II. POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN
2.1. Potensi
2.1.2. Potensi Ekologis
Kualitas air merupakan salah satu faktor yang mendukung perkembangan suatu ekosistem pada suatu perairan. Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan diuji berdasarkan parameter tertentu. Parameter tersebut antara lain parameter fisika dan parameter kimia. Menurut Gusmaweti (2015), parameter fisika merupakan parameter yang dapat diamati akibat perubahan fisika air, sedangkan parameter kimia memerupakan parameter yang terukur akibat adanya reaksi kimia di perairan seperti pertukaran ion – ion di perairan.
Analisa data parameter pemantauan kualitas air dilakukan secara deskriptif, yaitu dengan membandingkan hasil yang diperoleh dengan baku mutu kualitas air laut untuk biota laut berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut, yang diantaranya dikhususkan untuk kehidupan biota laut. Kualitas air laut yang digunakan untuk biota laut dan aktifitas lain secara ideal harus memenuhi standar, baik secara fisik, kimia dan biologi. Nilai kualitas perairan laut yang melampaui ambang batas maksimum untuk peruntukannya akan digolongkan sebagai perairan tercemar. Standar baku mutu kualitas air laut untuk biota laut berdasarkan KEPMEN LH No.51 Tahun 2004 disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Standar baku mutu kualitas air laut untuk biota laut berdasarkan KEPMEN LH No. 51 Tahun 2004.
Parameter Satuan Baku Mutu
Kecerahan M
Sumber: Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004
6 Hasil pengukuran kualitas air di sekitar Perairan Tanah Kuning – Mangkupadi yang dilakukan oleh BPSPL Pontianak disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil pengukuran kualitas air.
Stasiun Koordinat Suhu
(0C) Kecerahan Salinitas (‰)
DO
(mg/L) pH
1 1180 0’ 36,73” BT;
20 34’ 26,02” LU 29,2 0C 70%
(kedalaman 4 m) 33 8,3 7,02
2 1180 0’ 19,41” BT;
20 34’ 46,25” LU 29,5 0C 100%
(kedalaman 0,5 – 1 m) 33 9 7,03
Sumber : Survei BPSPL Pontianak, 2019 a) Parameter Fisika
1. Suhu (0C)
Suhu pada suatu perairan merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan organisme di perairan. Pengamatan suhu air dimaksudkan untuk mengetahui kondisi perairan dan interaksi antara suhu dengan aspek kesehatan habitat dan biota air. Suhu air dapat diketahui dengan menggunakan pengukur suhu dengan satuan pengukuran derajat Celcius (°C).
Hasil pengukuran suhu permukaan laut secara langsung di lapangan (insitu), diperoleh bahwa suhu di sekitar perairan Tanah Kuning - Mangkupadi berkisar antara 29,2 °C - 29,5 °C. Keadaan suhu perairan yang diperoleh cenderung relatif sama di dua titik yang diamati. Pada hasil studi teknis pencadangan kawasan konservasi perairan Provinsi Kalimantan Utara Pada Tahun 2018, suhu saat pengambilan data ikan karang di sekitar perairan Gosong Karang Malingkit sebesar 29 0C.
Berdasarkan baku mutu ait laut untuk biota laut dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.51 Tahun 2004, maka suhu di sekitar perairan Tanah Kuning - Mangkupadi masih berada dalam batas normal dan sesuai dengan kebutuhan metabolisme biota laut dan ekosistem pesisir laut seperti karang, lamun dan mangrove.
2. Kecerahan
Kecerahan merupakan tingkat transparansi perairan yang dapat diamati secara visual menggunakan secchi disk. Kecerahan menentukan
7 sejauh mana cahaya matahari dapat menembus suatu perairan sampai kedalaman berapa proses fotosintesis dapat berlangsung sempurna. Alat yang digunakan untuk mengukur kecerahan air adalah secchi disk.
Berdasarkan hasil pemantauan, secara umum tingkat kecerahan perairan di sekitar tanjung palas timur masih tergolong baik, dengan tingkat kecerahan air laut berkisar antara 70% - 100%.
Pada hasil studi teknis pencadangan kawasan konservasi perairan Provinsi Kalimantan Utara Pada Tahun 2018, visibility saat pengambilan data ikan karang di sekitar perairan Gosong Karang Malingkit berkisar antara 6 – 8 meter dari permukaan laut dan 7 – 10 meter jarak pandang kedepan. Berdasarkan baku mutu ait laut untuk biota laut dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.51 Tahun 2004, maka nilai kecerahan di sekitar perairan Tanah Kuning - Mangkupadi masih berada dalam batas normal dan sesuai dengan kebutuhan metabolisme biota laut dan ekosistem pesisir laut seperti karang dan lamun.
3. Salinitas (ppt)
Salinitas adalah konsentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh dalam air laut, dimana salinitas air berpengaruh terhadap tekanan osmotik air, semakin tinggi salinitas maka akan semakin besar pula tekanannya. Alat yang digunakan untuk mengetahui kadar salinitas air adalah Refraktometer/Salinometer dengan satuan pengukuran gram per kilogram (ppt) atau promil (‰). Hasil pengukuran salinitas di perairan Tanjung Palas Timur sama pada dua titik lokasi pengamatan yaitu 33 ppt.
Berdasarkan baku mutu ait laut untuk biota laut dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.51 Tahun 2004, salinitas perairan di Tanjung Palas Timur masih sesuai dengan batas normal dan sesuai dengan kebutuhan metabolism biota laut dan ekosistem pesisir laut seperti karang, lamun dan mangrove.
Hasil studi teknis pencadangan kawasan konservasi perairan Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2018, perairan Tanah Kuning merupakan perairan laut yang jauh dari muara sungai sehingga salinitasnya tinggi sepanjang waktu yaitu 31 – 33 ppt. Nilai tersebut
8 masih dapat mendukung pertumbuhan ekosistem karang dan lamun berdasarkan standar baku mutu KEPMEN LH No. 51 Tahun 2004.
4. Arus
Arus yang umum dijumpai di sekitar pesisir dan pulau pulau kecil adalah arus pasang surut (tidal current). Selain itu dapat juga dijumpai arus yang ditimbulkan oleh angin (wind driven currents), dan arus susur pantai (longshore current). Arus pasang surut merupakan gerakan air berupa arus yang terjadi akibat pasang dan surut. Di daerah pantai arus ini memiliki arah yang bolak balik dimana pada saat pasang gerakan air menuju ke pantai (flood current) sedangkan pada saat surut gerakan arus ini (ebb current) menjauhi pantai menuju laut.
Berdasarkan hasil studi teknis pencadangan kawasan konservasi perairan Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2018, pada saat pasang di musim barat arus bergerak dominan dari arah tenggara menuju ke arah barat laut dengan kecepatan arus yang bervariasi dari 0,06 sampai dengan 0,12 m/detik dengan kecepatan rata-rata 0,09 m/detik. Pada saat surut arus bergerak dari arah barat (pantai) menuju ke timur (laut) dengan kecepatan 0,07 – 0,16 m/detik. Kecepatan rata-rata arus pada saat surut sedikit lebih besar pada saat surut yaitu 0,12 m/detik. Pada musim timur, arus bergerak dominan dari arah tenggara menuju ke arah barat laut dengan kecepatan kecepatan rata-rata sebesar 0,15 m/detik pada saat pasang. Pada saat surut arus bergerak dengan arah yang berlawanan.
Arus merupakan salah satu parameter yang dapat mempengaruhi pola migrasi ikan, khususnya ikan pelagis. Ikan pelagis, berdasarkan bobot tubuh akan memberikan respon pasif apabila berada dalam arus yang memiliki kecepatan sedang, jika kecepatan arus rendah maka ikan akan bereaksi aktif (melawan arus), sedangkan apabila kecepatan arus yang tinggi ikan cenderung untuk menghindar dari arus tersebut. Hal tersebut dapat mempengaruhi jumlah tangkapan nelayan, ketika kecepatan arus semakin tinggi akan berdampak pada penurunan jumlah tangkapan ikan pelagis begitupun sebaliknya (Cahya, 2016).
9 5. Gelombang
Tinggi gelombang di perairan laut Tanah Kuning pada musim barat bervariasi dari 0,2 sampai dengan 1 m. Pada musim barat ini arah gelombang dominan datang arah utara. Sedangkan pada musim peralihan I tinggi gelombang rata-rata nya adalah 1,0 m dengan arah dominan datang dari timur laut. Pada musim timur gelombang di Pulau perairan Tanah Kuning lebih besar dari musim lainnya yaitu bisa mencapai 1,8 m yang bergerak dari arah tenggara (DKP KALTARA, 2018).
b) Parameter Kimia
1. pH (Derajat Keasaman)
Derajat keasaman atau biasa dikenal dengan sebutan pH merupakan suatu indeks konsentrasi ion hydrogen dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan organism perairan, sehingga dapat dipergunakan sebagai petunjuk baik buruknya suatu perairan sebagai lingkungan hidup. Variasi nilai pH sangat mempengaruhi biota disuatu perairan. Pengukuran pH dapat dilakukan dengan menggunakan alat pH Meter. Hasil pengukuran pH yang dilakukan oleh BPSPL Pontianak di sekitar perairan Tanah Kuning - Mangkupadi pada dua titik yang diamati senilai 7.02 – 7.03. Nilai tersebut masih sesuai dengan baku mutu berdasarkan KEPMEN LH No. 51 Tahun 2004 sebagai batas aman pH perairan untuk kehidupan biota di dalamnya.
2. Dissolved Oxygen (DO)
Oksigen terlarut adalah jumlah oksigen terlarut didalam air yang berasal dari fotosintesa dan atmosfer/udara. Oksigen terlarut disuatu perairan sangat berperan dalam proses penyerapan makanan oleh mahluk hidup dalam air. Semakin banyak jumlah oksigen terlarut maka kualitas air semakin baik. Alat untuk mengetahui kadar oksigen terlarut yaitu Oxygen Meter. Dinyatakan dengan satuan milligram per liter (mg/l).
Hasil pengukuran DO pada titik pengamatan cukup bervariasi antara 8,3 - 9 mg/l. Pada setiap titik pengambilan data, nilai DO yang diperoleh menandakan perairan dalam kondisi sangat baik dan masih memenuhi
10 standar baku mutu air laut. DO perairan sekitar kawasan di Tanjung Palas Timur, masih lebih baik untuk mendukung kehidupan biota laut.
B. Ekosistem Terumbu Karang
Terumbu karang merupakan ekosistem penting dalam perairan suatu kawasan. Dalam Dokumen Final Rancangan Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil (RZWP3K) Provinsi Kalimantan Utara, pada tahun 2016 dilakukan pengamatan karang pada sekitar perairan Gosong Karang Malingkit Kecamatan Tanjung Palas Timur pada koordinat 118˚0'27.071"E, 2˚34'32.412"N yang merupakan titik penyelaman 1 dan koordinat 118˚0'33.181"E, 2˚35'6.933"N yang merupakan titik penyelaman 2. Hasil yang diperoleh disajikan dalam bentuk diagram pengamatan tipe tutupan dasar perairan pada gambar 1.
Gambar 1. Diagram pengamatan tipe tutupan dasar perairan.
Gambar 2. Kondisi ekosistem terumbu karang di sekitar perairan Gosong Karang Malingkit, Kecamatan Tanjung Palas Timur. (a) Ground check oleh BPSPL Pontianak, (b) Dokumen RZWP3K, (c) Dokumen RZWP3K Berdasarkan hasil studi teknis pencadangan kawasan konservasi perairan Provinsi Kalimantan Utara pada Tahun 2018, didapatkan hasil analisis citra satelit
Titik penyelaman 1 Titik penyelaman 2
Sumber: RZWP3K Kaltara, 2017.
11 berupa luasan ekosistem terumbu karang yaitu sebesar 137,43 Ha (96,73%) selebihnya ditutupi oleh ekosistem lamun. Terumbu karang terdistribusi di semua sisi Gosong Karang Malingkit perairan Desa tanah Kuning, Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan. Hasil analisis tersebut ditemukan bahwa dari 137,43 Ha total luasan terumbu karang, 56,06% atau sekitar 77,04 Ha diantaranya ditutupi oleh unsur abiotik berupa pasir (sebagian juga bercampur lumpur) dan pecahan karang.
Tutupan karang hidup (bercampur dengan karang hancur dan karang mati) menutupi 34,74% area atau sekitar 47,74 Ha, sedangkan sisanya 9,2% atau sekitar 12,64 Ha merupakan karang mati yang sudah ditumbuhi alga (DCA). Pengambilan data tersebut dilakukan pada 4 stasiun pengamatan yang tersebar di sekitar perairan Gosong Karang Malingkit. Hasil pengambilan data pada setiap stasiun disajikan pada tabel 3.
Tabel 3. Sebaran ekosistem terumbu karang di periaran sekitar Gosong Karang Malingkit Sumber : Studi teknis pencadangan kawasan konservasi perairan Provinsi
Kalimantan Utara, 2018.
Penilaian tutupan dasar terumbu karang tersebut dilakukan dengan metode Lifeform Intercept Transect (LIT) dengan panjang transek 50 m yang dibentang sejajar dengan garis pantai pada kedalaman yang berkisar 6 - 8 m. Hasil transek dan estimasi tutupan dasar terumbu karang selanjutnya dikelompokkan dalam 5 kelompok tutupan dasar karang, yaitu karang hidup (hard coral), karang mati yang sudah ditumbuhi alga (DCA), makroalga (MA), others (spons, soft coral, zooanthidae, tunikata, dll), dan unsur abiotik (pasir atau silt dan pecahan karang).
Nilai persentase besarnya tutupan tersebut disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 3.
12 Gambar 3. Grafik persentase kelompok tutupan dasar ekosistem terumbu
karang di perairan sekitar Gosong Karang Malingkit.
Berdasarkan nilai persentase penutupan karang hidup maka kondisi atau kualitas terumbu karang di lokasi pengamatan dapat ditentukan. Kondisi terumbu karang atau tingkat kerusakan terumbu karang di Gosong Karang Malingkit, sekitar Perairan Tanah Kuning – Mangkupadi, Kecamatan Tanjung Palas Timur dapat dinyatakan sudah mengalami kerusakan karena tutupan karang hidupnya di semua stasiun hanya berkisar 17,9% – 24,2% (penutupan karang hidupnya < 25%).
Persentase tutupan karang hidup disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 4.
Gambar 4. Grafik persentase sebaran tutupan karang hidup dan kondisi terumbu karang di Gosong Karang Malingkit.
Sumber: DKP KALTARA, 2018.
Sumber: DKP KALTARA, 2018.
13 Hasil dari Ground check yang dilakukan oleh BPSPL Pontianak, pengambilan data terumbu karang di lakukan dengan penyelaman menggunakan alat Self Contained Underwater Breathing Apparatus (SCUBA) dengan metode pengambilan data Underwater Photo Transect (UPT) dengan menggunakan Transek Garis yang direntangkan sepanjang 50 meter dan Kuadran Transek berukuran 44cm x 58cm, penyelaman dilakukan di sekitar perairan Tanah Kuning - Mangkupadi, Kabupaten Bulungan, dengan jarak dari pesisir kurang lebih sejauh 13 km, yang terletak pada koordinat 118°0’36,73” BT dan 2°34’27,39” LU dan titik akhir 118°0’37,61” BT dan 2°34’27,39” LU. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan aplikasi Coral Point Count with Excel Extensions (CPCE).
Hasil analisa tutupan karang tersebut digolongkan kedalam kategori persentase tutupan karang berdasarkan pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang. Kategori persentase tutupan karang tersebut disajikan pada tabel 4.
Tabel 4. Kategori persentase tutupan karang berdasarkan KEPMEN LH No. 4 Tahun 2001.
Tutupan Karang (%) Kategori
0 – 24,9 Buruk
25 – 49,9 Sedang
50 – 74,9 Baik
75 – 100 Baik Sekali
Berdasarkan hasil ground check yang dilakukan oleh BPSPL Pontianak, persentase tutupan terumbu karang yang teramati pada lokasi tersebut tergolong baik dengan rata – rata tutupan 52.53%. Nilai persentase tutupan karang di sekitar perairan Desa Tanah Kuning dan Desa Mangkupadi tergolong baik berdasarkan kategori tutupan karang pada KEPMEN LH No. 4 Tahun 2001. Persentase tersebut sangat dekat dengan kategori sedang. Hal tersebut dikarenakan kondisi kualitas air, khususnya pada nilai pH perairan hanya mencapai nilai 7.02 – 7.03 dari standar baku mutu pH perairan yang ditetapkan untuk pertumbuhan karang yaitu 7 – 8.5 dan nilai salinitas di perairan tersebut senilai 33 ppm dari standar baku mutu salinitas yang ditetapkan untuk pertumbuhan karang yaitu 33 – 34 ppm. Kedua parameter tersebut berada pada ambang batas standar baku mutu kualitas perairan
14 untuk pertumbuhan karang yang ditetapkan dalam KEPMEN LH No. 51 Tahun 2004 tentang standar baku mutu kualitas perairan.
Kondisi perairan berupa nilai salinitas, kecerahan serta kualitas perairan menjadi faktor pendukung pertumbuhan terumbu karang di perairan. Perairan dengan nilai salinitas rendah akan menghambat pertumbuhan karang. Oleh karena itu karang tidak dijumpai pada wilayah muara dan aliran sungai yang memiliki salinitas yang rendah. Kecerahan merupakan tolak ukur untuk melihat intensitas cahaya matahari yang masuk kedalam perairan. Cahaya matahari sangat dibutuhkan oleh organisme Zooxanthellae sebagai proses fotosintesis. Zooxanthellae merupakan organisme yang bersimbiosi dengan hewan karang. Hasil seimbiosis tersebut menjadikan hewan karang menghasilkan zat kapur sebagai pembentuk terumbu. Kualitas perairan yang lain merupakan parameter dari pencemaran suatu perairan. Jika perairan tersebut tercemar dapat mempengaruhi pertumbuhan ekosistem terumbu karang (Giyanto. dkk, 2017). Hasil pemantauan kondisi tutupan karang disajikan pada tabel 5.
Tabel 5. Persentase tutupan karang di sekitar Perairan Gosong Karang Malingkit
Tutupan Karang (%) Kategori Tutupan Life Form Dominan Marga yang sering ditemui
52,53 Baik - -
Sumber : BPSPL Pontianak, 2019.
Tutupan terumbu karang pada perairan gosong karang malingkit secara keseluruhan sebesar 52.53% yang didominasi oleh hard coral dengan persentase tutupan sebesar 51.73% dan soft coral dengan persentase tutupan sebesar 0.80%.
Untuk tutupan sisanya merupakan death coral sebesar 38.57% dan non coral sebesar 8.80%. Berbagai jenis karang dengan tipe pertubuhan branching (bercabang), tabulate (berbentuk meja), massive (membulat), foliose (lembaran) dan encrusting (menjalar) dijumpai pada lokasi ini. Kondisi ekosistem terumbu karang disajikan dalam bentuk peta ekosistem pada gambar 5.
15 Gambar 5. Peta sebaran ekosistem terumbu karang di Kecamatan
Tanjung Palas Timur.
Berdasarkan nilai persentase death coral, pada perairan Gosong Karang Malingkit sekitar perairan Tanjung Palas Timur terindikasi kerusakan sebagai akibat aktivitas penangkapan yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan bom. Indikasi penangkapan yang merusak dapat dilihat dari hasil survei yang menunjukkan banyaknya pecahan karang (rubble) dan pada beberapa spot juga teramati karang masif yang sudah mati dan terbalik (lepas dari substrat). Banyaknya karang hancur dan karang masif yang terbalik merupakan dampak dari kegiatan destruktif dalam penangkapan oleh masyarakat.
C. Ikan Karang
Ikan karang adalah ikan yang hidup di ekosistem terumbu karang dan menjadikan terumbu karang sebagai tempat bertumbuh dan hidup. Ciri khas ikan karang ialah memiliki warna tubuh yang bercorak beragam dan warnanya mencolok. Setiap spesies ikan karang memiliki penyesuaian akan lingkungan hidupnya secara beragam, beberapa dari ikan karang hidup di dasar substrat atau pasir dan celah celah karang, sebagai bentuk adaptasi mereka dalam menjaring mangsa. Pengambilan Data ikan karang dilakukan dengan penyelaman SCUBA dengan metode Underwater Visual Census (UVC).
Di sekitar perairan kawasan TWP Tanah Kuning - Mangkupadi berdasarkan Dokumen RZWP3K KALTARA 2017, jumlah Ikan Indikator sebanyak 24 individu
16 dengan 7 spesies didominasi genus Chaetodon. Sementara Ikan Mayor 420 individu dengan 41 spesies, didominasi beberapa genus seperti Thalassoma, Chromis dan Pomacentrus. Demikian pula Ikan Target sebanyak 166 invidu dengan 18 spesies, didominasi genus Acanthurus dan Siganus.
Salah satu jenis ikan yang menjadi indikator kesehatan lingkungan adalah family Chaetodontidae. Ikan yang termasuk dalam kelompok tersebut adalah yang dianggap berasosiasi paling kuat dengan karang. Secara umum kelompok ini meliputi ikan kepe-kepe (Chaetodontidae) yang terdiri atas beberapa genus yakni Chaetodon, Chelmon, Heniochus dan Forcipiger. Kelimpahan ikan indikator berdasarkan jenis di sekitar perairan kawasan TWP Tanah Kuning - Mangkupadi disajikan pada tabel 6.
Tabel 6. Kelimpahan ikan indikator berdasarkan jenis
Jenis Ikan Kelimpahan
(individu) Persentase
Chaetodon baronessa 3 12,5 %
Chaetodon kleini 7 29,2 %
Chaetodon lunulatus 4 16,7 %
Chaetodon melannotus 2 8,3 %
Chaetodon trifascialis 2 8,3 %
Chaetodon vagabundus 4 16,7 %
Heniochus varius 2 8,3 %
Sumber : RZWP3K Provinsi Kalimantan Utara, 2017
Berdasarkan hasil studi teknis pencadangan kawasan konservasi perairan Provinsi Kalimantan Utara pada Tahun 2018, didapatkan hasil sensus visual terhadap keragaman dan kelimpahan ikan karang di 4 stasiun terumbu karang di lokasi Gosong Karang Malingkit sekitar Perairan Tanah Kuning – Mangkupadi, Kecamatan Tanjung Palas Timur menunjukkan sebanyak 164 jenis ikan karang yang berasal dari 27 famili dan 72 Genera. Dari 27 famili ikan karang yang ditemukan, 6 famili mendominasi dalam hal jumlah jenis, yaitu Pomacentridae (32 jenis) dan Labridae (24 jenis) yang keduanya tergolong ikan major, Acanthuridae (13 jenis), Scaridae (14 jenis), Serranidae (12 jenis) yang tergolong ikan target/ekonomis, dan Chaetodontidae (14 jenis) yang tergolong ikan indikator.
Kekayaan ikan karang yang ditemukan relatif tinggi, meskipun kondisi terumbu karangnya sudah rusak.
17 Berdasarkan hasil studi teknis pencadangan kawasan konservasi perairan Provinsi Kalimantan Utara pada Tahun 2018, secara umum ikan karang di perairan Gosong Karang Malingkit Tanah Kuning didominasi oleh ikan major dengan komposisi 50,60% (84 jenis), selanjutnya ikan target sebesar 39,76% (66 jenis), dan ikan indikator sebesar 8,43% (14 jenis). Hasil persentase tersebut disajikan dalam bentuk diagram pada gambar 6a. Demikian pula untuk komposisi jenis menurut kelimpahannya tetap didominasi oleh ikan major sebesar 55,19% (85000 ekor/ha), ikan target sebesar 43,38% (66.800 ekor/ha), dan ikan indikator sebesar 1,69%
(2600 ekor/ha). Hal tersebut disajikan dalam bentuk diagram pada gambar 6b.
Gambar 6. Pesentase komposisi ikan karang di Perairan Gosong Karang Malingkit.
(a.) berdasarkan jumlah jenis; (b.) berdasarkan kelimpahan jenis.
D. Ekosistem Padang Lamun
Ekosistem lamun ini berfungsi sebagai pemerangkap sedimen, sehingga menjaga kejernihan air. Berdasarkan hasil Ground check yang dilakukan oleh BPSPL Pontianak, monitoring ekosistem lamun dilakukan dengan metode LIT (Line Intercept Transect) yang dibantu dengan menggunakan kuadrat transek (paralon persegi) berukuran 50 x 50 cm. Transek dilakukan sepanjang 100 meter.
Penggunaan metode ini bertujuan untuk mendapatkan komposisi spesies lamun, kelimpahan dan penutupan lamun. Berdasarkan nilai tutupan jenis yang diperoleh selanjutnya dapat diketahui kondisi tutupan lamun pada lokasi transek. Lokasi pengambilan sampling di sekitar perairan Tanah Kuning – Mangkupadi, Kecamatan Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan dengan titik koordinat awal 11800’19,41” BT, 2034’46,25” LU hingga titik akhir dengan koordinat
(a) (b)
Sumber: DKP KALTARA, 2018.
18 11800’20,61” BT, 2034’49,26” LU. Metode pemasangan transek dan interpretasi nilai penutupan lamun dapat dilihat pada gambar 7.
Gambar 7. Metode pemasangan transek (kiri) dan interpretasi nilai penutupan lamun pada transek kuadran (kanan).
Hasil yang diperoleh dari pemantauan tersebut kemudian digolongkan berdasarkan panduan pemantauan lamun (Tabel 7) serta melihat status kondisi ekosistem padang lamun berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 200 Tahun 2004 (Tabel 8).
Tabel 7. Kategori tutupan lamun berdasarkan panduan pemantauan lamun
Tutupan Lamun (%) Kategori
0 – 25 Jarang
26 – 50 Sedang
51 – 75 Padat
76 - 100 Sangat Padat
Sumber : Rahmawati, et. al., 2017.
Tabel 8. Status kondisi ekosistem padang lamun.
Kondisi Penutupan (%)
Baik Kaya/Sehat ≥ 60
Rusak Kurang Kaya/Kurang Sehat 30 – 59,9
Miskin ≤ 29
Sumber : KEPMEN LH No. 200 tahun 2004.
Ekosistem padang lamun di perairan tersebut memiliki luas tutupan sekitar 10.8 Ha. Pada wilayah tersebut terdapat 3 (tiga) jenis lamun pada stasiun pemantauan kondisi lamun di sekitar Perairan Tanah Kuning – Mangkupadi, Kecamatan Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan pada tahun 2019 (Tabel 9).
19 Tiga jenis tersebut yaitu Halodule uninervis, Halodule pinifolia, dan Halophila ovalis. Jenis yang paling umum adalah Halodule uninervis, sedangkan jenis Halodule pinifolia adalah yang paling jarang ditemukan. Persentase tutupan lamun pada wilayah tersebut adalah 22.28%. Berdasarkan panduan pemantauaan padang lamun COREMAP CTI, persentase tutupan lamun dengan nilai 0 – 25% masuk kedalam kategori jarang. Menurut KepMen LH No. 200 Tahun 2004 mengenai status kondisi padang lamun, persentase tutupan lamun kurang dari 29% masuk kedalam kondisi rusak (miskin). Hal tersebut dikarenakan kondisi kualitas air, khususnya pada nilai pH dan salinitas di sekitar perairan Tanah Kuning – Mangkupadi berada pada ambang batas standar baku mutu yang ditetapkan dalam KEPMEN LH No. 51 Tahun 2004 tentang standar baku mutu kualitas perairan.
Hasil persentase tutupan ekosistem lamun disajikan pada tabel 10.
Tabel 9. Kehadiran jenis lamun di stasiun pemantauan sekitar periaran Tanah Kuning - Mangkupadi Sumber : BPSPL Pontianak, 2019
Tabel 10. Persentase tutupan lamun di stasiun pemantauan sekitar perairan Tanah Kuning - Mangkupadi
Tutupan Lamun (%) Kategori Status Kepadatan Enhalus acoroides (tegakan/m2)
22,282 Jarang Miskin 0
Sumber : BPSPL Pontianak, 2019.
Berdasarkan tutupan, komunitas lamun di stasiun pemantauan sekitar Perairan Tanah Kuning – Mangkupadi, Kecamatan Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan pada tahun 2019 terdiri dari 3 jenis. Untuk jenis lamun yang mendominasi komunitas lamun adalah jenis Halodule uninervis dengan persentase tutupan lamun sebesar 15,40%, disusul dengan lamun dari jenis Halophila ovalis yakni sebesar 6,70%. Pada urutan ketiga sekaligus spesies paling minoritas di
Berdasarkan tutupan, komunitas lamun di stasiun pemantauan sekitar Perairan Tanah Kuning – Mangkupadi, Kecamatan Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan pada tahun 2019 terdiri dari 3 jenis. Untuk jenis lamun yang mendominasi komunitas lamun adalah jenis Halodule uninervis dengan persentase tutupan lamun sebesar 15,40%, disusul dengan lamun dari jenis Halophila ovalis yakni sebesar 6,70%. Pada urutan ketiga sekaligus spesies paling minoritas di