakan informasi tambahan untuk memahami hasil hasil penelitian.

1. Jenis Kelamin

Adapun data mengenai jenis kelamin responden konsumen atau rumah tangga di Rote sebagai berikut:

Tabel 4-30 Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Percent

Laki-laki 10 40%

Perempuan 15 60%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan keterangan pada tabel diatas dapat diketahui tentang jenis kelamin pada responden. Jenis kelamin yang paling banyak adalah jenis kelamin perempuan sebesar 60% dan laki-laki sebesar 40%.

1. Usia Responden

Mengenai usia responden disini, peneliti mengelompokkan menjadi enam Kelompok kategori. Yaitu umur kurang dari 25 tahun, 26-30 tahun, 31-40 tahun, 41-50 tahun, 51-60 tahun, dan lebih dari 60 tahun. Adapun data mengenai usia data responden adalah sebagai berikut:

66

Tabel 4-31 Usia Responden Usia Jumlah Percent

<25 3 12%

26-30 6 24%

31-40 7 28%

41-50 6 24%

51-60 3 12%

>60 0 0%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan keterangan pada tabel di atas dapat diketahui tentang usia/umur responden yang diambil sebagai responden. Umur yang menjadi sampel penelitian ini berkisar kurang dari 25 tahun terdapat sebanyak 3 responden atau 12% dari jumlah sampel, yang memiliki umur 26-30 tahun terdapat sebanyak 6 responden atau sekitar 24%

dari jumlah sampel, yang memiliki umur 31-40 tahun terdapat sebanyak 7 responden atau sekitar 28% dari jumlah sampel, yang memiliki umur 41-50 tahun terdapat sebanyak 6 responden atau sekitar 24% dari jumlah sampel, yang memiliki umur 51-60 tahun terdapat sebanyak 3 responden atau sekitar 12% dari jumlah sampel dan yang memiliki umur lebih dari 60 tahun terdapat sebanyak 0 responden atau sekitar 0% dari jumlah sampel.

2. Mengetahui Program Tol Laut

Peneliti mencoba mencari tahu informasi mengenai masyarakat di rute Tol laut apakah sudah mengetahui mengenai program Tol Laut.

Tabel 4-32 Mengetahui Program Tol Laut Pengatahuan Tol laut Jumlah Percent

Sudah 12 48%

Belum 13 52%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan keterangan pada tabel di atas dapat diketahui tentang kepekaan masyarakat mengenai pengetahuan masyarakat tentang Program Tol Laut. Dari hasil Survei didapat 12 responden yang sudah mengetahui mengenai program Tol Laut atau 48%, dan dari hasil Survei didapat 13 responden yang belum mengetahui program Tol Laut atau sekitar 52%.

67 3. Apakah harga kebutuhan pokok sudah stabil

Peneliti mencoba mencari tahu informasi mengenai harga yang yang dirasakan masyarakat di rute Tol laut apakah harga di daerah tersebut stabil atau belum.

Tabel 4-33 Stabilitas Harga Stabil Harga Jumlah Percent

Stabil 10 40%

Belum 15 60%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan keterangan pada tabel di atas dapat diketahui tentang harga di daerah tersebut harga kebutuhan pokok sudah di rasa sudah stabil atau belum. Dapat di ketahui dari hasil Survei di dapat 10 responden yang menjawab bahwa harga di rote sudah stabil atau sekitar 40% dan 15 responden yang menjawab harga di rote belum stabil atau sekitar 60%.

4. Harga Kebutuhan Pokok

Survei dilakukan untuk mengetahui besaran harga kebutuhan pokok di salah satu pelabuhan singgah rute Tol Laut T-13. Sehingga dapat di ketahui dampak dari berjalannya pelaksanaan Program Tol laut terhadap harga.

Didalam kuesioner terdapat sembilan harga jenis kebutuhan pokok.

a. Harga Beras

Harga Beras Jumlah Percent

<Rp. 10.000 0 0%

Rp.10.000 - Rp. 12.000 2 8%

Rp. 12.000 - Rp. 14.000 16 64%

>Rp. 15.000 7 28%

Jumlah 25 100%

Dari tabel diatas diketahui bahwa 64% responden menilai harga beras adalah berkisar Rp. 12,000 – Rp. 14,000 per Kg.

b. Harga Tepung

Harga Tepung Jumlah Percent

<Rp. 8.000 0 0%

Rp.8.000 - Rp. 10.000 2 8%

Rp. 10.000 - Rp. 12.000 12 48%

68

Harga Tepung Jumlah Percent

>Rp. 13.000 11 44%

Jumlah 25 100%

Dari tabel diatas diketahui bahwa 48% responden menilai harga Tepung adalah berkisar Rp. 10,000 – Rp. 12,000 per Kg.

c. Harga Minyak Goreng

Minyak Goreng Jumlah Percent

<Rp. 10.000 0 0%

Rp.10.000 - Rp. 12.000 0 0%

Rp. 12.000 - Rp. 14.000 18 72%

>Rp. 15.000 7 28%

Jumlah 25 100%

Dari tabel diatas diketahui bahwa 72% responden menilai harga Minyak Goreng adalah berkisar Rp. 12,000 – Rp. 14,000 Per Kg

d. Harga Gula pasir

Gula Pasir Jumlah Percent

<Rp. 10.000 0 0%

Rp.10.000 - Rp. 12.000 2 8%

Rp. 12.000 - Rp. 14.000 13 52%

>Rp. 15.000 10 40%

Jumlah 25 100%

Dari tabel diatas diketahui bahwa 52% responden menilai harga Gula Pasir adalah berkisar Rp. 12,000 – Rp. 14,000 per Kg.

e. Harga Bawang

Bawang Jumlah Percent

<Rp. 25.000 0 0%

Rp.25.000 - Rp. 28.000 0 0%

Rp. 29.000 - Rp. 32.000 10 40%

>Rp. 33.000 15 60%

Jumlah 25 100%

Dari tabel diatas diketahui bahwa 60% responden menilai harga bawang adalah berkisar lebih dari Rp. 33,000 per Kg.

f. Harga Cabai

69

Daging Ayam Jumlah Percent

<Rp. 25.000 0 0%

Telur Ayam Jumlah Percent

<Rp. 30.000 0 0%

Daging Sapi Jumlah Percent

<Rp. 80.000 0 0%

70

Dari tabel diatas diketahui bahwa 68% responden menilai harga Daging Sapi adalah berkisar Rp. 110,000 per Kg.

4.4.2 Deskriptif Responden Pedagang

Data deskriptif yang menggambarkan keadaan atau kondisi responden merupakan informasi tambahan untuk memahami hasil hasil penelitian. Responden dalam penelit ia n ini memiliki karakteristik.

1. Jenis Kelamin

Adapun data mengenai jenis kelamin responden konsumen atau rumah tangga di Rote sebagai berikut:

Tabel 4-34 Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Percent

Laki-laki 4 40%

Perempuan 6 60%

Jumlah 10 100%

Berdasarkan keterangan pada tabel diatas dapat diketahui tentang jenis kelamin pada responden. Jenis kelamin yang paling banyak adalah jenis kelamin perempuan sebesar 60% dan laki-laki sebesar 40%.

2. Usia Responden

Mengenai usia responden disini, peneliti mengelompokkan menjadi enam Kelompok kategori. Yaitu umur kurang dari 25 tahun, 26-30 tahun, 31-40 tahun, 41-50 tahun, 51-60 tahun, dan lebih dari 60 tahun. Adapun data mengenai usia data responden adalah sebagai berikut:

Tabel 4-35 Usia Responden Usia Jumlah Percent

<25 0 0%

26-30 2 20%

31-41 5 50%

41-50 3 30%

51-60 0 0%

>60 0 0%

Jumlah 10 100%

71 Berdasarkan keterangan pada tabel di atas dapat diketahui tentang usia/umur responden yang diambil sebagai responden. Umur yang menjadi sampel penelitian ini berkisar kurang dari 25 tahun terdapat sebanyak 0 responden atau 0% dari jumlah sampel, yang memiliki umur 26-30 tahun terdapat sebanyak 2 responden atau sekitar 20% dari jumlah sampel, yang memiliki umur 31-40 tahun terdapat sebanyak 5 responden atau sekitar 50% dari jumlah sampel, yang memiliki umur 41-50 tahun terdapat sebanyak 3 responden atau sekitar 30% dari jumlah sampel, yang memiliki umur 51-60 tahun terdapat sebanyak 0 responden atau sekitar 0% dari jumlah sampel.

3. Pertanyaan Untuk Responden

a. Apakah Sudah Mengetahu tentang Program Tol Laut?

Pengatahuan Tol laut Jumlah Percent

Sudah 7 70%

Belum 3 30%

Jumlah 10 100%

Dari table diatas dapat diketahui 70% dari responden sudah mengetahui mengena i program Tol Laut. Sedangkan 30% belum mengetahui.

b. Apakah harga di Rote sudah bisa dikatakan stabil?

Stabil Harga Jumlah Percent

Stabil 6 60%

Belum 4 40%

Jumlah 10 100%

Dari table diatas diketahui 60% dari responden menyatakan bahwa harga sudah bias dirasa stabil sedangkan 40% menyatakan harga kebutuhan pokok belum stabil.

c. Apakah menjual kebutuhan dari barang muatan Tol Laut?

Menjual Kebutuhan Tol Laut Jumlah Percent

Iya 2 20%

Tidak 8 80%

Jumlah 10 100%

Dari tabel diatas yang ditunjukan kepada pedagang, 20% responden menyatakan menjual kebutuhan dari Tol laut dan 80% dari responden menyatakan tidak menjual kebutuhan dari Tol laut.

72

d. Apakah menjual kebutuhan selain dari barang muatan Tol Laut?

Menjual Selain dari Tol laut Jumlah Percent

Iya 10 100%

Tidak 0 0%

Jumlah 10 100%

Dari tabel diatas diketahui bahwa 100% pedagang menjual kebutuhan selain dari Tol Laut.

e. Antara muatan Tol Laut dan Tidak Tol Laut, lebih banyak menjual barang barang kebutuhan yang mana?

Lebih banyak mana jual Jumlah Percent

Tol Laut 0 0%

Non Tol laut 10 100%

Jumlah 10 100%

Dari tabel diatas diketahui 100% responden menyatakan lebih banyak menjula kebutuhan pokok dari non Tol laut dibanding menjual kebutuhan pokok dari Tol Laut.

f. Mendapatkan barang barang yang dijual darimana? Di pasok atau kulakan?

Darimana mendapatkan barang yang di jual Jumlah Percent

Kulakan 5 50%

Dipasok 5 50%

Jumlah 10 100%

Dari tabel diatas diketahui 50% responden menyatakan mendapatkan kebutuhan pokok dipasok dan 50% responden menyatakan mendapatkan kebutuhan pokok kulakan sendiri.

g. Ketika Kulakan barang, membeli darimana? Apakah membeli dari Rote sendiri atau dari Kupang?

Kulakan darimana? Jumlah Percent

Rote 5 50%

Kupang 5 50%

Jumlah 10 100%

Dari tabel diatas diketahui pedagang mendapatkan barang yang dijual dari Kupang dan Rote

73 h. Apakah di Rote masih terjadi kelangkaan barang komoditas?

Masih Terjasi kelangkaan? Jumlah Percent

Iya 6 60%

Tidak 4 40%

Jumlah 10 100%

Dari tabel diatas diketahui 60% responden menyatakan masih terjadi kelangkaan dam 40% menyatakan sudah tidak terjadi kelangkaan barang komoditas.

4.4.3 Temuan di Lapangan

Dari hasil survei yang dilakukan di Kabupaten Rote Ndao, dengan wawancara dengan penduduk di Kabupaten Rote Ndao dan Kepala Desa Namodale, didapatkan beberapa temuan saat wawancara sebagai berikut.

Tabel 4-36 Fakta di Lapangan Fakta Temuan di Lapangan 1 Harga kebutuhan dari Tol Laut Murah

2 Perbandingan penjualan Kebutuhan dari Tol Laut sedikit dibanding dengan Kebutuhan yang tidak dari Tol Laut

3 Harga kebutuhan dari Tol Laut Murah tetapi karena pedagang melihat harga yang tidak dari Tol Laut tinggi, harga jual untuk barang komoditas Tol Laut di naikan setara dengan kebutuhan yang tidak dari tol laut

4 Harga Kebutuhan Pokok Tol Laut Murah hanya di sekitar Pelabuhan, dibandingka n dengan daerah yang jauh dari pelabuhan harga cenderung tinggi

5 Perlu waktu tunggu yang lama

6 Meskipun tarif yang murah, yang menjadi kendala adalah harus membeli 1 Petikemas Penuh.

4.4.4 Pengaruh ke Harga Pasar

Penulis mengolah data harga harga kebutuhan pokok di Surabaya, Nusa Tenggara Timur, dan maluku. Pengolahan data di lakukan dari situs Kementrian Perdagangan.

Merekapitulasi harga harga kebutuhan pokok antara tanggal 31 Maret - 17 April 2018.

74

1. Harga Komoditas Gula Pasir

Gambar 4-19 Grafik Harga Gula Pasir 2. Harga Komoditas Minyak Goreng

Gambar 4-20 Grafik Harga Minyak Goreng 3. Harga Komoditas Daging Ayam

Gambar 4-21 Grafik Harga Daging Ayam

10,000 12,000 14,000 16,000

31 Maret 1-Apr 2-Apr 3-Apr 4-Apr 5-Apr 6-Apr 7-Apr 8-Apr 9-Apr 10-Apr 11-Apr 12-Apr 13-Apr 14-Apr 15-Apr 16-Apr 17-Apr

Rp/Kg

Harga Gula Pasir

Gula Pasir Maluku Gula Pasir NTT Gula Pasir Surabaya

7,000 9,000 11,000 13,000 15,000

Rp/Liter

Harga Minyak Goreng

Minyak Goreng Maluku Minyak Goreng NTT Minyak Goreng Surabaya

20,000 30,000 40,000 50,000

31 Maret 1-Apr 2-Apr 3-Apr 4-Apr 5-Apr 6-Apr 7-Apr 8-Apr 9-Apr 10-Apr 11-Apr 12-Apr 13-Apr 14-Apr 15-Apr 16-Apr 17-Apr

Rp/Kg

Harga Daging Ayam

Daging Ayam Maluku Daging Ayam NTT Daging Ayam Surabaya

75 4. Harga Komoditas Telur Ayam

Gambar 4-22 Grafik Harga Telur Ayam 5. Harga Komoditas Daging Sapi

Gambar 4-23 Grafik Harga Daging Sapi 6. Harga Komoditas Bawang

31 Maret 1-Apr 2-Apr 3-Apr 4-Apr 5-Apr 6-Apr 7-Apr 8-Apr 9-Apr 10-Apr 11-Apr 12-Apr 13-Apr 14-Apr 15-Apr 16-Apr 17-Apr

Rp/Kg

31 Maret 1-Apr 2-Apr 3-Apr 4-Apr 5-Apr 6-Apr 7-Apr 8-Apr 9-Apr 10-Apr 11-Apr 12-Apr 13-Apr 14-Apr 15-Apr 16-Apr 17-Apr

Rp/Kg

Harga Bawang

Bawang Maluku Bawang NTT Bawang Surabaya

76

Gambar 4-25 Grafik Harga Cabai 8. Harga Komoditas Tepung Terigu

Gambar 4-26 Grafik Harga Tepung Terigu

19,000 29,000 39,000 49,000 59,000 69,000

31 Maret 1-Apr 2-Apr 3-Apr 4-Apr 5-Apr 6-Apr 7-Apr 8-Apr 9-Apr 10-Apr 11-Apr 12-Apr 13-Apr 14-Apr 15-Apr 16-Apr 17-Apr

Rp/Kg

Harga Cabai

Cabe Maluku Cabe NTT Cabe Surabaya

6,000 7,000 8,000 9,000 10,000

31 Maret 1-Apr 2-Apr 3-Apr 4-Apr 5-Apr 6-Apr 7-Apr 8-Apr 9-Apr 10-Apr 11-Apr 12-Apr 13-Apr 14-Apr 15-Apr 16-Apr 17-Apr

Rp/Kg

Harga Tepung Terigu

Tepung Terigu Maluku Tepung Terigu NTT Tepung Terigu Surabaya

77

BAB 5. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Implementasi Tol Laut

5.1.1 Load Factor Muatan T-13 Tahun 2018

Rute T-13 2018 merupakan trayek yang melayani 5 kota tujuan di Nusa Tenggara dan Maluku Barat daya. Rute T-13 melewati Tg Perak – Kalabahi – Moa – Rote – Sabu.

Berikut load factor (Tingkat keterisian muatan) pada tahun 2018.

Sumber : PT Pelayaran Nasional Indonesia

Gambar 5-1 Load Factor Muat Kapal KM Logistik Nusantara 3

Berdasarkan grafik diatas, dapat di lihat tingkat keterisian muatan pada KM Logistik Nusantara pada rute T-13 dalam Tiga Perjalanan pertama mengala m i peningkatan dalam hal Load factor atau tingkat keterisian muatan. Perjalanan satu tingkat keterisian muatan mencapai 43% naik menjadi 46% di Perjalanan yang kedua dan naik

78

5.1.2 Realisasi Muat Daerah T-13 Tahun 2017

Tabel 5-1 Realisasi Muat Daerah T-13 Tahun 2017

Voyage Ke- Kalabahi (Teus) Moa (Teus) Rote (Teus) Sabu (Teus)

1 - - 7 41

2 14 17 2 36

3 12 18 10 28

4 7 18 3 35

5 26 40 9 27

6 75 52 - -

7 42 66 - -

8 94 38 22 60

9 58 63 14 35

10 52 51 - -

11 40 75 - -

12 66 50 - -

13 12 81 - -

Rata-Rata 38 43 7 29

Total 117

Dari tabel diatas, bahwa pada tahun 2017 muatan yang menuju daerah tujuan Tol Laut trayek T-13 tahun 2018 rata rata muatan yaitu 117 Teus sudah melebihi dengan kapasitas kapal saat ini yang beroperasi di trayek T-13 yaitu KM Logistik Nusantara 3 yang berkapasitas 115 teus.

5.1.3 Realisasi Muatan Balik Daerah T-13 Tahun 2017

Tabel 5-2 Realisasi Muatan Balik daerah T-13 Tahun 2017

Voyage Ke- Kalabahi (Teus) Moa (Teus) Rote (Teus) Sabu (Teus)

1 - - - -

2 - - - 27

3 2 3 - 7

4 - - - -

5 - 2 - -

6 - 1 - -

79 Voyage Ke- Kalabahi (Teus) Moa (Teus) Rote (Teus) Sabu (Teus)

7 3 - - -

8 6 2 22 60

9 - 3 13 36

Rata-Rata 2 2 4 15

Total 23

Muatan balik menjadi salah satu kendala dalam pelaksanaan program Tol Laut, Tingkat keterisian muatan balik menjadi kendala di hampir semua rute Tol laut. Rute T-13 melewati Tg Perak – Kalabahi – Moa – Rote – Sabu.

Dalam realisasi muatan balik di daerah tujuan Tol Laut trayek T-13 tahun 2018, rata rata muatan balik dalam satu tahun operasional hanya 23 Teus/Trip. Masih jauh dari kapasitas KM Logistik Nusantara 3 yang ada saat ini yaitu 115 Teus

5.2 Pengaruh Tol Laut Terhadap Harga Komoditas

5.2.1 Alur Muatan Tol Laut ke Konsumen

Sumber : PT Pelayaran Nasional Indonesia, Agen, dan Pedagang

Sumber : PT Pelayaran Nasional Indonesia, Agen, dan Pedagang

Dokumen terkait