• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Posisi Kitab Fikih dalam Putusan Perkara Cerai Talak Tahun 2010

talak diatur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama Pasal 66 ayat (1) menjelaskan bahwa, pengertian cerai talak yaitu

“Seorang suami yang beragama Islam yang akan menceraikan isterinya mengajukan permohonan kepada Pengadilan untuk mengadakan sidang

guna penyaksian ikrar talak”.4

Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim di Pengadilan Agama Jakarta Selatan mengenai pengertian cerai talak adalah cerai yang inisiatifnya datang dari suami dengan posisi suami sebagai Pemohon dan posisi isteri sebagai Termohon yang diajukan ke Pengadilan Agama.5 Pendapat lain juga diungkapkan oleh Hakim bahwa cerai talak adalah salah satu cara untuk

4

A. Mukti Arto,Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama,(Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1996), h. 41. 5

memutuskan perkawinan yang diajukan oleh pihak suami di hadapan sidang Pengadilan.6

Berdasarkan hasil wawancara tersebut cerai talak adalah permohonan cerai yang diajukan oleh suami dengan suami sebagai Permohon dan Isteri sebagai Termohon yang pernyataan talak suami kepada isteri harus dilakukan dihadapan sidang Pengadilan Agama.

Hukum acara yang digunakan mengenai tata cara pemeriksaan sengketa perkawinan dapat ditemukan dalam peraturan dan perundang-undangan sebagai berikut: Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama sebagaimana yang diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 dan Perubahan ke-II dengan Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Aturan Pelaksanaan Undang-undang Perkawinan, Instruksi Presiden Nomor I Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam dan aturan lain berkenaan dengan sengketa perkawinan serta kitab fikih Islam sebagai sumber penemuan hukum.7

Serupa seperti yang dikatakan oleh hakim di Pengadilan Agama Jakarta Selatan dalam memutus suatu perkara merujuk dasar hukum pada

Al-Qur’an, Intruksi Presiden No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam,

Yurisprudensi, dan boleh juga pendapat hakim itu sendiri8, kemudian yang

6

Wawancara Pribadi dengan Saifuddin. Jakarta, 26 Maret 2015. 7

Aris Bintania,Hukum Acara Peradilan Agama dalam Kerangka Fiqh al-Qadha,(Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada, 2012), h. 3. 8

paling pokok adalah Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan,9 undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama jo Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama. Maka berdasarkan hasil wawancara sumber hukum yang digunakan hakim di Pengadilan Agama dalam memeriksa, mengadili dan memutus perkara menggunakan peraturan perUndang-undangan yang berlaku di Indonesia.

Salinan putusan cerai talak tahun 2010 di Pengadilan Agama Jakarta Selatan merujuk pada peraturan Perundang-undangan yang telah dijelaskan di atas, adapun analisa yang penulis lakukan pada salinan putusan cerai talak tahun 2010 telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dibawah ini data statistik dasar pertimbangan hakim perkara cerai talak yang penulis ambil secara acak pada tahun 2010 sebanyak 50 putusan terlihat dalam tabel data statistik dibawah ini:

Tabel 4.5

Data Eksistensi Fikih dalam Putusan Cerai Talak

No. No. Perkara Dasar Pertimbangan

1. 0010/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 2 ayat (1) dan (2).

2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (f).

3. KHI Pasal 116 huruf (f).

4. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 82 ayat (1) dan (4) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006 Pasal 76 ayat

9

(1).

2. 0011/Pdt.G/2010/PA.JS 1. KHI Pasal 116 huruf (f) dan Pasal 143.

2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (f).

3. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 82 ayat (1) dan (4) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006.

4. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 1. 3. 0011/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 39.

2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (f).

3. KHI Pasal 116 huruf (f).

4. 0034/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 1 dan 39 ayat (1).

2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (f).

3. KHI Pasal 116 huruf (f).

5. 0042/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 1 dan 39. 2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19

huruf (f).

3. KHI Pasal 116 huruf (f) dan Pasal 3.

6. 0055/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (f).

2. KHI Pasal 116 huruf (f).

7. 0067/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (f).

2. KHI Pasal 116 huruf (f).

3. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 1.

4. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 89 ayat (1) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006.

8. 0074/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (f).

2. KHI Pasal 116 huruf (f).

3. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 89 ayat (1) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006.

9. 0093/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 1 dan 39 ayat (1).

2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (f).

3. KHI Pasal 116 huruf (f).

10. 0109/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 1.

2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (f).

11. 0111/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (b).

2. KHI Pasal 116 huruf (b) dan Pasal 3.

3. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 1 dan Pasal 76 ayat (1) dan (2).

4. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 89 ayat (1) dan Pasal 90 ayat (1) huruf (a) dan (d) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006.

12. 0122/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 82 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006.

2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (f).

3. KHI Pasal 116 huruf (f), Pasal 149 dan Pasal 153 huruf (b)

13. 0140/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 2 dan Pasal 39.

2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (f).

3. KHI Pasal 116 huruf (f).

4. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 89 ayat (1) dan Pasal 90 ayat (1) huruf (a) dan (d) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006.

14. 0144/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (f).

2. KHI Pasal 116 huruf (f) dan Pasal 7 ayat (1). 3. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 89.

15. 0157/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (f).

2. KHI Pasal 116 huruf (f) dan Pasal 7 ayat (1). 3. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 89. 4. Undang-undang No. 1 Tahun 1975 Pasal 1.

16. 0180/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 1, 2 dan Pasal 39.

2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (f).

3. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 65 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006.

4. KHI Pasal 116 huruf (f), Pasal 105, Pasal 149 dan Pasal 152.

17. 0182/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 1 dan Pasal 39 ayat (2).

3. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (f).

4. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 89 ayat (1) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006.

18. 0192/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 3.

2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (b).

3. KHI Pasal 116 huruf (b).

4. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 89 ayat (1) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006

19. 0210/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 39.

2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (b).

3. KHI Pasal 116 huruf (b).

4. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 89 ayat (1) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006.

20. 0211/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 39.

2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (b).

3. KHI Pasal 116 huruf (b).

4. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 89 ayat (1) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006.

21. 0226/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 39.

2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (b).

3. KHI Pasal 116 huruf (b).

4. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 89 ayat (1) dan Pasal 90 ayat (1) huruf (a) dan (d) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006.

22. 0221/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 39 ayat (2). 2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19

huruf (f) dan Pasal 22 ayat (1).

3. KHI Pasal 116 huruf (f) dan Pasal 134.

4. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 89 ayat (1) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006.

23. 0868/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 39.

2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (f).

3. KHI Pasal 116 huruf (f)

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006.

24. 0243/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 1.

2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (f).

3. KHI Pasal 116 huruf (f). 4.Qur’an Al-Ahzab: 49.

5. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 89 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006.

25. 0260/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (f).

2. KHI Pasal 116 huruf (f).

26. 0329/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 1.

2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (f).

3. KHI Pasal 116 huruf (f).

4. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 89 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006.

27. 0348/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (f).

2. KHI Pasal 116 huruf (f).

28. 0359/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 1.

2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (f) dan Pasal 31.

3. KHI Pasal 116 huruf (f) dan Pasal 143. 4.Qur’an Al- Baqarah: 241.

5. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 82.

6. Kaidah fiqhiyah: “menolak kerusakan itu

didahulukan dari meraih kemaslahatan.”

29. 0366/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 39.

2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (f).

3. KHI Pasal 116 huruf (f) dan Pasal 134.

4. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 89 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006.

30. 0378/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 1 dan Pasal 2 ayat (1) dan (2).

2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (b).

3. KHI Pasal 116 huruf (b).

4. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 89 ayat (1) dan Pasal 90 ayat (1) huruf (a) dan (d) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun

2006.

31. 0398/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 1.

2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (f).

3. KHI Pasal 116 huruf (f).

4. Kitab Ahkam Al-Qur’an juz II h. 405: “barang siapa yang dipanggil oleh hakim Islam didalam persidangan sedangkan orang tersebut tidak memenuhi panggilan itu maka dia termasuk orang

dholim dan gugurlah haknya.”

5. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 89 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006.

32. 0401/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 39.

2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (f).

3. KHI Pasal 116 huruf (f).

4. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 89 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006.

33. 0411/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 39 ayat (2). 2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19

huruf (f).

3. KHI Pasal 116 huruf (f). 4.Qur’an Al- Baqarah: 227.

5. Undang-undang No. 7 Tahun 1975 Pasal 89 Ayat (1) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006.

6. Yurisprudensi MA RI Nomor: 1287 K/sip/1995 tanggal 27 April 1297 demikian pula dengan Yurisprudensi MA RI Nomor: 38/K.AG/1990 yang menyatakan “pecahnya perkawinan antara

Pemohon/suami dengan isteri, hakim tidak perlu meneliti siapa yang bersalah, melainkan yang perlu diteliti apa perkawinannya dapat dirukunkan apa

tidak”.

34. 0423/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 39 ayat (2). 2. KHI Pasal 116 huruf (f) dan Pasal 149 huruf (a) dan

(b).

3. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 89 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006.

35. 0986/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 1 dan Pasal 2 ayat (1) dan (2).

2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (b).

3. KHI Pasal 116 huruf (b).

4. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 89 ayat (1) dan Pasal 90 ayat (1) huruf (a) dan (d) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006.

36. 0994/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 39 ayat (1) dan (2).

2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (f).

3. KHI Pasal 116 huruf (f).

4. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 89 ayat (1) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006.

5. Yurisprudensi MA RI Nomor: 38 K/AG/1991 tanggal 22 Agustus 1991 “alasan bercerai tidak lagi

mempersoalkan siapa yang salah, akan tetapi lebih

menekankan pecahnya perkawinan itu sendiri.”

37. 1007/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 39 ayat (2). 2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19

huruf (f).

3. KHI Pasal 116 huruf (f). 4.Qur’an Al- Baqarah: 227.

5. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 89 ayat (1) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006.

6. Yurisprudensi MA RI Nomor: 1287 K/sip/1995 tanggal 27 April 1297 demikian pula dengan Yurisprudensi MA RI Nomor: 38/K.AG/1990 yang menyatakan “pecahnya perkawinan antara

Pemohon/suami dengan isteri, hakim tidak perlu meneliti siapa yang bersalah, melainkan yang perlu diteliti apa perkawinannya dapat dirukunkan apa

tidak”.

38. 1022/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 89 ayat (1) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006.

39. 1037/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 1.

2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (f).

3. KHI Pasal 116 huruf (f).

4. Kitab Ahkam Al-Qur’an juz II h. 405: “barang siapa yang dipanggil oleh hakim Islam didalam persidangan sedangkan orang tersebut tidak memenuhi panggilan itu maka dia termasuk orang

dholim dan gugurlah haknya.”

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006.

40. 1041/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 1 dan Pasal 39 ayat (2).

2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (f).

3. KHI Pasal 116 huruf (f), Pasal 105 huruf (a) dan Pasal 156 huruf (a).

4. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 89 ayat (1) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006.

41. 1059/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 1.

2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (f).

3. KHI Pasal 116 huruf (f).

4. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 89 ayat (1) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006.

5. Kaidah fiqhiyah: “menolak kerusakan itu

didahulukan dari meraih kemaslahatan.”

42. 1069/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 39 ayat (2). 2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19

huruf (f).

3. KHI Pasal 116 huruf (f).

4. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 89 ayat (1) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006.

5.Qur’an Al-Baqarah: 227.

43. 1178/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 39 ayat (2). 2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19

huruf (f).

3. KHI Pasal 116 huruf (f). 4.Qur’an Al- Baqarah: 227.

5. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 89 ayat (1) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006.

44. 1181/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 1. Peraturan

2. Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (b). 3. KHI Pasal 116 huruf (b).

4. Kitab Ahkam Al-Qur’an juz II h. 405: “barang siapa yang dipanggil oleh hakim Islam didalam persidangan sedangkan orang tersebut tidak memenuhi panggilan itu maka dia termasuk orang

dholim dan gugurlah haknya.”

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006 yang dirubah lagi (perubahan kedua) dengan Undang-undang No. 50 Tahun 2009. 45. 1197/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 1

2. Kaidah fiqhiyah: “menolak kerusakan itu

didahulukan dari meraih kemaslahatan.”

Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (b).

3. KHI Pasal 116 huruf (b).

4. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 89 ayat (1) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006.

46. 0398/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 39 ayat (2). 2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19

huruf (b).

3. KHI Pasal 116 huruf (f).

4. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 89 ayat (1) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006.

5.Qur’an Al-Baqarah: 227.

47. 1246/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 1

2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (b).

3. KHI Pasal 116 huruf (b).

4. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 89 ayat (1) dan 90 ayat (1) huruf (a) dan (d) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006. 48. /Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 39 ayat (1)

dan (2).

2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (b).

3. KHI Pasal 116 huruf (b).

4. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 82 ayat (1) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006.

49. 2169/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 1

2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (f).

3. KHI Pasal 116 huruf (f).

50. 2165/Pdt.G/2010/PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 39.

2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf (f).

3. KHI Pasal 116 huruf (f).

4. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 89 ayat (1) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006.

Sumber data: Statistik Pengadilan Agama Jakarta Selatan

Berdasarkan data yang didapat bahwa dalam pertimbangan hukum perkara cerai talak pada tahun 2010 sebanyak 50 perkara sudah menjadikan KHI sebagai produk fikih Indonesia yang menjadi rujukan utama sebagai mana pendapat Mustofa:

Sekarang isi kitab fikih yang terkait seperti cerai talak dan pernikahan sudah diterjemahkan atau sudah dialih bahasakan dalam sebuh Kompilasi Hukum Islam jadi, para hakim itu merujuk kesana yaitu fikih Indonesia. Sebetulnya isi dari pada Kompilasi Hukum Islam itu sebagai bentuk pengembangan dari fikih-fikih yang sudah ada selama ini dari berbagai mazhab, kemudian didiskusikan dan dimusyawarahkan oleh para ulama. Dari kitab-kitab fikih yang ada di dunia Islam itu diintisari kemudian dibuatlah dalam formulasi Kompilasi Hukum Islam. Bisa dikatakan bahwa Kompilasi Hukum Islam itu fikihnya Indonesia, itu yang dijadikan rujukan oleh hakim. Jadi eksistensi kitab fikih dalam pertimbangan hakim pada putusan perkara cerai talak yaitu kitab fikih sekarang ini sudah diformulasikan kedalam bentuk Kompilasi Hukum Islam, jadi pada intinya tetap kitab-kitab fikih yang dipergunakan oleh Pengadilan. Kenapa diformulasikan dalam sebuah KHI karena berdasarkan penelitian selama ini putusan hakim Pengadilan Agama dalam memutus satu perkara yang sama pendapatnya tidak sama, karena tergantung kepada hakim itu menganut mazhab apa dan akan diputus sesuai dengan mazhabnya. Sekarang sudah ada Kompilasi maka putusan Pengadilan Agama akan seragam dalam menangani perkara yang sama. Kalau sebelum ada kompilasi itukan putusan berbeda-beda antara satu hakim dengan hakim yang lain itu tergantung hakim menganut mazhab apa. Tapi dengan adanya Kompilasi Hukum Islam ini putusan hakim sudah seragam.10

Kompilasi Hukum Islam yang merupakan fikihnya Indonesia pada semua perkara dijadikan rujukan oleh hakim dalam memutus perkara cerai talak karena kitab-kitab fikih melalui ulama bekerja sama dengan pemerintah terbentuklah Kompilasi Hukum Islam. Dengan diadakannya Kompilasi Hukum Islam oleh pemerintah diharapkan tidak ada lagi perbedaan dalam

10

memutus perkara yang permasalahannya sama tetapi, menghasilkan hukum yang berbeda, dengan begitu putusan hakim akan seragam dan tercipta kepastian hukum di lingkungan Peradilan agama.

Namun, dari beberapa perkara tersebut terdapat beberapa perkara yang mengambil sumber kaidah fiqhiyah dan kitab Ahkam Al-Qur’an juz II. h.

405, dengan nomor perkara:

1. 0359/Pdt.G/2010/PA.JS., menggunakan kaidah fiqhiyah: “menolak

kerusakan itu didahulukan dari meraih kemaslahatan.”

2. 0398/Pdt.G/2010/PA.JS., menggunakan kitab Ahkam Al-Qur’an juz II. h.

405:“barang siapa yang dipanggil oleh hakim Islam didalam persidangan sedangkan orang tersebut tidak memenuhi panggilan itu maka dia termasukorang dholim dan gugurlah haknya.”

3. 1037/Pdt.G/2010/PA.JS., menggunakan kitab Ahkam Al-Qur’an juz II. h.

405:“barang siapa yang dipanggil oleh hakim Islam didalam persidangan sedangkan orang tersebut tidak memenuhi panggilan itu maka dia termasuk orang dholim dan gugurlah haknya.”

4. 1059/Pdt.G/2010/PA.JS., menggunakan kaidah fiqhiyah: “menolak

kerusakan itu didahulukan dari meraih kemaslahatan.”

5. 1181/Pdt.G/2010/PA.JS., menggunakan kitab Ahkam Al-Qur’an juz II. h.

405:“barang siapa yang dipanggil oleh hakim Islam didalam persidangan sedangkan orang tersebut tidak memenuhi panggilan itu maka dia

6. 1197/Pdt.G/2010/PA.JS., menggunakan kaidah fiqhiyah: “menolak

kerusakan itu didahulukan dari meraih kemaslahatan.”

Berdasarkan uraian di atas, terbukti bahwa keberadaan kitab fikih yang dijadikan rujukan dalam menyusun KHI tidak lagi digunakan oleh hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan dalam memeriksa, mengadili, dan memutus perkara cerai talak tahun 2010. Hal ini terbukti dari 50 perkara yang dijadikan sumber data tidak ada satupun sumber rujukan asli dari kitab-kitab fikih karya para ulama klasik. Tentu saja hal ini menggambarkan bahwa hakim di Pengadilan Agama Jakarta Selatan hanya merujuk kepada sumber perundang-undangan yang berlaku dan tidak mengkaji kembali kitab-kitab fikih yang pernah dipelajarinya, yang pada kenyataanya penguasaan dalam membaca kitab fikih bagi hakim merupakan syarat utama calon hakim bagi yang ingin menjadi hakim. Apabila kitab-kitab fikih sudah tidak lagi digunakan, maka syarat utama bagi calon hakim bukan lagi hakim diharuskan dapat membaca dan memahami isi kitab fikih melainkan memahami dari KHI dan peraturan perundang-undangan.

Dokumen terkait