• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM

A. Posisi Kasus 1. Kronologi

Terdakwa PT. Giri Jaladhi Wana yang berdiri berdasarkan akta pendirian perusahaan nomor 29 tanggal 27 Agustus 1992, secara berturut-turut sejak tahun 1998 sampai dengan tahun 2008 secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dan perbuatan tersebut merupakan serangkaian perbuatan yang berhubungan, sehingga dengan demikian harus dipandang sebagai suatu perbuatan yang diteruskan, perbuatan mana dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut:

a. Terdakwa PT. Giri Jaladhi Wana adalah sebuah perusahaan yang berkantor pusat di Wisma Ariani Lt. 2 Jln. Raya Kebon Jeruk No. 6, Jakarta. Perusahaan ini bergerak di bidang perdagangan, industri, agrobisnis, pengadaan barang dan jasa, transportasi, pembangunan dan design interior. Pada tanggal 14 Juli 1998, terdakwa melalui ST. Widagdo (direktur utama) menandatangani surat perjanjian kerjasama Nomor 664/I/548/Prog; Nomor 003/GJW/VII/1998 tentang pembangunan pasar induk antasari, antara Walikota Banjarmasin (pihak kesatu) dengan terdakwa PT. Giri Jaladhi Wana (pihak kedua), bertempat di kantor

Walikota Banjarmasin Jln. RE Martadinata No.1 Banjarmasin atau setidak-tidaknya di suatu tempat dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Banjarmasin.

b. Terdakwa menyertakan modal berupa biaya pembangunan pasar induk Antasari beserta seluruh fasilitas penunjangnya.

c. Selama pelaksanaan pembangunan, terdakwa berkewajiban untuk memberikan subsidi penggantian retribusi Pasar Induk Antasari sebesar Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima juta rupiah) per tahun kepada pemerintah kota Banjarmasin, yang harus dilaksanakan selambat-lambatnya bulan Desember 1998.

d. Selain subsidi penggantian retribusi, terdakwa bersedia melunasi Kredit Inpres Pasar Induk Antasari sebesar Rp. 3. 750. 000. 000,00 (tiga milyar tujuh ratus lima puluh juta rupiah yang menjadi kewajiban pemerintah daerah Kota Banjarmasin kepada Pemerintah Pusat, yang harus dilunasi setelah bangunan selesai seluruhnya dan telah terjual seluruhnya.

e. Terdakwa berkewajiban membangun Pasar Induk Antasari dan fasilitas penunjangnya dengan total 3. 459 unit dengan luas tanah 25. 171 m2. Pembangunan dilaksanakan dalam waktu 24 bulan sejak pembongkaran Pasar Induk Antasari, dan dapat diberikan perpanjangan waktu selama-lamanya 90 hari dengan alasan yang dapat dipertanggung jawabkan. f. Setelah pembangunan selesai, terdakwa berhak menjual los, kios, dan toko

kepada para pedagang yang harganya sesuai dengan proposal yang telah disetujui kedua belah pihak.

g. Pada tanggal 15 Agustus 2000, dilakukan adendum kerja sama yang ditandatangani oleh walikota Banjarmasin dan terdakwa melalui Drs. Tjiptomo selaku direktur PT. Giri Jaladhi Wana, yang isinya sebagai berikut:

1. Selama pelaksanaan pembangunan, terdakwa tetap berkewajiban membayar subsidi penggantian retribusi sesuai perjanjian awal

2. Jumlah unit dan luas bangunan menjadi 5.145 unit dengan luas 34. 992, 36 m2.

3. Setelah penjualan bangunan, para pedagang dan pemakai jasa pasar berhak berhak memperoleh hak sewa atas toko, kios, bak, dan los dengan ketentuan bebas uang sewa selama 25 tahun. Setelah 25 tahun pemerintah Banjarmasin berhak memungut sewa sesuai tarif dalam PERDA kota Banjarmasin.

4. Sebagai subsidi pergantian uang sewa selama 25 tahun, terdakwa harus membayar kompensasi sebesar Rp. 2. 500. 000. 000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) kepada pemerintah kota Banjarmasin, jika departemen store lantai 3 (tiga) terjual, jika tidak terjual maka terdakwa hanya berkewajiban membayar kompensasi sebesar Rp. 2. 000. 000. 000,00 (dua milyar rupiah), dan akan dibayarkan dalam 5 (lima) tahap.

h. Dalam pelaksanaan pembangunan, terdakwa bekerjasama dengan PT. UE Sentosa sebagai kontraktor pelaksana sesuai dengan surat perjanjian No. 094/GJW/SPB/II/01 tanggal 1 Februari 2001 antara terdakwa melalui ST.

Widagdo (direktur utama PT. Giri Jaladhi Wana) dengan Dominic Tan (Presiden Direktur PT. UE Sentosa). Dimana PT. UE Sentosa melaksanakan pembangunan dan membiayai pembangunan, dan setiap proyek mencapai kemajuan 30 % maka terdakwa akan membayarnya. i. Terdakwa mengajukan surat permohonan kredit No. 066/GJW/B/VII/2001

tanggal 16 Juli 2001 tentang permohonan fasilitas kredit modal kerja (KMK) kepada Bank Mandiri sebesar Rp. 25. 000. 000. 000, 00 (dua puluh lima milyar rupiah) untuk mendukung pembangunan pasar. Kemudian ditindak lanjuti dengan penandatanganan perjanjian kredit No. 048/011/KMK-CO/2001 tanggal 19 Desember 2001, dengan jangka waktu kredit selama 9 (sembilan) bulan. Namun sampai batas waktu yang ditentukan, terdakwa hanya membayar sebagian hutang pokoknya sebesar Rp. 1. 450. 000. 000, 00 (satu milyar empat ratus lima puluh juta rupiah) j. Sampai dengan bulan Agustus 2002, hutang terdakwa kepada PT. UE

Sentosa yang belum dibayar sebesar Rp. 24. 000. 000. 000, 00 (dua puluh empat milyar rupiah). Untuk itu, melalui surat No. 078/GJW/B/VIII/002 terdakwa mengajukan permohonan penjadwalan kembali pelunasan kredit sekaligus permohonan tambahan kredit sebesar Rp. 50. 000. 000. 000, 00 (lima puluh milyar rupiah). Terbitlah surat persetujuan Restrukturisasi Fasilitas kredit No. 9. Hb. BLM. CO/1137/2002 tanggal 7 Oktober 2002 oleh Bank Mandiri, dan diberikan penambahan kredit dengan batas waktu pelunasan sampai tanggal 31 Oktober 2003. Kemudian pada tanggal 8 Januari 2004, dilakukan penjadwalan ulang pelunasan kredit dengan batas

waktu pelunasan sampai tanggal 30 September 2004. Namun pada kenyataannya, terdakwa hanya membayar sebesar Rp. 1. 030. 000. 000, 00 (satu milyar tiga puluh juta rupiah). Kemudian pada tanggal 2 Agustus 2004, dilakukan lagi penjadwalan ulang pelunasan kredit dengan batas waktu sampai tanggal 30 Juni 2005. Namun terdakwa tidak dapat mengembalikan kredit dan pada tanggal 21 Desember 2004 meminta Bank Mandiri untuk mencairkan fasilitas Bank Garansi sebesar Rp. 25. 000. 000. 000, 00 (dua puluh lima milyar rupiah). Bank Mandiri berdasarkan surat No. 048/032/KMK-CO/2004 tanggal 21 Desember 2004, memberikan fasilitas Bank Garansi sebesar Rp. 25. 000. 000. 000, 00 (dua puluh lima milyar rupiah) kepada terdakwa sampai tanggal 30 Juni 2005. Namun tenyata, terdakwa tidak melakukan pelunasan kredit.

k. Sampai dengan bulan Desember 2002, pembangunan pasar belum selesai dan hanya mencapai 36%, sehingga Walikota Banjarmasin memberikan batas waktu pembangunan hingga 10 Februari 2003. Dan sampai batas waktu tersebut, terdakwa menyelesaikan pembangunan pasar, sehingga Walikota Banjarmasin membatalkan kontrak kerjasama pembangunan pasar dengan terdakwa.

l. Pada tanggal 23 Agustus 2003, Walikota Banjarmasin meninggal dunia dan urusan pemerintahan dilaksanakan oleh wakilnya. Wakil Walikota Banjarmasin mengeluarkan surat keputusan yang memberlakukan kembali kontrak kerjasama denga terdakwa.

m. Sesuai perjanjian dan adendumnya, terdakwa hanya berkewajiban membangun 5. 145 unit bangunan, akan tetapi tanpa izin terdakwa telah membangun 6.045 unit bangunan. Sehingga terjadi penambahan 900 unit bangunan, yang dijual dengan harga Rp. 16. 691. 713. 166,00 (enam belas milyar enam ratus sembilan puluh satu juta tujuh ratus tiga belas ribu seratus enam puluh enam rupiah), dan hasil penjualannya tidak disetorkan ke kas daerah Kota Banjarmasin. Perbuatan tersebut bertentangan dengan Perda No. 9/1980 tentang pasar dalam daerah Kota Banjarmasin dan melanggar isi perjanjian.

n. Selain itu, terdakwa hanya membayar subsidi penggantian retribusi dan pelunasan kredit Inpres Pasar Induk Antasari sebesar Rp. 1. 000. 000. 000,00 (satu milyar rupiah), sehingga masih terdapat kekurangan sebesar Rp. 5. 750. 000. 000,00 (lima milyar tujuh ratus lima puluh juta rupiah). Terdakwa memberikan keterangan bahwa pembangunan pasar belum selesai, padahal pembangunan telah selesai dan hasil penjualan toko mempunyai surplus sebesar Rp. 64. 579. 000. 000,00 (enam puluh empat milyar lima ratus tujuh puluh sembilan juta rupiah).

o. Selain mendapat surplus, terdakwa juga menggunakan tanah dan bangunan pasar induk Antasari sebagai jaminan untuk mendapatkan kredit modal kerja (KMK) dari Bank Mandiri sebesar Rp. 100. 000. 000. 000, 00 (seratus milyar rupiah).

p. Pada tanggal 6 April 2004, terdakwa meminta kepada Pemerintah kota Banjarmasin untuk pengelolaan pasar induk antasari. Kemudian pada

tanggal 30 Mei 2004, Walikota Banjarmasin menerbitkan surat No. 500/259/Ekobang/2004 tentang Penunjukan Pengelolaan Sementara Pasar Sentra Antasari kepada terdakwa, sesuai dengan hasil rapat Walikota dengan tim pengendali pembangunan pasar sentra Antasari dan ST. Widagdo selaku direktur utama PT. Giri Jaladhi Wana.

q. Terdakwa diberikan waktu 3 bulan untuk pengelolaan terhitung sejak tanggal 30 Mei 2004 sampai 30 Agustus 2004 dengan ketentuan harus membayar uang pengelolaan. Akan tetapi sampai dengan Desember 2007, terdakwa tidak membayar uang pengelolaan dengan memberikan keterangan bahwa pengelolaan itu merugi, padahal dalam kenyataannya antara periode Juli 2004 sampai Desember 2007 telah terkumpul dana sebesar Rp. 7. 650. 143. 645, 00 (tujuh milyar enam ratus lima puluh juta seratus empat puluh tiga ribu enam ratus empat puluh lima rupiah).

r. Ketika pasar masih dalam bentuk pasar trdisional dan belum dilakukan pembangunan, Pemerintah kota Banjarmasin menerima hasil retribusi pasar lebih kurang Rp. 800. 000. 000, 00 (delapan ratus juta rupiah) per tahun. Setelah dilakukan pembangunan dan pengelolaan oleh terdakwa, Pemerintah kota Banjarmasin kehilangan pendapatan dari pengelolaan pasar, sebesar Rp. 7. 650. 143. 645, 00 (tujuh milyar enam ratus lima puluh juta seratus empat puluh tiga enam ratus empat puluh lima rupiah). s. Berdasarkan hasil audit Kantor Akuntan Publik Paul Hadiwinata, Hidajat,

& Rekan No. A/251/PC/D/03 tanggal 26 September 2003, menyatakan bahwa untuk periode 1 Januari 2000 sampai dengan 30 Juni 2003 terdapat

penggunaan dana yang berasal dari kredit Bank Mandiri, yang dipergunakan untuk kepentingan lain terdakwa sebesar Rp. 39. 179. 924. 284, 00 (tiga puluh sembilan milyar seratus tujuh puluh sembilan juta sembilan ratus dua puluh empat ribu dua ratus delapan puluh empat rupiah) .

t. Pada tanggal 16 Desember 2009, dilaksanakan pelelangan 5 bidang tanah atas nama ST. Widagdo untuk pelunasan kredit, dengan hasil bersih lelang sebesar Rp. 8. 370. 930. 000, 00 (delapan milyar tiga ratus tujuh puluh juta sembilan ratus tiga puluh ribu rupiah). Sehingga total sisa hutang terdakwa kepada Bank Mandiri terhitung tanggal 19 Februari 2010 adalah sebesar Rp. 199. 536. 064. 675, 65 (seratus sembilan puluh sembilan milyar lima ratus tiga puluh enam juta enam puluh empat ribu enam ratus tujuh puluh lima koma enam puluh lima rupiah).

u. Dalam berkas yang terpisah direktur utama PT. Giri Jaladhi Wana, yaitu ST. Widagdo juga telah dijatuhi pidana penjara selama 6 (enam) tahun dan harus membayar uang pengganti sebesar Rp. 6. 332. 361. 561, 00 (enam milyar tiga ratus tiga puluh tiga juta tiga ratus enam puluh satu ribu lima ratus enam satu rupiah), berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Banjarmasin No. 908/Pid. B/PN. Bjm pada tanggal 18 Desember 2008 yang telah dikuatkan dengan Putusan Pengadilan Tinggi No. 02/Pid. Sus/2009/PT. Bjm tanggal 25 Februari 2009, dan kasasi terdakwa ditolak berdasarkan Putusan Mahkamah Agung No. 936 K/Pid.Sus/2009 tanggal 25 Mei 2009. Namun, masih ada kekurangan uang hasil pengelolaan Pasar

Sentra Antasari. Sehingga PT. Giri Jaladhi Wana (terdakwa) harus bertanggung jawab atas kekurangan tersebut.

2. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum

Terhadap perbuatan terdakwa sebagaimana kronologi kasus di atas, maka Jaksa Penuntut Umum mengajukan terdakwa ke Persidangan dengan dakwaan sebagai berikut:

a. Dakwaan Primair

Pasal 2 ayat (1) Jo. Pasal 18 Jo. Pasal 20 Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas undnag-undang Nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi jo. Pasal 64 ayat (1) KUHPidana.

b. Dakwaan Subsidair

Pasal 3 jo. Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas undnag-undang Nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi jo. Pasal 64 ayat (1) KUHPidana.

3. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum

Pada persidangan tanggal 7 Maret 2001, Jaksa Penuntut Umum menuntut agar terdakwa dijatuhi hukuman yang amarnya sebagai berikut:

a. Menyatakan terdakwa PT. Giri Jaladhi Wana telah terbukti bersalah “melakukan perbuatan tindak pidana korupsi yang berhubungan sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai satu perbuatan

berlanjut” melanggar Pasal 2 ayat (1) Jo. Pasal 18 Jo. Pasal 20 Undang

-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas undnag-undang Nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi jo. Pasal 64 ayat (1) KUHPidana sebagaimana dalam Dakwaan Primair.

b. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa PT. Giri Jaladhi Wana dengan pidana denda sebesar Rp. 1. 300. 000. 000, 00 (satu milyar tiga ratus juta rupiah).

c. Menjatuhkan pidana tambahan berupa penutupan sementara PT. Giri Jaladhi Wana selama 6 (enam) bulan.

d. Menyatakan barang bukti sebagaimana terlampir dalam berkas perkara adalah sah.

e. Menetapkan agar terdakwa dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp. 5. 000, 00 (lima ribu rupiah).

4. Pledoi (pembelaan Terdakwa)

Setelah Jaksa Penuntut Umum membacakan tuntutan pidananya, terdakwa atas pertanyaan Hakim mengatakan tidak akan mengajukan pledoi (pembelaan).

5. Pertimbangan Hakim

Majelis Hakim menyatakan Terdakwa PT. Giri Jaladhi Wana terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana korupsi dengan pertimbangan hukum yang pada pokoknya sebagai berikut:

a. Terdakwa terbukti melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana yang disebutkan Jaksa Penuntut Umum di dalam dakwaan primair, yaitu Pasal 2 ayat (1) Jo. Pasal 18 Jo. Pasal 20 Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas undnag-undang Nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi.

b. Bahwa menurut pendapat saksi ahli Prof. Dr. Sutan Remy Sjahdeni, SH, jika suatu korporasi diajukan sebagai pelaku tindak pidana korporasi maka yang bertanggung jawab adalah korporasi.

c. Bahwa tindakan terdakwa tersebut dilakukan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan korporasi serta untuk memberikan manfaat bagi korporasi tersebut (terdakwa).

d. Walaupun direktur utama PT. Giri Jaladhi Wana (ST. Widagdo) telah dijatuhi pidana penjara selama 6 (enam) tahun dan harus membayar uang pengganti sebesar Rp. 6. 332. 361. 561, 00 (enam milyar tiga ratus tiga puluh tiga juta tiga ratus enam puluh satu ribu lima ratus enam satu rupiah), masih ada kekurangan uang hasil pengelolaan Pasar Sentra

Antasari. Sehingga PT. Giri Jaladhi Wana (terdakwa) harus bertanggung jawab atas kekurangan tersebut.

6. Putusan

Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Banjarmasin pada persidangan menjatuhkan putusan kepada terdakwa PT. Giri Jaladhi Wana, sebagai berikut:

a. Menerima permintaan banding dari Penasihat Hukum terdakwa

b. Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Banjarmasin NO. 812/Pid. Sus/2010/PN. BJM tanggal 9 Juni 2011 yang dimintakan banding tersebut, dengan perbaikan sekedar mengenai besarnya denda sehingga untuk selengkapnya berbunyi sebagai berikut:

1. Menyatakan terdakwa PT. Giri Jaladhi Wana tersebut di atas telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara berlanjut

2. Menjatuhkan pidana denda kepada terdakwa dengan pidana denda sebesar Rp. 1. 317. 728. 129, 00 (satu milyar tiga ratus tujuh belas juta tujuh ratus dua puluh delapan ribu seratus dua puluh sembilan rupiah).

3. Menjatuhkan pidana tambahan berupa penutupan sementara PT. Giri Jaladhi Wana selama 6 (enam) bulan.

4. Menetapkan barang bukti sebagaimana terlampirdalam berkas perkara adalah sah.

5. Membebankan biaya perkara kepada terdakwa dalam kedua tingkat peradilan yang dalam tingkat banding sebesar Rp. 2. 500, 00 (dua ribu lima ratus rupiah).