• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II METODE PENELITIAN

3.2. Populasi dan Sampel

Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh masyarakat yang berada pada 16 kecamatan yang mendapatkan program kegiatan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) di Kabupaten Aceh Besar. Mengingat populasi yang begitu besar, maka perlu dipilih sejumlah sampel yang mewakili populasi. Banyaknya sampel dihitung dengan menggunakan rumus dari Slovin (Husein, 2003), yaitu:

N n = 1 + N(e)2 Keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah populasi

Jumlah sampel yang diambil: n = 2 (0,1) 95765 ` 1 + 1 95765 ` 1 = 99,94 ≈ 100 orang

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka jumlah sampel yang diambil adalah 100 orang. Pengambilan sampel secara Cluster Random Sampling yaitu sampel acak sederhana di mana setiap sampling unit terdiri dari kumpulan atau kelompok elemen. Cara ini dipilih karena lokasi menyebar secara geografis (Supranto, 2001:226), dengan perincian masing-masing perkecamatan dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Populasi dan Sampel Penelitian

No. Kecamatan Populasi Sampel

1 2 Lhoong Leupung 9.511 4.033 5 2 3 Indrapuri 17.414 9

4 Kuta Cot Glie 11.602 6

5 Seulimeum 20.301 10 6 Jota Jantho 8.136 4 7 Lembah Seulawah 8.886 5 8 Mesjid Raya 21.077 11 9 Montasik 17.850 9 10 Ingin Jaya 24.312 12

11 Krueng Barona Jaya 13.804 7

12 Sukamakmur 13.561 7 13 Kuta Malaka 5.406 3 14 Simpang Tiga 5.462 3 15 Pulo Aceh 4.695 2 16 Blang Bintang 9.715 5 Jumlah 195.765 100

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti dari obyek penelitian. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dan dikumpulkan langsung dari lokasi penelitian melalui kuesioner yang diberikan kepada responden. Data tersebut digunakan merupakan data primer yang dikumpulkan dengan menggunakan daftar pertanyaan. Pertanyaan dibuat dalam sesuai dengan masalah yang diteliti, yang dapat dilakukan dengan:

a. Pengamatan (observasi), yaitu dengan cara pengamatan atau bentuk observasi yang bersifat non partisipasi, di mana penulis hanya mengamati dan mencatat hal- hal yang berkaitan dengan objek penelitian.

b. Wawancara, yaitu menggali informasi dari informan kunci, tokoh masyarakat, Kepala Desa, Camat.

3.3.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain dan telah tersedia pada saat penelitian dilakukan. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari dokumentasi resmi P2DTK, buku-buku, majalah-majalah, BPS, internet dan media masa lainnya.

3.4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat ukur untuk mengukur variabel yang diteliti. Jumlah instrumen tergantung pada jumlah variabel. Setiap instrumen akan mempunyai skala, sedangkan skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan skala interval dari satu sampai lima. Untuk dapat mengkuantitatifkan data yang diperoleh dari daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dijawab oleh para responden. Sementara itu butir-butir pertanyaan kuesioner dibuat dalam bentuk pilihan ganda, di mana setiap butir pertanyaan terdiri dari lima alternatif jawaban. Kemudian data jawaban para responden diberi skor dengan menggunakan sistem

Skala Likert. Dalam hal ini ada lima klasifikasi jawaban yang diberikan dengan kemungkinan pemberian skor sebagai berikut:

a. Jawaban ( Tidak Berhasil ) diberi nilai 1. b. Jawaban ( Kurang Berhasil ) diberi nilai 2. c. Jawaban ( Cukup Berhasil) diberi nilai 3. d. Jawaban ( Berhasil ) diberi nilai 4.

e. Jawaban ( Sangat Berhasil ) diberi nilai 5.

Instrumen penelitian yang diguna kan adalah kuesioner. Pada penelitian ini, kuesioner diisi oleh responden. Sebelum kuesioner disebarkan ke seluruh responden, terlebih dahulu dikonsultasikan kepada responden, untuk mengetahui apakah kalimat- kalimat dalam kuesioner cukup dimengerti, dengan tujuan untuk pembenahan.

Kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data yang merupakan penjabaran dari indikator variabel sebelum digunakan untuk mengumpulkan data di lapangan, terlebih dahulu harus diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya. Validitas menunjukkan sejauhmana instrumen dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur, sedangkan reliabilitas menunjukkan sejauhmana instrumen pengukur dapat dipercaya atau dihandalkan (Sugiyono, 2007:109). Oleh karena itu setelah instrumen itu valid dan reliable, maka dapat digunakan untuk mengumpulkan data di lapangan.

3.5.1. Validitas data

Koefisien validitas menggambarkan tingkat kemampuan instrumen untuk mengungkap data atau informasi dari variabel yang diukur. Teknik pengujian validitas menggunakan teknik korelasi product moment dari pearson dengan tingkat signifikansi 5% untuk mengetahui keeratan pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan cara mengkorelasikan antara skor item pernyataan terhadap skor total. Apabila nilai total pearson correlation > 0,3, atau probabilitas kurang dari 0,05 maka item tersebut valid (Arikunto, 2002:146).

3.5.2. Reliabilitas Data

Reliabilitas adalah tingkat kemampuan suatu instrumen penelitian untuk dapat mengukur suatu variabel secara berulangkali dan mampu menghasilkan informasi atau data yang sama atau sedikit sekali bervariasi. Dengan kata lain instrumen tersebut mampu menunjukkan keakuratan, kestabilan dan konsistensi dalam

menghasilkan data dari variabel yang diukur (Arikunto, 2002:171). Teknik pengujian reliabilitas menggunakan koefisien alpha cronbach dengan taraf nyata 5%, jika koefisien korelasi lebih besar dari nilai kritis atau jika nilai alpha cronbach lebih besar daripada 0,6 maka item tersebut dinyatakan reliabel. Koefisien alpha kurang dari 0,6 menunjukkan reliabilitas yang buruk, angka sekitar 0,7 menunjukkan reliabilitas dapat diterima dan angka di atas 0,8 menunjukkan reliabilitas yang baik. (Sekaran 2003:311).

3.6. Definisi Operasional Penelitian

Operasional variabel dalam penelitian ini terbagi dua variabel, variabel independen terdiri dari Kemandirian Masyarakat (X1), Potensi Wilayah (X2), Integrasi Ekonomi (X3) dan Daerah Khusus (X4) dan variabel dependennya yaitu Pengembangan Wilayah (Y). Adapun definisi operasional penelitian ini adalah:

a. Pengembangan wilayah (Y) meliputi:

1. Meningkatkan kapasitas Pemerintah Daerah dalam memfasilitasi pembangunan partisipatif (Y1).

2. Memberdayakan masyarakat dan lembaga-lembaga masyarakat dalam perencanaan pembangunan partisipatif terutama bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi (Y2).

3. Melembagakan pelaksanaan pembangunan partisipatif untuk menjamin pemenuhan kebutuhan sosial dasar (pendidikan dan kesehatan), infrastruktur,

penguatan hukum, capacity building, dan penciptaan iklim investasi dan iklim usaha (Y3).

4. Memperbesar akses masyarakat terhadap keadilan (Y4).

5. Meningkatkan kemudahan hidup masyarakat terutama keluarga miskin melalui penyediaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sosial ekonomi (Y5).

b. Kemandirian Masyarakat (X1) meliputi: 1. Pengembangan ekonomi lokal (X1.1). 2. Pemberdayaan masyarakat (X1.2).

3. Penyediaan prasarana dan sarana lokal/perdesaan (X1.3).

4. Peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah, dunia usaha, masyarakat (X1.4).

c. Potensi wilayah (X2) meliputi:

1. Penyediaan informasi potensi sumberdaya wilayah (X2.1). 2. Pemanfatan teknologi tepat guna (X2.2).

3. Peningkatan investasi dan kegiatan produksi (X2.3). 4. Pemberdayaan dunia usaha dan UMKM (X2.4). 5. Pembangunan kawasan produksi (X2.5).

d. Integrasi Ekonomi (X3) meliputi:

1. Pengembangan jaringan ekonomi antar wilayah (X3.1). 2. Pengembangan jaringan prasarana antar wilayah (X3.2).

e. Daerah khusus (X4) meliputi:

1. Pembukaan keterisolasian daerah (pedalaman, pesisir, dan pulau kecil terpencil) (X4.1).

2. Penanganan komunitas adat terasing (X4.2).

3. Pembangunan daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil (X4.3).

Untuk lebih memperjelas penelitian maka dikemukakan pendefinisian berbagai variabel yang digunakan dalam penelitian, yaitu:

Tabel 3.2. Operasional Variabel

No Variabel I n d i k a t o r Skala Pengukuran Skala D e p e n d e n 1. Pengembangan Wilayah (Y)

1. Meningkatkan kapasitas Pemerintah Daerah dalam memfasilitasi pembangunan partisipatif .

2. Memberdayakan masyarakat dan lembaga-lembaga masyarakat dalam perencanaan pembangunan partisipatif terutama bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi.

3. Melembagakan pelaksanaan pembangunan partisipatif untuk menjamin pemenuhan kebutuhan sosial dasar (pendidikan dan kesehatan),

infrastruktur, penguatan hukum, capacity building, dan penciptaan iklim investasi dan iklim usaha. 4. Memperbesar akses masyarakat terhadap keadilan. 5. Meningkatkan kemudahan hidup masyarakat

terutama keluarga miskin melalui penyediaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sosial ekonomi.

1 – 5 Interval I n d e p e n d e n 2. Kemandirian Masyarakat (X1)

1. Pengembangan ekonomi lokal. 2. Pemberdayaan masyarakat.

3. Penyediaan prasarana dan sarana lokal/perdesaan. 4. Peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah

daerah, dunia usaha, masyarakat.

1 – 5 Interval

3.

Potensi Wilayah (X2)

1. Penyediaan informasi potensi sumberdaya wilayah. 2. Pemanfatan teknologi tepat guna.

3. Peningkatan investasi dan kegiatan produksi. 4. Pemberdayaan dunia usaha dan UMKM. 5. Pembangunan kawasan produksi.

4

Integrasi Ekonomi (X3)

1. Pengembangan jaringan ekonomi antar wilayah. 2. Pengembangan jaringan prasarana antar wilayah. 3. Pengembangan pusatpusat pertumbuhan ekonomi

daerah. 1 – 5 Interval 5 Daerah Khusus (X4)

1. Pembukaan keterisolasian daerah (pedalaman, pesisir, dan pulau kecil terpencil).

2. Penanganan komunitas adat terasing.

3. Pembangunan daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil.

1 – 5 Interval

Dokumen terkait