• Tidak ada hasil yang ditemukan

Riwayat Hidup Penulis

Dalam dokumen Namaku Izrail Revisi Ke-6 (Halaman 190-195)

Atmonadi, sehari-hari biasa dipanggil “Atmo”

atau nickname di Internet “Atmoon”, di situs myquran memperkenalkan diri sebagai "myQadmin" karena memang yang membuat dan menggagasnya pada pertengahan 1999. Dilahirkan kurang lebih 4 dasawarsa yang lalu di sebuah kota yang dulu dikenal sebagai Kota Udang, pada tanggal sebelas bulan lima di tahun yang kemudian menjadi tahun duka cita bagi Bangsa Indonesia, tahun dimana disebut oleh seorang sineas asing menjadi “The Years

Living Dangerously”, 1965. Saat ini, berprofesi

sebagai konsultan Teknologi Informasi dan Internet independen.

Dalam segmen-segmen kehidupan yang dilalui, menulis memang bukan sesuatu yang asing. Pengalaman menulis yang intensif sebenarnya terjadi selama periode menjadi mahasiswa pada sekitar tahun 1988 sampai 1992, sebagai penulis lepas untuk bidang teknologi penerbangan dan militer. Selama periode tersebut, tulisan yang dibuat umumnya berhubungan dengan desain pesawat udara penumpang, pesawat tempur siluman, pesawat mata-mata tanpa awak, sistem radar, telekomunikasi, dan sistem

persenjataan yang dimuat di rubrik iptek pada beberapa harian nasional seperti Kompas, Bisnis Indonesia, Pikiran Rakyat, majalah Teknologi, dan majalah Teknologi & Strategi Militer (TSM). Dalam urusan tulis menulis, pernah mendapatkan penghargaan karya tulis dari PT Telkom Indonesia dengan judul

“Menuju Perusahaan Adaptif Menjadi Urat Nadi Globalisasi” (1990). Kemudian, bersama salah

satu rekan kuliahnya, menulis artikel iptek populer dan tulisannya meraih penghargaan karya tulis populer Ristek (1991) yang membahas masalah pesawat N-250. Setelah bosan menjadi mahasiswa, ia menyelesaikan kuliahnya dan meraih gelar kesarjanaan dari jurusan Teknik Aeronautika ITB (1992); setengah tahun kemudian (1993) bekerja di Sempati Air sebagai Engineer; tiga tahun kemudian (1995) ia memutuskan beralih profesi menjadi software development supervisor di perusahaan yang sama.

Tahun 1996 internet mulai marak di Tanah Air. Terpesona dengan kemampuan hyperlink jejaring global tersebut, iapun memutuskan mengundurkan diri dari Sempati Air dan bekerja sebagai web developer di sebuah perusahaan yang dibangun oleh kenalannya di Internet yaitu Bubu Internet. Akhir dasawarsa sembilan puluhan, Internet semakin populer

192

dan bisnis dot.com booming, komunitas gaul di internet bermunculan, namun sayangnya belum ada komunitas gaul yang khusus untuk remaja Islam, maka ia pun nekat membangun Komunitas Islam Online myQuran.com (1999, http://www.myquran.com) dan kemudian setidaknya mampu menggugah banyak orang bahwa Umat Islam perlu memanfaatkan Internet baik untuk tujuan pergaulan maupun dakwah. Setelah beberapa tahun mengelola situs independen myQuran, dibantu dengan pengunjung yang rajin menulis artikel, puisi ataupun sekedar numpang nulis, iapun kemudian menjadi tidak terlalu aktif mengelola myquran karena kesibukkannya. Sebagai gantinya, pengelolaan myQuran diserahkan ke salah satu anggota dan fans beratnya Hasanudin.

Pada tahun 2000 ia mengundurkan diri dari Bubu Internet dan bekerja di beberapa proyek perusahaan sebagai Technology Advisor, menjadi nara sumber tetap di radio MSTRI FM Jakarta (2000-2002), radio Ramako Jakarta, dan Metro TV untuk acara yang berhubungan dengan teknologi informasi dan internet. Akhir tahun 2001 kembali bekerja di Bubu untuk menangani Production & Development, kemudian mengundurkan diri pada akhir tahun 2003 dan awal 2004 mendirikan Getwo Advanced sebuah

biro konsultan teknologi informasi, internet dan multimedia.

Sejak akhir tahun 2003 sampai sekarang ikut aktif dalam majelis pengajian tasawuf Al-Hikam tarekat Syadziliyah Jakarta dengan ustad Bapak M. Luqman Hakiem dan Guru mursyid almarhum Syeik KH Abdul Djalil Mustaqiim dan Syeikh Hadlir Shalahuddin Al Ayyubi Pengasuh Pondok Pesatren Thariqot Agung (Peta) Tulungagung Jawa Timur. Dalam perjalanannya kemudian menulis risalah "Kun Fa Yakuun" sebagai sebuah perenungan panjang tentang diri, perjalanan kehidupan, alam semesta, dan Penciptanya. Risalah “Kun!” kemudian menjadi sebuah Risalah Mawas Diri bagi seorang hamba dan juga sebuah risalah yang dimaksudkan untuk semua Umat Islam (tentunya bagi yang mau membacanya), khususnya yang menjadi bagian dari Bangsa Indonesia yang memang masih perlu banyak belajar dan istiqamah (konsisten dan teguh) di jalan yang lurus, atau Shiraat

al-Mustaqiim, agar tidak mudah “Digoda” oleh

goyangan ke kiri dan ke kanan yang

memabukkan, yang dapat menyelewengkannya dari jalan lurus yang di

ridhai Ilahi. Setelah itu tulisan-tulisan lainnya meluncur begitu saja yang baru berani didistribusikan kepada teman-temannya saja

194

karena berbagai masalah yang dibahas terhitung sangat pelik. Risalah yang beredar di kalangan terbatas antara lain “Prima Kausa: Al Qur’an sebagai Kosmos Islam”, “Superunifikasi (Kajian tentang huruf-huruf hijaiah dan makna simbolis geometrisnya)”, “Komposisi Dan Kodefikasi Al Qur’an”, dan beberapa risalah lainnya yang umumnya bercorak tasawuf dengan perpektif perkembangan ilmu pengetahuan manusia saat ini, khususnya berkaitan dengan perkembangan Abad Dijital yang dianggapnya sebagai Abad Pemurnian Tauhid karena basis dijital sejatinya basis dari Pengetahuan Tauhid yaitu kaidah Biner atau huruf Ba alias 1001 (seribu satu malam).

“Namaku Izrail” adalah tulisan singkat yang bercorak populer yang menggambarkan pertemuan imajiner dengan Malaikat Elmaut yang ditakuti yaitu Izrail, berdialog dengannya dengan merujuk pada gambaran tentang malaikat Izrail dari berbagai bacaan yang menjadi sumber-sumber inspirasinya. “Namaku Izrail” bukan dimaksudkan untuk menakut-nakuti pembacanya, namun lebih tepat dikatakan sebagai suatu mawas diri akan keterbatasan manusia terhadap takdirnya yang pasti terjadi yaitu “kematian”, sebagai kehidupan yang sebenarnya. Dengan

mengulas gambaran malaikat Izrail yang mengambil debu bumi untuk kemudian dengan tanah lempung Allah menciptakan makhluk yang hidup di sistem tatasurya, gambaran yang ditampilkan bukan sekedar kisah tentang Izrail Sang Malaikat sebagai Pencabut Nyawa yang menyeramkan, namun gambaran yang lebih utuh tentang akibat dari semua akhlak dan perilaku manusia ketika ia hidup sampai akhirnya kematian dapat datang menjemput tanpa diduga, dimana saja, dan kapan saja. Kemudian kondisi demikian diproyeksikan kepada diri sendiri, sudah siapkah kita menghadapinya untuk kemudian mempertanggungjawabkan semua perbutan kita di dunia?

Dalam dokumen Namaku Izrail Revisi Ke-6 (Halaman 190-195)

Dokumen terkait