• Tidak ada hasil yang ditemukan

Posisi Dominan

Dalam dokumen Universitas Sumatera Utara (Halaman 15-58)

BAB II PERSAINGAN USAHA DI INDONESIA

B. Substansi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

4. Posisi Dominan

Salah satu perjanjian yang diatur dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 adalah perjanjian penetapan harga, dimana pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu barang dan/atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada

12 Suhasril dan Mohammad Taufik Makarao, Op.cit hlm. 132

13 Ibid, hlm. 133

14 Ibid, hlm. 144

pasar bersangkutan yang sama.15 Perjanjian dapat dilakukan dengan tertulis ataupun tidak tertulis (lisan), bahkan pada pasar yang bersifat oligopoli ataupun pasar yang dikuasai oleh pelaku usaha yang memiliki posisi dominan. Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan atau berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi16

Penetapan harga bisa dilakukan hanya dengan memberikan tanda kepada pelaku usaha lainnya dengan bentuk menaikkan harga, yang biasanya akan selalu diikuti oleh pelaku usaha lainnya. Perjanjian penetapan harga, baik yang bersifat terbuka maupun yang disamarkan, pada dasarnya merupakan tindakan yang mencederai asas persaingan. Tindakan tersebut akan merugikan konsumen dengan bentuk harga yang lebih tinggi, dan jumlah barang yang lebih sedikit tersedia.

Itulah sebabnya dalam hukum persaingan, penetapan harga dalam bentu apapun pada dasarnya dilarang.17

Pada tahun ke-20 (dua puluh) KPPU telah banyak memutus kasus tentang persaingan usaha tidak sehat, khususnya kasus tentang penetapan harga dimana KPPU telah memutus sebanyak 23 (dua puluh tiga) kasus.18 Hal ini berarti masih banyak para pelaku usaha yang tidak paham atau mungkin saja melanggar

15 Undang-Undang No. 5 Tahun Tahun 1999, Pasal 5

16 Ibid, Pasal 1 ayat 5

17 Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Anti Monopoli (Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 1999) hlm. 11

18 Putusan KPPU

larangan penetapan harga tersebut, sehingga akan lebih baik jika disediakan banyak literasi berupa tulisan untuk sumber pengetahuan atau penyuluhan bagi para pelaku usaha atau masyarakat Indonesia. Untuk itu penelitian ini akan menganalisa salah satu dari putusan KPPU mengenai Penetapan Harga yaitu Putusan KPPU Nomor 11/KPPU-L/2013 Kasus Jasa Pemasangan Instalasi Listrik di Wilayah Kabupaten Nunukan yang melanggar penetapan harga dan termasuk pada perjanjian yang dilarang, dimana penetapan harga diatur pada pasal 5 Undang-Undang No.5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Yang mana penetapan harga adalah kesepakatan diantara para penjual yang bersaing di pasar yang sama untuk menaikkan atau menetapkan keuntungan yang lebih banyak lagi.

Pada kasus Perjanjian Penetapan Harga di Wilayah Nunukan Provinsi Kalimantan Timur. Para pelaku usaha yakni:

1. PT Nusa Mandiri (Terlapor I) 2. PT Sudi Indah (Terlapor II) 3. CV Citra Jananuraga (Terlapor II) 4. CV Merkah (Terlapor IV)

5. CV Sumber Maju (Terlapor V), 6. CV Albar Jaya (Terlapor VI), 7. CV Putra daerah (Terlapor VII), 8. CV Anifah (Terlapor VIII), 9. CV Surya Agung (Terlapor IX), 10. CV Wahyu Agung (Terlapor X),

11. CV Anugrah Prima Perkasa (Terlapor XI), 12. CV Putra Borneo (Terlapor XII),

13. CV Karya Jaya Mandiri (Terlapor XIII)

14. Dewan Pengurus Cabang (DPC) Asosiasi Kontraktor Listrik dan Mekanikal (AKLI) Nunukan (Terlapor XIV)

15. Dewan Pengurus Cabang (DPC) Asosiasi Kontraktor Listrik dan Mekanikal (AKLI) Berau (Terlapor XV)

Merupakan penyedia jasa instalasi listrik yang tergabung dalam 1 (satu) Asosiasi yakni: Asosiasi Kontraktor Listrik dan Mekanikal (AKLI) Nunukan. Jika dilihat dari pengertian pelaku usaha berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 5 maka seluruh pelaku usaha (Terlapor) I sampai dengan XV merupakan pelaku usaha yang terdapat pada unsur Pasal 5 Undang-Undang No. 5 tahun 1999. Dimana seluruh Terlapor sama-sama berdomisili atau berkedudukan di Wilayah Nunukan dan berada pada pasar produk dan atau jasa yang sama yaitu jasa instalasi listrik.

Berdasarkan analisa investigator pada kasus penetapan harga ini, unsur membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan juga telah dibuktikan. Sesuai dengan Pasal 1 angka 7 ketentuan umum Undang-Undang No. 5 tahun 1999, pelaku mengikatkan diri terhadap satu atau lebih pelaku usaha lain dengan nama apapun, baik tertulis maupun tidak tertulis. Bahwa tindakan kesepakatan harga/biaya jasa pemasangan instalasi listrik telah dilakukan oleh para Terlapor. Unsur yang terakhir adalah pasar bersangkutan yang sama.

Sesuai ketentuan Pasal 1 angka 10 Undang-Undang no. 5 tahun 1999 Pasar

Bersangkutan adalah pasar yang berkaitan dengan jangkauan atau daerah pemasaran tertentu oleh pelaku usaha atas barang dan atau jasa yang sama atau sejenis dari barang atau jasa tersebut. Sehingga dalam perkara ini, Pasar Produk adalah pasar jasa instalasi listrik dan kemudian pasar Pasar Geografis adalah di kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Timur.

Para pelaku usaha tersebut diduga telah melakukan pelanggaran berupa perjanjian penetapan harga yang diatur pada Pasal 5 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999. Dimana setelah dirinci unsur-unsur Pasal 5 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 para pelaku usaha tersebut telah terbukti melakukan perjanjian penetapan harga. Seperti yang diketahui bahwa perjanjian penetapan harga termasuk perjanjian yang melawan hukum persaingan usaha yang sehat yang dapat merugikan masyarakat terutama masyarakat di Wilayah Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Timur.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Kajian Hukum Persaingan usaha di Indonesia?

2. Bagaimana Pengaturan Tentang Penetapan Harga Dalam Hukum Persaingan Usaha?

3. Bagaimana Analisa Hukum Terkait Penetapan Harga Kasus Jasa Pemasangan Instalasi Listrik di Wilayah Kabupaten Nunukan (Studi Kasus Putusan KPPU Nomor: 11/KPPU-L/2013) ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Penyusunan skripsi ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana kajian tentang hukum persaingan usaha di Indonesia.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan tentang penetapan harga di dalam hukum persaingan usaha.

3. Untuk mengetahui analisa hukum terkait penetapan harga Kasus Jasa Pemasangan Instalasi Listrik di Wilayah Kabupaten Nunukan (Studi Kasus Putusan KPPU Nomor: 11/KPPU-L/2013).

Manfaat penulisan yang diharapkan melalui penulisan skripsi ini adalah:

1. Secara Teoritis, penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberi manfaat dan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan menambah bahan pustaka mengenai penetapan harga di dalam persaingan usaha

2. Secara Praktis, penulisan skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan masukan untuk pemerintah dan masyarakat dalam menangani masalah yang terjadi di persaingan usaha terkait penetapan harga.

D. Keaslian Penulisan

Skripsi yang berjudul “Analisa Hukum Persaingan Usaha Terkait Penetapan Harga Kasus Jasa Pemasangan Instalasi Listrik di Wilayah Kabupaten

Nunukan (Studi Kasus Putusan KPPU Nomor 11/KPPU-L/2013)”, merupakan hasil karya penulis sendiri. Penulis menyusun skripsi ini dengan referensi buku-buku ilmiah tentang hukum, makalah-makalah, jurnal baik media cetak maupun elektronik, serta bantuan dari berbagai pihak. Dalam penulisan skripsi ini dituangkan segala pemikiran dan pendapat penulis dengan kelayakan dan menjamin skripsi ini belum ada yang menulis sebelumnya, meskipun ada beberapa penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan judul penelitian ini. Adapun penelitian terdahulu yang pernah dilakukan tersebut sebagai berikut :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Zealabetra Mahamanda, Tahun 2011, Mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Indonesia dengan judul “Analisis Dugaan Penetapan Harga Dan Kartel Yang Menimbulkan Persaingan Usaha Yang Tidak sehat”.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Monatalia Tobing, Tahun 2008, Mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara dengan judul “Penetapan Harga (Price Fixing) Antara Para Pelaku Usaha Yang Bertentangan Dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 1999”.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Yudha Febri Rahadianto, Tahun 2011, Mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan judul “Penetapan Harga Dan Monopoli (Analisis Yuridis Putusan Perkara Nomor : 11/KPPU-I/2005 antara PT.

Semen Gresik Dan Konsorsium Distributor Semen Gresik tentang Gresik Dan Putusan Perkara Inisiatif Nomor : 02/KPPU-I/2003 antara PT. Tanto Intim Line tentang Penetapan Harga)”.

Pada dasarnya penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti tersebut diatas tidak sama dengan penelitian ini, baik dari segi judul maupun pokok permasalahan yang dibahas. Oleh karena itu secara akademik penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan keasliannya.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam tinjauan kepustakaan dicoba untuk mengemukakan beberapa ketentuan dan batasan yang menjadi sorotan studi kepustakaan. Hal ini berguna bagi penulis untuk membantu melihat ruang lingkup agar berada dalam topik yang diangkat dari permasalahan diatas.

1. Analisa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian analisis adalah penyelidikan terhadap sesuatu peristiwa (karangan, perbuatan) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya dan sebagainya). Analisa berasal dari kata Yunani Kuno “analusis” yang berarti melepaskan Analusis terbentuk dari 2 suku kata yaitu “ana” yang berarti kembali dan “luein” yang berarti melepas. Sehingga pengertian analisa yaitu suatu usaha dalam mengamati secara detail pada suatu hal atau benda dengan cara menguraikan komponen-komponen pembentuknya atau menyusun komponen tersebut untuk dikaji lebih lanjut.19

19 www. http://pengertiandefenisi.com, diakses pada Tanggal 5 Maret 2020.

Menurut Gorys Keraf, analisa adalah sebuah proses untuk memecahkan sesuatu kedalam bagian-bagian yang saling berkaitan satu sama lainnya.

Sedangkan menurut Komaruddin mengatakan bahwa analisa merupakan suatu kegiatan berfikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen sehingga dapat mengenal tanda-tanda dari setiap komponen, hubungan satu sama lain dan fungsi masing-masing dalam suatu keseluruhan yang terpadu.20 Analisa bahan hukum yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini dengan cara mengklasifikasi dan menganalisa sumber bahan hukum yang telah dikumpulkan secara sistematis berdasarkan bab-bab dan sub bab sesuai rumusan masalah yang terdapat dalam skripsi ini dengan metode deduktif yaitu dengan cara menganalisis dari kesimpulan umum atau generalisasi yang diuraikan menjadi contoh-contoh kongkrit atau fakta-fakta untuk menjelaskan kesimpulan atau generalisasi tersebut.

2. Hukum Persaingan Usaha

Sesungguhnya banyak istilah yang digunakan untuk bidang hukum ini selain istilah hukum persaingan usaha (competition law) yaitu hukum Antimonopoli dan hukum antitrust. Namun demikian, penulis menggunakan istilah hukum persaingan usaha karena dipandang paling tepat, dan memang sesuai dengan substansi ketentuan Undang-Undang No. 5 Tahun 1999.21 Secara umum dapat dikatakan bahwa hukum persaingan usaha adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan persaingan usaha. Untuk

20 Ibid.

21 Hermasyah, Op.cit., hlm.2

memperoleh pengertian yang lebih mendalam tentu pengertian hukum persaingan usaha yang demikian itu tidaklah mencukupi. Oleh karenanya, perlu dikemukakan beberapa pengertian hukum persaingan usaha dari para ahli hukum persaingan usaha.

Menurut Hermansyah, dalam bukunya yang berjudul “Hukum Persaingan Usaha” yang dimaksud dengan hukum persaingan usaha adalah instrumen hukum yang menetukan tentang bagaimana persaingan itu harus dilakukan. Meskipun secara khusus menekankan pada aspek “persaingan”, hukum persaingan juga menjadi perhatian dari hukum persaingan adalah mengatur persaingan sedemikaian rupa, sehingga ia tidak menjadi sarana untuk mendapatkan monopoli.22 Beranjak dari pengertian diatas, maka menurut penulis yang dimaksud dengan hukum persaingan usaha adalah seperangkat aturan hukum yang mengatur mengenai segala aspek yang berkaitan dengan persaingan usaha, yang mencakup hal-hal yang boleh dilakukan dan hal-hal yang dilarang dilakukan oleh para pelaku usaha.

3. Penetapan Harga

Penetapan harga adalah kesepakatan diantara para penjual yang bersaing di pasar yang sama untuk menaikkan atau menetapkan harga dengan tujuan membatasi persaingan diantara mereka dan menetapkan keuntungan yang lebih banyak lagi.23

22 Ibid, hlm. 3

23 Suhasril dan Mohammad Taufik Makarao, Op.cit, hlm. 118.

F. Metode Penulisan

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normative, yaitu penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hukum positif.24 Penelitian hukum normatif terutama dilakukan untuk penelitian norma hukum dalam pengertian ilmu hukum sebagai ilmu tentang kaidah atau apabila hukum dipandang sebagai kaidah yang perumusannya secara otonom tanpa dikaitkan dengan masyarakat25. Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yaitu penelitian yang dilakukan berdasarkan perundang-undangan atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berprilaku manusia yang dianggap pantas. Penelitian hukum normatif mengandung arti dalam meninjau dan menganalisa masalahnya dipergunakan pendekatan dengan menganalisa Undang-Undang26. Penelitian hukum normatif yang disebut juga sebagai penelitian perpustakaan atau studi

24 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang:

Bayumedia Publishing, 2006), hlm. 295.

25 Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum Sebagai Bahan Ajar, (Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2009), hlm.54

26 Amiruddin dan Zainal Askin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm.118.

dokumen, karena lebih banyak dilakukan terhadap data yang bersifat sekunder yaitu yang ada di perpustakaan.27

2. Metode Pendekatan

Penelitian ini merupakan penelitian normatif yang ditunjang dengan data sekuder yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti pendekatan perundang-undangan, pendekatan analistis dan pendekatan kasus.28. Pendekatan Undang-Undang dilakukan dengan menelaah semua Undang-Undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.

Pendekatan perundang-undangan adalah pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi.29 Pendekatan analisis adalah pendekatan menganalisis pengertian hukum, asas hukum, kaidah hukum, sistem hukum dan berbagai konsep yuridis yang berkaitan dengan permasalahan-permasalahan dalam penelitian.30 Pendekatan kasus adalah mempelajari penerapan norma-norma atau kaidah hukum yang dilakukan dalam praktek hukum, terutama pada kasus-kasus yang telah diputus terhadap perkara-perkara yang menjadi fokus penelitian.31

27 Edi Warman, Monograf Metodologi Hukum ( Panduan Penelitian Tesis dan Disertasi), ( Medan: Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Medan , 2014), hlm,94.

28 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hlm.13

29 Peter Mahmud Marzuki,Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2010), hlm.93

30 Jhonny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Cetakan Pertama, (Malang: Banyu Media,2005), hlm.257

31 Ibid

3. Sumber Bahan Hukum

Sumber bahan hukum yang dibuat dalam penulisan skiripsi ini adalah data sekunder dan adapun data-data sekunder yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a) Bahan hukum primer yaitu dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Dalam penulisan skiripsi ini diantaranya, Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

b) Bahan hukum sekunder yaitu semua dokumen yang merupakan bahan yang relevan seperti buku-buku, seminar-seminar, jurnal hukum, majalah, koran dan beberapa sumber dari internet yang berkaitan dengan bahan yang diteliti

c) Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder contohnya adalah kamus, ensiklopedia dan indeks kumulatif.32

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah dengan penelusuran pustaka (library research) yaitu mengumpulkan data dari informasi dengan bantuan buku, karya ilmiah, majalah, internet makalah dan juga perundang-undangan yang berkaitan dengan materi penelitian.

32 Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), hlm..

103-104.

G. Sistematika Penulisan

Secara garis besar skripsi ini dibagi atas 5 (lima) BAB dan masing-masing bab dibagi lagi dalam beberapa sub bagian sesuai kepentingan penulisan.

Bab I Pendahuluan, Bab ini mengemukakan tentang latar belakang penulisan skripsi, rumusan masalah, tinjauan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Kajian Hukum Persaingan usaha di Indonesia, bab ini membahas mengenai gambaran umum mengenai persaingan usaha yang meliputi: sejarah hukum persaingan usaha di Indonesia dan pengertian persaingan usaha. Substansi Udang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yang meliputi : asas dan tujuan, perjanjian yang dilarang, kegiatan yang dilarang, posisi dominan, serta Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Pendekatan Per Se Illegal dan Rule of Reason dan yang terakhir hukum acara dalam persaingan usaha yang meliputi : Pengaturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 1/2019 Mengenai Tata Cara Penanganan Perkara, Pengaturan Mahkamah Agung Nomor 3/2019 Mengenai Tata Cara Pengajuan Hukum Keberatan Terhadap Putusan KPPU

Bab III mengenai penetapan harga dalam hukum persaingan usaha yang meliputi: pengertian penetapan harga, unsur-unsur penetapan harga, pendekatan prinsip per se illegal dalam penetapan harga dan dampak buruk dari penetapan harga terhadap masyarakat. Pengaturan tentang penetapan harga yang meliputi penetapan harga dalam undang-undang nomor 5 tahun 1999, pedoman pasal 5 (penetapan harga) undang-undang nomor 5 tahun 1999 tentang larangan praktek

monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, penulis juga membahas tentang sanksi melanggar ketentuan penetapan harga dan daftar putusan KKPU mengenai kasus penetapan harga.

Bab IV mengenai analisa hukum terkait penetapan harga kasus jasa pemasangan instalasi listrik di wilayah kabupaten nunukan (studi kasus Putusan KPPU Nomor: 11/KPPU-L/2013) yang meliputi analisa hukum terkait Putusan Nomor :11/KPPU-L/2013 tentang penetapan harga menurut Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 dan analisa hukum terkait Putusan Nomor :11/KPPU-l/2013 menurut Pedoman Pasal 5 (penetapan harga) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

Bab V Penutup, bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan karya ilmiah ini yang berisikan kesimpulan dan saran dari setiap bab yang dibahas dan dikemukakan.

PERSAINGAN USAHA DI INDONESIA

A. Gambaran Umum Persaingan Usaha

1. Sejarah Hukum Persaingan Usaha di Indonesia

Dalam sejarah Indonesia, praktik monopoli pertama kali secara resmi dimulai tanggal 20 Maret 1602, yaitu pada saat pemerintah belanda atas persetujuan Staten Generaal33 memberikan hak untuk berdagang sendiri (monopoli) pada VOC di wilayah Indonesia (Hindia Timur). Selain melakukan monopoli di Indonesia, VOC juga mengawasi perdagangan di wilayah yang terbentang dari Tanjung Harapan di ujung Afrika hingga Sri lanka dan Jepang.

Namun sekalipun VOC memperoleh keuntungan yang berlipat-lipat dari praktik monopoli perdagangan, namun VOC pada akhirnya bangkrut dan menemui ajal pada tanggal 1 Januari 1800, yaitu sejak pemerintah Belanda pada waktu itu membentuk badan resmi yang dinamakan “Aziatische Raad” untuk mengambil alih pemerintahan atas daerah-daerah bekas jajahan VOC.34

Setelah Indonesia merdeka, praktek monopoli juga terjadi.pada waktu itu sejumlah pengusaha mempunyai kedekatan khusus dengan kekuasaan. Pada umumnya masyarakat maupun para pembuat kebijakan di Indonesia berasumsi bahwa masalah pasar yang terdistorsi selama ini adalah karena sekelompok

33 Dewan Negara Belanda (bahasa Belanda: Staten-Generaal der Nederlanden) adalah badan legislatif bikameral Belanda, yang terdiri dari Eerste Kamer atau Senat dan Tweede Kamer atau Dewan Perwakilan rakyat, https://id.wikipedia.org/wiki/Dewan_Negara_Belanda, diakses pada Tanggal 14 Agustus 2020

34 Binoto Nadapdap, Hukum Acara Persaingan Usaha, (Jakarta: Jala Permata Aksara, 2009), hlm.1

pengusaha yang memiliki keeratan dengan elit kekuasaan seperti yang disebutkan diatas. Dari hubungan ini kemudian mereka mendapat prioritas serta fasilitas khusus dalam menjalankan usaha mereka. Maka muncullah konglomerasi yang mengeksploitasi kekuatan ekonomi mereka dengan biaya yang harus ditanggung masyarakat maupun kelompok usaha kecil. Para konglomerat ekonomi ini menguasai pangsa pasar yang sangat besar dan mampu mengontrol serta menguasai pasar. Akibatnya masyarakat memiliki persepsi yang tidak benar mengenai makna yang sebenarnya dari tindakan anti persaingan. Masyarakat berpikir bahwa perbuatan yang anti persaingan usaha sangat erat hubungannya dengan konglomerasi atau terjadinya konsentrasi pasaryang tinggi. Hal ini dapat dipahami karena ketidakjelasan adanya kebijakan persaingan (competition policy)35 dari pihak pemerintah yang terbiasa memberikan kesempatan kepada konglomerasi tanpa mendukungnya dengan prinsip persaingan36.

Apakah persaingan itu sendiri baik tentu sangat erat kajiannya dengan tujuan dari kebijakan persaingan itu sendiri. Sebagai contoh adalah pengalaman Indonesia dengan tata niaga cengkeh melalui BPPC (Badan Penyangga Pemasaran Cengkeh). BPPC dibentuk oleh pemerintah dengan tujuan untuk menjaga kestabilan serta pemasokan harga cengkeh dipasaran. Tetapi kenyataan menunjukkan bahwa sejak BPPC dibentuk maka harga cengkeh justru jatuh di pasaran dalam waktu yang cepat dengan angka penurunannya yang sangat drastis.

35 Kebijakan persaingan adalah melingkupi pula pengertian dari hukum persaingan usaha atau dengan kata lain bidang hukum persaingan usaha merupakan salah satu cabang pembahasan dalam kebijakan persaingan, Syamsul Maarif dan B.C. Rikrik Rizkiyana, Posisi Hukum Persaingan Usaha Dalam Sistem Hukum Nasional, 2004. hlm.3

36 Ningrum Natasya Sirait, Op.cit.,hlm.6

Disamping itu mekanisme cara niaga cengkeh telah membentuk pasar monopoli sekaligus juga telah mengakibatkan terjadinya praktek monopsoni. Akibat dari pengadaan BPPC petani enggan menanam cengkeh yang mengakibatkan penurunan hasil panen cengkeh. Komoditas cengkeh adalah salah satu contoh sederhana campur tangan pemerintah dan kepentingan politik suatu pihak telah mengakibatkan distorsi pasar.37

Pemberian sejumlah kemudahan yang di tempuh oleh rezim Orde Lama berlanjut pula pada masa pemerintahan Orde Baru, praktek perdagangan di Indonesia paling tidak sampai dengan tahun 1998, banyak bidang usaha yang disinyalir melakukan praktek monopoli. Sejak tahun 1980-an, gejala monopoli dalam bentuk oligopoli sudah hampir menguasai sektor industri, disamping itu disebutkan bahwa tidak kurang dari 67% usaha di sektor industri dikuasai oleh pengusaha besar yang melakukan praktek monopoli. Di sektor industri telah terjadi bukan hanya sekedar praktek monopoli, melainkan multi monopoli. Hal ini disebabkan karena terhadap seorang pengusaha dapat diberikan ijin untuk mendirikan berbagai macam industry satu-satunya, yang sekaligus memiliki hak impor bahan baku industri satu-satunya pula. Berbagai usaha untuk memiliki industri-industri yang sudah ada sebelumnya, bahkan tidak jarang dapat berakibat

Pemberian sejumlah kemudahan yang di tempuh oleh rezim Orde Lama berlanjut pula pada masa pemerintahan Orde Baru, praktek perdagangan di Indonesia paling tidak sampai dengan tahun 1998, banyak bidang usaha yang disinyalir melakukan praktek monopoli. Sejak tahun 1980-an, gejala monopoli dalam bentuk oligopoli sudah hampir menguasai sektor industri, disamping itu disebutkan bahwa tidak kurang dari 67% usaha di sektor industri dikuasai oleh pengusaha besar yang melakukan praktek monopoli. Di sektor industri telah terjadi bukan hanya sekedar praktek monopoli, melainkan multi monopoli. Hal ini disebabkan karena terhadap seorang pengusaha dapat diberikan ijin untuk mendirikan berbagai macam industry satu-satunya, yang sekaligus memiliki hak impor bahan baku industri satu-satunya pula. Berbagai usaha untuk memiliki industri-industri yang sudah ada sebelumnya, bahkan tidak jarang dapat berakibat

Dalam dokumen Universitas Sumatera Utara (Halaman 15-58)

Dokumen terkait