• Tidak ada hasil yang ditemukan

Portofolio Izrail

Dalam dokumen Namaku Izrail Revisi Ke-6 (Halaman 68-175)

“Pengalamanku? Wah kan sudah kukatakan banyakkk sekaleee. Aku tak bisa menghitungnya.”, Izrail masih tersenyum ditepi ranjangku ketika kutanyakan pengalamannya. Kemudian dia melanjutkan. “Memang banyak peristiwa yang bisa kuingat sewaktu aku menjalankan tugasku. Dari banyak ragam manusia. Mulai dari yang gila, sehat, sakit, yang soleh, yang bejat dan durjana, yang menjadi wali, nabi, dan rasul. Pokoknya sebanyak jenis manusia yang pernah ada di muka bumi ini, pernah aku alami. Nah apa pengalaman yang bagaimana yang ingin kau ketahui?” Dia balik bertanya kepadaku. Sejenak aku merenung, menghimpun daftar pengalaman Izrail yang ingin kuketahui. Seringkali, saat menuju kantor atau sekedar jalan-jalan, aku melihat banyak sekali orang-orang yang gila baik secara fisik dan psikologis, ataupun yang nampak sebagai orang gila beneran maupun secara tersamar, aku melihat aspek-aspek tekanan psikologis

yang menuju kegilaan pada beberapa orang yang kutemui. Psst.., asal tahu saja, salah satu keahlianku memang membaca karakter seseorang baik dari perilaku, gaya bertutur, wajah, maupun berbagai aspek perilaku lainnya. Jadi, analisaku pada orang-orang yang sering kutemui seringkali tidak meleset jauh dari kesimpulan umum yang kuambil, kendati baru sekali bertemu.

Salah satu yang menarik adalah kegilaan ini. Khususnya orang yang gila secara total : psikis dan fisiologis, sehingga ia sama sekali tidak sadar akan kemanusiaannya, kemudian menggelandang di jalanan dalam keadaan yang menyedihkan; maupun kegilaan jenis lain seperti gila wanita, gila harta, gila kehormatan, gila jabatan, gila uang, gila kekuasaan, gila karena syarafnya error, gila karena Allah, dan kegilaan lainnya.

Gila dunia sudah jelas menjadi penyakit kronis dari sebagian orang yang gelagapan diterjang derasnya gelombang peradaban. Mereka belum siap menghadapi ganasnya

dan kuatnya peradaban yang datang menggelombang berupa kemajuan, kekayaan, kebudayaan, pemikiran, dan lain sebagainya sehingga akal dan pikirannya menjadi gelap

70

gulita. Akhirnya dalam kegelapan akal pikirannya itu, maka kegilaan duniawilah yang muncul karena akal pikirannya tidak sanggup merespon gelombang yang datang dengan wajar.

Gila karena Allah adalah yang nampak pada orang-orang tertentu sebagai kegilaan spiritual yaitu orang yang gila karena cintanya kepada Allah SWT. Gila yang demikian memang sedikit tidak masuk akal bagi orang-orang yang ada di setiap zaman, kendati dari mulutnya meluncur kata-kata bijak penuh hikmah. Nah, ini saja kali yang akan kutanyakan pertama kali. Akupun kemudian bertanya, ”Bagaimana sebenarnya kamu mencabut nyawa orang yang gila beneran dan gila karena Allah?”

Izrail sekilas mengernyitkan alisnya yang rapih kemudian bertutur dengan cueknya.

Orang gila sebenarnya terbebas dari beban syariat Allah. Kalau kegilaannya itu karena kerusakan fisik seperti syaraf yang rusak, maka syariatnya hanya sebatas dia waras saja. Sedangkan orang yang gila karena dunia maka dia tetap menanggung semua amal perbuatan karena kegilaan yang condong kepada keduniawian itu. Maka hati-hatilah, karena kegilaan yang disebabkan hasrat keduniawian

yang tak terkendalikan sangat membahayakan. Inilah kegilaan si Iblis yang akhirnya terjebak dalam kebutaan hati, ia menjadi takabur, sombong, dan membangun ilusi dengan kesucian diri, merasa paling patut untuk dihormati, sehingga iapun akhirnya menentang perintah Allah untuk menghormati nenek moyangmu. Bagi dia yang gila karena mencintai Allah, maka Allah akan menggenggam kehidupannya. Ia kekal dalam genggaman cinta-Nya. Maka iapun tidak pernah menoleh kembali kepada dunia.

Kegilaan sebenarnya memang identik dengan mereka yang tertutup akal pikiran dan kesehatan kejiwaannya. Gila secara fisis dan psikologis dapat disebabkan berbagai hal. Seperti kamu sebutkan tadi, ada gila harta, gila wanita, gila hormat, penyakit syaraf, dan yang lainnya. Disini, kamu harus melihat bagaimana Allah sebenarnya menciptakan semua makhluk dengan awal mula yang sempurna. Ketika makhluk

ditempatkan dalam ruang waktu, maka makhluk sebenarnya diharuskan untuk selaras dengan semua Kehendak Allah SWT, baik yang berupa perintah-perintah, larangan-larangan, hukum-hukum alam,

72

maupun berbagai petunjuk yang diungkapkan oleh para Nabi dan Rasul.

Tapi, gudang alpa adalah manusia, kendati semua itu sudah terhampar dalam dirinya dan di alam semesta, tetap saja manusia tergelincir. Ketika manusia mengabaikan semua petunjuk-petunjuk itu, maka berbagai ketentuan Allah pun terabaikan. Pengabaian inilah yang menyebabkan potensi manusia berubah tidak sesuai dengan aslinya. Percayalah ini semua proses dalam ruang-waktu, semua makhluk bila tidak selaras dengan Kehendak Allah akan menerima konsekuensi, baik dirasakannya di dunia maupun di akhirat; baik saat itu juga ataupun nanti.

Ketika seseorang terlahir dengan wujud fisik yang tidak sempurna, katakanlah cacat mental, maka ruh yang ditiupkan Allah SWT yang memiliki kesempurnaan ditiupkan ke dalam jasad. Ketika jasad terintegrasi dengan ruh, maka keseimbangan yang gaib dan yang nyata terjadi. Ia yang terlahir cacat fisik, mungkin tidak akan memiliki keseimbangan yang optimum. Boleh jadi dalam pandangan manusia, ia disebut cacat mental atau bahkan tidak waras.

Tapi, kenapa bisa tidak waras, bukankah Allah selalu menciptakan dengan kesempurnaan? Itulah makna penting dari keselarasan dengan Kehendak Allah. Jasad biologis adalah produk ikhtiar manusia. Dalam arti, kendati Allah melakukan intervensi langsung dalam proses penciptaan, maka manusia sebenarnya berperan dalam penciptaan keturunannya. Maka seringkali Allah menyebutkan diri-Nya sebagai “Kami” di dalam Al Qur’an untuk menjelaskan adanya peran makhluk di dalam penciptaan itu, khusunya dengan pasangan yang menjadi Ibu dan Bapak. Ketika manusia lalai atas kenyataan ini, dan kemudian ia tidak mematuhi perintah Allah, maka boleh jadi apa yang menjadi salah satu ciri alamiahnya di dunia, meneruskan keturunan akan mengikuti alur yang tidak menyenangkan.

Ketika engkau diperintahkan untuk tidak berzinah, tapi engkau membangkang, maka potensi-potensi biologismu akan berubah. Boleh jadi dari dirimu akan lahir makhluk-makhluk yang tidak sempurna, baik dari segi jasmani maupun ruhani. Ketahuilah, kendati manusia pada akhirnya memiliki berbagai bentuk fisik yang biasanya kalian sebut sempurna dan tidak sempurna, Allah

74

sebenarnya menginformasikan bahwa pembawaan fisik manusia tidak berpengaruh pada jatidirimu yang halus dan lembut (lathifah 15 , yaitu qolbu). Allah berfirman

bahwa ”Lalu kami jadikan ia makhluk yang lain

(QS 23:14)” berarti memanusiakan dirimu dari

jasad yang hanya terdiri dari daging dan urat-urat syaraf dengan susunan unsur-unsur dan tabiat, keadaan, dan kecenderungan tubuh yang paduannya menyebabkan pengaruh pada kesehatan seseorang , baik lahir maupun batin

[22].

Maka ketika ruh ditiupkan kedalam jasad difirmankan oleh Allah bahwa “Dia

membentukmu, lalu menyeimbangkanmu (QS 82:7)”.

Jadi, dalam firman ini Allah menginformasikan bahwa asal muasalmu yang diciptakan dari min thiin menjadi segumpal darah (QS 23:12) dalam naik-turunnya tahapan-tahapan perkembangan manusia (QS 23:14); dan ketika ruh ditiupkan maka

15

Lathifah dalam istilah sufi mengacu kepada suatu makna yang lebih mendalam, sedangkan lathifah manusia adalah jiwa rasional yaitu qolbu. Qolbu pada hakikatnya berperan “menurunkan” derajat atau kualitas ruh pada tingkat yang lebih mendekati dan sesuai dengan diri manusia di satu sisi , yaitu jasadnya, akan tetapi tetap sesuai dengan ruh di sisi lain, catatan kaki raf 22 hal 34

terjadilah sinkronisasi antara unsur material dan immaterial manusia sehingga dari integrasi dan sintesis kedua unsur pembentuk manusia tersebut muncullah apa yang disebut sebagai watak atau tabiat manusia, yang pada akhirnya mempengaruhi akhlak dan perilakunya. Apakah itu berakhir dengan sempurna atau tidak sempurna, maka faktor-faktor yang mempengaruhi manusia secara utuhlah yang lebih banyak mempengaruhinya. Sehingga dikatakan oleh sabda Nabi SAW bahwa manusia terlahir dengan fitrah yang suci, namun lingkunganlah (ibu bapaknya, pengasuhnya, teman-temannya, dll.) akhirnya yang akan membentuknya menjadi ini atau itu. Jadi, perhatikanlah bahwa aspek-aspek biologis dan psikis manusia pada akhirnya tergantung dari keselarasannya dengan sunnatullah, baik dalam pembentukannya maupun dalam pendidikannya setelah dilahirkan ke dunia, jadi akhlak manusia dipengaruhi aspek genetis dan lingkungannya. Itulah bagian-bagian dari makna tersembunyi dari Allah, Rabbul ‘Aalamin yang dilekatkan sebagai sifat-sifat manusia dari bani Adam.

Kebolehjadian adalah manifestasi dari Kehendak Allah yang nyata terekam dalam sel-sel genetis (gnome) manusia. Karena disitu

76

tersimpan sejarah tentang nenek moyangmu, kehidupanmu, takdirmu, dan qadā dan qadar anak cucumu. Ketika anakmu cacat mental atau fisik, maka boleh jadi ada sesuatu yang salah dalam dirimu, ayahmu, kakekmu atau moyangmu. Ini bukan dosa turunan, karena fitrah asal manusia sebagai ruh yang ditiupkan didalam jasad adalah tersucikan dari dosa. Boleh jadi ini karena aktivitas fisikmu di dunia, jasad biologismu yang mengendalikan dirimu, sehingga segala nafsu syahwat merajalela. Ketika keturunanmu cacat fisik, cacat mental, ada apakah ini? Kenapakah demikian? Apakah Allah tidak adil? Maka, sebelum melontarkan pertanyaaan ini, lihatlah ke dirimu sendiri? Apa yang salah dengan diriku, kehidupanku, apa yang aku makan dan minum, cara aku memperoleh makanan dan minuman, cara aku menyikapi kehidupan? Dan cara bagaimana manusia beradab di hadapan Penciptanya dengan syariat, hakikat dan makrifat; dengan dzikir, fikir dan ikhtiar.

Renungkanlah dengan pikiran yang terbuka, bukan dengan pikiran yang terbelenggu oleh nafsu. Karena pikiran yang terbelenggu hawa nafsu adalah manifestasi Iblis yang bersemayam dalam jiwa dan ragamu. Ia akan membisikkan dirimu dengan buruk sangka dan berkata “Tuhanmu tidak adil maka ikutlah

aku (Iblis)”. Ketika engkau ikuti bisikan Sang Durjana itu, maka engkau menjadi budaknya, yang menepiskan realitas hakiki akan Tuhanmu yang menciptakan semua makhluk dengan limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya.

Ketika kegilaan fisis-biologis menimpa seseorang, tekanan mental yang dahsyat muncul karena potensi jasad dan ruhanimu tidak terolah dengan benar, sehingga semua fakta yang tercerap inderawi menjadi suatu beban yang tidak tertahankan. Ibarat cangkir, maka cangkirmu terlalu kecil sehingga tidak mampu menampung semua limpahan rahmat dan kasih sayang Allah yang terus menerus, baik berupa kemajuan-kemajuan zaman, peradaban, keduniawian, maupun limpahan-limpahan ruhaniah. Maka pecahlah cangkir itu. Ia yang kemudian menjadi gila secara fisis biologis, adalah ia yang terenggut dalam genggaman Allah dan mati sebelum dimatikan.

Aku biasanya tidak terlalu dipusingkan dengan keadaan lahir seseorang ketika mencabut nyawanya. Hanya saja, dampak-dampak perilaku yang menyebabkan kegilaannya seringkali membuatku terpaku, maka si gila yang meregang maut adalah ia yang meregang

78

dalam genggaman Allah. Hanya Dialah yang tahu bagaimana si gila akan diperlakukan, kecuali kegilaannya itu jelas sebagai kegilaan si Iblis yang terhalusinasi akan kesucian diri dan kesombongannya.

Si gila karena cintanya kepada Allah adalah si gila yang menjadi tenggelam dalam genggaman Allah. Entah kenapa, Allah sepertinya membiarkan kegilaan kepada-Nya bagaikan memberikan contoh kepada manusia bagaimana kegilaan makhluk yang ter-baqa-kan dalam diri-Nya. Ia yang majnun16

dalam genggaman Allah kurenggut dengan citarasa kegilaan karena cinta-Nya. Maka seringkali akan engkau temui syair-syair penuh kerinduan kepada-Nya dan mayat-mayat yang menggeletak di sembarang tempat dengan senyum keabadian Sang Pecinta yang terlampiaskan kerinduannya.

Sejenak aku masih menatap Izrail menyelesaikan kisah tentang si gila. Pikiranku masih mengambang tanpa memikirkan apa-apa kecuali cerapan rasa takut yang makin

16

Majnun adalah tokoh fiksi dalam sastra Arab Kuno yang tergila-gila kepada seorang gadis cantik bernama Laila, sehingga ia menjadi sedemikian gilanya. Maka muncul istilah Majnun ynag identik dengan gila karena cinta.

meliputi diriku. Kemudian terlintas seorang teman yang telah mendahuluiku. Ia meninggal dalam keadaan yang biasa-biasa saja. Tanpa tanda-tanda ataupun firasat-firasat, baik kesehatan maupun yang sifatnya spiritual. Entah kalau ia sendiri mengalaminya. Aku tidak tahu. Yang jelas, ia sedang berolah raga kegemarannya ketika Sang Maut menjemput dengan tiba-tiba di usianya yang masih muda. Lalu, tercetus pertanyaanku, ”Bagaimanakah untuk orang sehat walafiat yang mendadak meninggal?”

“Haa, kamu teringat temanmu ya, atau dirimu sendiri yang merasakan kedatanganku yang tiba-tiba”, ia melihat kepadaku dan tersenyum dikulum. Aku menganguk perlahan. “Oke, akan aku ceritakan bagaimana aku mencabut yang sehat”, ujarnya.

Banyak orang yang masih mengira bahwa kesehatan yang baik akan membawa umur panjang. Pendapat ini , kalau ditinjau dari sisi manusia, memang benar adanya. Setidaknya, ia yang menjaga kesehatannya berupaya untuk selaras dengan sunnatullah. Tetapi, ketahuilah bahwa masalah “hidup dan mati” adalah kehendak Allah yang penuh ketidakpastian dan keserbamungkinan. Aku sendiri tidak tahu kapan si A, si B, atau si C mati. Akan tetapi,

80

yang jelas aku pasti mendatangi setiap makhluk kalau sudah diinginkan-Nya, karena kematian adalah suatu kepastian. Namun, kapan aku akan datang, itu tergantung kehendak-Nya semata.

Tetapi, sadarilah!

Aku selalu mengikuti setiap makhluk dalam setiap detik sang waktu berjalan. Percayalah, Sang Waktu dan aku sebenarnya selalu beriringan, sehingga dalam setiap saat “hidup dan mati” sebenarnya sekedar anugerah Allah semata. Ketika Dia perintahkan aku untuk beraksi, maka saat itu juga aku beraksi. Maka manusia sebenarnya harus berhati-hati, karena

setiap saat aku selalu mengincar dirinya. Ketika

Dia berkehendak padaku untuk mengambil si A atau si B saat itu, aku tinggal mengiyakan dan saat itu juga dia yang dikehendaki-Nya mati akan mati.

Jadi, ingatlah selalu bahwa posisi semua makhluk sebenarnya sangat kritis sekali. Bagi yang bertasbih setiap saat maka tasbihnya adalah penghambaannya yang mutlak, seperti kaumku yang selalu bertasbih kepada-Nya. Bagi manusia maka bertasbihlah setiap saat dengan selalu “mengingat-Nya”, lakukan dzikir. Tanpa itu maka boleh jadi engkau akan mati

dalam keadaan “bermaksiat kepada-Nya”. “Na

udzu billah min dzalik”. Sekiranya semua

manusia menyadari hal ini, aku yakin bahwa bumi ini akan sepi dari semua aktivitas karena rasa takut akan kedatanganku. Karena itu dalam keadaan sehat, selalu ingatlah kepada-Nya, bertasbihlah selalu dengan dzikir-dzikir qolbu yang ikhlas dan ridha bahwa kehidupan dan kesehatanmu sebenarnya sekedar anugerah-Nya semata. Ia yang kucabut dalam keadaan sehatnya, akan mati sesuai dengan kondisinya saat itu. Aku sekedar melempangkan perintah dan kehendak-Nya, sehingga seringkali dia yang kucabut nyawanya tidak merasakan kedatanganku.

Seringkali, aku beraksi ketika ia sedang duduk minum kopi, membaca koran, di bis kota, di jalanan, ketika manusia sedang giat-giatnya berolah raga, sedang bermaksiat, dan sebagainya. Makanya, seringkali kamu akan temui nasihat-nasihat dari si bijak untuk berhati-hati dalam setiap tindak tandukmu. Namun, hal ini rupanya tidak disadari oleh banyak manusia bahwa “hidup dan matinya” tak lebih sekedar Kehendak-Nya semata. Maka waspadalah dan ingatlah sabda Nabi berikut “Kematian yang tiba-tiba adalah rahmat

82

bagi orang yang beriman, dan nestapa bagi pendosa (HR Abu Daud)[11]”.

“Dia yang selalu mengingat Allah SWT, menyadari dirinya adalah hamba-Nya semata, maka iapun menjalankan kesolehan seperti yang dijelaskan oleh para nabi, rasul, wali, dan para pewaris ilmu Nabi. Ikutilah kesolehannya, berkumpullah dengan mereka baik dalam keadaan senang maupun susah. Ia yang soleh sebenarnya dititipi cahaya ilahiah sehingga dalam setiap langkahnya adalah ibadahnya.” Ujar Izrail, kemudian dia menyitir salah satu firman Tuhan,”Dan sembahlah Tuhanmu sehingga

datang kepadamu yang diyakini (ajal) (QS 15:99)”.

Semua bulan, tahun, malam dan siang hari merupakan ketentuan ajal dan waktu untuk beramal. Semua akan berakhir dan berlalu dengan cepat. Maka, dalam setiap detik waktu yang berjalan, sesungguhnya bagi mereka yang beriman terdapat amal-amal ketaatan yang ditetapkan oleh Allah. Maka, jangan sia-siakan waktumu!

Aku belum sempat bertanya lagi ketika Izrail bertutur meneruskan ceritanya tanpa kuminta. Kemudian ia melanjutkan kisahnya tentang bagaimana ia seringkali merasa malu kalau mendatangi orang yang soleh, oleh karena kesolehannya.

Dia yang mematuhi semua perintah Allah, dalam keadaan apapun, sebenarnya contoh yang indah bagaimana aku dengan kelembutan mengantarkan dirinya memasuki keabadian. Kesolehannya akan menjadi penerang dirinya di alam barzakh yang luas.

Disana, ia akan menanti keputusan, bahkan sebenarnya tidak menanti, sebab penantiannya tidak memiliki makna temporal yang berarti baginya. Sehari serasa seribu tahun17. Dan ia merasakan kebahagiaan yang hakiki ketika berkumpul dengan orang-orang yang soleh juga. Mereka bergerombol dalam kesolehannya. Sekali-sekali, iapun bisa berkomunikasi dengan karib kerabatnya yang masih ada di dunia, melalui mimpi, melalui getaran-getaran qolbu mukminin yang soleh, yang mampu menembus batas-batas kegaiban alam barzakh. Semuanya terjadi atas kehendak-Nya semata, karena semua hasrat dan keinginan dirinya telah terbaqakan dengan Kehendak-Nya semata.

Aku mendatangi mereka yang soleh dengan kesantunan yang sebisa mungkin tidak

17

QS 32:5 Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.

84

mengagetkan dirinya. Bahkan aura kedatanganku sebenarnya sudah ia cium jauh-jauh hari sebelum aku dikehendaki oleh-Nya untuk melakukan penarikan ruhnya yang tercerahkan.

Ahhh, seringkali aku merasakan kerinduan-kerinduan mereka kepada-Nya. Biasanya auraku yang mendatanginya akan menyebabkan dirinya tergerak dengan Kehendak-Nya semata. Ia berbuat sesuai dengan Kehendak Allah. Ia menjadi asing atas perbuatan dirinya, kalau ia sadari hal itu. Namun, biasanya mereka sendiri tidak

sadar bahwa semua gerak-geriknya sudah bukan lagi gerak-gerik yang disebabkan keinginan dirinya. Bisa dikatakan, bahwa si soleh yang menjelang kematiannya sudah terfanakan dan terbaqakan dalam semua Kehendak-Nya.

Bagi yang matahatinya awas, boleh jadi gerak geriknya akan terpahami sebagai bukan gerak gerik dirinya. Bagi yang tidak memahami, keasingan dirinya baru akan tersadari setelah kematiannya. Tidak disadari oleh semua orang kalau gerak-geriknya adalah kehendak Allah semata. Ketika aku datang, maka aku biasanya datang diam-diam supaya tidak mengagetkannya. Maka kucabut ia dalam

sujud shalat lima waktunya, dalam shalat malamnya, dalam tafakkurnya, dalam tidurnya, dalam sakitnya, dalam sehatnya, dan dalam keadaan apapun ia berada saat itu. Kewaspadaannya akan kedatanganku, menyebabkan ia tidak lalai mengingat Allah, ia tidak alpa untuk

waspada terhadap kedatanganku yang mendadak. Hal ini menyebabkan aku malu menemuinya langsung. Maka akupun datang diam-diam dalam setiap keadaan dirinya. Maka iapun akan kucabut dengan keselamatan akhirat yang selalu melingkupinya.

Boleh jadi kematian bagi mereka yang soleh akan dirasakan sangat ringan dan juga sangat berat. Bagi yang berat maka boleh jadi ia masih mempunyai hajat untuk mencapai derajat tertentu, yang belum berhasil dicapainya melalui amal perbuatannya, maka kematian baginya sangat menyakitkan karena lepasnya peluang untuk mencapai derajatnya di surga. Bagi yang kurang iman, katakanlah si kafir, terjadi sebaliknya khususnya bagi si kafir yang mempunyai amal baik yang belum memperoleh balasan. Maka ia akan dimudahkan dalam kematian sebagai balas jasa kebaikannya dan nanti ia akan langsung

86

mendapatkan tempatnya di neraka. Jadi, jangan merasa selamat kalau ada amal kebaikan yang belum terbalas. Karena boleh jadi balasan itu hanya akan diterimanya sebatas saat kematiannya saja. Setelah itu, semua amal akan dihisab sesuai kadarnya masing-masing. “Tapi, kesolehan bukanlah mutlak keselamatan dariku. Maka engkau harus hati-hati.” Tiba-tiba ia berkata begitu. Kemudian ia terus menuturkan.

Yang soleh sekalipun sebenarnya masih rentan terhadap dua jenis keadaan menentukan yang berujung pada “akhir yang buruk”. Salah satunya yang berbahaya adalah “pada saat sekarat dan mengalami kengerian maut, hatinya mungkin diliputi oleh keraguan atau pun kekufuran, hingga ketika ruhnya dicabut, dia masih berada dalam keadaan seperti itu”, Yang kedua adalah, “pada saat kematian, kecintaan pada materi atau kesenangan duniawi mungkin telah menguasai hatinya....maka diapun akan menghadapkan wajahnya ke dunia, dan sebanding dengan kecondongan seseorang kepada dunia, itu semua akan menyebabkan tabir, yang menyebabkan turunnya siksa”.

Aku menggigil mengingat Izrail berkata seperti itu. Lha..., yang soleh saja belum tentu selamat dalam menghadapi kematian, bagaimana dengan yang setengah hati solehnya, atau yang sama sekali keblinger? “O ya, aku akan perdengarkan untaian nasihat dari sufi generasi terdahulu”. Katanya tiba-tiba saja ia menjadi romantis. Judulnya “Delapan Nasihat Hatim” 18 . Izrail pun pun bersenandung [21].

Cintailah amal saleh,

ia dapat memutuskan rantai kepemilikanmu kepada dunia,

ia akan menjadi penerang kuburmu, pendampingmu disana dan

tidak meninggalkanmu sendirian. Taatilah perintah Allah dengan ridha,

karena dengan keridhaan pada ketaatan-Nya maka

Dalam dokumen Namaku Izrail Revisi Ke-6 (Halaman 68-175)

Dokumen terkait