β i = Parameter untuk mengukur tingkat resiko pasar modal suatu negara Rm t = Tingkat keuntungan indeks pasar dunia pada waktu t
HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Perusahaan yang Melakukan Reverse Stock Split
8. Polysindo Eka Perkasa Tbk (POLY)
Perusahaan ini bergerak di bidang industri garmen atau pakaian jadi dan mengumumkan kebijakan reverse stock split pada tanggal 14 Maret 2008.
C ) Analisis dan Pembahasan
1). Analisis Deskriptif
Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang telah memenuhi kriteria-kriteria yang ditentukan yaitu perusahaan yang melakukan stock split atau reverse stock split dari Januari 2005 sampai dengan Desember 2009. Perusahaan tersebut tidak melakukan kebijakan (corporate action) yang lain seperti deviden, waran, right issue dan
pengumuman lainnya. Data-data dalam penelitian ini diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal BEI dan Internet yaitu situs: www.yahoo.finance.com .
Setelah semua data yang diperlukan dalam penelitian ini telah terhimpun dari berbagai sumber, maka selanjutnya penulis akan menganalisis data- tersebut. Deskripsi lebih lanjut adalah sebagai berikut
a. Abnormal Return
Abnormal return untuk masing-masing sekuritas dihitung dengan menggunakan market adjusted model yaitu dengan mengurangkan return yang terjadi untuk masing-masing sekuritas dengan return indeks pasar pada hari yang sama. Abnormal return antara sebelum dan sesudah pelaksanaan stock split dan reverse stock split dapat dilihat pada tabel 4.1. Sedangkan pada tabel 4.2 menyajikan statistik deskriptif untuk Abnormal Return sebelum dan sesudah pelaksanaan stock split dan reverse stock split.
Tabel 4.1
Abnormal Return Periode Investigasi Periode
Abnormal Return
Stock Split Reverse Stock Split
-5 0,001218 -0,25952 -4 -0,0009 -0,20958 -3 0,003141 -0,15469 -2 0,004993 -0,09521 -1 -0,00161 -0,05024 1 -0,00032 0,058723 2 0,002252 0,111855 3 -0,00136 0,160307 4 0,007321 0,222311 5 0,003442 0,270462
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata abnormal return tertinggi untuk pengumuman stock split terjadi pada H+4 dengan 0,007321, sedangkan rata-rata abnormal return tertinggi untuk pengumuman reverse stock split terjadi pada H+5 dengan 0,270462.
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa rata-rata abnormal return untuk emiten yang melakukan stock split pada periode setelah tanggal pengumuman ternyata lebih besar, yaitu sebesar 0,0022673 daripada periode sebelum tanggal pengumuman yang hanya sebesar 0,0013684. .Pada emiten yang melakukan reverse stock split, rata- rata abnormal return setelah tanggal pengumuman ternyata juga lebih besar, yaitu sebesar 0,1647.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat abnormal return positif setelah pengumuman stock split maupun reverse stock split bagi investor, sehingga berdampak pada keputusan transaksi investor yang ditandai dengan adanya abnormal return. Hal ini sejalan dengan signaling hipotesis yang melatarbelakangi kebijakan stock split maupun reverse stock split, yang menyatakan bahwa kebijakan stock split maupun reverse stock split mengandung sinyal yang dipandang sebagai good news ataupun bad news oleh
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Abnormal Return Periode Investigasi
Statistik Deskriptif
Abnormal Return
Stock Split Reverse Stock Split t-5 s/d t-1 t+1 s/d t+5 t-5 s/d t-1 t+1 s/d t+5
Mean 0,0013684 0,0022673 -0,1538 0,1647
Standar Deviasi 0,00275313 0,00341903 0,08433 0,8448
Maximum 0,00499 0,00732 -0,05 0,27
investor yang akan mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan menjual atau membeli saham.
Tabel 4.3 Abnormal Return Emiten yang melakukan Stock Split
Berdasarkan hasil tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa terdapat beberapa emiten yang mengalami peningkatan abnormal return dari periode sebelum pengumuman stock split hingga periode sesudah tanggal pengumuman stock split. Emiten yang mengalami peningkatan terbesar adalah PT Internasional Nickel Indonesia Tbk sebesar 0,014158026 %, sedangkan emiten mengalami penurunan abnormal return dari periode sebelum pengumuman stock split hingga periode sesudah tanggal pengumuman stock split adalah PT. Delta Dunia Petroindo Tbk sebesar -0,00791731% . Emiten yang mengalami peningkatan abnormal return memberikan sinyal bagi investor tentang meningkatnya kinerja keuangan mereka sehingga investor mengetahuinya dan mempengaruhi keputusan untuk membeli saham, sedangkan, Emiten yang mengalami penurunan abnormal return memberikan sinyal bagi investor tentang menurunnya kinerja keuangan mereka sehingga investor mengetahuinya dan mempengaruhi keputusan untuk menjual saham.
Emiten Sebelum Sesudah %
PT. Prim a Alloy St eel Tbk 0,006316 0,007321 0,001004756
PT. Buana Finance Tbk 0,002069 0,001319 -0,00074959
PT. Int raco Pent a Tbk 0,001816 0,001591 -0,0002253
PT.Pem bangunan Jaya Ancol Tbk -0,00388 -0,0009 0,00298197
PT. Davom as Abadi Tbk -0,00005 0,000014 6,12823E-05
PT. Jaya Pari St eel Tbk 0,002432 0,000312 -0,00211976
PT. Delt a Dunia Pet roindo Tbk 0,010051 0,002133 -0,00791731
Tabel 4.4 Abnormal Return Emiten yang melakukan Reverse Stock Split
Emiten Sebelum Sesudah %
PT. Bakrie & Brot hers Tbk 1 0,015632 0,020413 0,004780291
PT. Indoexchange Tbk 0,034371 0,049187 0,014816177
PT. Lippo E-Net Tbk 0,004911 0,006304 0,001393029
PT. Nusant ara Int i Corporat ion Tbk -0,01066 -0,00887 0,001797386 PT. Bank Art ha Graha Int ernasional Tbk -0,00154 0,000744 0,002285108 PT. Bakrie & Brot hers Tbk 2 0,000177 0,001696 0,001518874
PT. Sarasa Nugraha Tbk 0,018111 0,019277 0,001166095
PT. Polysindo Eka Perkasa Tbk -0,00738 0,002599 0,009982553
Berdasarkan hasil tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa seluruh emiten mengalami peningkatan abnormal return dari periode sebelum pengumuman reverse stock split hingga periode sesudah tanggal pengumuman reverse stock split. Emiten yang mengalami peningkatan terbesar adalah PT Indoexchange Tbk sebesar 0,014816177 %, . Emiten yang mengalami peningkatan abnormal return memberikan sinyal bagi investor tentang meningkatnya kinerja keuangan mereka sehingga investor mengetahuinya dan mempengaruhi keputusan untuk membeli saham.
b. Beta Saham
Beta saham untuk masing-masing sekuritas dihitung dengan menggunakan metode koreksian beta fowler dan rorke untuk empat periode lag dan lead. Beta koreksi merupakan perkalian antara bobot dengan beta masing-masing periode lag dan lead. Beta saham antara sebelum dan sesudah pelaksanaan stock split dapat dilihat pada tabel 4.4 . Sedangkan pada tabel 4.5 menyajikan statistik deskriptif untuk beta saham sebelum dan sesudah pelaksanaan stock split dan reverse stock split
Tabel 4.5 Beta Saham Periode Investigasi
Periode
Rata-rata Beta Saham Stock Split Reverse Stock Split -4 0,776627 0,720043 -3 0,643362 0,733248 -2 0,797523 0,693518 -1 -1,07491 0,851435 1 0,71038 0,745011 2 -1,98101 0,712578 3 0,772318 0,740234 4 0,681121 0,734074
Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata beta saham tertinggi untuk pengumuman stock split terjadi pada H+4 dengan 0,681121, sedangkan rata-rata abnormal return tertinggi untuk pengumuman reverse stock split terjadi pada H-1 dengan 0,851435.
Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Beta Saham
Statistik Deskriptif
Beta Saham
Stock Split Reverse Stock Split
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Mean 0,2856505 0,0457022 0,7495610 0,7329743
Standar Deviasi 0,90960683 1,35167630 0,7329743 0,01431554
Maximum 0,79752 0,77232 0,85144 0,74501
Minimum -1,07491 -1,98101 0,69352 0,71258
Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata beta saham untuk emiten yang melakukan stock split sebelum tanggal pengumuman ternyata lebih besar, yaitu sebesar 0,2856505 daripada sesudah pengumuman stock split yang hanya sebesar 0,0457022. Pada emiten yang melakukan reverse stock split, rata- rata beta saham sebelum tanggal pengumuman juga lebih besar, yaitu sebesar
0,7495610 daripada periode sebelum tanggal pengumuman stock split yang hanya 0,7329743.
Tabel 4.7 Beta Saham Emiten yang melakukan Stock Split
Emiten Sebelum Sesudah %
PT. Prima Alloy Steel Tbk 0,582968 0,583204 0,000236
PT. Buana Finance Tbk -0,10117 -0,20138 -0,10022
PT. Intraco Penta Tbk -3,12566 -4,9461 -1,82043
PT.Pembangunan Jaya Ancol Tbk 1,363093 1,364497 0,001404
PT. Davomas Abadi Tbk 0,941391 0,941075 -0,00032
PT. Jaya Pari Steel Tbk 0,730268 0,730027 -0,00024
PT. Delta Dunia Petroindo Tbk 0,265325 0,265301 -2,5E-05
PT. Internasional Nickel Indonesia Tbk 1,628994861575 1,628995 4,25E-10
Berdasarkan hasil tabel 4.7 diatas dapat ketahui bahwa beberapa emiten mengalami peningkatan beta saham dari periode sebelum pengumuman stock split hingga periode sesudah pengumuman stock split, sedangkan beberapa emiten mengalami penurunan beta saham dari periode sebelum pengumuman stock split hingga periode sesudah pengumuman stock split. Emiten yang mengalami peningkatan beta saham terbesar adalah PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk sebesar 0,001404 %, sedangkan emiten yang mengalami penurunan beta saham yang terbesar adalah PT. Intraco Penta dengan -1,82043 %.Emiten yang mengalami peningkatan beta saham memberikan sinyal bagi investor bahwa sahamnya memiliki risiko yang tinggi, namun dilain sisi risiko yang tinggi diimbangi dengan imbal hasil yang tinggi juga sesuai dengan prinsip investasi high risk, high return. Sedangkan emiten yang mengalami penurunan beta saham memberikan sinyal kepada investor bahwa sahamnya memiliki risiko yang
rendah, namun dilain sisi risiko yang rendah juga diimbangi dengan imbal hasil yang rendah, sesuai dengan prinsip investasi low risk, low return.
Tabel 4.8 Beta Saham Emiten yang melakukan Reverse Stock Split
Emiten Sebelum Sesudah %
PT. Bakrie & Brothers Tbk 1 1,786886 1,614811 -0,17208
PT. Indoexchange Tbk 0,287494 0,287365 -0,00013
PT. Lippo E-Net Tbk 0,548903 0,568176 0,019273
PT. Nusantara Inti Corporation Tbk 0,501623 0,501518 -0,0001
PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk 1,039201 1,05956 0,020359
PT. Bakrie & Brothers Tbk 2 0,363198 0,363191 -7,6E-06
PT. Sarasa Nugraha Tbk 1,053696 1,053729 3,27E-05
PT. Polysindo Eka Perkasa Tbk 0,415486 0,415444 -4,2E-05
Berdasarkan hasil tabel 4.8 diatas dapat ketahui bahwa beberapa emiten mengalami peningkatan beta saham dari periode sebelum pengumuman reverse stock split hingga periode sesudah pengumuman reverse stock split, sedangkan beberapa emiten mengalami penurunan beta saham dari periode sebelum pengumuman reverse stock split hingga periode sesudah pengumuman stock split. Emiten yang mengalami peningkatan beta saham terbesar adalah PT. Bank Artha Graha Internasional sebesar 0,020359%, sedangkan emiten yang mengalami penurunan beta saham yang terbesar adalah PT.Bakrie & Brothers Tbk 1 dengan -0,17208 %. Emiten yang mengalami peningkatan beta saham memberikan sinyal bagi investor bahwa sahamnya memiliki risiko yang tinggi, namun dilain sisi risiko yang tinggi diimbangi dengan imbal hasil yang tinggi juga sesuai dengan prinsip investasi high risk, high return. Sedangkan emiten yang mengalami penurunan beta saham memberikan sinyal kepada investor bahwa sahamnya memiliki risiko yang rendah, namun dilain sisi risiko yang rendah juga diimbangi
dengan imbal hasil yang rendah, sesuai dengan prinsip investasi low risk, low return