BAB I PENDAHULUAN
G. Asumsi Penelitian
2. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015: 117).
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan subjek penelitian yaitu siswa di SMA Negeri 1 Jenggawah yang berjumlah 682 siswa.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Martono, 2011: 80-81). Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili) (Sugiyono, 2015: 118).
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan pendapat slovin, karena tingkat kepercayaannya lebih besar. Rumusnya yaitu:
𝑛 = N
1 + N α2 Keterangan :
n = Jumlah sampel yang diambil
N = Jumlah populasi
= Tingkat Kesalahan
Dengan tingkat kesalahan pengambilan sampel sebesar 5%, maka diperoleh :
𝑛 = N
1 + N α2
= 682
1+ 682 (0,05)2
= 252,125
Jadi, pengambilan sampel berjumlah 253 siswa. Sedangkan teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah stratified proportional random sampling. Stratified proportional random sampling adalah pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan bersrata secara proporsional (Riduwan, 2012: 41). Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik sampel berstrata sebab populasi terdiri atas tingkat-tingkat/
strata yaitu tingkatan kelas X, XI dan XII, yang memiliki karakteristik internal locus of control bervariasi di setiap tingkatanya.
Untuk mengetahui seberapa banyak jumlah sampel yang diambil dari setiap kelas (strata), maka peneliti menggunakan rumus proporsional sebagai berikut:
Sampel1 = Total populasiPopulasi1 × Total sampel.
(Prasetyo, 2008: 130)
Berikut disajikan perhitungan beserta jumlah sampel yang diambil, disajikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 1.1
Sebaran Pengambilan dan Perhitungan Sampel Penelitian No Kelas
Jenis
Kelamin Jumlah Jenis Kelamin
L P Seluruh Responden L P
1 X 124 156 280 280
682
×
253=
104 124280
×
104=
46 156280
×
104=
58 2 XI 100 119 219 219682
×
253=
81 100219
×
81=
37 119219
×
81=
443 XII 74 109 183 183
682
×
253=
68 74183
×
68=
28 109183
×
68=
40Jumlah 298 384 682 253 111 142
3. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data a. Teknik Pengumpulan Data
Bagian ini menjelaskan begaimana peneliti akan melakukan pengumpulan data serta menjelaskan sarana atau alat yang digunakan dalam metode pengumpulan data (STAIN Jember, 2014: 41).
Teknik atau cara yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode diantaranya:
1) Observasi
Observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis, dengan prosedur dengan prosedur yang terstandart. Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2015:
203) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang komplek, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses
biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
Dalam menggunakan metode observasi, cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. Macam-macam observasi dari segi instrumentasi yang digunakan (Sugiyono, 2015: 204-205) adalah:
a) Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis tentang apa yang akan diamati, kapan dan di mana tempatnya.
b) Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi.
Dalam penelitian ini, observasi yang digunakan yaitu observasi terstruktur, karena peneliti telah merancang secara sistematis tentang apa yang diamati, kapan dan dimana tempatnya, telah diketahui hal-hal apa yang diamati.
Adapun data yang diperoleh dari metode observasi ini adalah:
a) Letak geografis SMAN1 Jenggawah b) Denah SMAN1 Jenggawah
c) Keadaan belajar mengajar mata pelajaran PAI di kelas
2) Angket
Angket atau kusioner adalah seperangkat pertanyaan yang harus dijawab oleh responden, yang digunakan untuk mengubah berbagai keterangan yang langsung diberikan oleh responden (Mulyadi, 2010: 66).
Menurut Subana (2000: 30) angket dibedakan atas beberapa jenis, diantaranya yaitu:
a) Angket terbuka merupakan angket yang memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri.
b) Angket tertutup merupakan angket yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan angket tertutup, karena angket sudah disediakan dengan jawabannya, dan responden tinggal memilih. Adapun data yang diperoleh dari metode angket adalah data tentang internal locus of control yaitu siswa di SMA Negeri 1 Jenggawah.
3) Wawancara
Wawancara merupakan instrumen pengumpul data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya (Subana, 2000: 29). Menurut Nasution (2011: 96) wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi.
Berdasarkan sifatnya interview atau wawancara terdiri dari tiga macam, yaitu:
1) Wawancara bebas (unguided interview), dimana pewawancara bebas menanyakan apa saja kepada terwawancara, dengan hanya berpatokan pada data apa yang akan dikumpulkan.
2) Wawancara terpimpin (guided interview), yaitu wawancara yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan dan alternatif jawaban terperinci.
3) Wawancara bebas terpimpin, yaitu perpaduan antara wawancara bebas dan terpimpin.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan interview bebas terpimpin, yaitu dalam melaksanakan interview, pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan. Dan yang menjadi objek sasaran dalam interview ini adalah kepala sekolah dan guru PAI. Adapun data yang diperoleh dengan menggunakan metode interview, antara lain:
1) Sejarah berdirinya Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Jenggawah.
2) Proses dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Jenggawah.
4) Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya (Arikunto, 2010: 201).
Adapun data yang diperoleh dari dokumentasi dalam penelitian ini adalah:
a) Profil SMAN1 Jenggawah
b) Struktur organisasi SMAN1 Jenggawah
c) Data keadaan sarana dan prasarana SMAN1 Jenggawah d) Data tentang jumlah guru dan siswa SMAN1 Jenggawah
e) Data tentang nilai ulangan harian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa di SMAN 1 Jenggawah.
b. Instrumen Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan instrumen utama yaitu angket (kuisioner) dengan pernyataan dari variabel X. Dan peneliti menggunakan skala likert. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.
Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif
(Sugiyono, 2015: 134-135). Kata-kata skala likert yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk jawaban: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban tersebut perlu diberi skor.
Karena item-item yang berada dalam angket ini dibagi menjadi dua macam yaitu: 15 item positif dan 15 item negatif, maka pemberian skor bisa dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 1.2
Pemberian Skor Angket (Skala Likert)
No Pernyataan Positif Negatif
1. SS (sangat sesuai) 4 1
2. S (sesuai) 3 2
3. TS (tidak sesuai) 2 3
4. STS (sangat tidak Sesuai) 1 4
Untuk kisi-kisi instrumen yang digunakan bisa dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 1.3
Kisi-Kisi Instrumen Variabel X dan Y N
o Variabel Indikator No. Butir
Positif Negatif
1.
Internal locus of control (X)
a. Kemampuan 1 – 5 6 – 10 b. Minat 11 -15 16 – 20 c. Usaha 21 – 25 26 – 30 2. Hasil belajar
(Y)
Hasil ulangan harian
Dokumentasi dari guru PAI di SMAN 1 Jenggawah
4. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Sebelum instrumen pertanyaan di dalam angket dianalisis, seluruh butir pertanyaan diuji terlebih dahulu yaitu uji validitas dan uji reliabilitas.
a. Pengujian Validitas Instrumen
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2015: 173).
1) Pengujian Validitas Konstrak (Cunstruct Validity)
Untuk menguji validitas konstrak, dapat digunakan pendapat dari para ahli. Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun. Mungkin para ahli akan memberi keputusan:
instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin dirombak total.
2) Pengujian Validitas Isi (Content Validity)
Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi. Secara teknis pengujian validitas konstrak dan validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen atau matrik pengembangan instrumen. Dalam kisi-kisi terdapat variabel yang
diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator.
Dengan kisi-kisi instrumen itu maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis.
3) Pengujian Validitas Eksternal
Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. Instrumen penelitian yang mempunyai validitas eksternal yang tinggi akan mengakibatkan hasil penelitian yang tinggi pula (Sugiyono, 2015: 183).
Untuk menguji validitas empiris instrumen yaitu menggunakan rumus korelasi product moment dari Karl Pearson, sebagai berikut
𝑟𝑥𝑦 = N XY − X Y
N X2− ( X)2 N Y2− ( Y)2
Keterangan:
rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan Y N : Jumlah subjek penelitian
∑XY : Jumlah perkalian tiap-tiap skor asli dari X dan Y
∑X : Jumlah skor asli variabel X
∑X2 : Jumlah skor X kuadrat
∑Y : Jumlah skor asli variabel Y
∑Y2 : Jumlah skor Y kuadrat
Adapun ketentuan bahwa intrumen dinyatakan valid atau invalid (tidak valid) adalah jika rxy atau r0 sama atau lebih besar daripada rtabel atau rt maka dapat dinyatakan valid. Sebaliknya, jika rxy atau r0 lebih kecil daripada rtabel atau rt maka dapat dinyatakan invalid (Sudijono: 2013: 179-181).
Untuk menentukan nilai rtabel, maka ditentukan terlebih dahulu α (taraf signifikansi) dan db (derajat bebas), penelitian ini menggunakan α (taraf signifikansi) sebesar 5%, lalu untuk menentukan db dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
db = N – nr keterangan:
N : Jumlah sampel
nr : Jumlah variabel yang dikorelasikan db : Derajat kebebasan (Sudijono: 2009: 194).
b. Pengujian Reliabilitas Instrumen
Uji reabilitas digunakan untuk mengetahui apakah jawaban yang diberikan responden dapat dipercaya atau dapat diandalkan.
Apabila data andal, maka data dapat dipercaya karena memiliki konsistensi yang tinggi. Dimanapun instrumen digunakan sepanjang karakteristik populasi dan unit sampelnya sama, maka data yang diperoleh niscaya konsisten dan dapat dipercaya. Jadi reabilitas mengukur konsistensi (keajekan) (Tanjung & Ardial, 2010: 43).
Reliabilitas erat hubungannya dengan kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap (ajeg). Maka pengertian uji reliabilitas, berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti (Arikunto, 2005: 86).
Dalam penelitian ini menggunakan rumus alpha. Adapun rumus yang dimaksud adalah:
r11 = n
n - 1 1- Si 2 Si 2 Keterangan :
r11 : Koefisien alpha cronbach n : Banyaknya butir item 1 : Bilangan konstan ΣSi2
: Jumlah varian skor dari tiap-tiap item Si2 : Varians total
(Sudijono, 2013: 208)
Selanjutnya dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes r11 pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut:
1) Apabila r11 sama dengan atau lebih dari 0,70 berarti tes yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang tinggi (= reliabel).
2) Apabila r11 lebih kecil daripada 0,70 berarti bahwa tes yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang tinggi (un-reliabel) (Sudijono, 2013: 209).
5. Analisis Data
Analisis data merupakan proses pengolahan, penyajian, interprestasi dan analisis data yang diperoleh dari lapangan, dengan tujuan agar data yang disajikan mempunyai makna, sehingga pembaca dapat mengetahui hasil penelitian kita (Martono, 2011: 143).
Untuk menganalisa hasil dari penelitian serta menguji kebenaran hipotesis harus menggunakan metode yang tepat. Adapun teknik analisa data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis korelasional.
a. Analisis deskriptif
Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
Termasuk dalam statistik deskriptif antara lain penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus, median, mean (pengukuran tendensi sentral), perhitungan desil, persentil, perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi, perhitungan prosentase (Sugiyono, 2015: 207-208).
Setelah data diperoleh, maka selanjutnya memberikan kategori untuk keperluan analisis. Kategori dalam penelitian ini dikelompokkan dalam 3 kelompok, yaitu kategori tinggi (T), kategori sedang (S) dan kategori rendah (R).
Adapun rumus yang digunakan dalam kategori tinggi, sedang dan rendah menggunakan rumus mean dan rumus SD atau standar deviasi, yaitu:
Kategori Tinggi Mx + 1 SD
Kategori Sedang Mx – 1 SD
Kategori Rendah (Sudijono, 2013: 449)
Rumus mean:
Mx= ∑X N Keterangan:
Mx : Mean (nilai rata-rata)
ΣX : Jumlah dari skor-skor (nilai-nilai) yang ada
N : Number of Cases (Banyaknya skor-skor itu sendiri) (Sudijono, 2009: 81)
Rumus standar deviasi:
SD = ∑X
2N -M
x2Keterangan :
SD : Standar deviasi
ΣX2 : Jumlah skor X setelah terlebih dahulu dikuadratkan N : Number of Cases
Mx : Nilai Rata-rata Hitung (=Mean) skor X (Sudijono, 2009: 164)
1) Jika item skor yang diperoleh oleh responden sama atau lebih besar dari nilai Mx +1SD, maka akan dikategorikan tinggi (T)
2) Jika item skor yang diperoleh oleh responden diantara nilai Mx+1SD dan Mx -1SD, maka akan dikategorikan sedang (S)
3) Jika item skor yang diperoleh oleh responden sama atau lebih kecil dari nilai Mx -1SD, maka akan dikategorikan rendah (R)
Selanjutnya untuk rumusan masalah deskriptif ini, dianalisis dengan cara menghitung prosentase masing-masing kategori dengan rumus sebagaimana berikut (Turmudi, 2008: 47):
p = f
n×100%
Keterangan:
p : Prosentase f : Frekuensi
n : Total frekuensi (total responden).
Berikutnya prosentase atau frekuensi masing-masing kategori tersebut disajikan dalam bentuk diagram lingkaran, dengan bantuan Program Microsoft Office Excel 2007.
b. Analisis korelasional
Analisis korelasional ialah suatu kegiatan menganalisis data tentang hubungan/kaitan antar variabel dalam suatu penelitian (khususnya penelitian pendidikan) dengan menggunakan teknik-teknik statistik. Analisis tersebut digunakan untuk menguji ada tidaknya hubungan dan mengungkapkan seberapa besar kekuatan hubungan antar variabel yang dimaksud (Subana, 2000: 135).
Data yang sudah terkumpul berdasarkan instrumen pertanyaan yang valid dan reliabel, dilanjutkan dengan menganalisa data. Teknik analisa data kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah contingency coefficient (koefisien kontingensi). Menurut Ghony &
Almanshur (2009: 292) contingency coefficient, C, adalah suatu pengukuran hubungan antara dua variabel nominal, diskrit, atau kategori. Untuk menghitung koefisien kontingensi terlebih dahulu dihitung dengan nilai chi kuadrat. Rumusnya adalah:
fh
fh
fo 2
2
Keterangan:
2: Chi Kuadrat
∑ : Sigma (jumlah)
fo : Frekuensi yang diperoleh fh : Frekuensi yang diharapkan.
(Subana, 2000: 176)
Kemudian untuk mencari frekuensi yang diharapan (fh), maka digunakan rumus :
fh
N
Kolom Frekuensi
Total Jumlah Sebaris
Frekuensi Total
Jumlah
Rumus tersebut digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan frekuensi yang diperoleh (fo) dengan frekuensi yang diharapkan (fh).
Kemudian mencari chi kuadrat tabel dengan menentukan derajat kebebasan (db), rumus yaitu (db) = (b-1) (k-1)
Selanjutnya dalam menentukan ada hubungan atau tidaknya pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut:
1) Apabila 2hitung ≥2tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan yang signifikan.
2) Apabila 2hitung ≤ 2tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak artinya tidak ada hubungan yang signifikan (Subana, 2000: 177).
Setelah diketahui harga chi kuadrat, kemudian untuk menguji kuat lemahnya hubungan dilanjutkan contingency coefficient (koefisien kontingensi) dan contingency coefficient maksimum (Subana, 2000: 155), yaitu:
C N
2 2
Keterangan:
C : Contingency coefficient (koefiseien kontingensi)
2: Harga chi kuadrat yang diperoleh N : Jumlah sampel
m Cmaks m1
m : Harga maksimum dari b (baris) dan k (kolom)
Setelah itu hasil contingency coefficient akan diinterpretasikan menurut ukuran-ukuran yang konservatif. Subana mengemukakan tentang tabel kategori contingency coefficient yaitu sebagai berikut:
Tabel 1.4
Kategori Contingency Coefficient (Koefisien Kontingensi)
C = 0 Tidak mempunyai relasi
0 < C < 0,2 Cmaks Korelasi rendah sekali 0,2 Cmaks < C < 0,4 Cmaks Korelasi rendah 0,4 Cmaks < C < 0,6 Cmaks Korelasi sedang 0,6 Cmaks < C < 0,8 Cmaks Korelasi tinggi
0,8 Cmaks < C < Cmaks Korelasi tinggi sekali
C = Cmaks Korelasi sempurna
(Subana, 2000: 152)