• Tidak ada hasil yang ditemukan

TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

C. Poligami Dalam Lintas Sejarah dan Hikmah Disyariatkan Poligami

1. Poligami Dalam Lintas Sejarah

Sebenarnya sistem poligami sudah meluas ke banyak bangsa sebelum Islam datang, Diantaranya bangsa-bangsa yang melaksanakan praktik poligami ialah: Bangsa Ibrani, Arab Jahiliyah, Saqalibah atau disebut juga orang-orang terdahulu (Cisilia) yang sekarang itu mereka dinisbatkan kepada bangsa-bangsa penghuni negara-negara Rusia, Lituania, Polandia, Cokoslowakia dan Yugoslowakia dan menurut sebagian Orang-orang Jerman dan Saxson, mereka memasukkan juga bangsa-bangsa sekarang dinamakan: Jerman, Swiss, Belgia, Belanda, Denmark, Swedia, Norwegia, dan Inggris. Tidak benar apa yang mereka katakan bahwa Islamlah yang membawa sistem poligami. Sebenarnya sistim poligami itu tersebar hingga hari ini ke beberapa bangsa tidak beragama Islam, seperti orang-orang bangsa Afrikia, India, Cina dan Jepang, tetapi juga tidak benar kalau dikatakan sistem poligami ini tersebar ke negara-negara umat beragama Islam saja.35

Bangsa Arab sebelum Islam melakukan poligami tanpa batas, bahkan taurat yang ada di tangan kita saat ini membolehkan poligami tanpa batas.

35

http://master.islamic.uii.ac.id/index.php/Artikel/POLIGAMI-DAN-APLIKASI-HUKUM-ISLAM-DI-INDONESIA.html, diakses, pada tanggal 13 juli 2014 jam13:20 WIB.

Taurat juga menyebutkan bahwa sebagian para nabi melakukan poligami tanpa batas, dan Islam datang membatasinya dengan jumlah empat orang wanita dan meletakkan syarat adil dan mampu memberi nafkah, dan ia adalah syarat setiap perkawinan sekalipun hanya dengan satu orang. Ia adalah syarat agama yang menyebabkan seseorang berdosa bila tidak menunaikannya.36

Poligami telah dikenal oleh bangsa-bangsa di permukaan bumi sebagai masalah kemasyarakatan. Poligami juga banyak diperhatikan oleh para sarjana dan ahli-ahli seksiologi seperti Sigmund Freud, Adler, H. Levie, Jung, Charlotte Buhler, Margaret Mead dan lain-lain. Di dunia Barat, kebanyakan orang benci dan menentang poligami. Sebagian besar bangsa-bangsa disana menganggap bahwa poligami adalah hasil dari perbuatan cabul dan oleh karenanya dianggap sebagai tindakan yang tidak bermoral. Akan tetapi, kenyataannya menunjukkan lain, dan inilah yang mengherankan. Di Barat, kian merajalela terjadinya praktik-praktik poligami secara liar atau non-legal

di luar perkawinan yang sah, hal yang demikian sejak dulu sudah bukan rahasia lagi. Hendrik II, Hendrik IV, Lodeewijk XV, Rechlieu, dan Napoleon I, adalah sekadar contoh orang-orang besar Eropa yang berpoligami secara

illegal, bahkan Pendeta-pendeta Nasrani yang telah bersumpah tidak akan kawin selam hidupnya, tidak malu-malunya membiasakan juga kebiasaan

36

Karam Hilmi Farhat, Poligami Dalam Panndangan Islam, Nasrani & Yahudi, (Jakarta: Tim Pustaka Darul Haq, 2007), h.73.

memelihara istri-istri gelap dengan izin sederhana dari uskup atau kepala-kepala gereja mereka.37

Melihat realita ini, banyak juga diantara para sarjana barat, penganjur poligami atau paling tidak orang-orang barat yang mulai terbuka dan bersikap lunak dengan poligami. Dr. Gustav Le Bon pernah berkata: “pada masa-masa yang akan datang nanti, Undang-undang Bangsa Eropa akan melegalisasi

poligami”. M. Letourbeau juga pernah berkata: “hingga sampai saat ini, belum juga dapat diyakini bahwa sistem monogami itu yang lebih baik”.38

Di zaman yang serba modern ini, soal poligami tampaknya masih hangat dibicarakan. Malah sebagian orang tidak puas dengan sekedar membahas tentang baik buruknya sistem poligami bagi manusia, tetapi lebih jauh lagi orang ingin mengetahui sifat biologis manusia pria dan wanita. Yaitu, apakah memang manusia jenis kelamin pria itu bersifat poligami atau tidak dan apakah manusia wanita itu bersifat monogami atau tidak.39

Dalam realitasnya, hanya golongan Kristen Katholik saja yang tidak membolehkan pembubaran akad nikah kecuali dengan kematian saja, sedangkan aliran-aliran Ortodoks dan Protestan atau Gereja Masehi Injil

37

Tihami, Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta: Rajawali Press, 2009).h. 353.

38

Tihami, Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap,…,h. 353.

39

membolehkan seorang Kristen untuk menceraikan istrinya dengan syarat-syarat yang tertentu pula.40

Islam membolehkan poligami dengan jumlah wanita yang terbatas dan tidak mengahruskan umatnya melaksanakan monogami mutlak. Dengan pengertian seorang laki-laki hanya boleh beristri seorang wanita dalam keadaan dan situasi apa pun dan tidak pandang bulu apakah laki-laki itu kaya atau miskin, hiposek atau hipersek, adil atau tidak adil secara lahiriyah. Islam pada dasarnya menganut sistem monogami dengan memberikan kelonggaran dibolehkannya poligami terbatas. Pada perinsipnya seorang laki-laki hanya boleh memiliki seorang istri dan sebaliknya seorang istri hanya memiliki seorang suami. Tetapi, Islam tidak menutup diri adanya kecendrungan laki-laki beristri banyak sebagaimana yang sudah berjalan dahulu kala. Islam tidak menutup rapat kemungkinan adanya laki-laki tertentu berpoligami, tetapi tidak semua laki-laki harus berbuat demikian karena tidak semuanya mempunyai kemampuan untuk berpoligami.

Islam membolehkan laki-laki tertentu melaksanakan poligami sebagai alternatif atau pun jalan keluar untuk mengatasi penyaluran kebutuhan seks laki-laki atau sebab-sebab lain yang menggangu ketenangan batinnya agar tidak sampai jatuh ke lembah perzinaan maupun pelajaran yang jelas-jelas diharamkan agama. Oleh sebab itu tujuan poligami adalah menghindari agar

40

suami tidak terjerumus ke jurang maksiat yang dilarang Islam dengan mencari jalan yang halal, yaitu boleh beristri lagi dengan syarat bisa berlaku adil.

Poligami dalam lintas sejarah manusia ternyata mengukuti pola fikir masyarakat terhadap pandangan mereka kepada kaum perempuan. Ketika suatu masyarakat itu memandang kedudukan dan derajat perempuan itu sebagai makhluk yang hina, maka poligami menjadi subur (banyak dilakukan), sebaliknya pada masyarakat yang memandang kedudukan dan derajat perempuan itu terhormat, poligami pun berkurang. Jadi konklusi dari tingkat perkembangan poligami dilihat dari realita sejarahnya juga mengalami diagram fluktuatif.

Islam datang dengan membawa pesan moral kemanusiaan yang tidak ada bandingannya dalam agama manapun. Ketika Nabi Muhammad SAW. membawa pesan Islam datang, kebebasan berpoligami itu tidak serta merta dihapuskan, namun setelah ayat menyinggung poligami diwahyukan, Nabi SAW lalu melakuka perubahan sesuai petunjuk kandungan ayat. Pertama,

membatasi jumlah bilangan isteri hanya empat. Kedua, Islam menetapkan bagi seorang pria yang melakukan poligami untuk berlaku adil terhadap semua isterinya.

Dengan adanya sistem poligami dan ketentuannya dalam ajaran islam, merupakan suatu karunia begi kelestariannya, yang menghindari dari

perbuatan-perbuatan sosial yang kotor dan akhlak yang rendah dalam masyarakat yang mengakui poligami. Adapun dalam masyarakat yang melarang poligami dapat dilihat hal-hal sebagai berikut:41

a. Kejahatan dan pelacuran tersebar dimana-mana sehingga jumlah pelacur lebih banyak dari pada perempuan yang bersuami.

b. Banyaknya anak-anak yang lahir tanpa ayah yang jelas, sebagai hasil dari perbuatan diluar nikah. Di amerika, misalnya setiap tahun lahir anak di luar nikah lebih dari dua ratus ribu.

c. Munculnya bermacam-macam penyakit badan, kegoncangan mental, dan gangguan-gangguan syarat.

d. Mengakibatkan keruntuhan mental.

e. Merusak hubungan yang sehat antara suami dan istrinya, menggangu kehidupan rumah tangga dan memutuskan tali ikatan kekeluargaan, sehingga tidak lagi menganggap segala sesuatu yang berharga dalam kehidupan bersuami istri.

f. Meragukan sahnya keturunan sehingga suami tidak yakin bahwa anak-anak yang diasuh dan dididik adalah darah dagingnya sendiri.

Bahwasanya Ini membuktikan poligami yang diajarkan oleh Islam merupakan cara yang paling sehat dalam memecahkan masalah ini dan

41

merupakan cara yang paling cocok untuk dipergunakan oleh umat manusia dalam hidupnya di dunia.

Secara historis masalah poligami sebelumnya telah marak diperbincangkan, jauh sebelum UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menjadi Undang-undang. Pada akhirnya monogami ditetapkan menjadi salah satu azas tetapi dengan suatu pengecualian yang ditujukan kepada orang yang menurut hukum dan agamanya diizinkan bagi seorang suami beristeri lebih dari seorang. Masuk dalam pengecualian tersebut adalah orang yang beragama Islam, karena secara normatif tekstual Al-Qur’an dianggap membolehkan poligami.

2. Hikmah Disyariatkannya poligami

Sesungguhnya segala sesuatu yang ditetapkan dalam ajaran agama Islam ini tidak akan ditetapkan kecuali untuk satu hikmah atau beberapa banyak hikmah yang terkandung di dalamnya, dan manusia kadang menemukan hikmah-hikmah tersebut atau hanya sebagiannya saja sejak awal, dan kadang hikmah-hikmah tersebut bisa ditangkap manusia setelah memeras pikiran dan melewati beberapa proses peneltian yang panjang, dan kadang manusia tidak bisa mengetahui secara mutlak.42 Hikmah poligami beragam dan banyak sekali, di antaranya:

42

Pertama: terdapat realita yang tampak mencolok di berbagai masyarakat dunia akan lebih banyak jumlah kaum wanita yang telah melewati umur untuk menikah dibanding kaum laki-laki, sebagaimana yang terjadi di Negara-negara Eropa Utara, dimana kaum wanita disana melebihi kaum laki-laki secara mencolok diluar waktu perang sekalipun. Maka solusinya adalah, laki-laki yang telah mencapai umur untuk menikah sebagian atau semuanya menikahi lebih dari seorang, dan bahwasanya wanita kedua, ketiga atau keempat tersebut adalah istri terhormat dan mulia bagi suaminya.43

Kedua: umat manusia seringkali mengalami krisis yang menyebabkan surplusnya kaum wanita, seperti yang biasa terjadi pasca revolusi, wabah atau bencana alam. Banyak kaum wanita yang akan hidup tanpa suami, dan itu akan menghasilkan resiko semakin berkurangnya angka kelahiran dan itu tidak mustahil. Jika dalam kondisi seperti ini poligami tidak diperbolehkan sebagaimana yang dilakukan islam, maka kemesuman, pergaulan bebas, penyelewengan dan pelacuran akan tersebar di masyarakat dan semakin meningkat jumlah anak-anak haram.44

Ketiga: jika istri mandul sang suami ingin punya anak, maka tak ada jalan baginya, karena mencintai anak-anak adalah insting yang tertanam dalam diri manusia, maka solusinya adalah, istri yang mandul itu tetap

43

Karam Hilmi Farhat, Poligami Dalam Panndangan Islam, Nasrani & Yahudi, …,h.65-66. 44

bersama sang suami menikmati hak-hak perkawinan secara sempurna, dan suami dibolehkan untuk menikah dengan wanita lain (poligami) untuk mewujudkan fitrah manusia berupa kecintaanya terhadap anak-anak, tanpa meniggalkan mudharat atau merampas hak-hak istrinya yang pertama dan ini adalah solusi islami.45

Keempat: bahwa istri ditimpa penyakit yang berkepanjangan atau penyakit yang menular atau penyakit yang menakutkan yang menyebabkan sang suami tidak dapat menggaulinya sebagaimana layaknya hubungan suami istri yang normal.46

Kelima: bahwa seorang laki-laki memiliki kekuatan biologis yang hebat dimana dia tidak cukup dengan seorang istri atau tidak bisa menahan diri pada hari-hari dimana sang istri tidak boleh digauli, seperti masa-masa haid, hamil, semasa melahirkan, ketika sedang sakit, atau karena usia yang telah lanjut.47

Keenam: Anak yang dilahirkan menpunyai legal formal dan ayah yang jelas. Banyaknya anak-anak yang lahir tanpa ayah yang jelas, sebagai hasil dari perbuatan di luar nikah. Berbeda dengan anak yang lahir dari perbuatan zina yang akan selalu mendapat cemoohan dan cacian dari masyarakat,

45

Karam Hilmi Farhat, Poligami Dalam Panndangan Islam, Nasrani & Yahudi…, h.68. 46

Karam Hilmi Farhat, Poligami Dalam Panndangan Islam, Nasrani & Yahudi…, h.69. 47

sedangkan anak yang lahir dari pernikahan poligami yang resmi akan mendapat legal formal baik dari Negara maupun dari masyarakat.

Ketujuh: Status yang jelas bagi perempuan. Sama halnya dengan anak yang lahir dari perbuatan zina yang tidak memiliki status yang jelas di masyarakat dan hukum, maka perempuan yang berbuat zina juga tidak memiliki ststus sosial yang jelas.

Kedelapan: Hanya Allah lah yang maha mengetahui hikmah dari segala ucapan dan perbuatan, karena dibolehkannya poligami bukan berarti menghina kaum wanita atau merendahkan derajat dan kemulian mereka, akan tetapi semata demi kemaslahatan bagi wanita, laki-laki dan masyarakat banyak.

Sayyid Sabiq menerangkan hikmah berpoligami cukup panjang sebagaimana disadur oleh Achmad Kuzari dalam bukunya nikah sebagai perikatan antara lain:48

1. Sebagai karunia dan rahmat Allah, dan menjadi diperlukan untuk kemakmuran dan kemaslahatan.

2. Memperbesar jumlah ummat karena keagungan itu hanyalah bagi yang berjumlah banyak.

3. Mengurangi jumlah janda sambil menyantuni mereka.

4. Mengantisipasi kenyataan bahwa jumlah wanita berlebih dibanding pria.

48

5. Mengisi tenggang waktu yang lowong berhubungan secara kodrati pria itu lebih panjang masa membutuhkan berhubungan seks baik karena dalam usia lanjut yang wanita sudah tidak membutuhkan sementara pria tetap saja, atau pun karena tenggang waktu sebab haid dan nifas.

6. Dapat mengatasi kalau istri mandul, dan

7. Sebaliknya di tempat yang menganut pemaksaan monogami terlahir banyak kefasikan, banyak WTS (wanita tuna susila), dan banyak pula anak di luar nikah.

Dari penjelasan mengenai beberapa banyak hikmah yang sudah penulis kemukakan di atas menunjukkan bahwa syariat Islam membawa ajaran yang komprehensif mengenai solusi dari persoalan pelik kehidupan masyarakat dan membawa maslahat bagi umat manusia, sedangkan bagi mereka yang mengingkari adanya sistem poligami dalam hukum perkawinannya maka bisa dilihat banyak timbul masalah-masalah sosial dalam lingkungan masyarakat, keluarga, dan Negara.