• Tidak ada hasil yang ditemukan

Namaku Izrail Revisi Ke-6

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Namaku Izrail Revisi Ke-6"

Copied!
195
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2

Namaku

Izrail !

Status : Final, Edisi Artikel Revised on : 30/09/2008 1:51:21

Dialog Imajinal Gue

(3)

Prakata

Bismillahirrahmaannirraahiim

S

egala puji dan syukur sepatutnya hanya ditujukan untuk Allah SWT, Sang Maha Pencipta yang menebarkan kasih sayang untuk semua makhluk-Nya, yang maujud dalam bentuk materi fisik maupun yang diselimuti kegaiban-Nya dan yang menggenggam kehidupan semua makhluk-Nya.

Al-Iradah-Nya adalah kehendak dan

keinginan-Nya yang tak terbantahkan,

al-Qudrah-Nya adalah Arasy

Kemahakuasaan-Nya yang menopang semua alam yang ada beserta isinya, yang menghendaki Keserbarahasian-Nya terungkap dari Perbendaharaan-Nya yang tersembunyi dalam maujud al-Haba (gelombang gravitasi) dan Nur Muhammad (gelombang

elektromagnetik) dengan perintah “Kun Fa

Yakuun”.

Shalawat dan salam kusampaikan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai maujud Af’al,

(4)

4

Asma-asma dan Sifat-sifat-Nya yang paripurna, Adimanusia, Insan Kamil dan Gurujati semua manusia, keluarga dan kerabatnya, para sahabatnya, para aulia dan para pewaris serta penyampai ilmunya, yang meneruskan rahmatnya kepada seluruh alam dan penghuninya, yang merentang menembus batas-batas ruang-waktu : dulu, kini dan nanti. Kematian pastilah akan datang, kepada semua makhluk yang bernyawa, dimanapun ia berada, dan dalam keadaan apapun. Maka dalam banyak kesempatan, Nabi Muhammad SAW selalu mengingatkan kepada umatnya untuk mewaspadai setiap saat gerak-geriknya. Bahkan, ia yang menjadi Habib Allah (Kekasih Allah) penutup para Nabi dan Rasul pun tidak luput dari datangnya ajal, lengkap dengan segala rasa takut , kengerian, dan penderitaannya. Kematian yang dialami oleh Nabi SAW adalah suatu hikmah dan pelajaran bagi kita semua, bahwa Allah SWT Maha Berkehendak, sehingga dahsyatnya sakratul maut dan datangnya Malaikat Maut tak akan dapat dielakkan oleh semua makhluk-Nya. Dalam literatur Islam, malaikat maut dikenal dengan nama Izrail, dialah yang merupakan salah satu malaikat utama Allah yang bertugas mencabut nyawa semua makhluk yang

(5)

bernyawa. Izrail yang akan datang setiap saat kepada manusia, adalah suatu peringatan yang nyata, bahwa manusia semestinya lebih mawas diri atas segala perilakunya sendiri selama ia hidup di dunia. Risalah tentang Izrail ini, yang saya beri judul “Namaku Izrail!”, kurang lebih dimaksudkan untuk mengingatkan saya dan kita semua, bahwa Izrail pasti akan datang. Ia adalah pelaksana kiamat kecil yang nampaknya saat ini banyak tidak disadari oleh kita semua. Sehingga, seringkali kita alpa dan lalai untuk mengingat mati. Risalah ini memang risalah mawas diri tentang kematian, tentang berakhirnya semua peluang kita untuk mengumpulkan bekal guna kembali kepada-Nya. Apakah kita kembali dengan meniti Shiraatal Mustaqim atau terpelanting dari jembatan itu, maka sudah menjadi kewajiban kita untuk mengingat kematian.

Tak ada bekal yang dapat kita bawa saat kematian kita, kecuali amal shaleh sebagai orang yang beriman kepada-Nya dan kain kafan, tidak harta benda, intan, emas, permata, tidak juga istri yang kita cinta, ataupun anak-anak kita, kecuali amal shaleh yang diridhai oleh-Nya. Maka ingatlah kematian, dan bersiap-siaplah dengan bekal yang dapat Anda bawa.

(6)

6

Akhir kata, semoga risalah tentang kematian ini dapat menjadi pelajaran bagi kita semua. Wassalammu’alaikum Wr. Wb

Lebak Bulus, 27 Nopember 2004 Atmonadi

(7)

“Wahai anakku! Jika ada sesuatu yang tak bisa kau pastikan bila dia datang,maka persiapkan dirimu untuk menghadapinya sebelum dia mendatangimu sedang engkau dalam keadaan lengah” (Nasihat Luqman kepada anaknya)

(8)

8

Bab 1

Prolog

"Namaku Izrail".

Tiba-tiba saja ia berdiri dihadapanku. Memperkenalkan diri, entah dari mana. Terus terang, aku melongo ketika orang atau lebih tepatnya mahluk itu ada dihadapanku. Entah kenapa, aku tidak terlalu kaget. Hanya saja, memang muncul rasa heran dan takut. Tubuhku yang sedang leyeh-leyeh berbaring setengah terangkat. Aku menatapnya. Persisnya, bengong melihatnya berdiri di hadapanku. Meski rasa takut menyergapku, aku seakan-akan tidak merasa asing dengan sosok ini. Kayanya pernah kenal, tapi dimana gitu. Dalam beberapa saat aku seperti pikun. Lupa. Tepatnya nggak tau. Apakah pernah bertemu dengannya atau tidak. Sepertinya aku mengalami dejavu, pikirku.

Cukup lama ia memandangku dengan diam setelah dia menyebutkan namanya begitu saja. Padahal aku nggak minta diperkenalkan. Boro-boro perkenalan, dia begitu saja mengada. Makanya siapa dia pun aku nggak

(9)

ngeh. Izrail katanya. Siapa ya? Rasanya nama itu

pernah kukenal dengan baik. Tapi, aku lagi-lagi tidak mampu menggali memori dari otakku yang tiba-tiba menjadi beku.

Ia nampaknya termasuk mahluk yang tak mau tau. Tepatnya super cuek. Apakah aku mau atau tidak, nampaknya ia memang tak peduli. Bilamana ia mau, ia akan memperkenalkan diri. Bila tidak, ya sudah lewat begitu saja. Tak peduli orang yang disapanya mau atau tidak. Apakah yang di datanginya jantungan atau tidak. Baginya itu nampaknya tidak menjadi soal benar. Apalagi kemunculannya yang tiba-tiba begitu. Seperti menyergap dari ketiadaan. Muncul begitu saja. Pokoknya, itulah gambaranku tentang sosok super cuek itu.

Bagi yang penakut, mungkin kemunculannya bisa membuat semaput. Dia seperti hantu. Untungnya, aku termasuk bukan manusia yang kagetan. Jadi, kemunculannya yang tiba-tiba itu tidak terlalu membuatku semaput. Tapi, yang jelas memang otakku serasa membeku. Seperti sekarang ini. Memandang dengan bodoh ke sosok yang luar biasa ganteng ini.

(10)

10

Ganteng? Hmmm. Kupikir-pikir, memang aku

belum pernah melihat wajah seperti dia ini. Wajahnya lebih mirip manekin yang dipajang ditoko-toko ketimbang manusia. Halus, berkulit bersih, bahkan seperti menimbulkan pendar sinar. Meskipun, kebersihan kulitnya agak sedikit gimana gitu. Tidak lazimlah.

Warnanya bersih, mendekati merah dadu seperti pipi bayi itu. Nah, sekarang dia senyam-senyum dikulum. Seperti seorang teman lama yang sedang menggoda. Wah, pikirku, ni orang kalau ikut kontes Indonesian

Idol atau AFI1 barangkali langsung menang,

yang lainnya langsung bertumbangan.

"Sudah tau siapa aku?", lanjutnya memecahkan kebingunganku.

"Eh..emmmm yyyaa...siapa ya", sahutku, agak menyentak karena sedikit kaget. Dengan sedikit gemetaran dan tergagap-gagap aku menjadi grogi. Tapi, tetap saja lagi-lagi aku masih belum ngeh siapa dia. Padahal dia sudah menyebutkan namanya. Nama itu memang terdengar tidak asing. Cuma, aku lagi-lagi lupa dimana pernah mendengar nama itu.

1

(11)

Dia tersenyum simpul. Swear, senyumnya termasuk kategori senyum manis bagi makhluk berjenis kelamin laki-laki (terus terang saja, jenis jender ini perlu saya buat dengan font italyc karena saya sendiri bingung ini orang laki-laki atau perempuan).

Kemudian dengan perlahan ia berkata" Aku diminta menjemputmu...".

"Siapa?", tanyaku masih setengah bingung. "Dia...", katanya pendek.

"Dia siapa ya?", tanyaku lagi, otakku masih beku, tak bisa menduga dan tak tahu dengan yang ia maksud.

"Kkkamu sendiri siapa?", tanyaku dengan sedikit gagap. Tapi sudah agak lebih mantap. Keberanianku muncul begitu saja. Nampaknya, ia tidak kaget dengan reaksiku yang nampaknya masih belum begitu jelas. Aku sendiri masih mencoba mengingat –ingat. Tapi, rasanya memang sel-sel kelabu otakku masih kaku tak bisa berpikir. Entah kenapa, kemampuan berpikirku jadi mandeg. Daya ingatku seperti berputar-putar tak menentu. Tak bisa mengatur alur logis yang benar. Melompat-lompat dan terputus-putus begitu saja seperti komputer yang perangkat lunaknya error karena virus. Kira-kira pernah

(12)

12

kenal dimana dengan sosok aneh ini. Tanpa ba bi bu lagi nongol dan langsung memperkenalkan diri.

Kucoba mengingat-ingat sekiranya aku pernah bertemu dengannya. Di suatu tempat, di suatu waktu.

Disela-sela kepikunanku, keringatku mulai meleleh seolah-olah air perasan pikiranku. Anehnya, ingatanku mulai bekerja dengan alur kenangan yang nampak kacau.

Apakah teman sekolahku dulu pikirku. Ah, kelihatannya bukan. Tetap tak bisa kuingat, siapakah pemilik sosok ganjil dihadapanku ini. Seingatku tak ada yang mirip sama sekali. Lagi pula kami masih sering kumpul-kumpul satu sama lain, meskipun sudah hampir 10 tahun angkatan kami habis alias pada lulus dari bangku kuliah. Ah, nampaknya bukan. Pelan-pelan kuhimpun daya ingatku, sedikit demi sedikit aku merasakan darah diotakku mengalir, otakku mulai bekerja dengan sedikit lebih normal.

Tak ada dari temanku yang penampilannya mirip dia ini. Meskipun dari lain jurusan, aku masih ingat satu persatu beberapa temanku semasa kuliah dulu. Frame demi frame aku

(13)

mencoba memutar kembali wajah-wajah temanku. Si Bambang yang pernah dipenjara dulu karena aksi bakar ban di kampus. Atau si Nirwan yang jadi budayawan. Walaupun aku cuma satu dua kali ketemu dengan dia toh aku masih mengingat wajahnya. Bahkan beberapa teman satu kampus yang cuma kenal muka pun aku masih rada-rada ingat. Lha yang ada didepanku ini benar-benar asing banget. Walaupun samar-samar wajah itu seperti bukan wajah asing bagiku.

Searut wajah wanita melintas sekilas dengan senyum manisnya. Ah tapi bukan dia, bukan dia, dia sudah lama pergi. Aku tepiskan bayangan yang melintas dari masa lalu itu. Entah kapan ketemunya akupun tidak tau. Tapi memang ada satu wajah yang sempat melintas dikepalaku, tapi tidak mungkin dia, soalnya dia memang cewek. Tapi, yah yang berdiri di hadapanku ini memang susah kujelaskan apakah cewek atau cowok. Ahhh, mungkin kawan se SMA dulu pikirku. Mencoba tidak menyerah, untuk mengingat dia yang tiba-tiba berdiri didepanku. Ingatanku pun melayang ke SMA dulu untuk mencari-cari dan mencocokkan siapa gerakan teman SMA yang mirip-mirip dia ini. Lagi-lagi aku tidak menemukan sesorang pun yang

(14)

14

mirip dia. Kemudian kujelajahi kenangan SMP dan sekolah dasar.

Blank...

Benar-benar blank nih pikirku, persis komputer yang tidak ada BIOS-nya. Siapa dia ini ya. Aku membatin, sambil menatap sosoknya. Mereka-reka, mencoba mengingat dan menggali dari sel-sel kelabu diotakku.

Uhh..., rasanya...nggak ada ingatan sama sekali

tentang sosok yang satu ini.

"Ngomong-ngomong sebenarnya kamu ini siapa...", kegugupan dan kebengonganku sudah hampir lenyap. Ganti keingintahuanku muncul tentang dia sendiri.

Sejenak ia menatapku lekat-lekat, kemudian "Ehm..aku sebenarnya pernah kamu kenal duluuuuu sekali". Ia malah menjadi sedikit grogi. Ia mencoba memberi penekanan pada kata dulu. Jadinya terdengar sedikit aneh. Dan terus terang, senyum dikulumnya itu membuat beberapa bulu-bulu halus ditekukku mulai meremang.

"Dddulu kapan yyya?" lanjutku setengah gemetar menuntaskan keingintahuanku.

(15)

"Ya dulu, sewaktu kamu baru mau disinari oleh Dia".

Ha....apa maksudnya "disinari". Disinari apaan ya.

(Sepotong ayat tiba-tiba melintas, membuka suatu kenangan asosiatif masa yang telah lama sekali berlalu, Alif Laam Mim Raa,(QS 13:1). Lagi pula, kok ucapannya sangat takzim sewaktu ia ucapkan "Dia". Bahkan setengah takut-takut.

"Aku diminta segera menjemputmu", katanya sedikit lebih takzim kepadaku.

"Haaa".

Aku melongo antara bingung, heran, takut, dan takjub menjadi satu .

(16)

16

Bab 2

Post Mortalitas

Sebel. Entah kenapa beberapa hari ini aku agak lemes. Ya bener lemes banget. Padahal aku nggak merasa lelah lho. Santai-santai saja malah. Beberapa kawanku dikantor malah melihatku sedikit lebih tenang.

"Kok tumben lu rada alim sekarang", ujar Andi yang biasanya memulai obrolan dengan ledekan dulu. Cengar-cengir aku menanggapinya dengan malas-malasan.

"Iya Nih. Gue juga nggak tau beberapa hari ini gue kayanya lebih tenang. Santai BGT. Ndak risau apapun. Walaupun proyek bejibun gini...". Kuhisap Djisamsoe-ku lalu kuhembuskan asapnya kemukanya. Dia batuk-batuk.

“Brengsek lu...!”, umpatnya. Aku nyengir jahil. Mulanya aku sendiri tidak terlalu menyadari kediamanku ini. Di rumah pun aku cenderung berdiam diri atau melakukan aktivitas yang jarang-jarang kulakukan dengan rutin. Beberes buku lah, merapikan lemari lah, menyapu

(17)

kolong lah. Atau jalan-jalan seputar kampung sambil sesekali menyapa tetangga yang lama tak ketemu. Padahal biasanya aku rada cuek juga. Keluarpun kalau bukan untuk makan, ke kantor, ya kalau ada keperluan lain seperti ke warnet atau ke toserba. Selain itu, belakangan ini kata si Bibi aku kok kaya orang dapet rejeki. Menghamburkan uang dengan murah hatinya. “Hehehe...tumben nih dapet rejeki nomplok ya”, kata bi Ida cengengesan sewaktu aku memberikan tip 50 ribu dengan tiba-tiba. Padahal aku nggak minta tolong apa-apa kepadanya. Terus sewaktu ada pengamen atau tukang minta-minta, akupun merogoh kocek dengan enteng. Bukan 500 atau 1000 perak seperti biasanya kalau memberi. Namun 10 ribu, 5 ribu. Bi Ida cuma bisa melongo saja melihat kemurah hatianku yang mendadak itu. Ngiri juga kali. 10 ribu buat dia akan berarti juga. Biasanya dia cuma akan berkata, "Lumayan, untuk jajan anak-anak", katanya setiap kali aku beri 10 ribu perak karena mau membelikan makanan untukku atau sekedar mengambilkan cucian jasku di binatu.

Aku sendiri sejauh ini merasa biasa-biasa saja, walaupun orang lain melihatnya sedikit bingung. Yang kupikir-pikir agak aneh malah

(18)

18

aku melihat segala benda menjadi tanpa makna, tanpa arti. Koleksi bukuku yang kubiarkan bertumpuk akhir-akhir ini, kok kelihatannya seperti onggokan sampah yang menggunung. Isinya kok kayanya sampah dan salah tulis semua. Demikian juga tumpukan baju dan jasku, aku melihatnya seperti gombal biasa saja. Padahal jangan salah lho, aku ini termasuk orang yang cukup berselera juga kalau membeli buku atau pakaian. Bukan nyombong. Cuma memang aku ini termasuk selektif dalam memilih buku, baju, kaos atau celana panjang. Pokoknya kalau nggak pas benar dengan seleraku, nggak bakal kubeli, walaupun murah banget. Begitu juga kalau pun itu berharga cukup mahal, tapi kalau sudah pas seleraku pasti kubeli. Berapapun harganya. Meskipun aku harus menggesekkan duit plastikku yang tagihannya masih lumayan banyak. Tapi begitulah, namanya juga selera. Apapun akan dilakukan walau nantinya aku mesti sedikit berhemat dengan uang gajiku. Selain itu, pulsa hp-ku pun belakangan ini cepat habis. Baru dua minggu sebenarnya aku mengisi hp-ku dengan sejuta pulsa.Ya satu juta padahal biasanya cuma 100 ribu. Biasanya sih ini cukup untuk satu setengah bulan. Tapi seminggu ini aku getol banget menelpon kawan-kawan yang nomernya ada di hp.

(19)

Bahkan yang tak pernah ku telpon pun iseng-iseng kutelpon juga. Ber-haha-hihi-hehe atau cuma sekedar nanya keluarganya.

Apalagi ke Mimi2 di Cirebon, hampir tiap hari

pagi, siang, sore atau malam kutelpon menanyakan kabarnya. Mimiku yang di Cirebon cuma terbengong-bengong saja melihat ulahku yang seperti Miss Ring-ring3.

SMS apalagi, entah berapa ratus SMS belakangan ini dengan gencar kukirimkan ke semua orang. Ada saja yang kukirim. Kalau bukan SMS lucu, SMS cinta, SMS iseng ya SMS hikmah. O iya, SMS Hikmah, aku jadi ingat kok ini SMS yang paling sering kukirimkan ke teman-teman. Ke mantan cewekku dan teman-teman cewekku pun begitu. Aku tiba-tiba saja rajin ber-SMS dan bertelpon ria menanyakan kabarnya. Mantan cewekku baru saja dua bulan

kuputuskan jadi mantan. Kami berpisah dengan baik-baik sih sebenarnya. Soalnya dia ragu dan aku jadi ragu setelah kali ketiga ia masih bimbang sewaktu kuajak menikah

2

Mimi = Bahasa Cirebon untuk Ibu atau Mama

3

Miss Ring-ring, julukan untuk orang yang hobbi menelpon via hp

(20)

20

tahun ini. Ahhh..., secara teknis belakangan ini memang aku lagi patah hati walaupun tidak terlalu menyakitkan. “Mungkin memang bukan jodoh”, ujar mamanya sewaktu aku informasikan bahwa kami memutuskan untuk berpisah. Akupun cuma bisa mengiyakan. Pasrah.

Juga baru sebulan yang lalu aku mengunjungi pernikahan orang yang pernah begitu lekat di pikiranku. Mengucapkan selamat dan menyerahkan kado yang ia inginkan. Gelang emas 22 karat berukir "Dariku, Untukmu".

Well, semuanya itu seperti mimpi, begitu saja

berlalu. Tanpa sesal ataupun kehilangan yang terlalu mendalam. Mungkin, beda sekali kalau kejadian yang terlihat seperti "menyedihkan" ini terjadi beberapa bulan yang lalu. Barangkali aku akan kelimpungan layaknya lelaki kehilangan cinta. Tapi belakangan ini kok aku nampaknya cuek-cuek saja tuh.

Swear, aku merasa tidak kehilangan apapun.

(21)

Bab 3

Namanya Izrail

"Ya Allah". Ujarku setengah tak percaya. "Engkau...engkau...Izrail malaikat?", tanyaku. Ia mengangguk.

Baru kusadari, ia yang berdiri di hadapanku ini memang berkulit sangat bersih. Bahkan bisa kubilang bersinar. Persis seperti gambaran buku-buku tentang orang-orang yang ahli ibadah. Halus, nyaris tanpa otot dan bulu. Ya seperti kataku tadi, mirip kulit bayilah.

Yap! Bulu, sama sekali tidak ada bulu dikulitnya. Wajahnya ganteng, bahkan nyaris cantik. Mungkin kenyal-kenyal dikit kalau dipegang-pegang seperti bunyi iklan sabun mandi “Dove”, pikirku. Aku yakin, ia bisa menjadi Casanova nomor wahid kalau ia mau. Atau kalau mau jadi iklan sabun mandi, mungkin cocok untuk sabun mandi apapun. Dalam arti sabun mandi kecantikan atau kegantengan. Soalnya, memang sampai saat ini, kalau saja ia tidak bersuara, sulit sekali membedakan antara laki-laki atau wanita.

(22)

22

Rambutnya teratur rapi tidak panjang dan tidak terlalu pendek, lurus tergerai. Sedang-sedang saja, tidak seperti orang yang habis bercukur maupun tidak bercukur lama. Malah nampaknya tidak pernah ditumbuhi kumis. Alisnya nyaris bertemu diatas hidungnya yang bangir. Dengan sorot mata yang lembut namun dingin. Bibirnya seolah terus-menerus tersenyum simpul, setengah meledek melihat kebingungan dan sekarang kekagetanku. Bahkan, sebenarnya lebih mirip bibir joker musuh bebuyutannya tokoh komik Batman dan Robin atau salah satu bintang film yang menjadi ikon sabun mandi terkenal. Walah..., senyumnya memang mirip Tamara Blezinky.

Tidak ada yang aneh sebenarnya kalau saja orang tidak berada dalam jarak dekat dengannya. Aku yang cuma beberapa puluh senti darinya bisa melihat keganjilan sosok yang jangkung dan tampan ini. Bau harum yang tak pernah kucium dari bunga atau pewangi manapun dihirup hidungku. Rasanya bau harum, manis, dan menenangkan. Kok ya, si Izrail ini pake minyak wangi darimana pikirku. Bisa membuat aroma terapi seperti itu. Mungkin efek wewangian ini juga yang menenangkan diriku, Entahlah, aku sendiri

(23)

masing dipengaruhi kebengongan dan kebingungan.

Aku masih membanding-bandingkan sosoknya dengan beberapa public figure yang sering kulihat di bioskop dan televisi. Seingatku tidak ada peragawan ataupun bintang film yang mirip dengan dia ini. Leonardo Di Caprio yang tampan imut-imut pun tidak seperti dia, atau Pau Min Che yang aktor F4 pun jauh banget. Entah suku apa si Izrail ini. Dari melongo, kaget, bingung sekarang ada yang merambat pelan-pelan disekujur tubuhku. Bulu-bulu kudukku berdiri serentak, meremang diantara keringatku yang mulai merembes dan terasa dingin disekujur tubuhku. Aku mendadak disergap rasa takut amat sangat.

Namun itu tak berlangsung lama. Entah darimana datangnya, perasaanku yang campur aduk itu menemukan titik keseimbangannya manakala mencermati sosok yang berdiri dihadapanku ini. Wah, memang efek wewangian ini yang membuatku tenang pikirku. Tubuhku sudah kembali ke posisi rebahan di pembaringan. Tanpa daya. Kuamati lagi sosok Izrail yang ada di hadapanku. Tepatnya bukan dihadapanku. Tapi diujung ranjangku.

(24)

24

Ya, saat itu aku sebenarnya lagi terbaring lemes dipembaringanku. Bukan sakit atau pun meriang. Cuma seperti kurang gairah. Waktu itu sudah menjelang tengah malam. Jadi sebenarnya aku sudah bersiap-siap mau rebahan untuk tidur setelah membolak-balik beberapa lembar surat dari Al Qur'an versi H.B. Jassin yang diberi judul “Bacaan Mulia”4.

Namun kedatangannya yang tiba-tiba membuyarkan kantukku. Tak ada yang bisa kukatakan saat itu. Pelan-pelan, karena kulihat ia juga cuma berdiri disitu, aku mulai mencoba menenangkan diri. Menatapnya dengan tolol. Lalu kuberanikan diri membuka dialog lagi setelah beberapa detik kebisuan melanda kami berdua. Aku mulai menyadari datangnya sesuatu.

"Sudah waktunyakah aku", tanyaku pelan. Sangat pelan sekali. Kupikir ia tak mendengar ucapanku.

"Ya, sudah saatnya menghadap Dia", katanya.

Beberapa jenak aku pun cuma bisa menatapnya lagi. Tanpa komentar dan rasa apapun. Hambar. Lalu entah bagaimana

4

(25)

tiba-tiba saja aku nyeletuk tenang. Lagi-lagi, kurasakan ketenanganku karena pengaruh wewangiannya.

" Boleh aku meminta sesuatu sebelum engkau mengambilku...", harapku.

Ia tidak kelihatan bimbang, malah sepertinya sudah tau kalau aku akan sedikit rewel.

Ia cuma mengangguk. Lalu, entah ide darimana, lidahku fasih bertanya.

(26)

26

Bab 4

Hikayat Izrail

Seperti bersyair. Izrail mengungkapkan kisahnya.

Begitu saja.

Ketika Dia Berkehendak

melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya, maka aku mengada

seperti yang lainnya dari jenisku. Tercipta begitu saja

dari al-Haba dan Nur Muhammad, berkas-berkas debu

dan cahaya yang memanifestasikan seluruh KemahakuasaanNya dengan

Kun Fa Yakuun.

Aku adalah satu

diantara yang tak terhitung, yang Dia ciptakan

untuk menjaga kelangsungan Kun Fa Yakuun. Aku adalah bagian

dari Niat, Hasrat, Keinginan, Kehendak dan Kemahakuasaan-Nya.

(27)

Ada milyaran proses

yang menyertai Kemahakuasaan-Nya. Sejumlah itulah kami ada.

Baik yang nyata maupun yang kasat mata. Baik yang terasa maupun tidak terasa. Baik di dalam maupun di tapal batas semesta. Masing-masing dari kami

mempunyai tugas-tugas yang spesifik. Aku adalah salah satunya

yang bertugas setiap saat,

siap sedia bilamana semua makhluk sudah tiba untuk dikembalikan kepadaNya.

Karena aku dari jenis makhluk yang mengikuti kepatuhan-Nya,

maka aku sebenarnya tidak pernah terikat oleh ruang dan waktu,

kendati begitu

aku selalu mengikuti arus Sang Waktu,

seperti layaknya mahluk lain yang berada dalam kisaran tersebut.

Jadi, pendek kata aku tak pernah mati, sebelum yang lainnya kumatikan atas kehendak-Nya.

Atau makhluk semacam itulah; Yang bertasbih tanpa kenal lelah, tak kenal waktu

(28)

28

ataupun pengertian-pengertian relativistik seperti yang dinisbahkan

kepada kaummu

yang ditakdirkan dari kehendak-Nya dengan Kemahabijaksanaan-Nya sebagai Bani Adam,

si Pengemban Amanat Penciptaan. Tugasku,

ya seperti yang kamu rasakan ini,

mengembalikan serpihan-serpihan cahaya kembali ke asalnya,

ke awal mula penyaksian-Nya, ketika washilah kalian bersaksi “Ya, Kami bersaksi!”5.

Aku biasanya cuma sekedar menerima catatan dari Lauh Mahfuzh,

siapa-siapa yang harus kujemput saat itu.

5

QS 7:172 “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"

(29)

Hanya saja, karena aku tak pernah dipengaruhi gerak-gerik Sang Waktu,

aku bisa berada dimana saja, kapan saja, tapi bukan Coca Cola lho.

O ya, ngomong-nomong soal debu & cahaya. Aku memang terbuat dari serpihan-serpihan debu & cahaya

yang menjaga proses Kun Fa yakuun. Sebenarnya,

aku dan yang lainnya ada

karena Dia mempunyai Kehendak dan Keinginan Yang Tak Terbantahkan;

Dia ada karena Kekekalan diri-Nya, Kemandirian-Nya,

Kewenangan dan Perintah Mutlak-Nya, sehingga bagi selain-Nya,

maka Dia adalah Perbendaharaan Tersembunyi.

Aku ada, makhluk lainnya juga ada,

semata-mata karena limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya,

sehingga ketika Dia mendeklarasikan Kekekalan-Nya dan Kemandirian-Nya

yang Absolut maka Dia berkata:

“Aku adalah Perbendaharaan Tersembunyi,

(30)

30

Aku ciptakan makhluk,

maka dengan-Ku makhluk akan mengenal-Ku,

dengan Rahmat dan Kasih Sayang-Ku, Makhluk akan sampai pada-Ku”.

Dia ucapkan kalimat suci

Bismillahir al-Rahmaan al-Rahiim,

sebagai Rahmat dan Kasih Sayang yang Dia limpahkan tanpa pandang bulu, sebagai bagian dari Perbendaharaan Diri-Nya yang tak akan ternilai oleh semua makhluk-Nya,

tak akan terbalaskan kecuali

oleh rahmat dan hidayah-Nya sendiri.

Maka, dalam pemeliharaan Asma AgungNya, Allah, Ar-Rahmaan dan ar-Rahiim,

Dengan lingkupan Diri-Nya Yang Maha Hidup & Maha Mematikan

Dia firmankan Kehendak dan Kekuasaan-Nya “Jadilah!”

dan muncullah cahaya Kemegahan-Nya sebagai Nur Muhammad,

hakikat citra awal mula Cahaya-Nya yang sempurna;

penyaksi ke-Esa-an Diri-Nya Yang Maha Esa, kemudian aku mengetahui bahwa melaluinya aku akan mengenal-Nya.

(31)

Dalam pusaran wawu,

Hasrat dan Keinginan DiriNya berputar melawan detak Sang Waktu,

Nur Muhammad adalah Cahaya-Nya yang tidak

tercitrakan di alam nyata;

kecuali bagi mereka yang memiliki ketaatan & ketundukan,

sebagai hamba-Nya,

bashirah dari Kemahalembutan-Nya, dengan qolbu penyaksi yang Mukminin, dan mereka yang menempatkan dirinya sebagai bagian dari-Nya sebagai al-Mukmin. Ketika Nur Muhammad menyinari zarah tanpa massa,

yang kelak ditakdirkan menjadi al-Haba, maka dalam kuatnya pusaran wawu,

Thaaha adalah ketetapan dari Asma-asma-Nya

yang dinyatakan-Nya menjadi ketetapan. DisebutkanNya sebuah kata : Shaad,

menjadi citra-citra gerak dan rasa perubahan inderawi, imajinal, dan kehidupan.

Cahayanya semburat

fondasi semesta meluas cepat.

Diatas cahayanya sebagai Nur Muhammad, Cahaya DiriNya adalah

Cahaya Diatas Cahaya,

yang menjadi lem perekat realitas dengan CintaNya.

(32)

32

Lantas dikatakanNya :

Thaasin

Dari firman-Nya itu

Kehendak dan Kekuasaan-Nya maujud, dalam diri yang menghamba

hanya pada-Nya dengan ikhlas-Nya

maka terciptalah minyak zaitun yang diberkahi,

yang kilau kemilaunya mampu menerangi, kendati tanpa disentuh api6;

Kilau kemilau cahaya minyak zaitun adalah Simetri Kegaiban Mutlak-Nya yang pecah mandiri

dengan rupa dan bentuk,

6

QS 24:35 Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat

perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

(33)

rasa dan gerak huruf WaWu,

melahirkan Cinta-Nya dengan Niat dan Hasrat-Nya semata.

Sebuah suara kemudian menggema dalam ruang waktu ciptaan

Suara Jiwa yang menjadi rahasia bashirah ke-Esa-an DiriNya

Yang Maha Esa.

Dari Kegaiban Mutlak-Nya,

Rahmat dan Kasih Sayang-Nya melimpah tumpah,

di sudut-sudut Ruang dan Waktu yang menghamba padaNya

Kesadaran Jiwa semesta tumbuh, mengembang, menguncup, mengembang, dan tumbuh lagi dalam Diri-Nya yang Maha Hidup dan Maha Mematikan,

al-Iradah-Nya goncangkan kegaiban

al-Qudrah-Nya menjalar menjadi denyut hasrat

yang maujud dari niatNya untuk dikenal. Gemulainya menari dan menjulur mencapai batas-batas semua ketetapan

al-Haba hadir sebagai debu awal mula dalam

semburat cahaya Nur Muhammad yang meneranginya.

“Jadilah!” lelehan minyak zaitun itu seperti minyak tak tembus cahaya,

(34)

34

lantas kehendak-Nya terkonfirmasikan sebagai plasma awal mula

yang meledak-ledak dengan sendirinya, ciptakan gelombang Dentuman Awal Mula (Big-Bang),

yang lontarkan al-Haba jadi debu-debu materi pemula,

potensi-potensinya meluaskan ruang awal-mula

dalam ketakberhinggaan Sang Waktu yang mengada

menjadi fondasi alam nyata;

darinya muncul salah satu kaumku yang mampu menjangkau setiap

sudut-sudut semesta; membangun superspace7

awal mula;

Dari Nur Muhammad,

maujud salah satu kaumku mengikat semua maujud al-Haba menjadi semua makhluk,

baik sendiri-sendiri sebagai gelembung-gelembung kuantum,

maupun sintesa dari banyak zarah menjadi citarasa-citarasa8,

7

Superspace, struktur ruang-waktu alam semesta

8

Quark, dikenal sebagai materi elementer terkecil dalam fisika teoritis yang hanya dapat dimengerti dengan citarasa-citarasa keatas, kebawah, menyenangkan, dan ungkapan metafisi lainnya.

(35)

yang hanya bisa diraba dan dirasa dengan tiga warna

menjadi

inti-inti dan atom-atom awal mula

yang melahirkan nafas rahmat-Nya dengan Pengetahuan-Nya dan

kehambaan makhluk-Nya,

kilatan Kekuasaan-Nya menerangi dengan firman-Nya

Alif-Laam-Raa (QS 2:1)

membangun ikatan-ikatan Rahmataan Lil

‘Aalamin menjadi molekul-molekul, gen-gen, sel-sel, jaringan-jaringan, organ-organ, obyek-obyek, menjadi

semesta dengan galaksi-galaksi, bintang-bintang,

planet-planet, batuan-batuan, gunung-gunung, mata air,

samudera, lautan, danau, dan sungai, tumbuhan, binatang, manusia,

(36)

36

yang lahir dan yang batin adalah Arasy Kerahasiaan -Nya

yang tak boleh kamu ucapkan tanpa seidzin-Nya.

Kaum mu, tercipta dari proses setelah milyaran tahun Kun Fa Yakuun

berjalan dalam ketentuan azali sebagai yang terukur,

dengan syarat keseimbangan yang menjadi citra Kemahabijaksanaan Diri-Nya yang tanpa cacat, Rabbul ‘Aalamin,

sampai kaummu mampu mengenali-Nya dari niat dan hasrat-Nya untuk dikenal

dengan rasa, gerak, simbol-simbol, bilangan-bilangan,

huruf-huruf, dan kata-kata bermakna. Dari setiap sudut yang tercitrakan olehmu, bagian-bagian awal mula dirimu yang berserakan di muka Bumi

kukumpulkan dengan sayap-sayapku.

Itulah tanah lempung dari seluruh penjuru bumi,

yang pernah kuambil dulu. Lantas,

Dia tiupkan Ruh dari cahaya-Nya dengan perintah-Nya.

(37)

Alif Laam Mim Ra (Qs 13:1)

Cahayamu.

Dia ciptakan dengan penuh rahmat, kasih sayang dan kemuliaan-Nya

Dengan menganugerahkan Pengetahuan-Nya.

Maka “Jadilah!”,

kaummu yang mengemban semua amanat kesempurnaan citra-Nya;

Amanat yang tak sanggup diemban kaumku, amanat yang tak sanggup diemban oleh semua makhluk kecuali kaummu.

Adam yang diciptakan sebagai manusia sempurna pertama,

adalah moyangmu,

yang memahami asmaa-a-kullahaa,

yang menjadi khalifah pertama mengemban amanat itu.

Dia lah yang dinamakan Awlia Pertama Dengan sebutan khusus sebagai Insaana fii

Ahsaani Taqwiim.(QS 95:4).

Kamu mungkin heran,

kalau aku sendiri sebenarnya mahluk yang sangat tak kasat mata.

Serpihan al-Haba dan Nur Muhammad adalah bahan bakuku,

(38)

38

yang terhalus ciptakan diriku.

Disaat tertentu, kaumku jadi sangat nyata dan bisa berbentuk apa saja.

Persis seperti cahaya yang memantul atau bayang-bayang yang timbul dari setiap makhluk dibawah cahaya.

Karena aku dekat dengan esensi dirimu, maka penampakkanku sebenarnya sangat tergantung

pada apapun yang menggerakkan tindakanmu, motivasimu, dan niat-niatmu.

Bagi kaum sejenis ku, bentuk tak berarti apa-apa.

Selama milyaran tahun, Dia telah menetapkan masing-masing dari kami

dengan urusan-urusan yang spesifik. Dia telah berfirman,

Thaahaa (QS 20:1)

Sebagai ketetapan untuk mengungkapkan maghfirah-Nya dengan Penegtahuan-Nya.

Semua itu, dinyatakan-Nya untuk menyingkapkan segala sesuatu

dari Asma-asma-Nya, Sifat-sifat-Nya, Perbuatan-Nya, Inti Dzat-Nya

(39)

yang menjadi ketentuan-Nya, yang kelak engkau kenal sebagai,

WWWWWWWWWWWWWWWWWWWW WWWWWWWWWWWWWWWWWWWW WWWWWWWWWWWWWWWWWWWW WWWWWWWWWWWWWWWWWWWW WWWWWWWWWWWWWWWWWWWW WWWWWWWWWWWWWWWWWWWW WWWWWWWWWWWWWWWWWWWW WWWWWWWWWWWWWWWWWWWW WWWWWWWWWWWWWWWWWWWW WWWWWWWWWWWWWWWWWWWW WWWWWWWWWWWWWWWWWWWW WWWWWWWWWWWWWWWWWWWW

OWW, WaWu, Ohhhh, Thaaa-Shiiinnn

{

titik, gerak, lingkaran, garis, bidang, bentuk, makhluk

-1, 0,+1 (ar-Rahmaan) 1,11,111,1111

0,1,2,3 1,2,3,4,5

Alif, Ba, Jim, Dal, ha

img, = , x, +, -, /, 2, exp, log, ln, sin, cos,

tangen (simbolik logik) 10101010....(biner) }

(40)

40 Allah.. 66... Allah...Allah... 66 66 132 123 189 Allah...Allah...Allah... 66 66 66 198 -2 196 -1 +1 “Alif” ] WWWWWWWWWWWWWWWWWWWW WWWWWWWWWWWWWWWWWWWW WWWWWWWWWWWWWWWWWWWW WWWWWWWWWWWWWWWWWWWW WWWWWWWWWWWWWWWWWWWW WWWWWWWWWWWWWWWWWWWW WWWWWWWWWWWWWWWWWWWW WWWWWWWWWWWWWWWWWWWW WWWWWWWWWWWWWWWWWWWW WWWWWWWWWWWWWWWWWWWW WWWWWWWWWWWWWWWWWWWW WWWWWWWWWWWWWWWWWWWW

(41)

Kami adalah kaum spesialis, dengan perintah-perintah-Nya, yang tak bisa kami bantah. Kami menyertai setiap gerak-gerik segala makhluk selain kaum kami. Karena tugas kami memang begitu. Kami awasi segala perilaku dan tindak tanduk kaummu, kesesatanmu, kemuliaanmu.

Kami bukan memata-matai, tetapi sekedar mencatat atau tugas-tugas khusus lainnya. Semuanya kami catat sesuai dengan yang kami ketahui. Tapi lebih tepatnya menjadi saksi atas proses kesempurnaanmu, dengan rahmat, anugerah, kasih sayang, hikmah, kemahaadilan dan kemahabijaksaan-Nya. Dia telah berfirman dengan kelembutan sebelum semuanya ditampilkan dengan Basmalah,

Kaf ha ya Ain Shaad (Qs 19:1)

Kelembutan itu adalah “yatalaththaf” (Qs 18:19) yang memunculkan Rahmat dan Kasih Sayangnya ketika Kun fa Yakuun (Qs 36:82) dicetuskan sebagai perintah penciptaan dengan ketentuan yang pasti terjadi (QS 69:1) . Tugas yang kuemban entah sampai kapan, aku sendiri tidak pernah diberi tahu. Seperti aku misalnya. Tugasku sangat spesifik untuk mengembalikan ruh segala mahluk kembali

(42)

42

kepada-Nya. Setelah itu, ya sudah, petugas yang lain dari jenisku akan meneruskan proses itu. Begitu saja setiap saat dari waktu ke waktu. Monoton

memang. Tapi entah kenapa aku senang-senang saja menjalankan titah-Nya itu. Bagiku menjalankan perintah-Nya bukan sekedar tugas atau perintah. Tapi menggairahkan unsur-unsur pembentukanku. Entah sudah berapa banyak aku mengembalikan ruh setiap makhluk di semesta ini. Dari kaum apa saja, dari ras apa saja. Yang baik-baik ataupun yang durhaka. Yang sedang sekarat ataupun yang sehat-sehat saja. Pokoknya, yang berdiam disetiap sudut semesta, yang mengikuti proses sejak Kun Fa

yakuun difirmankan.

Aku sendiri, tentu saja menjadi bagian dari proses itu. Tapi karena kuasa-Nya, tugas kami memang cuma menjaga agar proses itu berjalan seperti yang Ia Kehendaki. Kehendak-Nya adalah Kemutlakkan-Nya. Maka kaum kami seringkali merupakan bagian dari apa yang disebut sunnatullah. Aturan dan ketetapan-ketetapan yang menyertai kun fa

(43)

Kenapa Aku?

Kenapa aku yang ditugasi begitu? Ini ada sejarahnya.

Kan tadi sudah kukatakan, bahwa aku dulu pernah mengambil debu dari bumi. Ketika Dia hendak menciptakan Adam, moyangmu itu, Dia mengutus satu malaikat yang sebenarnya tugasnya memikul 'Arsy untuk membawa debu dari bumi.

Ketika dia ngotot ingin mengambil debu dari bumi, Bumi berkata "Aku memintamu demi Zat Yang telah mengutusnya agar engkau tidak mengambil apa pun dariku sekarang yang neraka memiliki bagian darinya". Malaikat pemikul Arsy terkejut, maka dia pun batal mengambil debu bumi.

Ketika ia melaporkan kepada-Nya, Dia berfirman "Apa yang mencegahmu untuk membawa apa yang telah aku perintahkan kepadamu?".

Dia menjawab, "Bumi telah meminta kepadaku demi keagungan-Mu, sehingga aku merasa berat untuk menolak sesuatu yang

(44)

44

meminta demi Keagungan-Mu". Maka Allah kemudian mengutus malaikat lainnya kepada bumi, tetapi bumi mengatakan alasan yang persis sama seperti sebelumnya.

Demikian sampai entah berapa milyar tahun dalam ukuranmu sampai Allah mengutus semuanya.

Akhirnya Allah mengutusku untuk mengambil debu. Bumi pun mengatakan seperti sebelumnya. Tapi, sudah menjadi kehendak-Nya kalau segala sesuatu yang berhubungan dengan debu dan tanah liat akan ditugaskan kepadaku.

Aku berkata kepada bumi,"Sesungguhnya Dia yang mengutusku lebih berhak untuk ditaati daripada kamu".

Bumipun bungkam seribu bahasa dan pasrah atas kehendak-Nya. Akupun mengambil dari permukaan bumi seluruh tanah yang baik dan buruk, semua unsur yang ada di Bumi yang mengandung Carbon, Hidrogen dan Oksigen, dan membawanya kepada-Nya. Lalu Dia mengucurkan air surga kekumpulan debu bumi itu sehingga menjadi lumpur hitam yang diberi bentuk yaitu minthiin (Qs 23:12), dan

(45)

darinya Ia menciptakan Adam." 9 Itulah

sebabnya kenapa aku ditugaskan untuk mengambil ruh manusia dan mengembalikannya ke Yang Berhak Menentukan Nasib.

Aku tak mengenal belas kasihan. Dulu, aku pernah berbelas kasih kepada manusia yang hendak kucabut nyawanya. Namun, kehendak Allah mengandung rahasia-rahasia yang tersembunyi, sehingga akupun malu melakukan penentangan Kehendak-Nya. Suatu hari, aku diperintahkan mencabut nyawa seorang perempuan di padang pasir yang panas. Ketika kudatangi, dia baru saja melahirkan anak laki-laki. Aku menaruh belas kasihan kepada perempuan itu karena keterpencilannya, dan juga kasihan terhadap anak laki-laki perempuan itu karena masih bayi namun tidak terawat di tengah padang pasir yang buas. Namun fatal akibatnya, karena anak kecil dimana

aku menaruh belas kasih itu ternyata adalah penguasa lalim dan tiran yang tak ada duanya di bumi. Dari situ, aku memahami bahwa

9

Diriwayatkan oleh Said bin Manshur, Ibnul Munzir, dan Ibn Abi Hatim dari Abu Hurairah, ref 10, hal 50-51

(46)

46

“Mahasuci Dia yang memperlihatkan kebaikan kepada yang dikehendaki-Nya!”. Ketika aku berbelas kasihan, maka aku tidak mencabut nyawa bayi itu, tapi aku kemudian menyesalinya karena apa yang kuanggap kebaikan ternyata benih kejahatan yang kubiarkan tumbuh karena aku salah menafsirkan kehendak Tuhan.

Izrail terdiam sejenak. Agaknya ia masih mengenang apa yang dilakukannya dulu. Kemudian ia melanjutkan.

Jangan tanya siapakah ibu bapakku, seperti layaknya makhluk lainnya yang beribu bapak. Katakan saja, aku manifestasi Kehendak Yang Kuasa. Manifestasi al-Qudrah setelah Ia memfirmankan “kun!”. Seperti saya bilang tadi, kaum sejenisku tercipta begitu saja karena Ia Berkehendak. Kalau kamu bertanya berapakah banyak tugas yang telah kulakukan? Aku sendiri tidak tahu. Benar-benar tidak tahu. Karena pengetahuan tentang itu tidak kami miliki.

Ada yang lain dari jenisku yang melakukan hitung menghitung. Itu bukan tugasku. Aku jadinya memang mahluk yang sangat spesifik. Sebenarnya kalau soal spesialisasi begini, kami tidak ada apa-apanya dibanding kalian

(47)

manusia. Soalnya, hanya kaum kalianlah yang diberi kehendak bebas untuk berpikir, memilah dan memilih dengan bertanggung jawab. Kaum kami tak sanggup memikulnya, karena kami telah melihat dampak-dampaknya yang mengerikan.

Dia pun menghendaki kami bertasbih dan sujud dihadapan Nenek Moyangmu. Pernah kami protes begini-begitu sewaktu kami diberitahu bahwa Dia Berkehendak menciptakan mahluk manusia. Namun, Dia Maha Mengetahui atas apapun yang terjadi sejak Awal dan Akhir.

Kami sebenarnya terikat Sang Waktu seperti kaummu. Sang Waktu adalah kaum sejenisku. Ialah yang memungkinkan perubahan. Kami sebenarnya pun tau kalau manusia akan selalu begini begitu di semesta yang Dia ciptakan dengan rahmat dan

kasih Sayang-Nya yang tak terbalaskan. Yang tidak kami miliki ada pada makhluk yang satu ini. Keinginan, akal, dan atribut lain yang kami tau bakal jadi masalah nanti.

Kami memang sedikit iri, sampai Dia menunjukkan kuasaNya atas semua makhluk manusia. Kalian sebenarnya lebih tahu dari

(48)

48

kami atas segala mahluk yang pernah Ia ciptakan.

Kami pun lalu sujud dihadapan nenek moyangmu, Adam. Cuma satu makhluk yang tak mau sujud. Ialah Iblis yang kemudian akan selalu mendampingi kalian dalam proses Kun

Fa yakuun. Ia menjadi bagian dirimu, bagai

bayang-bayang yang selelu menyertai semua langkahmu. Maka, iapun terkutuk. Allah berfirman :

“Keluarlah engkau darinya, karena sesungguhnya engkau terkutuk, dan sesungguhnya laknat atasmu sampai hari kemudian.”10

Begitulah, Iblispun menjadi musuh abadimu dan musuhmu yang sejati. Ia menyusup di kumpulan-kumpulan debu al-Haba yang sekarang maujud menjadi semua bentuk, karena keinginan, karena hasrat, karena syahwat, karena ketamakan, kerakusan, kesombongan, dan penyakit-penyakit Sang Iblis lainnya. Aku tak kuasa mengusirnya dari sekitarmu, soalnya memang bukan tugasku. Kan tadi sudah kubilang kaumku adalah kaum spesialis. Begitulah aku.

10

(49)

Izrail mengakhiri kisahnya. Aku terdiam. Kemudian, karena tugas-tugasnya itu aku bertanya tentang cara dia mengakhiri kehidupan seseorang, cara dia mengambil ruh makhluk bernyawa.

“Proses pengambilan ruh? “, dia mengangkat alisnya.

Sebenarnya bagaimana caraku mengambil ruhmu itu tergantung dari banyak hal. Dan semuanya ada didiri kamu sendiri. Ada yang mungkin menurutmu kelihatan mudah, ada juga yang sulit. Ada yang berkesan ada juga yang tidak menyimpan kesan apa-apa. Aku sendiri tidak tau kenapa bisa tidak berkesan sama sekali. Ia maunya begitu kok.

Cara mengambilnya pun macam-macam. Kan sudah kubilang kalau bahan dasarku adalah cahaya. Penampakanku sebenarnya tergantung dari kamu sendiri. Ada banyak hal yang mempengaruhi penampakan ku. Tapi, yang utama memang segala gerak gerik dan tingkah laku yang pernah kamu lakukan di semesta ini, akan mempengaruhi wujud penampakkanku. Demikian juga cara mengambil ruh kehidupan yang bersemayam di wujud fisikmu, tergantung pada kebandelan dan kepatuhanmu. Memang kaum mu ini

(50)

50

termasuk makhluk yang diistimewakan-Nya. Sangat disayang, sangat sempurna dibanding makhluk lainnya. Hanya, seringkali kaum kamu itu ngeyel.

Kalau tidak, malah bisa dibilang pin-pinbo alias pintar pintar bodoh.

Dan yang paling menjengkelkan, kalau kaum kamu ini sudah dikuasai oleh penyakitnya Sang Iblis yang terusir. Walah, susahnya minta ampun. Padahal pengambilan ini sebenarnya proses yang biasa-biasa saja. Kamu sendiri kan tahu tiap saat ada saja yang kuambil. Dengan baik-baik atau dengan paksa, dengan sendiri-sendiri atau berkelompok, dengan senang atau dengan ketakutan.

Memang sih aku sering datang tiba-tiba. Maklum namanya cuma makhluk yang cuma menjalankan perintah. Aku sendiri tidak tahu kapan harus segera menemuimu. Itu rahasia Dia Yang Penuh Rahasia.

Kaum kamipun, yang bisa dibilang 100 % patuh dan selalu beribadah kepada-Nya, tak tau apa-apa kalau menyangkut urusan takdir makhluk. Sungguh, tugas kaum kami cuma memenuhi perintah Dia. Memang sih seringkali ada delay sewaktu kami menjalankan tugas. Biasanya kalau ada delay, kehadiran kami

(51)

akan didahului aura yang mempengaruhi kelakukan mahluk yang akan kami ambil. Mungkin kamu sendiri tidak menyadari hal itu. Tapi begitulah. Kaum kamu sebenarnya ada di dalam genggaman-Nya dengan ketat. Ada yang digenggam erat-erat. Ada yang direnggangkan, sampai kesombongan menyergapnya. Dan mengira, dirinya sangat hebat dan berkuasa, sampai-sampai diapun menafikan peran Tuhannya. Padahal, semua malapetaka, semua kehinaan, semua hal yang buruk-buruk dapat terhindar dari dia semata-mata karena Dia sangat

menyayanginya. Akhirnya, kesombongan itu menjerumuskan dirinya dalam banyak kesesatan dan kebodohan.

Benar, sombong, bodoh dan sesat itu sebenarnya hampir beriringan, karena itulah karakter Azazil, sang Iblis yang mengira dirinya pantas disujudi karena ilusi kesuciannya. Banyak kaummu yang terkena ilusi palsu itu. Maka berhati-hatilah, sebenarnya semua manusia mempunyai peluang untuk tergelincir ke dalam perangkap tipu daya Sang Durjana yang dikutuk oleh-Nya.

(52)

52

Kami yang mempunyai tugas mengambil sebenarnya cuma satu. Berhubung kami tidak terikat dalam proses yang kalian jalani, tidak oleh ruang maupun waktu, sepintas kami kelihatan ada banyak. Memang begitulah kejadiannya. Dalam satu waktu ukuran kalian, kami bisa serentak mengambil banyak ruh dengan berbagai cara, dimana saja.

Sudah tak terbilang, berapa milyar ruh yang kuputuskan

dari semua harapan dan impiannya, dari semua angan-angan dan cita-citanya, dari semua keasyikannya,

dari semua kesenangannya,

hartanya, istrinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya,

rumah-rumahnya, mobil-mobilnya,

perusahaan-perusahaannya, jabatan-jabatannya,

pacar-pacar gelapnya, dan lain-lainnya. Tapi, itu tak cukup untuk mengingatkan manusia.

Hingga iapun seperti keledai dipenggilingan masa,

terperosok di lubang yang sama dari masa ke masa.

(53)

Kelalaian manusia dari mengingat kedatanganku nampaknya sudah menjadi penyakit zaman. Dari waktu ke waktu melakukan tugasku, kelalaian mereka terhadap kedatanganku menimbulkan rasa sombong dan berpanjang angan-angan. Entah sudah berapa banyak aku menghanguskan “business

plan” mereka. Kaummu semestinya mengingat

syair yang dibuat oleh seorang arif ini,

Kita lalai dari mati di pagi dan sore hari Seperti penghuni dunia yang lalai Dari kematian di sore dan pagi hari Seseorang berjalan di suatu hari seperti tubuh tanpa ruh

Didepan mataku, setiap yang hidup adalah isyarat kematian

Merintihlah jiwamu wahai orang miskin, bila engkau merintih

Sungguh, kau akan mati meski kau berumur seperti Nuh.[17]

Aku rasanya sudah kebal dengan semua keadaan ruh yang kutarik dalam keadaan apapun. Pembantu-pembantuku sejumlah mahluk berruh yang ada di semesta ini. Jadi, setiap saat sebenarnya aku mengintip semua makhluk, mengincar semua makhluk. Begitu sinyal terakhir diisyaratkan Allah SWT maka

(54)

54

akupun akan beraksi memadamkan semua kepongahan dan harapan manusia.

Ketahuilah, sesungguhnya ruh dalam keadaan telanjang dalam tubuh seorang hamba, ia akan diambil apabila dikehendaki dan dilepaskan apabila dikehendaki oleh-Nya. Maka [17],

Bersiaplah untuk mati wahai jiwa dan berusahalah untuk selamat,

orang bijak yang siap meyakini bahwa tak ada keabadian bagi kehidupan dan tak ada tempat pelarian dari kematian.

Engkau hanya peminjam apa yang mesti dikembalikan.

Kita bukanlah pemilik kehidupan ini, juga bukan pemilik tempat hidup ini.

Kita tak berharta, tak berkeluarga, tidak juga anak-anak kita miliki.

Semuanya orang-orang telanjang Jiwa kita menuju masa yang dekat, Yang Meminjamkan akan mengambil yang dipinjamkan.

Sebenarnya aku juga ditugaskan untuk mematikan malaikat, setan, iblis, pohon, binatang, dan makhluk bernyawa lainnya. Maka ia yang bernyawa, pastilah akan gemetar melihat kedatanganku.

(55)

Sebenarnya, ada banyak cara aku menarik ruh dari tubuh atau jasad mahluk bernyawa. Hal itu sebenarnya tergantung dari segala hal yang membentuk kamu, amal-amal kamu, dan kelakukan kamu. Mau tau bagaimana aku menarik ruh dari tubuh manusia? Aku menariknya langsung dari jasad yang hidup melalui ubun-ubun kepala.

Kamu seringkan menyedot minuman dari dalam botol? Persis! Seperti itulah aku menarik ruh manusia dari tubuhnya. Saat itu kulakukan, seluruh sel-sel genetis tubuhmu mulai dari ujung kaki, sedikit demi sedikit akan mati. Maka, jemari kakilah yang akan mengalami kematian pertama kali, baru kemudian bergerak ke telapak kaki, tungkai, kemudian ke betis, lalu paha dan seterusnya. Pada keadaan ruh kutarik, ujung-ujung kaki akan mengejang, kaku. Dengan cara yang sama setiap bagian tubuh pelan-pelan akan kesakitan amat sangat dan kemudian mati rasa, bertanda ruh sudah melalui bagian itu. Maka, berpisahnya tubuh dengan ruh akan terjadi setelah ruh dan tubuh merasakan sakit yang sangat dahsyat.

Bagaimana rasanya. Susah kugambarkan, karena aku cuma melihat saja, kan aku yang mencabut nyawa. Aku cuma melihat saja bagaimana manusia yang kucabut nyawanya

(56)

56

berkelojotan dengan berbagai ekspresi rasa sakit yang dia rasakan saat itu. Jadi aku sendiri ndak tahu bagaimana rasanya ketika ruh kutarik dari jasad manusia.

Tapi, baiklah, dari pengalamanku mungkin gambarannya bisa kusimpulkan demikian : Rasanya seperti disayat-sayat karena ruh kehidupanmu11, yang menempel disetiap atom

tubuhmu, sel-sel genetismu yang menjadi jaringan syaraf, otot, pembuluh darah, persendian, rambut, kulit kepala, kulit yang membungkus tubuhmu, dan semua bagian tubuhmu kutarik-tarik, kubetot-betot dengan keras. Bayangkan saja jika ruhmu enggan meninggalkan dunia, maka semakin enggan, semakin sakitlah rasanya. Kalau ndak percaya, coba saja kamu cubit kulitmu keras-keras. Sakit kan!

Kamu pernah kan mengalami luka disayat. Perih! Begitulah teriakan sebagian dari mereka yang kucabut ruhnya. Tapi luka tersayat yang sering dialami manusia tidak seberapa dibandingkan dengan tercabutnya ruh dari jasadmu dengan paksa. Kalau sayatan luka kan

11

Dalam istilah Al-Ghazali, ruh kehidupan terdiri dari hayat atau ruh yang memberi energi kehidupan dan Ruh Ilahiah yang mengenal Ilahi

(57)

cuma terjadi di sekitar luka saja, itupun sakitnya sudah luar biasa dan terasa di bagian tubuh lainnya. Bisa dibayangkan bagaimana kalau seluruh sel tubuh terasa disayat-sayat. Jangan heran kalau manusia akan berkeringat, menjerit, melolong-lolong, meraung-raung, dan menggeliat-geliat berkelojotan ketika ruh ditarik keluar dari kepompong tubuhnya. Manusia akan terkuras tenaganya, akibat kelelahannya, ia bahkan tak lagi dapat bernafas, ia akan merasakan seperti tertimpa beban berat kesombongan, kedengkian, ketamakan, kemaksiatan, dan kejahilan lainnya. Namun demikian, apabila tubuh kuat, suara yang dikeluarkan ketika bernafas akan berbeda-beda. Ada yang dengan susah payah, ada yang mudah. Sesuai dengan amal yang pernah dilakukan tubuhnya.

Rasa sakit yang tak terkira muncul karena ruh yang lembut menjadi jinak dan menyatu setelah berhubungan dengan tubuh. Keduanya kemudian bercampur dan saling merasuki satu sama lain, sehingga keduanya seperti menjadi sesuatu yang satu. Ruh dan jasad menjadi melekat. Keduanya tak akan terpisahkan, kecuali dengan suatu upaya penarikan yang kuat, sehingga manusia merasakannya sebagai suatu kepayahan yang amat sangat dan sakit yang luar biasa.

(58)

58

Ketahuilah, kesukaanmu akan syahwat, nafsu dan materi serta keduniawian cenderung akan semakin melekatkan ruhmu dalam jasadmu. Kenapa demikian, ini karena atom-atom tubuhmu semakin memiliki energi yang tinggi, sehingga ikatan-ikatan atomis dalam tubuhmu akan semakin kuat. Dikatakan bahwa tubuhmu menyimpan energi dalam yang berlebihan, sehingga seringkali energi berlebihan ini melonjak-lonjak dengan liar dan menumbuhkan berbagai syahwat dan nafsu. Kromosom-kromosommu akan terganggu, kode-kodenya yang asli akan jungkir balik, bahkan akibat langsungnya akan muncul menjadi berbagai penyakit yang payah seperti kanker, jantung, atau pikun. Itulah yang akan mencelakakanmu, akan

menyiksamu. Jadi semakin lekat ruh dalam jasad maka semakin sakitlah engkau rasakan ketika aku menarik-nariknya karena keengganan ruhmu meninggalkan jasadmu. Setelah rasa sakit tak terkira dan kekuatan jasad menurun, suara akan berangsur hilang, dan setiap bagian tubuh perlahan-lahan akan menjadi kaku.

Sakitnya penarikan ruh memang menggentarkan siapapun juga. Jangankan manusia biasa, para nabi dan rasul pun

(59)

menggigil ketakutan manakala aku datang. Karena alasan itulah, seorang nabi yang paling dimuliakan diantara nabi-nabi dan rasul-rasul, Muhammad SAW, memohon kepada Allah SWT agar membebaskan beliau dari penderitaan dan kepedihan kematian. Beliaupun sudah mengingatkan, “Perbanyaklah

mengingat sesuatu yang menghancurkan kelezatan, yakni kematian.”12 Banyak orang arif dan ulama

yang membuat syair tentang hilangnya kelezatan ketika aku datang. Kata mereka,

Ingatlah kematian yang menghancurkan kelezatan

Dan bersiaplah untuk kematian yang akan datang

Wahai yang hatinya lalai dari mengingat kematian

Ingatlah tempatmu sebelum tiba saat perjumpaan

Bertobatlah kepada Allah dari kelalaian dan segala yang lezat

Sesungguhnya kematian sangatlah dekat Ingatlah musibah hari-hari dan saat-saat yang terlewat

Jangan merasa tenang dengan dunia dan perhiasannya yang melekat [17].

12

(60)

60

Dalam Al Qur’an, Allah menggambarkan kesakitan saat penarikan ruh dalam firman dengan gambaran berikut “Dan bertaut betis

(kiri) dengan betis (kanan) (QS 75:29)”, yang

banyak ditafsirkan oleh ulama sebagai berhimpunnya rasa sakit sakratul maut dengan kerugian karena melepaskan ridha Allah. Allah menyebut keadaan tersebut dengan “sakrah”, karena sakitnya kematian disertai dengan keburukan yang dihimpun akan membuat semaput pemiliknya, sehingga biasanya kesadarannya hilang. Allah berfirman, “Dan

datanglah sakratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya (QS 50:19)”[17].

Bagaimana gambaran yang jelas mengenai rasa sakit dan penderitaan kematian memang bermacam-macam. Sehingga terdapat gambaran yang tidak persis sama, namun intinya serupa yaitu suatu rasa sakit yang tak terkirakan. Kamu mungkin dapat menyimak dari beberapa kisah tentang kematian berikut ini. Hasan bin Ali pernah mendengar sabda Nabimu yang mulia yang mengatakan padanya bahwa “pedihnya kematian setara dengan luka-luka

tiga ratus tusukan pedang”. Ali Bin Abu Thalib

kwj bahkan menyebutkan setara dengan seribu pukulan pedang. Bisa kamu bayangkan bukan bagaimana sakitnya. Jangankan dipukul

(61)

pedang, lha luka tergores silet saja bisa membuat manusia mengaduh-aduh nggak karuan, apalagi dipukul-pukul seribu kali dengan pedang. Gambaran lain menyebutkan, kalau pedihnya kematian itu lebih tajam dari gigi gergaji, lebih tajam dari mata gunting, lebih menyakitkan daripada dipanggang diatas kawah panas gunung berapi. Makanya ada pepatah yang mengatakan bahwa “maut lebih

menyakitkan daripada tusukan pedang, gergaji, atau sayatan gunting”.

Para nabi dan rasulpun mempunyai gambaran yang menakutkan betapa pedihnya ketika aku datang. Dikisahkan ketika Nabi Musa meninggal dunia dan ditanya Allah bagaimana rasa sakitnya kematian yang ia rasakan, ia menjawab bahwa kejadian itu seperti seekor burung yang dipanggang hidup-hidup, tapi nyawanya tidak juga lepas

dan ia tidak menemukan cara untuk melepaskan diri. Musa juga menggambarkan peristiwa itu seperti kambing hidup yang sedang dikuliti.

Bukankah Aisyah r.a pernah juga mengatakan bahwa ketika Nabi SAW akan meninggalkan dunia fana ini, ada secangkir air penuh tergeletak didekat beliau. Beliau mencelupkan tangannya kedalam cangkir berulang-ulang

(62)

62

dan membasahi dan membasuh wajahnya. Beliau berdoa kepada Allah supaya dibebaskan dari sakratul maut.

Demikian juga, khalifah kedua Umar bin Khatab r.a. meminta Ka'ab menggambarkan keadaan ketika seseorang dalam sakratul maut . Dia menjawab "Pencabutan nyawa dari badan

dapat dibandingkan dengan pencabutan duri-duri dari tubuh manusia sedemikian rupa sehingga seluruh tubuh merasakan cengkeraman rasa sakit yang amat sangat."

Itulah sekelumit gambaran bagaimana kami melakukan tugas pencabutan ruh dari tubuh manusia dan rasa sakit yang dirasakannya. Perlu kamu ketahui juga, kalau pengaruh pencabutan ruh, atau kematian itu tidak cuma sekedar ketika ruh dicabut dari jasadmu. Namun pengaruhnya akan terus-menerus dirasakan sampai keliang lahat.

Akan kuceritakan sebuah riwayat lama yang menginformasikan hal ini. Pernah sekelompok orang datang kekuburan dan berdoa kepada Allah untuk menghidupkan seseorang yang telah meninggal. Maksud mereka adalah ingin mengetahui bagaimana penderitaan yang dialami si mati pada saat aku beraksi. Atas idzin Allah , si mati yang

(63)

kebetulan seorang yang bertakwa pun hidup kembali. Ia berkata, "Aku meninggal 50 tahun

yang lalu, namun hingga kini rasa pedihnya belum hilang dari hatiku!”. Bayangkan! Rasa sakit yang

dialami ruh si mati yang nampaknya tidak hilang begitu saja, namun terasakan hingga puluhan tahun.

Aura kedatanganku yang menguat biasanya kalian sebut sebagai Sakratul Maut. Dalam keadaan sakratul maut, setiap saat sekarat demi sekarat akan manusia lalui, penderitaan demi penderitaan akan dirasakan, sakit demi sakit akan mengingatkan manusia pada semua perbuatannya, dan hal itu terus akan terjadi sampai ruhnya mencapai kerongkongannya. Pada titik kritis ini, berhentilah perhatian manusia kepada dunia dan semua yang ada di

dalamnya. Berhentilah semua harapan-harapan dan angan-angan mereka.

Saat itu, simetri kegaiban pun terkuak dihadapannya, pemandangan alam akhirat pun muncul begitu saja. Pintu tobatpun ditutup dan manusia pun diliputi oleh kesedihan dan penyesalan. Ia mungkin akan teringat sabda Rasulullah SAW “Tobat seorang manusia tetap

diterima selama dia belum sampai pada kondisi sakratul maut (yaitu sampainya nyawa di

(64)

64

kerongkongan) 13”. Maka semakin menyesallah

ia. Tapi semua itu terlambat dan ketika aku menampakkan diriku semakin nyata, maka saat itu jangan pernah bertanya tentang pahit getirnya kematian ketika sakratul maut tiba. Pendek kata karena kengerian tentang kedatanganku maka rasulullah SAW pernah bersabda

tentang aku, dengan sabdanya beliau sebenarnya hanya ingin mengingatkan manusia, katanya:

“Kalau kalian melihat ajal dan perjalanannya,

pastilah kalian akan membenci angan-angan dan tipu dayanya.

Tak seorangpun penghuni rumah kecuali ada Malaikat Maut

yang memperhatikan mereka dua kali sehari. Orang yang didapati ajalnya telah habis, maka dia cabut nyawanya.

Bila keluarganya menangis sedih, dia bertanya ‘Mengapa kalian menangis?’ Dan mengapa kalian bersedih?

Demi Allah, Aku tidak mengurangi umur kalian,

tidak pula mengekang rezeki kalian,

13

(65)

dan akupun tidak berdosa.

Sesungguhnya aku benar-benar akan kembali

kepada kalian (yang masih hidup saat itu), kemudian kembali,

dan kemudian kembali,

sehingga aku tidak menyisakan seorangpun dari kalian.’ ”14

Demikianlah, aku akan datang tanpa diundang dan pergi tanpa diantar. Ia yang saatnya sudah ditentukan, maka ia akan menghadapi aku sesuai dengan keadaannya, rasa sakitnya, dan kengeriannya.

Banyak ungkapan yang menggambarkan bagaimana rasa sakit ketika aku mencabut nyawa manusia. Namun, percayalah itu semua tidaklah lengkap benar karena keluarbiasaan sakratul maut tidak dapat diketahui dengan pasti, kecuali oleh orang yang merasakannya sendiri. Tahukah kamu, bahwa pencabutan nyawa termasuk kondisi spiritual yang cuma bisa dirasakan oleh orang yang kucabut nyawanya. Jadi, orang lain mungkin menggambarkan dengan ungkapan yang berbeda-beda. Tapi, begitulah kematian, ia

14

Diriwayatkan oleh ad-Dailami dari Zaid bin Tsabit, ref 10 hal 51

(66)

66

hanya bisa dirasakan oleh yang meregang nyawanya sendirian.

Karena kematian termasuk keadaan ruhani, maka menjadi jelas bahwa keadaan ruhanimu sangat mempengaruhi bagaimana rasanya mati. Orang lain cuma bisa mengira-ngira saja dengan menganalogikannya dengan rasa sakit yang benar-benar pernah dialaminya, atau dengan cara mengamati orang lain yang sedang meregang nyawa. Lewat analogi pula akan diketahui bahwa setiap anggota badan yang tidak bernyawa, tidak bisa lagi merasakan rasa sakit.

Akan kuperjelas lagi bagaimana rasa sakitnya kematian. Gambarkan saja satu bagian dirimu terbakar api, maka rasa sakit yang dialami akan menjalar keseluruh tubuh dan jiwa. Dan sesuai dengan kadar yang menjalar ke jiwa, maka sebesar itu pula kadar yang dialami oleh seseorang. Akan tetapi, rasa sakit yang dirasakan selama sakratul maut menghunjam jiwa dan menyebar keseluruh tubuh. Sehingga bagi yang sedang sekarat, maka ia merasakan dirinya ditarik-tarik, dibetot, dan dicerabut dari setiap sel, urat nadi, syaraf, persendian, dari setiap akar rambut yang tumbuh dibadannya dan kulit kepala, hingga kaki. Jadi, jangan Anda tanyakan lagi bagaimana derita

(67)

dan rasa sakit yang tengah dialami oleh mereka yang dijemput olehku!

Maka, perhatikanlah sekiranya kamu mengalami suatu peristiwa yang berhubungan dengan kematian, apakah itu kematian salah satu keluargamu, tetanggamu, atau teman-temanmu. Perhatikan bagaimanakah keadaannya! Gunakan pengalamanmu dalam mengiringi kematian sebagai pelajaran dan peringatan bagimu, bahwa tak ada yang abadi, semua pasti akan mati!

(68)

68

Bab 5

Portofolio Izrail

“Pengalamanku? Wah kan sudah kukatakan banyakkk sekaleee. Aku tak bisa menghitungnya.”, Izrail masih tersenyum ditepi ranjangku ketika kutanyakan pengalamannya. Kemudian dia melanjutkan. “Memang banyak peristiwa yang bisa kuingat sewaktu aku menjalankan tugasku. Dari banyak ragam manusia. Mulai dari yang gila, sehat, sakit, yang soleh, yang bejat dan durjana, yang menjadi wali, nabi, dan rasul. Pokoknya sebanyak jenis manusia yang pernah ada di muka bumi ini, pernah aku alami. Nah apa pengalaman yang bagaimana yang ingin kau ketahui?” Dia balik bertanya kepadaku. Sejenak aku merenung, menghimpun daftar pengalaman Izrail yang ingin kuketahui. Seringkali, saat menuju kantor atau sekedar jalan-jalan, aku melihat banyak sekali orang-orang yang gila baik secara fisik dan psikologis, ataupun yang nampak sebagai orang gila beneran maupun secara tersamar, aku melihat aspek-aspek tekanan psikologis

(69)

yang menuju kegilaan pada beberapa orang yang kutemui. Psst.., asal tahu saja, salah satu keahlianku memang membaca karakter seseorang baik dari perilaku, gaya bertutur, wajah, maupun berbagai aspek perilaku lainnya. Jadi, analisaku pada orang-orang yang sering kutemui seringkali tidak meleset jauh dari kesimpulan umum yang kuambil, kendati baru sekali bertemu.

Salah satu yang menarik adalah kegilaan ini. Khususnya orang yang gila secara total : psikis dan fisiologis, sehingga ia sama sekali tidak sadar akan kemanusiaannya, kemudian menggelandang di jalanan dalam keadaan yang menyedihkan; maupun kegilaan jenis lain seperti gila wanita, gila harta, gila kehormatan, gila jabatan, gila uang, gila kekuasaan, gila karena syarafnya error, gila karena Allah, dan kegilaan lainnya.

Gila dunia sudah jelas menjadi penyakit kronis dari sebagian orang yang gelagapan diterjang derasnya gelombang peradaban. Mereka belum siap menghadapi ganasnya

dan kuatnya peradaban yang datang menggelombang berupa kemajuan, kekayaan, kebudayaan, pemikiran, dan lain sebagainya sehingga akal dan pikirannya menjadi gelap

(70)

70

gulita. Akhirnya dalam kegelapan akal pikirannya itu, maka kegilaan duniawilah yang muncul karena akal pikirannya tidak sanggup merespon gelombang yang datang dengan wajar.

Gila karena Allah adalah yang nampak pada orang-orang tertentu sebagai kegilaan spiritual yaitu orang yang gila karena cintanya kepada Allah SWT. Gila yang demikian memang sedikit tidak masuk akal bagi orang-orang yang ada di setiap zaman, kendati dari mulutnya meluncur kata-kata bijak penuh hikmah. Nah, ini saja kali yang akan kutanyakan pertama kali. Akupun kemudian bertanya, ”Bagaimana sebenarnya kamu mencabut nyawa orang yang gila beneran dan gila karena Allah?”

Izrail sekilas mengernyitkan alisnya yang rapih kemudian bertutur dengan cueknya.

Orang gila sebenarnya terbebas dari beban syariat Allah. Kalau kegilaannya itu karena kerusakan fisik seperti syaraf yang rusak, maka syariatnya hanya sebatas dia waras saja. Sedangkan orang yang gila karena dunia maka dia tetap menanggung semua amal perbuatan karena kegilaan yang condong kepada keduniawian itu. Maka hati-hatilah, karena kegilaan yang disebabkan hasrat keduniawian

(71)

yang tak terkendalikan sangat membahayakan. Inilah kegilaan si Iblis yang akhirnya terjebak dalam kebutaan hati, ia menjadi takabur, sombong, dan membangun ilusi dengan kesucian diri, merasa paling patut untuk dihormati, sehingga iapun akhirnya menentang perintah Allah untuk menghormati nenek moyangmu. Bagi dia yang gila karena mencintai Allah, maka Allah akan menggenggam kehidupannya. Ia kekal dalam genggaman cinta-Nya. Maka iapun tidak pernah menoleh kembali kepada dunia.

Kegilaan sebenarnya memang identik dengan mereka yang tertutup akal pikiran dan kesehatan kejiwaannya. Gila secara fisis dan psikologis dapat disebabkan berbagai hal. Seperti kamu sebutkan tadi, ada gila harta, gila wanita, gila hormat, penyakit syaraf, dan yang lainnya. Disini, kamu harus melihat bagaimana Allah sebenarnya menciptakan semua makhluk dengan awal mula yang sempurna. Ketika makhluk

ditempatkan dalam ruang waktu, maka makhluk sebenarnya diharuskan untuk selaras dengan semua Kehendak Allah SWT, baik yang berupa perintah-perintah, larangan-larangan, hukum-hukum alam,

(72)

72

maupun berbagai petunjuk yang diungkapkan oleh para Nabi dan Rasul.

Tapi, gudang alpa adalah manusia, kendati semua itu sudah terhampar dalam dirinya dan di alam semesta, tetap saja manusia tergelincir. Ketika manusia mengabaikan semua petunjuk-petunjuk itu, maka berbagai ketentuan Allah pun terabaikan. Pengabaian inilah yang menyebabkan potensi manusia berubah tidak sesuai dengan aslinya. Percayalah ini semua proses dalam ruang-waktu, semua makhluk bila tidak selaras dengan Kehendak Allah akan menerima konsekuensi, baik dirasakannya di dunia maupun di akhirat; baik saat itu juga ataupun nanti.

Ketika seseorang terlahir dengan wujud fisik yang tidak sempurna, katakanlah cacat mental, maka ruh yang ditiupkan Allah SWT yang memiliki kesempurnaan ditiupkan ke dalam jasad. Ketika jasad terintegrasi dengan ruh, maka keseimbangan yang gaib dan yang nyata terjadi. Ia yang terlahir cacat fisik, mungkin tidak akan memiliki keseimbangan yang optimum. Boleh jadi dalam pandangan manusia, ia disebut cacat mental atau bahkan tidak waras.

Referensi

Dokumen terkait

3.3.3.1 siswa dapat menjelaskan kecendrungan sifat fisik unsur radioaktif melalui diskusi dengan guru dan kelompok.. 3.3.3.2 siswa dapat menjelaskan kecendrungan sifat

Hubungan ketergantungan yang lemah diduga karena pelatihan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua Barat selama 2016-2018 hanya sebanyak 4 (empat) kali

81], I, Abdul Sani bin Su’ut, Assistant Registrar, Lands and Surveys Department, Samarahan Division, do hereby give notice that, unless within a period of one month from

Oleh karena itu dari beberapa pilihan responden untuk memilih rebranding, promosi, serta visual dalam mengembangkan atau meningkatkan usaha coffeeshop Malabar

hasil penelitian menunjukan kelompok eksperimen yang diberikan video tutorial memperoleh hasil peningkatan dalam kemampuan kognitif di bandingkan kelompok kontrol,

Teknologi informasi dan telekomunikasi dapat dimanfaatkan pada berbagai bidang kehidupan antara lain dalam bidang pendidikan, bisnis, pemerintahan dan sosial.. Dampak

✓ Melalui zoom guru memberi salam, mengecek keadaan peserta didik, dan mengkondisikan suasana belajar yang menyenangkan. ✓ Guru mengajak peserta didik berdoa untuk

Perancangan dan pembuatan “Rancang Bangun Pintu Masuk Perpustakaan menggunakan Scanning Barcode” yang kami buat ini menggunakan basis mikrokontroler ATmega32,