BAB 4. TINJAUAN UMUM
4.1 Gambaran Umum Tol Laut Saat Ini
4.1.4 Tarif Muatan Tol Laut
Tarif muatan Tol Laut dibedakan atas tarif muatan FCL Dry Container, Reefer Container, dan muatan general cargo yang dihitung per ton atau per m³. Perhitungan tarif untuk general cargo yang ditentukan per ton ataukah per m³ adalah dikenakan berdasarkan perhitungnan yang lebih menguntungkan bagi perusahaan.
1 2
3 4
40
Berikut tarif pada Trayek T-13 (Uang Tambang, Cargo handling, dan Stuffing) yang sesuai dengan PM 114 Tahun 2017 dan Surat NO.066/SBN/DIROPS/09.II/2018
Tabel 4-2 Tarif Angkut Muatan Tol Laut T-13 Dari Tujuan Dry Cont RFC Cont GC Tg Perak Kalabahi Rp. 3,579,000 Rp. 5,369,000 Rp. 291,000 Tg Perak Moa Rp. 4,118,000 Rp. 6,177,000 Rp. 316,000 Tg Perak Rote Rp. 3,922,000 Rp. 5,883,000 Rp. 307,000 Tg Perak Sabu Rp. 4,102,000 Rp. 6,153,000 Rp. 315,000
Tabel 4-3 Tarif Biaya Cargo Handling dan Stuffing
Dari Tujuan CHC Stuffing Dalam Stuffing Luar Tg Perak Kalabahi Rp. 1,804,639 Rp. 1,950,000 Rp. 950,000 Tg Perak Moa Rp. 1,804,639 Rp. 1,950,000 Rp. 950,000 Tg Perak Rote Rp. 1,804,639 Rp. 1,950,000 Rp. 950,000 Tg Perak Sabu Rp. 1,804,639 Rp. 1,950,000 Rp. 950,000
Sumber : PT Pelayaran Nasional Indonesia
Tarif Tol Laut tercantum di dalam Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2016 tentang Tarif Angkutan Barang di Laut dalam Rangka Pelaksanaan Kewajiban Pelayanan Publik (Public Service Obligation)
Detail lengkap tarif angkut muatan Tol Laut semua Trayek (Terlampir) 4.1.5 Skema Subsidi Tol Laut
1. Skema Subsidi
Kementerian Perhubungan memutuskan untuk melibatkan pelayaran swasta dalam penyelenggaraan Tol Laut tahun ini. Upaya ini ditempuh untuk memperluas jangkauan layanan dengan biaya subsidi yang bisa diproyeksi.
Tujuan di berlakukannya subsidi yang berbeda oleh pemerintah adalah agar tidak bersinggungan dengan rute kapal komersil dan agar mengurangi crowding out effect terhadap perusahaan pelayaran swasta yang melayani trayek yang sama dengan trayek Tol Laut.
Terdapat dua skema subsidi yang di berikan pemerintah dalam program Tol Laut.
a. Untuk Pelabuhan Tidak Komersil pemerintah memberikan subsidi operasional kapal dalam hal ini operasional kapal melalui PT PELNI dalam bentuk penugasan.
41 b. Untuk Pelabuhan Komersil pemerintah memberikan subsidi Kontainer dengan pemanfaatan ruang muat komersil. Dalam hal ini operasional kapal di berikan kepada perusahaan pelayaran swasta dengan sistem lelang.
Gambar 4-4 Skema Subsidi Tol Laut
Pola Subsidi Tol Laut Oleh Pemerintah Informasi Trayek 1 Untuk Tujuann Pelabuhan yang tidak
Komersil menggunakan Pola Subsidi Operasional kapal
Penugasan untuk Pelni di 7 Trayek
2 Pola Subsidi kontainer dengan Perusahaan Pelayaran Swasta.
Pemanfaatan Ruang Muat komersil
Pelelangan Umum Perusahaan Swasta
Sumber : PT Pelayaran Nasional Indonesia (Diolah) 2. Skema Pembayaran Subsidi
Berdasarkan Permenhub No.7 Tahun 2017, tarif dasar angkutan Tol Laut sebesar Rp. 4,543.88 per mil per TEUs untuk kontainer dan Rp 206.87 per mil per ton untuk angkutan kargo. Adapun tarif untuk reefer kontainer sebesar 1,5 kali lipat tarif kontainer.
Jika Tarif angkut dari Surabaya menuju Biak di angka 15 Juta, dengan tarif dasar Tol Laut yang hanya 8 Juta. Pemerintah akan membayar selisih antara tarif angkut dan Tarif dasar Tol laut sebesar 7 juta. Dibanding skema subsidi yang sebelumnya, dengan skema subsidi operasional kapal. Berapapun muatan yang terangkut dalam kapal, pemerintah akan membayar. (Budi Karya 2017)
4.1.6 Realisasi Muatan Tol Laut 1. Realisasi Tahun 2016
Tabel 4-4 Realisasi Muatan Tol Laut Tahun 2016 Trayek Jumlah Muat Satuan
T-1 683 Teus
T-2 553 Teus
T-3 697 Teus
T-4 713 Teus
T-5 207 Teus
T-6 1,416.29 Ton
42
Realisasi Muatan pada tahun 2016 untuk Trayek T-1 realisasi muatan sebesar 683 Teus, Trayek T-2 realisasi muatan sebesar 553 teus, Trayek T-3 realisasi muatan sebesar 697 Teus, Trayek T-4 realisasi muatan sebesar 713 teus, Trayek T-5 realisasi muatan sebesar 207 Teus, dan Trayek T-6 realisasi muatan sebesar 1,416.29 Ton
2. Realisasi Tahun 2017
Tabel 4-5 Realisasi Muatan Tol Laut Tahun 2017 Trayek Muat Balik Satuan
T-1 1,184 219 Teus T-2 1,590 148 Teus T-3 1,030 55 Teus
T-4 758 0 Teus
T-5 342 0 Teus
T-6 9,284 0 Ton
T-7 3,816 0 Ton
T-8 2,434 1,042 Ton
T-9 95 35 Teus
T-10 265 35 Teus T-11 572 3 Teus T-12 910 0 Ton T-13 1,042 0 Ton
Realisasi Muatan pada tahun 2017 untuk Trayek T-1 realisasi muatan sebesar 1,184 Teus dan muatan balik sebesar 219 Teus, Trayek T-2 realisasi muatan sebesar 1,590 Teus dan muatan balik sebesar 148 Teus, Trayek T-3 realisasi muatan sebesar 1,030 Teus dan muatan balik sebesar 55 Teus, Trayek T-4 realisasi muatan sebesar 758 teus, Trayek T-5 realisasi muatan sebesar 342 Teus, Trayek T-6 realisasi muatan sebesar 9,284 Ton, Trayek T-7 realisasi muatan sebesar 3,816 Ton, Trayek T-8 realisasi muatan sebesar 2,434 Ton dan muatan balik sebesar 1,042 Ton, Trayek T-9 realisasi muatan sebesar 95 Teus dan muatan balik 35 Teus, Trayek T-10 realisasi muatan sebesar 265 Teus dan muatan balik 35 Teus, Trayek T-11 realisasi muatan sebesar 572 Teus dan muatan balik 3 Teus, Trayek T-12 realisasi muatan sebesar 910 Ton, dan Trayek T-13 realisasi muatan sebesar 1,042 Ton.
43
4.1.7 Perkembangan Jaringan Rute Tol Laut (2015-2018) 1. Jaringan Rute Tol Laut 2015-2016
Pada awal mulainya beroperasi Program Pemerintah mengenai Tol Laut, Pemerintah membuka enam Trayek pada tahun 2015 sampai 2016. Program Tol Laut pelabuhan utama di Pelabuhan Tanjung Perak dan Pelabuhan Tanjung Priok.
Tabel 4-7 Jaringan Rute Tol Laut 2015-2016
Tanjung Perak – Saumlaki– Dobo – Merauke– Dobo – Saumlaki – Tanjung Perak.
3 Trayek T-3
Tanjung Perak – Reo– Maumere – Lewoleba – Rote– Sabu– Waingapu dan kembali ke – Sabu – Rote – Lewoleba – Maumere – Reo – Tajung Perak.
4 Trayek T-4
Tanjung Priok – Biak– Serui – Nabire – Wasior– Manokwari kembali ke – Wasior – Nabire – Serui – Biak – Tanjung Priok.
5 Trayek T-5
Tanjung Priok – Ternate – Tobelo – Babang kembali melalui – Tobelo – Ternate – Tanjung Priok,
44
Rute Tol Laut Tahun 2015-2016 6 Trayek
T-6
Tanjung Priok – Kijang– Natuna – Kijang – Tanjung Priok.
2. Jaringan Rute Tol Laut 2017
Pada Tahun 2017 terdapat penambahan rute baru yang semula pada tahun 2016 hanya terdapat enam rute, pada tahun 2017 terdapat penambahan rute dengan total rute pada tahun 2017 berjumlah 13 trayek.
Berikut Trayek Tol Laut pada Tahun 2017
Tanjung Perak-Bau Bau-Manokwari-Bau Bau-Tanjung Perak.
5 Trayek
Tanjung Perak-Belang Belang-207-Sangatta-P Sebatik-Tanjung Perak.
9 Trayek T-9
Tanjung Perak-Kisar (Wonreli)-Namrole-Kisar (Wonreli)-Tanj ung Perak.
45 3. Jaringan Rute Tol Laut 2018
Pada Tahun 2018 terdapat penambahan rute baru yang semula pada tahun 2017 hanya terdapat 13 rute, pada tahun 2018 terdapat penambahan rute dengan total rute pada tahun 2018 berjumlah 15 trayek.
Berikut Trayek Tol Laut pada Tahun 2018
Tabel 4-9 Jaringan Rute Tol Laut 2018 Rute Tol Laut Tahun 2018
1 Trayek T-1
Teluk Bayur – Pulau Nias (Gunung Sitoli) – Mentawai – Pulau Enggano – Bengkulu (Kapal Utama)
2 Trayek T-2
Tanjung Priok – Tanjung Batu – Blinyu – Tarempa – Natuna (Selat Lampa) – Midai – Serasan – Tanjung Priok (Kapal Utama) 3 Trayek
T-3
Tanjung Priok – Belang Belang – Sangatta – Nunukan – Pulau Sebatik (Pulau Nyamuk) – Tanjung Perak (Kapal Utama)
4 Trayek T-4
1. Tanjung Perak – Makassar – Tahuna – Tanjung Perak (Kapal Utama)
2. Tahuna – Kahakitang – Buhias – Tagulandang – Biaro – Lirung – Melangoane – Kakorotan – Miangas – Marore – Tahuna (Kapal
Penghubung/Feeder)
Tanjung Perak – Tidore – Morotai – Tanjung Perak (Kapal Utama)
7 Trayek T-7
Tanjung Perak – Wanci – Namlea – Tanjung Perak (Kapal Utama)
8 Trayek
Tanjung Perak – Nabire – Serui – Wasior – Tanjung Perak (Kapal Utama)
10 Trayek T-10
Tanjung Perak – Fak-fak – Kaimana – Tanjung Perak (Kapal Utama)
46
Rute Tol Laut Tahun 2018 11 Trayek
T-11
Tanjung Perak – Timika – Agats – Merauke – Tanjung Perak (Kapal Utama Crossing)
12 Trayek T-12
Tanjung Perak – Saumlaki – Dobo – Tanjung Perak (Kapal Utama)
13 Trayek T-13
Tanjung Perak – Kalabahi – Moa – Rote (Ba’a) – Sabu (Biu) – Tanjung Perak (Kapal Utama)
14 Trayek T-14
Tanjung Perak – Larantuka – Adonara (Terong) – Lewoleba – Tanjung Perak (Kapal Utama)
15 Trayek T-15
Tanjung Perak – Kisar (Wonreli) – Namrole – Tanjung Perak (Kapal Utama)
Sumber : SK DJPL Nomor AL.108/5/17/DJPL-17 4.2 Gambaran Umum Objek Penelitian
4.2.1 Rute Tol Laut T-13 Tahun 2018
Rute ketiga dengan kode trayek T-13 adalah rute dengan pangkalan distribusi di Surabaya dengan detail rute melewati pelabuhan Tanjung perak – Kalabahi – Moa - Rote – Sabu – Rote – Moa – Kalabahi – Tanjung Perak.
Berikut adalah Jaringan Rute Tol Laut T-13
Sumber : Google Maps
Gambar 4-5 Peta Rute Trayek Tol Laut T-13
Berikut tabel yang memperlihatkan jarak antar pelabuhan di tryek T-13. KM Logistik 3 beroperasi menempuk jarak dalam satu kali Perjalanan 2,794 NM.
47 4.2.2 Spesifikasi Kapal Tol Laut
Kapal yang melayani rute ini adalah KM. Logistik Nusantara 3 yang merupakan kapal kontainer yang di miliki oleh PT. Pelni dengan spesifikasi kapal sebagai berikut :
Tabel 4-10 Spesifikasi KM Logistik Nusantara 3 SPESIFIKASI KM LOGISTIK NUSANTARA 3 Nama Kapal KM Logistik Nusantara 3 Tahun Pembuatan 2008
Speed 13 Knot
Kekuatan Crane Palka I 40 Ton Kekuatan Crane Palka II 40 Ton Kekuatan Crane Palka III 40 Ton
Kapasitas Ankut (Full) 115 Teus (20 Ton)
DWT 3901 T/M
Round Perjalanan 22 Hari
Target Perjalanan 15 Perjalanan/Tahun
Rute Tg.Perak–731–Kalabahi–232–Moa–
354–Rote(Ba’a)–80-Sabu(Biu)–653–
Tg.Perak
Sumber : PT Pelayaran Nasional Indonesia 4.2.3 Daerah Singgah Tol Laut
1. Kalabahi
Kalabahi merupakan ibu kota dari Kabupaten Alor. Kabupaten Alor merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak di bagian timur laut.
Kabupaten Alor terdiri dari tiga pulau besar dan enam pulau kecil yang saat ini ada penghuninya.
Secara astronomis Kabupaten Alor Terlentak antara
• Timur : 125 o -48 o BT
• Barat : 123 o -48 o BT
• Utara : 8 o -6 o LS
• Selatan : 8 o -36 o LS
Berdasarkan wilayahnya, batas-batas Kabupaten Alor adalah
48
• Timur : Pulau-pulau di Maluku
• Barat : Selat Lomblen Lembata
• Utara : Laut Flores
• Selatan : Selat Ombay dan Timor Leste
Sumber : Google Maps Gambar 4-6 Peta Kabupaten Alor
Alor yang memiliki luas 2.928,88 Km2 terdiri dari 17 Kecamatan. Secara geografis, kondisi daerah ini merupakan daerah pegunungan tinggi dikelilingi oleh lembah-lembah dan jurang-jurang. 63,94% wilayah dikabupaten Alor merupakan daerah dengan kemiringan lebih dari 40o
Kecamatan yang paling padat penduduknya adalah Teluk Mutiara yang mencapai 641 jiwa/km2. Kecamatan lain yang juga padat penduduknya adalah Kecamatan Pulau Pura sebesar 194 jiwa/km2, menyusul kecamatan Alor Barat Laut dengan kepadatan 185 jiwa/km2.
Tabel 4-11 Jumlah Penduduk Tiap Kecamatan di Kabupaten Alor
Kecamatan Penduduk (Jiwa) Luas Daerah (Km2) Kepadatan (Jiwa/Km2)
Pantar 9,330 119.82 78
Pantar Barat 7,137 58.71 122
Pantar Timur 11,390 141.44 81
Pantar Barat Laut 4,535 150.13 31
Pantar Tengah 9,876 306.02 33
Alor Barat Daya 22,831 447.97 51
49 Kecamatan Penduduk (Jiwa) Luas Daerah (Km2) Kepadatan (Jiwa/Km2)
Mataru 5,918 102.78 58
Alor Selatan 9,423 192.97 49
Alor Timur 7,959 562.76 15
Alor Timur Laut 9,120 208.49 44
Pureman 3,680 147.88 25
Teluk Mutiara 51,335 80.18 641
Kabola 7,769 73.01 107
Alor Barat Laut 19,900 107.96 185
Alor Tengah Utara 11,580 125.14 93
Lembur 4,381 75.79 58
Pulau Pura 5,351 27.83 193
Kabupaten Alor 201,515 2928.88 69
Sumber : Statistik Kabupaten Alor Dalam Angka 2017 2. Moa
Moa merupaka ibukota dari kabupaten Maluku Barat Daya. Maluku Barat Daya sendiri merupakan salah satu kabupatan yang berada di propinsi Maluku. Memiliki Luar wilayah 72.423,58 Km2 yang terdiri dari wilayah daratan seluar 8.648,58 Km2 dan wilayah perairan seluas 63.775 Km2 (88,06%)
Secara astronomis Kabupaten Makuku Barat Data terletah antara 07o06’55”
Lintang Selatan dan 125 o71’85” Bujur Timur.
Berdasarkan posisi geografisnya Kabupaten maluku Barat Daya memiliki batas-batas:
• Timur : Kepulauan Tanimbar
• Barat : Kabupaten Alor
• Utara : Laut Banda
• Selatan : Laut Timor
Kabupaten Maluku Barat Daya terdiri dari 17 Kecamatan yang terletah di 3 kepulauan, yaitu:
• Kepualauan Terselatan : Kisar Utara, Kep. Romang, Wetar, Wetar Barat, Wetar utara, dan Wetar Timur
50
• Kepulauan Lemola : Letti, Moa dan Lakor
• Kepulauan Babar : Pulau-pulau Babar, Babar Timur, Pula Masela, Dawelor Dawera, Damer dan Mdona Hyera
Sumber : Google Maps
Gambar 4-7 Peta Kabupaten Maluku Barat Daya
Kabupaten Maluku Barat Daya memiliki jumlah penduduk pada tahun 2014 adalah72.010 Jiwa. Naik dari tahun 2013 71.707 Jiwa. Kecamtan Moa terdiri dari 7 desa dan 1 kelurahan yang terletah di satu pulau yaitu pulau Moa. Luas wilayah kecamatan Moa adalah 959,68 Km2 dengan desa terluas adalah klis yaitu sebesar 255,76 Km2.. Jumlah Penduduk kecamatan Moa pada tahun 2017 adalah 7.257 jiwa.
Berikut rincian jumlah penduduk tiap kecamatan untuk kabupaten Maluku Barat Daya.
Tabel 4-12 Jumlah Penduduk Tiap Kecamatan di Kabupaten Maluku Barat Daya Kecamatan Laki-Laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Jumlah (jiwa)
Wetar 1,276 1,054 2,330
Wetar Barat 1,110 1,107 2,217
Wetar Utara 1,016 826 1,842
Wetar Timur 831 832 1,663
Pp. Terselatan 5,704 5,689 11,393
Kisar Utara 1,473 1,470 2,943
Kep. Romang 2,079 1,875 3,954
51 Kecamatan Laki-Laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Jumlah (jiwa)
Letti 3,800 3,854 7,654
Moa 3,637 3,563 7,200
Lakor 1,039 1,055 2,094
Damer 2,876 2,783 5,659
Mdona Hyera 2,586 2,750 5,336
Pp. Babar 3,117 3,065 6,182
P. Wetang 954 930 1,884
Babar Tmur 3,003 2,930 5,933
P. Masela 1,054 1,166 2,220
Dawelor Dawera 750 756 1,506
2 0 1 4 36,305 35,705 72,010
Sumber : Statistik Kabupaten Maluku Barat Daya Dalam Angka 2016 3. Rote (Ba’a)
Ba’adale merupakan ibukota dari kabupate Rote Ndao. Kabupaten Rote Ndao sendiri merupakan salah satu bagian dari propinsi Nusa Tenggara Timur. Memiliki luas wilaya 1.280,10 Km2 tersebar pada 96 pulau (7 pulau dihuni dan 89 tidak berpenghuni).
Sebagian besar wilayahnya bergunung dan berbukit hanya sedikit yang daerahnya dataran rendah.
Secara astronomis kabupaten Rote Ndao terletak antara 10o25’ - 11 o15’ Lintang Selatan dan 121 o 49’ - 123 o 26’ Bujur Timur.
Berdasarkan posisi geogrifisnya kabupaten Rote Ndao memiliki batas-batas
• Timur : Selat Pukuafu
• Barat : Laut Sawu
• Utara : Laut Sawu
• Selatan : Samudera Hindia
52
Sumber : Google Maps
Gambar 4-8 Peta Kabupaten Rote Ndao
Seperti halnya ditempat lain di Nusa Tenggara Timur, di Rote Ndao hanya dikenal 2 Musim yaitu musim kemarau dan musin penghujan. Keadaan seperti ini terjadi seriap tahun dengan musim kemarau yang lebih panjang dibandigkan dengan musim penghujan.
Hal ini yang menjadikan Rote Ndao sebagai wilayah yang tergolong kering.
Tabel 4-13 Jumlah Penduduk Kabupaten Rote Ndao berdasarkan Kecamatan Kecamatan 2010 (Jiwa) 2015 (Jiwa) 2016 (Jiwa) Rote Barat Daya 19,737 24,325 25,332 Rote Barat Laut 22,608 27,864 29,017
Lobalain 24,789 30,550 31,818
Rote Tengah 8,058 9,931 10,342 Rote Selatan 5,173 6,375 6,639 Pantai Baru 12,397 15,278 15,910 Rote Timur 12,093 14,903 15,910
Landu Leko 4,540 5,596 5,829
Rote Barat 7,426 9,151 9,829
Ndao Nuse 3,087 3,805 3,964
Jumlah Penduduk
119,908 147,778 153,792
Sumber : Statistik Kabupaten Rote Ndao Dalam Angka 2017
Kabupaten Rote Ndao terbagi menjadi 10 wilayah Kecamatan Kecamatan yang paling padat penduduknya adalah Ndao Nuse yang mencapai 268 jiwa/km2. Kecamatan
53 lain yang juga padat penduduknya adalah Kecamatan Rote Barat Daya sebesar 212 jiwa/km2, menyusul kecamatan Lobalain dengan kepadatan 209 jiwa/km2.
Gambar 4-9 Pasar Tradisional di Rote
Gambar 4-10 Toko Sembako di Rote 4. Sabu (Raijua)
Wilayah administrasi Kabupaten Sabu Raijua mencakup empat pulau yakni Sabu dan Raijua yang berpenghuni serta Wadu Mea dan Dana yang tidak berpenghuni.
Menurut kecamatan hingga tahun 2016 kebupaten Sabu Raijua terbagi atas enam kecamatan yaitu : Raijua, Sabu barat, Hawu Mehara, Sabu Timur, Sabu Liae dan Sabu Tengah. Sabu barat memiliki wilayah terluas yakni 40,21 % dari total wilayah kabupaten sabu Raijua (460,47 Km2)
Kabupaten Sabu Raijua terletak antara 10o25’7,12”- 10o49’45,83” Lintang Selatan dan antara 121o16’10,78”- 122o0’30,26” Bujur Timur. Adapun batas-batas kabupaten Sabu Raijua sebagai berikut
• Timur : Laut Sabu
54
• Barat : Laut Sabu
• Utara : Laut Sabu
• Selatan : Samudera Hindia
Sumber : Google Maps
Gambar 4-11 Peta Kabupaten Sabu Raijua
Jenis Tanah yang dominan di wilayah Kabupaten Sabu Raijua adalah Alluvia l, Grumosol, Litosol, dan Mediteran. Terdapat juga gunung - gunung Kapur yang terbentang di sepanjang Kawasan kabupaten ini.Sebagian besar flora di kabupaten Sabu Raijua terdiri dari padang rumput yang luas, pohon lontar, pohon pinus, gewang dan hutan mangrove. Sementara faunanya terdiri atas hewan hewan menyusui seperti Kerbau Sapi Kuda dan unggas seperti Bebek dan Ayam.
Kabupaten Sabu Raijua terbagi menjadi enam wilayah Kecamatan Kecamatan yang paling padat penduduknya adalah Kecamatan Sabu Barat yang mencapai 32,794 Jiwa. Kecamatan lain yang juga padat penduduknya adalah Kecamatan Hawu Mehara sebesar 18,486 Jiwa, menyusul kecamatan Sabu Liae dengan kepadatan 11,815 Jiwa.
Tabel 4-14 Jumlah Penduduk Kabupaten Sabu Raijua 2016
Kecamatan Laki-laki (Jiwa) Perempuan (jiwa) Jumlah (jiwa)
Sabu Barat 16,865 15,929 32,794
Sabu Tengah 5,099 4,777 9,876
Sabu Timur 4,873 4,663 9,536
Sabu Liae 5,916 5,899 11,815
55 Kecamatan Laki-laki (Jiwa) Perempuan (jiwa) Jumlah (jiwa)
Hawu Mehara 9,473 9,013 18,486
Raijua 5,134 5,072 10,206
Jumlah Sabu Raijua 47,360 45,353 92,713
Sumber : Statistik Kabupaten Sabu Raijua 4.2.4 Pelabuhan Singgah Tol Laut Rute T-13 Tahun 2018
1. Kalabahi
Kapal Tol Laut singgah di pelabuhan Kalabahi. Pelabuhan Kalabahi merupakan pelabuhan yang terletah di kabupaten Alor yang di kelola Oleh UPT Perhubungan Darat
Tabel 4-15 Spesifikasi Pelabuhan Kalabahi
Pelabuhan Panjang (m) Lebar (m) Kedalaman Kolam (M LWS)
Dermaga Nusantara 115 10 -10
Dermaga Pelra 40 5 -8
Fasilitas Luas (M2)
Lapangan Penumpukan 2.465
Terminal Penumpang 2.465
Sumber : PT Pelabuhan Indonesia 3
Sumber :Hacaway.com Gambar 4-12 Pelabuhan Kalabahi
56
2. Moa
Kapal Tol Laut singgah di pelabuhan Moa, Pelabuhan Laut Moa terletah di desa kaiwatu kabupaten Maluku Barat Daya. Pelabuhan Moa merupakan pelabuhan Kelas 4
Sumber : www.luweswatersystem.com Gambar 4-13 Pelabuhan Moa Tabel 4-16 Spesfikasi Pelabuhan Moa Pelabuhan Tahun
Bangun
Dermaga Pelabuhan
Kontruksi Dermaga
Kapasitas (GRT)
Luas Terminal
(M2)
Moa - 33 M x 8 M Beton 1,500 -
3. Rote
Kapal Tol Laut singgah di Pelabuhan Ba’a, Pelabuhan Ba’a merupakan pelabuhan kelas 3 yang di kelola oleh Pemerintah Kabupaten Rote Ndao. Terletak di desa Namodale Kecamatan Lobalain Kabupaten Rote Ndao.
Gambar 4-14 Pelabuhan Ba'a Rote Gambar 4-15 Pelabuhan Laut Ba'a
57 Gambar 4-16 Dermaga Pelabuhan Ba'a
Tabel 4-17 Spesifikasi Pelabuhan Ba'a Rote Pelabuhan Tahun
Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi Nusa Tenggara Timur 4. Sabu
Kapal Tol Laut singgah di pelabuhan Sabu Biu. Pelabuhan Sabu merupakan pelabuhan yang terletak di Kabupaten Sabu Raijua yang di kelola Oleh UPT Perhubungan Darat
Tabel 4-18 Spesifikasi Pelabuhan Sabu Raijua Pelabuhan Tahun
Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi Nusa Tenggara Timur
Sumber :kupang.tribunnews.com Gambar 4-17 Pelabuhan Sabu
58
4.2.5 Pola Operasi Tol Laut
Dalam pelaksanaan program Tol Laut, pada trayek T-13 menggunakan Pola Operasi Multi Port relay. Rute pada Trayek T-13 memiliki Homebase Surabaya dengan Tujuan ke Kalabahi ke Moa ke Rote dan ke Sabu. Dengan pola operasi Multi Port Relay alur pelayaran kapal menjadi dari Tg Perak – Kalabahi – Moa – Rote – Sabu – Rote – Moa – Kalabahi – Tg Perak. Total jarak pelayaran adalah 2,794 Nm.
Tabel 4-19 Pola Operasi Tol Laut
D/O Tg Perak Kalabahi Moa Rote Sabu Tg Perak = 0 731 944 700 653
Kalabahi = 731 0 232 178 211
Moa = 944 232 0 354 400
Rote = 700 178 354 0 80
Sabu = 653 211 400 80 0
Sumber : PT Pelayaran Nasional Indonesia
Sumber : Google Maps
Gambar 4-18 Pola Operasi Tol Laut (Multi Port Relay) 4.2.6 Komoditas Unggulan
Program Tol Laut sudah berjalan sejak 2016. Tetapi tingkat keterisian muatan balik program Tol Laut 10%-20%. (PT Pelni 2017). Pada tahun 2018 program Tol laut melalui Kementrian Perhubungan memiliki target muatan balik harus diatas 50%.
Berikut Komoditas Unggulan untuk daerah di Trayek T-13 Tahun 2018 1. Rumput Laut
Rumput laut (Seaweed) merupakan komoditi yang sangat penting dewasa ini. Hal ini terlihat dari berbagai produk yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari yang menggunakan rumput laut sebagai bahan bakunya. Rumput laut merupakan produk
59 serbaguna yang dapat digunakan langsung untuk dikonsumsi atau diolah menjadi makanan tambahan, makanan ternak, pupuk, biofuel, kosmetik, obatobatan dan sebagainya (Valderrama, et. al., 2013).
Berkembangnya teknologi telah mendorong penggunaan produk ini menjadi lebih luas sehingga mendorong permintaan dan produksi di berbagai negara. Banyak negara menjadi produsen rumput laut dunia terutama negara-negara yang memiki pesisir.
Rumput laut berasal dari alam dan hasil budidaya (aquaculture). Beberapa jenis rumput laut yang berasal dari alam, yaitu Chondrus crispus yang diproduksi di Kanada, Irlandia, Portugal, Spanyol dan Perancis, dan Gigartina yang diproduksi di Amerika Selatan dan Eropa bagian selatan. Adapun rumput laut hasil budidaya, terutama adalah K. alvarezii (secara komersial disebut dengan cottonii) dan E. denticulatum yang dibudidayakan di negaranegara tropis seperti Filipina, Indonesia, Malaysia dan Republik Tanzania (Valderrama, 2013).
Berikut potensi Rumput laut di Rute T-13 yang dapat dimanfaatkan sebagai muatan balik.
Tabel 4-20 Produksi Rumput Laut wilayah T-13 Rumput Laut (Ton) Alor Moa Rote Sabu
2013 86,139 29,279 111,213 134,800 2014 197,465 28,824 145,841 74,721 2015 161,348 28,824 145,840 75,572 2016 161,348 89,422 128,595 48214
Sumber : Statistik Pertanian NTT 2016
Dari tabel diatas dapat di lihat potensi yang besar dari sektor pertanian Rumput laut, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai muatan balik ke jawa. Sehingga tingkat keterisian muatan di rute T-13 bisa naik dan melampaui target dari pemerintah.
2. Perikanan
Daerah NTT dan Maluku merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi sumber daya kelautan cukup banyak dan bervariasi. Namun selama ini potensi tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal. Kondisi ini nampak dari kontribusi sub sektor perikanan terhadap perekonomian masyarakat dan juga penyerapan tenaga kerjanya. Usaha perikanan mencakup kegiatan penangkapan ikan dan budi daya perikanan. Sementara itu permintaan terhadap hasil perikanan diperkirakan terus
60
meningkat secara linier seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani yang berasal dari ikan, serta meningkatnya volume ekpor hasil perikanan.
Berikut Potensi dari Muatan Balik dari Sektor Perikanan Tabel 4-21 Produksi Perikanan di NTT
Perikanan Tangkap 2016 Alor Moa Rote Sabu Kakap (Ton) 1,258 - 115 38 Kerapu (Ton) 3,725 - 166 36
Tenggiri (Ton) - - 168 12
Tembang (Ton) 1,495 - 167 30 Tongkol (Ton) 2,492 - 257 29 Lainnya 20,555 21,848 2,654 609
Sumber : Statistik Pertanian NTT 2016
Tabel 4-22 Produksi Perikanan di Maluku Barat Daya Moa (Ton)
Pelagis Kecil 9,721 Pelagis Besar 3,604 Demersal 8,523
Sumber : Statistik Kabupaten Maluku Barat Daya 2016 Dari tabel diatas dapat diketahui potensi yang besar dari rute T-13.
3. Perkebunan
Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang banyak menyerap tenaga kerja dan penghasil devisa. Hasil sub sektor perkebunan juga sebagai bahan baku untuk industri pengolahan, selain itu dapat berperan sebagai pelestarian lingkungan hidup.
Kegiatan sub sektor perkebunan di NTT yang meliputi perkebunan besar dan perkebunan rakyat sampai akhir tahun 2016 terhitung masih kecil kontribusinya terhadap sektor pertanian. Namun demikian hasil dari sub sektor ini diharapkan dapat menunja ng pendapatan asli NTT dan penggerak perekonomian daerah karena komoditi perkebunan merupakan bahan baku bagi sektor Industri seperti komoditi cengkeh, kelapa, kopi, kakao dan sebagainya.
61 Tabel 4-23 Produksi Perkebunan 2016
Item Kota Kalabahi Kota Moa Kota Rote Kota Sabu
Kelapa (Ton) 1,251 5,299 3,483 836
Kemiri (Ton) 3,519 - - -
Kopi (Ton) 190 9.5 - -
Jambu Mete (Ton) 4,625 282.5 66 271
Sumber : Statistik Pertanian 4. Peternakan
Populasi dan penyebaran ternak di NTT erat hubungannya dengan tersedianya lahan untuk penggembalaan, kegiatan pertanian dan penyebaran penduduk. Selain itu populasi dan penyebaran ternak sangat bergantung dengan iklim dan daya adaptasi dari jenis ternak/ unggas yang bersangkutan. Daerah-daerah yang iklim dan tanahnya tidak/kurang subur untuk usaha pertanian (biasanya padang rumput) sangat baik untuk usaha peternakan, seperti Pulau Sumba bagian timur dan Pulau Timor bagian barat. Iklim berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi ternak, karena tiap jenis ternak menghendaki iklim dan keadaan tempat tertentu, seperti sapi, kuda, dan kambing menghendaki daerah yang sedikit curah hujannya, sebaliknya kerbau dan itik menghendaki daerah yang banyak curah hujannya.
Tabel 4-24 Produksi Peternakan 2016
Item Kota Kalabahi Kota Moa Kota Rote Kota Sabu Sapi (ekor) 4,782 10,792 61,682 5,034 Kerbau (ekor) - 11,075 15,293 9,549 Kambing (ekor) 39,320 40,492 45,955 62,879
Sumber : Badan Pusat Statistik
Kabupaten Maluku Barat Daya pada tahun 2016 dalam laporan Badan Pusat Statistika tercatat peternakan sapi sejumlah 10,792 ekor, Kerbau sejumlah 11,075 ekor, dan Kambing sejumlah 40,492 ekor.
62
4.3 Permintaan Kebutuhan Masyarakat
4.3.1 Jumlah Penduduk
Tabel 4-25 Jumlah Penduduk Trayek T-13
Daerah Jumlah Penduduk (Jiwa) Kabupaten Alor (Kalabahi) 201,505
Daerah Jumlah Penduduk (Jiwa) Kabupaten Alor (Kalabahi) 201,505