METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian
3.4. Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi diartikan sebagai keseluruhan satuan analisis yang merupakan sasaran penelitian. Populasi adalah jumlah
keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga (Singarimbun, 1995). Populasi juga dapat diartikan kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pelaku industri penyulingan minyak kayu putih di Kabupaten Buru. Fungsi populasi adalah pada sasaran penentuan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan agroindustri minyak kayu putih dan klasterisasi wilayah potensial pengembangan agroindustri, yang mana tiap variabel diujikan pada tiap wilayah pada tingkat desa.
Sampel
Penentuan sampel untuk penelitian ini bertujuan untuk digunakan dalam analisis faktor dan analisis content. Sampel yang diambil dari populasi menggunakan teknik non probabilitas sampling dengan menggunakan purposive sampling. Dengan mengambil hanya salah satu bagian dari yang mempunyai peran penting sebagai sampel, maka dapat mengurangi terjadinya bias (informasi yang tidak valid). Purposive sampling bertujuan untuk mengambil subjek yang bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Tujuan penggunaan sampel adalah pada penyusunan arahan pengembangan melalui wawancara stakeholders. Penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan analisis stakeholder.
Untuk menentukan stakeholder yang berpengaruh dalam penyusunan arahan pengembangan agroindustri minyak kayu putih, dilakukan identifikasi stakeholder berdasarkan persepsi peneliti. Berikut daftar stakeholder yang berpengaruh dalam penyusunan arahan pengembangan agroindustri minyak kayu putih:
Tabel 3.2 Identifikasi Stakeholder Jenis Stakeholder Nama Stakeholder
Pemerintah Dinas Kehutanan Kabupaten Buru Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Buru
Jenis Stakeholder Nama Stakeholder
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Buru
Swasta Ketua Paguyuban Pengusaha Minyak Kayu Putih Masyarakat Ketua Perwakilan Pemerintahan Desa Se-Kabupaten Buru
Akademisi
(Sumber : Hasil Analisis, 2014)
Dari data identifikasi stakeholder diatas, peneliti kemudian melakukan analisis stakeholder untuk mengetahui tingkat pengaruh dan kepentingannya. Hasil analisis stakeholder terlampir. 3.5. Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif, yang diperoleh dengan menggunakan dua metode pengumpulan data, yaitu melalui survei primer dan survei sekunder. Survei primer merupakan metode pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung dan wawancara. Survei primer bertujuan untuk mendapatkan gambaran kondisi lingkungan dan perubahan yang terjadi dengan meninjau langsung fakta yang ada, dengan atau tanpa menggunakan sampel. Sedangkan survei sekunder dilakukan untuk mendapatkan data-data sekunder. Data sekunder adalah data-data dari sumber lain, yang berupa dokumen data, peta, ataupun bentuk lain yang didapatkan dari instansi tertentu. Pengumpulan data primer dan sekunder ditampilkan pada tabel 3.3 berikut ini:
Tabel 3.3 Teknik Pengumpulan Data Teknik
Pengumpulan Data Keterangan
Survei Primer
Wawancara Wawancara dilakukan untuk menentukan arahan pengembangan agroindustri minyak kayu putih. Narasumber tujuan wawancara
Teknik
Pengumpulan Data Keterangan
adalah tiap stakeholder dari analisis stakeholders. Transkrip wawancara adalah input untuk analisis content, sehingga diketahui kata-kata kunci dalam penyusunan arahan yang dimaksud dalam sasaran III.
Survei Sekunder Survei instansi dan
literatur Bentuknya adalah pencarian data dan informasi terkait variabel-variabel penelitian dari dinas-dinas terkait, yakni BPS, Dinas Kehutanan, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Penanaman Modal Daerah, BAPPEDA, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, serta instansi-instansi lainnya apabila dibutuhkan.
(Sumber : Hasil Analisis, 2014)
Pada survei sekunder, diperlukan desain survei agar pencarian data yang dibutuhkan berlangsung secara optimal. Desain survei pengumpulan data sekunder dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.4. Desain Survei Sekunder
Variabel Sumber Data Instansi
Penyedia Data Jumlah Pengangguran Tingkat pendidikan penduduk Ketersediaan fasilitas pendidikan Ketersediaan Fasilitas kesehatan Jumlah penduduk Kepadatan penduduk Kecamatan Namlea Dalam Angka 2010-2014 Kecamatan Waeapo Dalam Angka 2010-2014 Kecamatan Lilialy Dalam Angka 2010-2014 Kecamatan Waplau dalam Angka 2010-2014 Badan Pusat Statistika Kabupaten Buru
Variabel Sumber Data Instansi Penyedia Data
Pertumbuhan penduduk
Peta jaringan jalan Peta pelayanan
BTS
Daya dukung lahan
Laporan Antara RTRW Kabupaten Buru 2008-2028 Laporan Antara RDTR di Kabupaten Buru Bappeda Kabupaten Buru Tingkat pendapatan pekerja Pertumbuhan pendapatan sektor penyulingan kayu putih Jumlah tenaga kerja di sektor kayu putih
Dokumen rekapan data pekerjaan dan pendapatan penduduk Kabupaten Buru Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Buru Riwayat investasi di sektor kayu putih Dokumen riwayat investasi sektor kehutanan Dinas Penanaman Modal Daerah Kabupaten Buru Nilai Produksi IRT
kayu putih Dokumen rekapan industri rumah tangga
Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Buru Luas hutan kayu
putih
Ketinggian lokasi hutan kayu putih Jumlah IRT
eksisting Jumlah produksi
minyak kayu putih Peta persebaran
IRT kayu putih Ketersediaan Koperasi pekerja Dokumen rekapan HHBK Kayu Putih Kabupaten Buru Dinas Kehutanan Kabupaten Buru
Variabel Sumber Data Instansi Penyedia Data Ketersediaan Kelompok Pekerja Ketersediaan lembaga pelatihan kehutanan
Sumber : Hasil Analisis, 2014 Metode Analisis Data
Metode analisis digunakan untuk mengolah data-data yang telah diperoleh dari hasil survei primer dan sekunder untuk mencapai tujuan dan sasaran penelitian. Analisis adalah alat untuk membantu memberikan pilihan terbaik dari kondisi nyata yang ada, juga untuk memberikan pemahaman yang luas terhadap konsep penelitian yang akan dilakukan. Secara garis besar, proses analisis dilakukan melalui tiga tahapan sasaran. Yaitu analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan agroindustri minyak kayu putih, analisis klaster wilayah potensial pengembangan agroindustri minyak kayu putih, dan penyusunan arahan pengembangan agroindustri minyak kayu putih.
Secara garis besar, proses analisa terkait penyusunan arahan pengembangan agroindustri minyak kayu putih di Kabupaten Buru dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut.
Tabel 3.5. Tahapan Analisa
No Sasaran Tujuan Analisis Analisis Teknik Teknik Validasi Diharapkan Hasil yang 1 Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan agroindustri pengolahan minyak kayu putih di Kabupaten Buru
Mengetahui faktor-faktor dalam pengembangan agroindustri minyak kayu putih melaui reduksi variabel-variabel yang tidak/kurang berpengaruh
Uji
Korelasi Nilai Signifikansi Diketahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan agroindustri minyak kayu putih di Kabupaten Buru, serta bobot tiap faktor. 2 klasterisasi wilayah potensial pengembangan agroindustri pengolahan minyak kayu putih di
Mengetahui karakteristik tiap klaster wilayah dalam pengembangan agroindustri minyak kayu putih di Kabupaten Buru
Hierarcical
Cluster Deskriptif Kuantitatif Diketahui karakteristik tiap klaster
pengembangan agroindustri minyak kayu putih
No Sasaran Tujuan Analisis Analisis Teknik Teknik Validasi Diharapkan Hasil yang Kabupaten Buru 3 Menentukan arahan pengembangan agroindustri pengolahan minyak kayu putih di Kabupaten Buru
Mengetahui arahan pengembangan tiap klaster dan antar klaster pengembangan agroindustri minyak kayu putih
Content
Analysis Deskriptif Kualitatif Diketahui arahan terhadap pengembangan agroindustri minyak kayu
putih di
Kabupaten Buru