• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran-saran

Dari kesimpulan yang telah dipaparkan maka diajukan beberapa saran yang perlu disampaikan sebagai berikut:

1. Kepada para hakim di Pengadilan Agama hendaknya selalu menerapkan kitab fikih sebagai sumber landasan hukum dalam memeriksa, mengadili dan memutus perkara, dengan diterapkannya kitab fikih eksistensi kitab fikih akan selalu terjaga. diharapkan semua putusan hakim di Indonesia menggunakan kitab fikih sebagai sumber landasan hukum ijtihad hakim. 2. Kepada para akademisi hukum, diharuskan mempelajari dan memahami

secara mendalam segala pembahasan yang ada di kitab fikih agar menjadikan kitab fikih sebagai landasan hukum disamping peraturan perundang-undangan. Hal demikian sangat membantu para mahasiswa yang akan terjun di dunia hukum dan peradilan.

3. Bagi peneliti selanjutnya, agar lebih jauh lagi meneliti tentang efektifitas KHI sebagai landasan hukum yang digunakan oleh hakim.

Adi, Rianto. Sosiologi Hukum kajian Hukum secara Sosiologis. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2012.

Adji, Indriyanto Seno. Humanisme dan Pembaruan Penegakan Hukum. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2009.

Atmasasmita, Romli. Reformasi Hukum, Hak Asasi Manusia & Penegakan Hukum. Bandung: Mandar Maju, 2001.

AF, Hasanuddin.Perkawinan dalam Perspektif Al-Qur’an.Jakarta: Nusantara Damai Press, 2011.

Al-Allamah ibn Manzur, Imam.Lisan al-Arab.Kairo: Dar Al Hadis, 2003.

Al-Jaziri, Abdurrahman. Al-Fiqh Ala Mazahib Al Arba’ah. Mesir: Dar Al Haisam, t.th.

Arto, A. Mukti. Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.

As Suyuthi, Jalaluddin.Terjemah Asbabun Nuzul,penerjemah Rohadi Abu Bakar. Semarang: Wicaksana-Berkah Ilahi, 1986.

Bintania, Aris. Hukum Acara Peradilan Agama dalam Kerangka Fiqh al-Qadha. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012.

Cotterrell, Roger.Sosiologi Hukum. Bandung: Nusa Media, 2012.

Departemen Pendidikan Nasional.Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. III, edisi III, Jakarta: Balai Pustaka, 2005.

Emzir. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008.

Ghozali, Abdul Rahman. Fiqih Munakahat. Jakarta: Kencana, 2010.Rahardjo, Satjipto.Hukum dan Perilaku. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2009.

Kamarusdiana, Hukum Acara Peradilan Agama. Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah: Jakarta, 2013.

Kamarusdiana dan Jaenal Aripin, Perbandingan Hukum Perdata. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007.

Kuzari, Achmad.Nikah Sebagai Perikatan.Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1995. Mahmud Marzuki, Peter.Pengantar Ilmu Hukum.t,t.,: t,tp., t.th.

Manan, Abdul. Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia. Kencana: Jakarta, 2006.

Manan, Abdul. dan M. Fauzan. Pokok-Pokok Hukum Perdata Wewenang Peradilan Agama,Cet. V. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002.

Munawwir, A. Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka Progresif, 1997.

Mugniyah, Muhammad Jawad. Fiqih Lima Mazhab, Cet. XXVI. Jakarta: Lentera, 2010.

Nur, Djaman.Fiqih Munakahat.Semarang: Dina Utama, 1993.

Rahardjo, Satjipto. Membedah Hukum Progresif, cet. II. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2007.

---.Hukum dan Perilaku. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2009.

---.Penegakan Hukum Progresif.Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2010. Remy Sjahdeini, Sutan dan dkk. Penegakan Hukum di Indonesia. Jakarta: Prestasi

Pustaka Publisher, 2006.

Soekanto, Soerjono. Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta: RajaGrafindo, 2001.

Sopyan, Yayan.Islam Negara Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum Nasional,Cet. II. Jakarta: RMBooks, 2012.

Subekti.Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta: Intermasa, 2011.

Subyantoro, Arief dan Fx. Suwarto. Metode dan Teknik Penelitian Sosial. Yogyakarta: C.V ANDI Offset, 2007.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Cet. XV. Bandung: CV Alfabeta, 2012.

Syamsudin dan Vismala S. Damaianti. Metode Penelitian Pendidikan Bahas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.

Sutarmadi, A. dan Mesraini, Administrasi Pernikahan dan Manajemen Keluarga. Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN JKT, 2006.

Syarifuddin, Amir.Garis-garis Besar Fiqh.Jakarta: Kencana, 2005.

---. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: antara Fiqh Munakahat dan Undang-undang Perkawinan.Jakarta: Kencana, 2007.

---.Hukum Perikatan Islam di Indonesia: antara Fiqh Munakahat dan Undang-undang Perkawinan.Jakarta: Prenada Media, t.th.

Taqiyuddin Abu Bakar AlHusaini, Al-Imam. Terjemahan Kifayatul Akhyar jilid II. penerjemah Achmad Zaidun, dkk Surabaya: PT Bina Ilmu Offset, 1997.

Utsman, Sabian. Dasar-Dasar Sosiologi Hukum; Makna Dialog antara Hukum & Masyarakat.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Zuhaily, Wahbah.Al-Fikh Al-Islamy Wa Adillatuhu, Juz IX. Damaskus: Dar Al-Fikr, 2007.

Zuhriah, Erfaniah. Peradilan Agama Di Indonesia dalam Rentang Sejarah dan Pasang Surut. Malang: UIN-Malang Press, 2008.

Jabatan : Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan Hari/Tanggal : Kamis, 26 Maret 2015

Waktu : Pukul 15.45–16.05 WIB

1. Menurut Bapak apa yang dimaksud dengan cerai talak dan cerai gugat? Jawaban:

Cerai talak itu salah satu cara untuk memutuskan perkawinan yang diajukan oleh pihak suami. Sedangkan cerai gugat itu adalah diajukan oleh isteri. Itu perbedaannya dari segi yang mengajukan

2. Apa faktor penyebab terjadi cerai talak di Pengadilan Agama Jakarta Selatan? Jawaban:

Banyak, hampir semua alasan perceraian itu kena, yang paling dominan adalah terdapat dalam Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam, yaitu perselisihan terus menerus. Alasan ini yang paling banyak dari sekian banyak orang yang mengajukan perceraian.

3. Berapa lama perkara cerai talak baru bisa diselesaikan? Jawaban:

Tidak ada, namanya pengadilan tidak bisa diprediksi waktu. Ada yang sekali sidang selesai, ada yang sekali sidang setelah 4 bulan, ada 2x sidang selesai,

boleh alasan hakim harus alasan oleh para pihak. Contoh sidang pertama keduanya hadir berarti hakim melakukan mediasi, berarti ditunda karena mediasi, setelah mediasi kita akan baca gugatan, setelah dibaca gugatan apakah Termohonnya siap dengan jawaban? “belum”, kalau belum ya berarti ditunda

lagi. Jadi semua penundaan itu karena alasan para pihak. Tetapi kalau misalnya sidang pertama setelah pembacaan gugatan artinya setelah mediasi ya Termohon menyatakan “saya terima semua” berarti tidak perlu jawabankan,

tidak perlu replik dan duplik nah menjadi pendekkan. Kemudian masuk pembuktian, setelah pembuktian barulah kesimpulan. Kesimpulan inipun 2 macam: ada orang yang menyampaikan hari itu lisan, ada yang meminta ditunda 2 minggu karena ingin menyampaikan secara tertulis, hal itukan waktu lagi jadi semua bentuk penundaan itu adalah atas permintaan para pihak. Waktunya tidak bisa diprediksi berapa lamanya.

4. Alasan-alasan apa saja yang dapat diterima oleh Pengadilan Agama Jakarta Selatan dari suami yang mengajukan cerai talak?

Jawaban:

Semua bisa, tapi yang dominan tetap perselisihan. Misalnya perselisihannya penyebabnya apa: isteri tidak taat, ada pria idaman lain, isteri dipenjara dan

5. Apa dasar hukum bagi Hakim dalam memutuskan perkara cerai talak? Jawaban:

Yang pertama itu Al-Qur’an, yang kedua Undang-undang, Inpres, yurisprudensi, boleh juga pendapat hakim itu sendiri. Semua Undang-undang, jadi prinsipnya adalah semua Undang-undang yang berkaitan dengan masalah yang hakim hadapi itulah yang dipakai. Contoh KDRT, ketika suami melakukan KDRT maka masuklah Undang-undang KDRT, jika hanya spesipik di cerai talak itu tidak bisa, cerai talak itukan hanya istilah, mereka itu cerai alasannya karena apa? alasannya karena isteri melakukan KDRT, berarti hakim melibatkan Undang-undang KDRT. Tetapi yang pokok adalah Undang-undang Perkawinan ini yang mutlak ya karena memang itu adalah hukum dasar, Undang-undang Peradilan Agama sendiri, kemudian Kompilasi Hukum Islam dan semua Undang-undang yang berkaitan dengan masalah yang menjadi alasan perceraian. Undang-undang anak bisa masuk, siapa yang memelihara anak, siapa yang mengasuh anak, itu kan termasuk disitu.

6. Apa yang menjadi syarat talak? Jawaban:

Yang pasti mereka adalah suami istri buktinya buku nikah, itu persyaratan administrasi. Pendaftaran itu hanya menerima gugatan, permohonan talak dari

kadang orang kan buta hukum ya, mereka diarahkan langsung membawa buku nikah. Kenapa? Karena buku nikah termasuk kedalam permohonan nomornya, tanggalnya, hal itu kan dicantumkan dalam permohonan.

7. Perceraian terbagi dua macam: cerai talak dan cerai gugat. Perkara mana yang sering diputus oleh Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan?

Jawaban

Tetap yang dominan adalah cerai gugat yang diajukan oleh isteri.

8. Menurut Bapak apa yang dimaksud teori progresif, teori positivisme dan teori penegakan hukum? jelaskan!

Ini tidak usah, kamu nanti hanya menganalisa, kamu analisa sendiri nanti, kamu pahami dulu apa teori-teori itu kemudian coba masukkan kedalam konsep atau tata cara hakim menerapkan hukum itu. Contoh, menurut hukum anak-anak yang dibawah umur diasuh oleh ibunya nah ada kasus-kasus tertentu anak yang diasuh oleh bapaknya, ini adalah tata cara hakim menarik pertimbangan hukum, bisa berguna teori-teori tersebut apabila kasusnya seperti itu.

didalam kitab fikih itu muncul hukum yang berbeda. Ketika satu hakim menghadapi suatu masalah kemudian dia menerapkan kitab tertentu sementara hakim yang lain juga menghadapi masalah yang sama juga menggunakan kitab yang lain akibatnya adalah putusan menjadi berbeda, karena melihat kondisi seperti itu maka ulama bekerja sama dengan pemerintah (Menteri Agama), terbentuklah Inpres Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam. Munculnya Kompilasi itu dimasksudkan dan diharapkan agar tidak terjadi perbedaan lagi, sebab kalau terjadi perbedaan masyarakat yang bingung karena kitab yang diterapkan berbeda maka disusunlah Kompilasi. Apakah sekarang kembali lagi kesana, jika kembali lagi kesana akan terjadi seperti itu menghadapi kasus yang sama boleh jadi putusannya berbeda, hasilnya masyarakat menjadi bingung, kepastian hukum menjadi hilang. Tetapi dalam kenyataannya dalam praktek masih ada hakim yang menggunakan sepenggal-sepenggal isi kitab, tetap hakim mengacu kepada Kompilasi. Dengan begitu hakim tetap mengkaitkan kitab-kitab fikih karena dimaksudkan agar kekhasan keIslamannya tidak hilang. Hanya saja di Kompilasi itu kadang hakim juga berbeda, contohya pembagian waris itu 2:1 laki-laki mendapatkan 2 dan perempuan mendapatkan 1 didalam praktek tidak semuanya sama, sama halnya di Kompilasi dikatakan bahwa harta bersama itu 50:50 nah ketika berbeda dengan Kompilasi maka rujukannya kembali ke kitab fikih, jadi ada hal kenapa

menentukan bahwa penghailan menjadi 50:50. Sekarang saya tambah, perempuanya kerja dirumah juga kerja di luar, sementar laki-lakinya kerja satu.

Sekarang saya Tanya kamu adilkah kalau 50:50? “engga” nah, berarti anda sudah keluar dari Kompilasi. Ketika keluar dari Kompilasi ini sebetulnya boleh jadi kita kaitkan dengan pendapat ulama, kitab-kitab fikih, bisa jadi hakim berpendapat sendiri. Artinya, kadang hakim menggunakan KHI, kadang menggunakan kitab-kitab fikih, kadang hakim menggunakan analog, kadang menggunakan yurisprudensi dan terkadang hakim menggabungkan semuanya.

Jakarta, 31 Maret 2015 Narasumber

Jabatan : Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan Hari/Tanggal : Kamis, 26 Maret 2015

Waktu : Pukul 15.15–15.40 WIB

1. Menurut Bapak apa yang dimaksud dengan cerai talak? Jawaban:

Cerai talak adalah cerai yang inisiatifnya datang dari suami, posisi suami sebagai Pemohon dan posisi isteri sebagai Termohon. Jadi cerai talak itu permohonan cerai yang diajukan suami ke Pengadilan.

2. Apa faktor penyebab terjadi cerai talak di Pengadilan Agama Jakarta Selatan? Jawaban:

Sebetulnya banyak faktor ya, diantaranya bahwa si isteri sudah tidak bertanggung jawab lagi sebagai ibu rumah tangga sehingga isteri mempunyai pria idaman lain, ada juga isteri yang meninggalkan rumah, kemudian isteri tidak sabar dengan penghasilan suami karena tidak merasa cukup akhirnya terjadi perselisihan. Jadi bisa disimpulkan faktor penyebabnya yaitu karena ekonomi dan pria idaman lain.

3. Berapa lama perkara cerai talak baru bisa diselesaikan? Jawaban:

sudah diperiksa akhirnya 2x sidang sudah putus, tapi itu untuk sebatas memberikan izin belum sampai jatuh talak. Karena proses dari cerai talak itu pertama, adalah kalau dikabulkan memberi izin dulu kepada suami, jadi putusannya itu memberi izin kepada suami untuk menyatakan talak kepada isterinya dihadapan sidang Pengadilan Agama. Setelah itu nunggu dulu samapai putusan itu berkekuatan hukum tetap, kalau sudah berkekuatan tetap barulah dipanggil kembali untuk sidang ikrar. Jadi, selesainya perkara cerai talak itu relatif. Apabila si isterinya tidak pernah hadir sampai ikrar itu ya kurang lebih 2 bulan selesai kerana putusannya verstek maka diputusnya cepat. Tetapi kalau isterinya ngeyel dalam persidangan tidak mau pisah selesainya itu bisa berbulan-bulan, bisa 2 bulan, bisa 3 bulan. Tergantung kadang-kadang dalam proses pemeriksaan ada gugatan balik dari isteri jadi itu bisa lebih lama lagi putusnya.

4. Alasan-alasan apa saja yang dapat diterima oleh Pengadilan Agama Jakarta Selatan dari suami yang mengajukan cerai talak?

Jawaban:

Semua alasan bisa diterima kalau bisa dibuktikan. Alasan perceraian itu kan pada garis besarnya dalam pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam. Itu yang menjadi

penyebab perceraian karena adanya pertengkaran dan perselisihan terus menerus.

5. Apa dasar hukum bagi Hakim dalam memutuskan perkara cerai talak? Jawaban:

Tentu dasarnya itu Undang-undang. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, Undang-undang Nomor 9 Tahun 1975, dan Kompilasi Hukum Islam. Kalau sudah sesuai dengan Peraturan tersebut ya dikabulkan.

6. Apa yang menjadi syarat talak? Jawaban:

Persyaratan talak itu apabila permohonan suami itukan beralasan, kemudian permohonan dikabulkan, kemudian suami diberi izin. Jadi persyaratan cerai talak itu ya harus terbukti dahulu alasan-alasannya.

7. Perceraian terbagi dua macam: cerai talak dan cerai gugat. Perkara mana yang sering diputus oleh Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan?

Jawaban:

Cerai ada dua macam: cerai talak dan cerai gugat. Cerai gugatkan inisiatif dari pihak isteri, dalam cerai gugat isteri sebagai Penggugat dan suami sebagai

putusan Pengadilan yaitu memberi izin kepada suami untuk mentalak isteri dihadapan sidang. Tapi masih banyak masyarakat yang pemahamannya seperti itu, orientasinya ke fkih. Kalau fikihkan dulu, fikih konvensional istilahnya dimana suami bisa menjatuhkan talak kepada isteri tidak mesti dihadapan sidang. Kadang-kadang masih ada yang beranggapan seperti itu sehingga, masih banyak isteri yang membawa surat pernyataan talak suami ke pengadilan

“pak saya sudah cerai, ini buktinya” maka, itu jatuhnya tidak dianggap cerai tetap masih suami isteri. Dilihat dari presentasinya lebih banyak cerai gugat, jadi isteri yang lebih banyak menggugat suami. Faktor-faktornya yaitu: isteri ditelantarkan, suami kawin lagi, suami main perempuan, suami ada yang dipenjara.

8. Menurut Bapak apa yang dimaksud teori progresif, teori positivisme dan teori penegakan hukum? jelaskan!

Jawaban:

Teori progresif sebetulnya itu di pendidikan hukum ya, jadi teori progresif itu sebetulnya bagaimana penegakan hukum itu yang mampu dirasa keadilan. Progresif itu adanya dipidana sebenarnya, selama ini penjatuhan hukumkan lebih dominan bagaimana hukum si pelaku kejahatan kedepannya nanti akan lebih dipertimbangkan dan orang yang teraniaya itu akan diperhatikan.

9. Apakah dari ketiga teori hukum tersebut: teori progresif, teori positivisme dan penegakan hukum. mana yang lebih digunakan hakim dalam memutus perkara cerai talak?

Jawaban:

Kalau dikaitkan di Pengadilan Agama tentu dalam rangka menerima, memeriksa dan memutus mengacu kepada Peraturan yang berlaku, kecuali ada hal-hal lain yang memang menurut pertimbangan hakim itu Pasal ini kurang pas untuk diterapkan, tentu ada penafsiran hukum.

10. Apakah hakim menggunakan kitab fikih dalam memutus perkara cerai talak? jelaskan!

Sekarang isi kitab fikih yang terkait seperti cerai talak dan pernikahan sudah diterjemahkan atau sudah dialih bahasakan dalam sebuh Kompilasi Hukum Islam jadi, para hakim itu merujuk kesana yaitu fikih Indonesia. Sebetulnya isi dari pada Kompilasi Hukum Islam itu sebagai bentuk pengembangan dari fikih-fikih yang sudah ada selama ini dari berbagai mazhab, kemudian didiskusikan dan dimusyawarahkan oleh para ulama. Dari kitab-kitab fikih yang ada di dunia Islam itu diintisari kemudian dibuatlah dalam formulasi Kompilasi Hukum Islam. Bisa dikatakan bahwa Kompilasi Hukum Islam itu fikihnya Indonesia, itu yang dijadikan rujukan oleh hakim. Jadi eksistensi kitab

Pengadilan. Kenapa diformulasikan dalam sebuah KHI karena berdasarkan penelitian selama ini putusan hakim Pengadilan Agama dalam memutus satu perkara yang sama pendapatnya engga sama, karena tergantung kepada hakim itu menganut mazhab apa dan akan diputus sesuai dengan mazhabnya. Sekarang sudah ada Kompilasi maka putusan Pengadilan Agama akan seragam dalam menangani perkara yang sama. Kalau sebelum ada kompilasi itukan putusan berbeda-beda antara satu hakim dengan hakim yang lain itu tergantung hakim menganut mazhab apa. Tapi dengan adanya Kompilasi Hukum Islam ini putusan hakim sudah seragam.

Jakarta, 31 Maret 2015 Narasumber

Dokumen terkait