• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4. TINJAUAN UMUM

4.2 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.2.1 Rute Tol Laut T-13 Tahun 2018

Rute ketiga dengan kode trayek T-13 adalah rute dengan pangkalan distribusi di Surabaya dengan detail rute melewati pelabuhan Tanjung perak – Kalabahi – Moa - Rote – Sabu – Rote – Moa – Kalabahi – Tanjung Perak.

Berikut adalah Jaringan Rute Tol Laut T-13

Sumber : Google Maps

Gambar 4-5 Peta Rute Trayek Tol Laut T-13

Berikut tabel yang memperlihatkan jarak antar pelabuhan di tryek T-13. KM Logistik 3 beroperasi menempuk jarak dalam satu kali Perjalanan 2,794 NM.

47 4.2.2 Spesifikasi Kapal Tol Laut

Kapal yang melayani rute ini adalah KM. Logistik Nusantara 3 yang merupakan kapal kontainer yang di miliki oleh PT. Pelni dengan spesifikasi kapal sebagai berikut :

Tabel 4-10 Spesifikasi KM Logistik Nusantara 3 SPESIFIKASI KM LOGISTIK NUSANTARA 3 Nama Kapal KM Logistik Nusantara 3 Tahun Pembuatan 2008

Speed 13 Knot

Kekuatan Crane Palka I 40 Ton Kekuatan Crane Palka II 40 Ton Kekuatan Crane Palka III 40 Ton

Kapasitas Ankut (Full) 115 Teus (20 Ton)

DWT 3901 T/M

Round Perjalanan 22 Hari

Target Perjalanan 15 Perjalanan/Tahun

Rute Tg.Perak–731–Kalabahi–232–Moa–

354–Rote(Ba’a)–80-Sabu(Biu)–653–

Tg.Perak

Sumber : PT Pelayaran Nasional Indonesia 4.2.3 Daerah Singgah Tol Laut

1. Kalabahi

Kalabahi merupakan ibu kota dari Kabupaten Alor. Kabupaten Alor merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak di bagian timur laut.

Kabupaten Alor terdiri dari tiga pulau besar dan enam pulau kecil yang saat ini ada penghuninya.

Secara astronomis Kabupaten Alor Terlentak antara

• Timur : 125 o -48 o BT

• Barat : 123 o -48 o BT

• Utara : 8 o -6 o LS

• Selatan : 8 o -36 o LS

Berdasarkan wilayahnya, batas-batas Kabupaten Alor adalah

48

• Timur : Pulau-pulau di Maluku

• Barat : Selat Lomblen Lembata

• Utara : Laut Flores

• Selatan : Selat Ombay dan Timor Leste

Sumber : Google Maps Gambar 4-6 Peta Kabupaten Alor

Alor yang memiliki luas 2.928,88 Km2 terdiri dari 17 Kecamatan. Secara geografis, kondisi daerah ini merupakan daerah pegunungan tinggi dikelilingi oleh lembah-lembah dan jurang-jurang. 63,94% wilayah dikabupaten Alor merupakan daerah dengan kemiringan lebih dari 40o

Kecamatan yang paling padat penduduknya adalah Teluk Mutiara yang mencapai 641 jiwa/km2. Kecamatan lain yang juga padat penduduknya adalah Kecamatan Pulau Pura sebesar 194 jiwa/km2, menyusul kecamatan Alor Barat Laut dengan kepadatan 185 jiwa/km2.

Tabel 4-11 Jumlah Penduduk Tiap Kecamatan di Kabupaten Alor

Kecamatan Penduduk (Jiwa) Luas Daerah (Km2) Kepadatan (Jiwa/Km2)

Pantar 9,330 119.82 78

Pantar Barat 7,137 58.71 122

Pantar Timur 11,390 141.44 81

Pantar Barat Laut 4,535 150.13 31

Pantar Tengah 9,876 306.02 33

Alor Barat Daya 22,831 447.97 51

49 Kecamatan Penduduk (Jiwa) Luas Daerah (Km2) Kepadatan (Jiwa/Km2)

Mataru 5,918 102.78 58

Alor Selatan 9,423 192.97 49

Alor Timur 7,959 562.76 15

Alor Timur Laut 9,120 208.49 44

Pureman 3,680 147.88 25

Teluk Mutiara 51,335 80.18 641

Kabola 7,769 73.01 107

Alor Barat Laut 19,900 107.96 185

Alor Tengah Utara 11,580 125.14 93

Lembur 4,381 75.79 58

Pulau Pura 5,351 27.83 193

Kabupaten Alor 201,515 2928.88 69

Sumber : Statistik Kabupaten Alor Dalam Angka 2017 2. Moa

Moa merupaka ibukota dari kabupaten Maluku Barat Daya. Maluku Barat Daya sendiri merupakan salah satu kabupatan yang berada di propinsi Maluku. Memiliki Luar wilayah 72.423,58 Km2 yang terdiri dari wilayah daratan seluar 8.648,58 Km2 dan wilayah perairan seluas 63.775 Km2 (88,06%)

Secara astronomis Kabupaten Makuku Barat Data terletah antara 07o06’55”

Lintang Selatan dan 125 o71’85” Bujur Timur.

Berdasarkan posisi geografisnya Kabupaten maluku Barat Daya memiliki batas-batas:

• Timur : Kepulauan Tanimbar

• Barat : Kabupaten Alor

• Utara : Laut Banda

• Selatan : Laut Timor

Kabupaten Maluku Barat Daya terdiri dari 17 Kecamatan yang terletah di 3 kepulauan, yaitu:

• Kepualauan Terselatan : Kisar Utara, Kep. Romang, Wetar, Wetar Barat, Wetar utara, dan Wetar Timur

50

• Kepulauan Lemola : Letti, Moa dan Lakor

• Kepulauan Babar : Pulau-pulau Babar, Babar Timur, Pula Masela, Dawelor Dawera, Damer dan Mdona Hyera

Sumber : Google Maps

Gambar 4-7 Peta Kabupaten Maluku Barat Daya

Kabupaten Maluku Barat Daya memiliki jumlah penduduk pada tahun 2014 adalah72.010 Jiwa. Naik dari tahun 2013 71.707 Jiwa. Kecamtan Moa terdiri dari 7 desa dan 1 kelurahan yang terletah di satu pulau yaitu pulau Moa. Luas wilayah kecamatan Moa adalah 959,68 Km2 dengan desa terluas adalah klis yaitu sebesar 255,76 Km2.. Jumlah Penduduk kecamatan Moa pada tahun 2017 adalah 7.257 jiwa.

Berikut rincian jumlah penduduk tiap kecamatan untuk kabupaten Maluku Barat Daya.

Tabel 4-12 Jumlah Penduduk Tiap Kecamatan di Kabupaten Maluku Barat Daya Kecamatan Laki-Laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Jumlah (jiwa)

Wetar 1,276 1,054 2,330

Wetar Barat 1,110 1,107 2,217

Wetar Utara 1,016 826 1,842

Wetar Timur 831 832 1,663

Pp. Terselatan 5,704 5,689 11,393

Kisar Utara 1,473 1,470 2,943

Kep. Romang 2,079 1,875 3,954

51 Kecamatan Laki-Laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Jumlah (jiwa)

Letti 3,800 3,854 7,654

Moa 3,637 3,563 7,200

Lakor 1,039 1,055 2,094

Damer 2,876 2,783 5,659

Mdona Hyera 2,586 2,750 5,336

Pp. Babar 3,117 3,065 6,182

P. Wetang 954 930 1,884

Babar Tmur 3,003 2,930 5,933

P. Masela 1,054 1,166 2,220

Dawelor Dawera 750 756 1,506

2 0 1 4 36,305 35,705 72,010

Sumber : Statistik Kabupaten Maluku Barat Daya Dalam Angka 2016 3. Rote (Ba’a)

Ba’adale merupakan ibukota dari kabupate Rote Ndao. Kabupaten Rote Ndao sendiri merupakan salah satu bagian dari propinsi Nusa Tenggara Timur. Memiliki luas wilaya 1.280,10 Km2 tersebar pada 96 pulau (7 pulau dihuni dan 89 tidak berpenghuni).

Sebagian besar wilayahnya bergunung dan berbukit hanya sedikit yang daerahnya dataran rendah.

Secara astronomis kabupaten Rote Ndao terletak antara 10o25’ - 11 o15’ Lintang Selatan dan 121 o 49’ - 123 o 26’ Bujur Timur.

Berdasarkan posisi geogrifisnya kabupaten Rote Ndao memiliki batas-batas

• Timur : Selat Pukuafu

• Barat : Laut Sawu

• Utara : Laut Sawu

• Selatan : Samudera Hindia

52

Sumber : Google Maps

Gambar 4-8 Peta Kabupaten Rote Ndao

Seperti halnya ditempat lain di Nusa Tenggara Timur, di Rote Ndao hanya dikenal 2 Musim yaitu musim kemarau dan musin penghujan. Keadaan seperti ini terjadi seriap tahun dengan musim kemarau yang lebih panjang dibandigkan dengan musim penghujan.

Hal ini yang menjadikan Rote Ndao sebagai wilayah yang tergolong kering.

Tabel 4-13 Jumlah Penduduk Kabupaten Rote Ndao berdasarkan Kecamatan Kecamatan 2010 (Jiwa) 2015 (Jiwa) 2016 (Jiwa) Rote Barat Daya 19,737 24,325 25,332 Rote Barat Laut 22,608 27,864 29,017

Lobalain 24,789 30,550 31,818

Rote Tengah 8,058 9,931 10,342 Rote Selatan 5,173 6,375 6,639 Pantai Baru 12,397 15,278 15,910 Rote Timur 12,093 14,903 15,910

Landu Leko 4,540 5,596 5,829

Rote Barat 7,426 9,151 9,829

Ndao Nuse 3,087 3,805 3,964

Jumlah Penduduk

119,908 147,778 153,792

Sumber : Statistik Kabupaten Rote Ndao Dalam Angka 2017

Kabupaten Rote Ndao terbagi menjadi 10 wilayah Kecamatan Kecamatan yang paling padat penduduknya adalah Ndao Nuse yang mencapai 268 jiwa/km2. Kecamatan

53 lain yang juga padat penduduknya adalah Kecamatan Rote Barat Daya sebesar 212 jiwa/km2, menyusul kecamatan Lobalain dengan kepadatan 209 jiwa/km2.

Gambar 4-9 Pasar Tradisional di Rote

Gambar 4-10 Toko Sembako di Rote 4. Sabu (Raijua)

Wilayah administrasi Kabupaten Sabu Raijua mencakup empat pulau yakni Sabu dan Raijua yang berpenghuni serta Wadu Mea dan Dana yang tidak berpenghuni.

Menurut kecamatan hingga tahun 2016 kebupaten Sabu Raijua terbagi atas enam kecamatan yaitu : Raijua, Sabu barat, Hawu Mehara, Sabu Timur, Sabu Liae dan Sabu Tengah. Sabu barat memiliki wilayah terluas yakni 40,21 % dari total wilayah kabupaten sabu Raijua (460,47 Km2)

Kabupaten Sabu Raijua terletak antara 10o25’7,12”- 10o49’45,83” Lintang Selatan dan antara 121o16’10,78”- 122o0’30,26” Bujur Timur. Adapun batas-batas kabupaten Sabu Raijua sebagai berikut

• Timur : Laut Sabu

54

• Barat : Laut Sabu

• Utara : Laut Sabu

• Selatan : Samudera Hindia

Sumber : Google Maps

Gambar 4-11 Peta Kabupaten Sabu Raijua

Jenis Tanah yang dominan di wilayah Kabupaten Sabu Raijua adalah Alluvia l, Grumosol, Litosol, dan Mediteran. Terdapat juga gunung - gunung Kapur yang terbentang di sepanjang Kawasan kabupaten ini.Sebagian besar flora di kabupaten Sabu Raijua terdiri dari padang rumput yang luas, pohon lontar, pohon pinus, gewang dan hutan mangrove. Sementara faunanya terdiri atas hewan hewan menyusui seperti Kerbau Sapi Kuda dan unggas seperti Bebek dan Ayam.

Kabupaten Sabu Raijua terbagi menjadi enam wilayah Kecamatan Kecamatan yang paling padat penduduknya adalah Kecamatan Sabu Barat yang mencapai 32,794 Jiwa. Kecamatan lain yang juga padat penduduknya adalah Kecamatan Hawu Mehara sebesar 18,486 Jiwa, menyusul kecamatan Sabu Liae dengan kepadatan 11,815 Jiwa.

Tabel 4-14 Jumlah Penduduk Kabupaten Sabu Raijua 2016

Kecamatan Laki-laki (Jiwa) Perempuan (jiwa) Jumlah (jiwa)

Sabu Barat 16,865 15,929 32,794

Sabu Tengah 5,099 4,777 9,876

Sabu Timur 4,873 4,663 9,536

Sabu Liae 5,916 5,899 11,815

55 Kecamatan Laki-laki (Jiwa) Perempuan (jiwa) Jumlah (jiwa)

Hawu Mehara 9,473 9,013 18,486

Raijua 5,134 5,072 10,206

Jumlah Sabu Raijua 47,360 45,353 92,713

Sumber : Statistik Kabupaten Sabu Raijua 4.2.4 Pelabuhan Singgah Tol Laut Rute T-13 Tahun 2018

1. Kalabahi

Kapal Tol Laut singgah di pelabuhan Kalabahi. Pelabuhan Kalabahi merupakan pelabuhan yang terletah di kabupaten Alor yang di kelola Oleh UPT Perhubungan Darat

Tabel 4-15 Spesifikasi Pelabuhan Kalabahi

Pelabuhan Panjang (m) Lebar (m) Kedalaman Kolam (M LWS)

Dermaga Nusantara 115 10 -10

Dermaga Pelra 40 5 -8

Fasilitas Luas (M2)

Lapangan Penumpukan 2.465

Terminal Penumpang 2.465

Sumber : PT Pelabuhan Indonesia 3

Sumber :Hacaway.com Gambar 4-12 Pelabuhan Kalabahi

56

2. Moa

Kapal Tol Laut singgah di pelabuhan Moa, Pelabuhan Laut Moa terletah di desa kaiwatu kabupaten Maluku Barat Daya. Pelabuhan Moa merupakan pelabuhan Kelas 4

Sumber : www.luweswatersystem.com Gambar 4-13 Pelabuhan Moa Tabel 4-16 Spesfikasi Pelabuhan Moa Pelabuhan Tahun

Bangun

Dermaga Pelabuhan

Kontruksi Dermaga

Kapasitas (GRT)

Luas Terminal

(M2)

Moa - 33 M x 8 M Beton 1,500 -

3. Rote

Kapal Tol Laut singgah di Pelabuhan Ba’a, Pelabuhan Ba’a merupakan pelabuhan kelas 3 yang di kelola oleh Pemerintah Kabupaten Rote Ndao. Terletak di desa Namodale Kecamatan Lobalain Kabupaten Rote Ndao.

Gambar 4-14 Pelabuhan Ba'a Rote Gambar 4-15 Pelabuhan Laut Ba'a

57 Gambar 4-16 Dermaga Pelabuhan Ba'a

Tabel 4-17 Spesifikasi Pelabuhan Ba'a Rote Pelabuhan Tahun

Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi Nusa Tenggara Timur 4. Sabu

Kapal Tol Laut singgah di pelabuhan Sabu Biu. Pelabuhan Sabu merupakan pelabuhan yang terletak di Kabupaten Sabu Raijua yang di kelola Oleh UPT Perhubungan Darat

Tabel 4-18 Spesifikasi Pelabuhan Sabu Raijua Pelabuhan Tahun

Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi Nusa Tenggara Timur

Sumber :kupang.tribunnews.com Gambar 4-17 Pelabuhan Sabu

58

4.2.5 Pola Operasi Tol Laut

Dalam pelaksanaan program Tol Laut, pada trayek T-13 menggunakan Pola Operasi Multi Port relay. Rute pada Trayek T-13 memiliki Homebase Surabaya dengan Tujuan ke Kalabahi ke Moa ke Rote dan ke Sabu. Dengan pola operasi Multi Port Relay alur pelayaran kapal menjadi dari Tg Perak – Kalabahi – Moa – Rote – Sabu – Rote – Moa – Kalabahi – Tg Perak. Total jarak pelayaran adalah 2,794 Nm.

Tabel 4-19 Pola Operasi Tol Laut

D/O Tg Perak Kalabahi Moa Rote Sabu Tg Perak = 0 731 944 700 653

Kalabahi = 731 0 232 178 211

Moa = 944 232 0 354 400

Rote = 700 178 354 0 80

Sabu = 653 211 400 80 0

Sumber : PT Pelayaran Nasional Indonesia

Sumber : Google Maps

Gambar 4-18 Pola Operasi Tol Laut (Multi Port Relay) 4.2.6 Komoditas Unggulan

Program Tol Laut sudah berjalan sejak 2016. Tetapi tingkat keterisian muatan balik program Tol Laut 10%-20%. (PT Pelni 2017). Pada tahun 2018 program Tol laut melalui Kementrian Perhubungan memiliki target muatan balik harus diatas 50%.

Berikut Komoditas Unggulan untuk daerah di Trayek T-13 Tahun 2018 1. Rumput Laut

Rumput laut (Seaweed) merupakan komoditi yang sangat penting dewasa ini. Hal ini terlihat dari berbagai produk yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari yang menggunakan rumput laut sebagai bahan bakunya. Rumput laut merupakan produk

59 serbaguna yang dapat digunakan langsung untuk dikonsumsi atau diolah menjadi makanan tambahan, makanan ternak, pupuk, biofuel, kosmetik, obatobatan dan sebagainya (Valderrama, et. al., 2013).

Berkembangnya teknologi telah mendorong penggunaan produk ini menjadi lebih luas sehingga mendorong permintaan dan produksi di berbagai negara. Banyak negara menjadi produsen rumput laut dunia terutama negara-negara yang memiki pesisir.

Rumput laut berasal dari alam dan hasil budidaya (aquaculture). Beberapa jenis rumput laut yang berasal dari alam, yaitu Chondrus crispus yang diproduksi di Kanada, Irlandia, Portugal, Spanyol dan Perancis, dan Gigartina yang diproduksi di Amerika Selatan dan Eropa bagian selatan. Adapun rumput laut hasil budidaya, terutama adalah K. alvarezii (secara komersial disebut dengan cottonii) dan E. denticulatum yang dibudidayakan di negaranegara tropis seperti Filipina, Indonesia, Malaysia dan Republik Tanzania (Valderrama, 2013).

Berikut potensi Rumput laut di Rute T-13 yang dapat dimanfaatkan sebagai muatan balik.

Tabel 4-20 Produksi Rumput Laut wilayah T-13 Rumput Laut (Ton) Alor Moa Rote Sabu

2013 86,139 29,279 111,213 134,800 2014 197,465 28,824 145,841 74,721 2015 161,348 28,824 145,840 75,572 2016 161,348 89,422 128,595 48214

Sumber : Statistik Pertanian NTT 2016

Dari tabel diatas dapat di lihat potensi yang besar dari sektor pertanian Rumput laut, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai muatan balik ke jawa. Sehingga tingkat keterisian muatan di rute T-13 bisa naik dan melampaui target dari pemerintah.

2. Perikanan

Daerah NTT dan Maluku merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi sumber daya kelautan cukup banyak dan bervariasi. Namun selama ini potensi tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal. Kondisi ini nampak dari kontribusi sub sektor perikanan terhadap perekonomian masyarakat dan juga penyerapan tenaga kerjanya. Usaha perikanan mencakup kegiatan penangkapan ikan dan budi daya perikanan. Sementara itu permintaan terhadap hasil perikanan diperkirakan terus

60

meningkat secara linier seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani yang berasal dari ikan, serta meningkatnya volume ekpor hasil perikanan.

Berikut Potensi dari Muatan Balik dari Sektor Perikanan Tabel 4-21 Produksi Perikanan di NTT

Perikanan Tangkap 2016 Alor Moa Rote Sabu Kakap (Ton) 1,258 - 115 38 Kerapu (Ton) 3,725 - 166 36

Tenggiri (Ton) - - 168 12

Tembang (Ton) 1,495 - 167 30 Tongkol (Ton) 2,492 - 257 29 Lainnya 20,555 21,848 2,654 609

Sumber : Statistik Pertanian NTT 2016

Tabel 4-22 Produksi Perikanan di Maluku Barat Daya Moa (Ton)

Pelagis Kecil 9,721 Pelagis Besar 3,604 Demersal 8,523

Sumber : Statistik Kabupaten Maluku Barat Daya 2016 Dari tabel diatas dapat diketahui potensi yang besar dari rute T-13.

3. Perkebunan

Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang banyak menyerap tenaga kerja dan penghasil devisa. Hasil sub sektor perkebunan juga sebagai bahan baku untuk industri pengolahan, selain itu dapat berperan sebagai pelestarian lingkungan hidup.

Kegiatan sub sektor perkebunan di NTT yang meliputi perkebunan besar dan perkebunan rakyat sampai akhir tahun 2016 terhitung masih kecil kontribusinya terhadap sektor pertanian. Namun demikian hasil dari sub sektor ini diharapkan dapat menunja ng pendapatan asli NTT dan penggerak perekonomian daerah karena komoditi perkebunan merupakan bahan baku bagi sektor Industri seperti komoditi cengkeh, kelapa, kopi, kakao dan sebagainya.

61 Tabel 4-23 Produksi Perkebunan 2016

Item Kota Kalabahi Kota Moa Kota Rote Kota Sabu

Kelapa (Ton) 1,251 5,299 3,483 836

Kemiri (Ton) 3,519 - - -

Kopi (Ton) 190 9.5 - -

Jambu Mete (Ton) 4,625 282.5 66 271

Sumber : Statistik Pertanian 4. Peternakan

Populasi dan penyebaran ternak di NTT erat hubungannya dengan tersedianya lahan untuk penggembalaan, kegiatan pertanian dan penyebaran penduduk. Selain itu populasi dan penyebaran ternak sangat bergantung dengan iklim dan daya adaptasi dari jenis ternak/ unggas yang bersangkutan. Daerah-daerah yang iklim dan tanahnya tidak/kurang subur untuk usaha pertanian (biasanya padang rumput) sangat baik untuk usaha peternakan, seperti Pulau Sumba bagian timur dan Pulau Timor bagian barat. Iklim berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi ternak, karena tiap jenis ternak menghendaki iklim dan keadaan tempat tertentu, seperti sapi, kuda, dan kambing menghendaki daerah yang sedikit curah hujannya, sebaliknya kerbau dan itik menghendaki daerah yang banyak curah hujannya.

Tabel 4-24 Produksi Peternakan 2016

Item Kota Kalabahi Kota Moa Kota Rote Kota Sabu Sapi (ekor) 4,782 10,792 61,682 5,034 Kerbau (ekor) - 11,075 15,293 9,549 Kambing (ekor) 39,320 40,492 45,955 62,879

Sumber : Badan Pusat Statistik

Kabupaten Maluku Barat Daya pada tahun 2016 dalam laporan Badan Pusat Statistika tercatat peternakan sapi sejumlah 10,792 ekor, Kerbau sejumlah 11,075 ekor, dan Kambing sejumlah 40,492 ekor.

62

4.3 Permintaan Kebutuhan Masyarakat

4.3.1 Jumlah Penduduk

Tabel 4-25 Jumlah Penduduk Trayek T-13

Daerah Jumlah Penduduk (Jiwa) Kabupaten Alor (Kalabahi) 201,505

Kabupaten Maluku Barat Daya (Moa) 72,010 Kabupaten Rote Ndao (Rote Ba’a) 147,778 Kabupaten Sabu Raijua (Sabu Biu)) 92,713

Sumber : Badan Pusat Statistik

Dari tabel diatas dapat diketahui jumlah penduduk terbesar di Kabupaten Alor sebesar 201,505 jiwa, Kabupaten Rote Ndao sebesar 147,778 Jiwa, Kabupaten Sabu Raijua sebesar 92,713 Jiwa, dan Kabupaten Maluku Barat Daya sebesar 72,010.

4.3.2 Tingkat Konsumsi Masyarakat

Informasi terkait kuantitas komoditi makanan yang dikonsumsi sangat penting diketahui untuk menjaga ketersediaan komoditi tersebut di suatu wilayah maupun pola konsumsi penduduk wilayah tersebut. Tabel 4-31 menyajikan rata-rata konsumsi per kapita per minggu beberapa komoditi pokok yang dikonsumsi penduduk Nusa Tenggara Timur dan Penduduk Propinsi Maluku

1. Tingkat Konsumsi Masyarakat per Kapita

Tabel 4-26 Konsumsi Rata Rata Per Kapita

Kebutuhan Propinsi NTT Propinsi Maluku Satuan

Beras 2.215 1.5425 Kg/Minggu

Bawang 0.285 0.395 Ons/Minggu

Tepung 1.4075 1.4075 Kg/Minggu

Minyak 0.1525 0.2075 Liter/Minggu

Gula 1.3925 1.66 Ons/Minggu

Cabai 0.005 0.02 Kg/Minggu

Telur 0.78 1.0375 Butir/Minggu

Daging Ayam 0.06 0.05 Kg/Minggu

Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi Nusa Tenggara Timur dan Propinsi Maluku

63 Pada kelompok komoditas beras konsumsi penduduk, Penduduk Propinsi Nusa Tenggara Timur secara rata-rata mengkonsumsi 2.215 kilogram(kg) selama seminggu, sedangkan untuk penduduk Propinsi Maluku secara rata-rata mengkonsumsi 1.5425 kilogram (kg) selama seminggu.

Pada kelompok komoditas bawang konsumsi penduduk, Penduduk Propinsi Nusa Tenggara Timur secara rata-rata mengkonsumsi 0.285 ons selama seminggu, sedangkan untuk penduduk Propinsi Maluku secara rata-rata mengkonsumsi 0.395 ons selama seminggu.

Pada kelompok komoditas tepung konsumsi penduduk, Penduduk Propinsi Nusa Tenggara Timur secara rata-rata mengkonsumsi 2.215 kilogram(kg) selama seminggu, sedangkan untuk penduduk Propinsi Maluku secara rata-rata mengkonsumsi 1.5425 kilogram (kg) selama seminggu.

Pada kelompok komoditas cabai konsumsi penduduk, Penduduk Propinsi Nusa Tenggara Timur secara rata-rata mengkonsumsi 0.005 kilogram(kg) selama seminggu, sedangkan untuk penduduk Propinsi Maluku secara rata-rata mengkonsumsi 0.02 kilogram (kg) selama seminggu.

Ragam komoditas yang dikonsumsi penduduk dan pemenuhan nilai gizi makanan sangat bergantung terbukanya akses baik secara fisik maupun ekonomi terhadap pangan yang sehat dan bergizi bagi seluruh penduduk. Di samping itu peningkatan kemampuan pengelola pangan rumah tangga juga diperlukan dalam mengelola pangan yang sehat dan bergizi serta pemanfaatan pangan lokal bagi konsumsi seluruh anggota rumah tangga.

(Ringkasan Pola Konsumsi 2017) 2. Produksi Per Tahun

Sumber : Badan Pusat Statistik Tiap Kabupaten 2017

64

Dari tabel diatas, tiap tiap daerah memiliki produksi sendiri akan kebutuhan pokok, tetapi hasil dari produksi sendiri masih belum mencukupi kebutuhan di daerah tersebut. Sehingga memerlukan pasokan dari wilayah lain.

3. Konsumsi Per Tahun

Tabel 4-28 Konsumsi Per Tahun

Jenis Kebutuhan Kabupate n

-Tepung (Ton) 13,614 4,865 9,984 6,264

Minyak (Ton) 1,376 669 1,009 633

Gula (Ton) 382 163 280 176

Setahun (Ton) 9,784 5,290 - 7,090

Total Konsumsi

(Ton) 63,278

Konsumsi pertahun adalah jumlah permintaan dalam satu tahun dikurangi oleh hasil produksi dari daerah tersebut. Sehingga kekurangan permintaan yang dibutuhakn yang tidak bisa di penuhi oleh daerah akan mendatangkan kebutuhan konsumsi dari wilayah

65 total dalam satu tahun adalah 40,849 Ton. Dengan muatan balik tersebut dengan proporsi muatan setiap balik hanya 21 % dari total kapasitas angkut kapal maka diperlukan 23 Frekuensi untuk memenuhi permintaan.

4.4 Hasil Survei Konsumen dan Pedagang

4.4.1 Deskriptif Responden Konsumen atau Rumah Tangga

Penyajian data diskriptif penelitian bertujuan agar dapat dapat di lihat profil dari data penelitian tersebut dan hubungan yang ada antar variabe yang digunakan dalam penelitian. Data deskriptif yang menggambarkan keadaan atau kondisi responden merupakan informasi tambahan untuk memahami hasil hasil penelitian.

1. Jenis Kelamin

Adapun data mengenai jenis kelamin responden konsumen atau rumah tangga di Rote sebagai berikut:

Tabel 4-30 Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Percent

Laki-laki 10 40%

Perempuan 15 60%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan keterangan pada tabel diatas dapat diketahui tentang jenis kelamin pada responden. Jenis kelamin yang paling banyak adalah jenis kelamin perempuan sebesar 60% dan laki-laki sebesar 40%.

1. Usia Responden

Mengenai usia responden disini, peneliti mengelompokkan menjadi enam Kelompok kategori. Yaitu umur kurang dari 25 tahun, 26-30 tahun, 31-40 tahun, 41-50 tahun, 51-60 tahun, dan lebih dari 60 tahun. Adapun data mengenai usia data responden adalah sebagai berikut:

66

Tabel 4-31 Usia Responden Usia Jumlah Percent

<25 3 12%

26-30 6 24%

31-40 7 28%

41-50 6 24%

51-60 3 12%

>60 0 0%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan keterangan pada tabel di atas dapat diketahui tentang usia/umur responden yang diambil sebagai responden. Umur yang menjadi sampel penelitian ini berkisar kurang dari 25 tahun terdapat sebanyak 3 responden atau 12% dari jumlah sampel, yang memiliki umur 26-30 tahun terdapat sebanyak 6 responden atau sekitar 24%

dari jumlah sampel, yang memiliki umur 31-40 tahun terdapat sebanyak 7 responden atau sekitar 28% dari jumlah sampel, yang memiliki umur 41-50 tahun terdapat sebanyak 6 responden atau sekitar 24% dari jumlah sampel, yang memiliki umur 51-60 tahun terdapat sebanyak 3 responden atau sekitar 12% dari jumlah sampel dan yang memiliki umur lebih dari 60 tahun terdapat sebanyak 0 responden atau sekitar 0% dari jumlah sampel.

2. Mengetahui Program Tol Laut

Peneliti mencoba mencari tahu informasi mengenai masyarakat di rute Tol laut apakah sudah mengetahui mengenai program Tol Laut.

Tabel 4-32 Mengetahui Program Tol Laut Pengatahuan Tol laut Jumlah Percent

Sudah 12 48%

Belum 13 52%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan keterangan pada tabel di atas dapat diketahui tentang kepekaan masyarakat mengenai pengetahuan masyarakat tentang Program Tol Laut. Dari hasil Survei didapat 12 responden yang sudah mengetahui mengenai program Tol Laut atau 48%, dan dari hasil Survei didapat 13 responden yang belum mengetahui program Tol Laut atau sekitar 52%.

67 3. Apakah harga kebutuhan pokok sudah stabil

Peneliti mencoba mencari tahu informasi mengenai harga yang yang dirasakan masyarakat di rute Tol laut apakah harga di daerah tersebut stabil atau belum.

Tabel 4-33 Stabilitas Harga Stabil Harga Jumlah Percent

Stabil 10 40%

Belum 15 60%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan keterangan pada tabel di atas dapat diketahui tentang harga di daerah tersebut harga kebutuhan pokok sudah di rasa sudah stabil atau belum. Dapat di ketahui dari hasil Survei di dapat 10 responden yang menjawab bahwa harga di rote sudah stabil atau sekitar 40% dan 15 responden yang menjawab harga di rote belum stabil atau sekitar 60%.

4. Harga Kebutuhan Pokok

Survei dilakukan untuk mengetahui besaran harga kebutuhan pokok di salah satu pelabuhan singgah rute Tol Laut T-13. Sehingga dapat di ketahui dampak dari berjalannya pelaksanaan Program Tol laut terhadap harga.

Didalam kuesioner terdapat sembilan harga jenis kebutuhan pokok.

a. Harga Beras

Harga Beras Jumlah Percent

<Rp. 10.000 0 0%

Rp.10.000 - Rp. 12.000 2 8%

Rp. 12.000 - Rp. 14.000 16 64%

>Rp. 15.000 7 28%

Jumlah 25 100%

Dari tabel diatas diketahui bahwa 64% responden menilai harga beras adalah berkisar Rp. 12,000 – Rp. 14,000 per Kg.

b. Harga Tepung

Harga Tepung Jumlah Percent

<Rp. 8.000 0 0%

Rp.8.000 - Rp. 10.000 2 8%

Rp. 10.000 - Rp. 12.000 12 48%

68

Harga Tepung Jumlah Percent

>Rp. 13.000 11 44%

Jumlah 25 100%

Dari tabel diatas diketahui bahwa 48% responden menilai harga Tepung adalah berkisar Rp. 10,000 – Rp. 12,000 per Kg.

c. Harga Minyak Goreng

Minyak Goreng Jumlah Percent

<Rp. 10.000 0 0%

Rp.10.000 - Rp. 12.000 0 0%

Rp. 12.000 - Rp. 14.000 18 72%

>Rp. 15.000 7 28%

Jumlah 25 100%

Dari tabel diatas diketahui bahwa 72% responden menilai harga Minyak Goreng adalah berkisar Rp. 12,000 – Rp. 14,000 Per Kg

Dari tabel diatas diketahui bahwa 72% responden menilai harga Minyak Goreng adalah berkisar Rp. 12,000 – Rp. 14,000 Per Kg

Dokumen terkait