Rencana Pengelolaan dan Zonasi
Kawasan Konservasi Perairan
Taman Wisata Perairan Tanah Kuning – Mangkupadi Kabupaten Bulungan
Kalimantan Utara
2 0 1 9
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T atas rahmat dan karuniaNya kepada kita, sehingga Tim Penyusun telah sampai pada tahap penyajian Dokumen Final Rencana Pengelolaan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan, Taman Wisata Perairan Tanah Kuning – Mangkupadi, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara Tahun Anggaran 2019.
Dokumen Final Rencana Pengelolaan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan, Taman Wisata Perairan Tanah Kuning – Mangkupadi ini memuat latar belakang, potensi dan permasalahan pengelolaan, penataan zonasi, serta kebijakan, strategi, dan program pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan TWP Tanah Kuning – Mangkupadi, Kabuaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara.
Tim penyusun berterimakasih ke Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara, BPSPL Pontianak dan pihak-pihak yang tergabung dalam Kelompok Kerja Penyusunan Dokumen RPZ sehingga dokumen ini dapat tersusun. Dokumen RPZ merupakan salah satu komponen mendasar yang harus dimiliki oleh sebuah Kawasan Konservasi dimana dokumen ini merupakan panduan unit pengelola dalam melakukan pengelolaan kawasan konservasi.
Demikian, semoga Dokumen RPZ ini dapat membawa pengelolaan Kawasan Konservasi Provinsi Kalimantan utara yang lebih baik sesuai tujuan pendirian kawasan konservasi yaitu perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan menuju kesejahteraan masyarakat Kalimantan Utara dan keberlanjutan sumberdaya kelautan dan perikanan.
Kalimantan Utara, Desember 2019
TIM PENYUSUN
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan... 2
1.3. Ruang Lingkup ... 2
1.4. Keluaran (Output) ... 3
II. POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN ... 4
2.1. Potensi ... 4
2.1.1. Morfologi... 4
2.1.2. Potensi Ekologis... 5
2.1.3. Potensi Ekonomi ... 21
2.1.4. Potensi Sosial Budaya ... 25
2.2. Analisis Penentuan Jenis Kawasan Konservasi Perairan (KKP) ... 35
III. PENATAAN ZONASI ... 37
3.1. Umum ... 37
3.2. Zona Inti ... 40
3.2.1. Rancangan Zona Inti ... 40
3.2.2. Potensi Zona Inti... 41
3.2.3. Peruntukan/Tujuan Zona Inti ... 42
3.2.4. Kegiatan Dalam Zona Inti ... 42
3.3. Zona Perikanan Berkelanjutan ... 43
3.3.1. Rancangan Zona Perikanan Berkelanjutan ... 43
3.3.2. Potensi Zona Perikanan Berkelanjutan ... 44
3.3.3. Peruntukan/Tujuan Zona Perikanan Berkelanjutan ... 45
3.3.4. Kegiatan Dalam Zona Perikanan Berkelanjutan... 45
3.4. Zona Pemanfaatan ... 47
3.4.1. Rancangan Zona Pemanfaatan ... 47
iv
3.4.2. Potensi Zona Pemanfaatan... 47
3.4.3. Peruntukan/Tujuan Zona Pemanfaatan ... 47
3.4.4. Kegiatan Dalam Zona Pemanfaatan ... 48
3.5. Zona Lainnya ... 49
3.5.1. Rancangan Zona Lainnya ... 49
3.5.2. Potensi Zona Lainnya ... 50
3.5.3. Peruntukan/Tujuan Zona Lainnya ... 50
3.5.4. Kegiatan Dalam Zona Lainnya ... 50
3.6. Usulan Kawasan... 51
3.6.1. Usulan Zona Inti ... 54
3.6.2. Usulan Zona Perikanan Berkelanjutan ... 55
3.6.3. Usulan Zona Pemanfaatan ... 56
3.6.4. Usulan Zona Lainnya ... 57
IV. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM ... 58
4.1. Kelembagaan ... 58
4.1.1. Bentuk Organisasi Pengelola ... 58
4.2. Strategi Pengelolaan ... 59
4.2.1. Visi dan Misi ... 59
4.2.2. Tujuan dan Sasaran Pengelolaan ... 60
4.2.3. Strategi Pengelolaan ... 60
4.3. Rencana Pengelolaan Rinci 20 Tahun ... 62
V. PENUTUP ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 67
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Standar baku mutu kualitas air laut untuk biota laut berdasarkan KEPMEN
LH No. 51 Tahun 2004. ... 5
Tabel 2. Hasil pengukuran kualitas air. ... 6
Tabel 3. Sebaran ekosistem terumbu karang di periaran sekitar Gosong Karang Malingkit ... 11
Tabel 4. Kategori persentase tutupan karang berdasarkan KEPMEN LH No. 4 Tahun 2001. ... 13
Tabel 5. Persentase tutupan karang di sekitar Perairan Gosong Karang Malingkit ... 14
Tabel 6. Kelimpahan ikan indikator berdasarkan jenis ... 16
Tabel 7. Kategori tutupan lamun berdasarkan panduan pemantauan lamun... 18
Tabel 8. Status kondisi ekosistem padang lamun... 18
Tabel 9. Kehadiran jenis lamun di stasiun pemantauan sekitar periaran Tanah Kuning - Mangkupadi ... 19
Tabel 10. Persentase tutupan lamun di stasiun pemantauan sekitar perairan Tanah Kuning - Mangkupadi ... 19
Tabel 11. Nilai produksi perikanan berdasarkan jenis produksi dalam kurun waktu 5 tahun pada periode tahun 2010 hingga tahun 2014 di Kabupaten Bulungan. 22 Tabel 12. Jumlah dan perkembangan RTP dalam kurun waktu 5 tahun pada periode tahun 2010 hingga tahun 2014 di di Kabupaten/Kota pesisir Provinsi Kalimantan Utara. ... 23
Tabel 13. Jumlah penduduk berdasarkan rasio jenis kelamin pada setiap kecamatan di Kabupaten Bulungan tahun 2017. ... 25
Tabel 14. Distribusi dan kepadatan penduduk pada setiap kecamatan di Kabupaten Bulungan tahun 2017. ... 26
Tabel 15. Jumlah penduduk berdasarkan rasio jenis kelamin pada Desa Tanah Kuning dan Desa Mangkupadi. ... 26
vi Tabel 16. Jumlah fasilitas kesehatan pada setiap kecamatan di Kabupaten Bulungan
tahun 2017. ... 28
Tabel 17. Jumlah sekolah pada setiap kecamatan di Kabupaten Bulungan. ... 28
Tabel 18. Analisis penentuan jenis kawasan konservasi perairan ... 36
Tabel 19. Koordinat tata batas TWP Tanah Kuning - Mangkupadi ... 38
Tabel 20. Titik koordinat zona inti TWP Tanah Kuning - Mangkupadi. ... 41
Tabel 21. Titik koordinat zona perikanan berkelanjutan TWP Tanah Kuning - Mangkupadi. ... 44
Tabel 22. Titik koordinat zona pemanfaatan TWP Tanah Kuning - Mangkupadi... 47
Tabel 23. Titik koordinat zona lainnya TWP Tanah Kuning - Mangkupadi. ... 49
Tabel 24. Koordinat tata batas usulan zonasi TWP Tanah Kuning – Mangkupadi ... 53
Tabel 25. Titik koordinat dan Target konservasi usulan zona inti TWP Tanah Kuning – Mangkupadi ... 54
Tabel 26. Titik koordinat dan Target konservasi usulan zona perikanan berkelanjutan TWP Tanah Kuning – Mangkupadi ... 55
Tabel 27. Titik koordinat dan Target konservasi usulan zona pemanfaatan TWP Tanah Kuning – Mangkupadi ... 56
Tabel 28. Titik koordinat dan Target konservasi usulan zona lainnya TWP Tanah Kuning – Mangkupadi ... 57
Tabel 29. Matriks rincian strategi pengelolaan Penguatan Kelembagaan ... 62
Tabel 30. Matriks rincian strategi pengelolaan Penguatan Sumberdaya Kawasan ... 63
Tabel 31. Matriks rincian strategi pengelolaan Penguatan Sosial, Ekonomi, dan Budaya ... 64
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram pengamatan tipe tutupan dasar perairan. ... 10 Gambar 2. Kondisi ekosistem terumbu karang di sekitar perairan Gosong Karang
Malingkit, Kecamatan Tanjung Palas Timur. (a) Ground check oleh BPSPL Pontianak, (b) Dokumen RZWP3K, (c) Dokumen RZWP3K ... 10 Gambar 3. Grafik persentase kelompok tutupan dasar ekosistem terumbu karang di
perairan sekitar Gosong Karang Malingkit. ... 12 Gambar 4. Grafik persentase sebaran tutupan karang hidup dan kondisi terumbu
karang di Gosong Karang Malingkit. ... 12 Gambar 5. Peta sebaran ekosistem terumbu karang di Kecamatan Tanjung Palas
Timur. ... 15 Gambar 6. Pesentase komposisi ikan karang di Perairan Gosong Karang Malingkit.
(a.) berdasarkan jumlah jenis; (b.) berdasarkan kelimpahan jenis. ... 17 Gambar 7. Metode pemasangan transek (kiri) dan interpretasi nilai penutupan lamun
pada transek kuadran (kanan). ... 18 Gambar 8. Grafik persentase tutupan jenis lamun di sekitar Perairan Tanah Kuning -
Mangkupadi. ... 20 Gambar 9. Peta lokasi survei ekosistem padang lamun di Kecamatan Tanjung Palas
Timur. ... 20 Gambar 10. Grafik peningkatan nilai produksi perikanan pada kurun waktu 5 tahun di
Kabupaten Bulungan ... 22 Gambar 11. Grafik hasil analisis Location Quatient (LQ) dalam periode waktu pada
tahun 2012 hingga tahun 2016 di Kabupaten Bulungan ... 23 Gambar 12. Nilai tukar nelayan dan Nilai tukar pembudidaya. ... 24 Gambar 13. Persentase jenis pekerjaan masyarakat di Desa Tanah Kuning (A) dan
Desa Mangkupadi (B) ... 27 Gambar 14. Persentase tingkat pendidikan di Desa Tanah Kuning (A) dan Desa
Mangkupadi (B). ... 29
viii Gambar 15. Grafik persentase keterlibatan masyarakat dalam mengikuti edukasi
konservasi. ... 30
Gambar 16. Grafik persentase kesediaan masyarakat untuk terlibat. ... 31
Gambar 17. Grafik persentase manfaat kelembagaan masyarakat ... 32
Gambar 18. Grafik persentase destructive fishing. ... 33
Gambar 19. Grafik persentase konflik masyarakat dengan pihak swasta. ... 33
Gambar 20. Grafik persentase konflik masyarakat terhadap pemerintah. ... 34
Gambar 21. Peta zonasi TWP Tanah Kuning - Mangkupadi. ... 39
Gambar 22. Peta usulan zonasi TWP Tanah Kuning – Mangkupadi. ... 52
Gambar 23. Bentuk struktural unit pelaksana teknis daerah. ... 59
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perairan Kabupaten Bulungan memiliki sumberdaya kelautan dan perikanan dengan tiga komponen ekosistem penting yaitu terumbu karang, padang lamun, dan mangrove (DKP KALTARA, 2017). Sumberdaya kelautan dan perikanan memiliki nilai penting dari aspek ekologis dan aspek ekonomis sehingga diperlukan perhatian untuk pengelolaan yang berkelanjutan. Salah satu upaya yang perlu dilakukan melaui mekanisme pembentukan Kawasan Konservasi Perairan (KKP). Manfaat adanya Kawasan Konservasi Perairan ditinjau dari aspek sumberdaya hayati adalah (1) habitat (terumbu karang, padang lamun, mangrove dan alga lainnya) tidak terganggu untuk pemijahan induk ikan, asuhan dan tempat mencari makan ikan ekonomis penting dan komoditas penting di Kabupaten Bulungan; (2) meningkatnya jumlah stok induk; (3) Ukuran (body size) dari stok induk yang lebih besar; (4) larva dan recruit hasil reproduksi lebih banyak, dan (5) terjaganya lokasi bertelur dan ruaya penyu di dalam kawasan konservasi.
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Utara nomor 4 tahun 2018 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Kalimantan Utara tahun 2018-2038 dan rekomendasi utama hasil penelitian dalam bentuk laporan akhir Studi Teknis Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan Provinsi Kalimantan Utara oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Utara tahun 2018 serta memperhatikan kesesuaian potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang ada, maka sebagian wilayah perairan di sekitar Desa Tanah Kuning dialokasikan sebagai Kawasan Konservasi Perairan dan akan dikelola dalam bentuk Taman Wisata Perairan (TWP).
Meskipun telah di alokasikan kedalam peraturan daerah, kawasan-kawasan tersebut belum memiliki rencana pengelolaan, dan unit pengelola. Sebagai upaya percepatan penetapan Kawasan Konservasi Perairan Daerah oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut menerbitkan surat 552/DJPRL.5/III/2019 dimana kawasan konservasi perairan di Kalimantan Utara, khususnya di Kabupaten Bulungan masuk kedalam prioritas 3 sebagai kawasan yang belum memiliki dokumen Rencana Pengelolaan Zonasi (RPZ).
2 Sebagai tindak lanjut dari upaya percepatan tersebut maka Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak bersama Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Utara pada tahun 2019 menyusun dokumen RPZ dengan acuan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER.30/MEN/2010 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan. Berdasarkan Peraturan tersebut, perlu ditetapkan zona kawasan konservasi perairan yang ditujukan bagi penataan wilayah berdasarkan fungsi dengan mempertimbangkan potensi sumber daya, daya dukung, dan proses-proses ekologis. Alokasi zona kawasan konservasi tersebut dijelaskan dalam pasal 9 ayat 1 yaitu zona inti, zona perikanan berkelanjutan, zona pemanfaatan dan zona lainnya.
1.2. Tujuan
Tujuan dari penyusunan dokumen Rencana Pengelolaan Zonasi adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi potensi ekologi, sosial, ekonomi, dan budaya pada kawasan konservasi.
2. Menentukan target konservasi di setiap zona dalam kawasan konservasi.
3. Menentukan zonasi pengelolaan pada kawasan konservasi.
4. Menyusun rencana, kebijakan, dan program pengelolaan.
1.3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dokumen Rencana Pengelolaan Zonasi (RPZ) TWP Tanah Kuning – Mangkupadi adalah sebagai berikut:
1. Ruang lingkup wilayah.
Lingkup wilayah perencanaan dokumen RPZ adalah KKP TWP Tanah Kuning – Mangkupadi dengan luas 24,581.98 Ha sesuai dengan Peraturan Daerah Kalimantan Utara No. 4 Tahun 2018 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang meliputi wilayah perairan sekitar Kecamatan Tanjung Palas Timur sebagai Kawasan Konservasi Perairan (KKP).
3 2. Lingkup waktu
Lingkup waktu penyusunan dokumen RPZ Kabupaten Bulungan dilaksanakan pada tahun anggaran 2019.
1.4. Keluaran (Output)
Keluaran (output) dari kegiatan Rencana Pengelolaan Zonasi (RPZ) Kabupaten Bulungan antara lain:
a. Dokumen Rencana Pengelolaan Zonasi (RPZ) Kabupaten Bulungan
b. Peta luasan dan zonasi wilayah Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Kabupaten Bulungan secara overview.
c. Peta digital luasan dan zonasi Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Kabupaten Bulungan dengan skala 1 : 50.000.
4
II. POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN
2.1. Potensi
Kabupaten Bulungan secara administrasi merupakan salah satu kabupaten di wilayah Provinsi Kalimantan Utara memiliki luas wilayah seluas 13.181,92 km2 dengan luas wilayah pesisir seluas 7.082,357 km2. Kabupaten Bulungan masuk ke dalam wilayah di sekitar alur laut Selat Makassar, Kepulauan Indonesia. Kabupaten Bulungan memiliki luas wilayah perairan 19.820,75 km2 dengan panjang garis pantai sepanjang 2.056,39 km.
Wilayah tersebut memiliki garis pantai terpanjang yakni sekitar 57,80% dari panjang total pantai di Provinsi Kalimantan Utara. (RZWP3K - DKP KALTARA, 2017).
Kabupaten Bulungan memiliki ekosistem perairan utama yang cukup baik. Luas ekosistem mangrove di Kabupaten Bulungan seluas 71,320.7 Ha, dengan luas ekosistem mangrove pada Kecamatan Tanjung Palas Timur seluas 3,973.1 Ha atau sebesar 5.57%
dari luas ekosistem mangrove di Kabupaten Bulungan. Luas ekosistem padang lamun di Kabupaten Bulungan seluas 10.08 Ha dan hanya terdapat pada Kecamatan Tanjung Palas Timur, khususnya di sekitar perairan Desa tanah Kuning. Luas ekosistem terumbu karang di Kabupaten Bulungan sebesar 141.16 Ha, dengan luas ekosistem terumbu karang di Kecamatan Tanjung Palas Timur seluas 135.99 Ha atau sebesar 96.34% dari luas ekosistem terumbu karang di Kabupaten Bulungan (RZWP3K - DKP KALTARA, 2017).
Kondisi ekosistem terumbu karang pada Kecamatan Tanjung Palas Timur didominasi oleh karang hidup dengan persentase tutupan 52.53% (BPSPL Pontianak, 2019).
Berdasarkan luas dan potensi wilayahnya, Kabupaten Bulungan khususnya pada wilayah Perairan Tanah Kuning – Mangkupadi, Kecamatan Tanjung Palas Timur dialokasikan sebagai Kawasan Konservasi Perairan. TWP Tanah Kuning – Mangkupadi memiliki potensi ekologi, ekonomi, dan sosial ekonomi yang dapat dijadikan modal dalam pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan.
2.1.1. Morfologi
Morfologi pantai pada wilayah Kabupaten Bulungan berupa pantai berlumpur, pantai berbatu, dan pantai berpasir. Garis pantai pada wilayah pesisir didominasi oleh pantai berlumpur dengan mangrove di estuaria yang memiliki panjang mencapai hingga 1.950,18 km atau sekitar 94.84% dari panjang total garis pantai Kabupaten Bulungan. Wilayah perairan Desa Tanah Kuning dan Desa
5 Mangkupadi memiliki pantai yang didominasi oleh pantai berlumpur (RZWP3K - DKP KALTARA, 2017), meskipun demikian pada lokasi kawasan konservasi perairan TWP Tanah Kuning – Mangkupadi tidak terdapat ekosistem mangrove.
2.1.2. Potensi Ekologis A. Kualitas Air
Kualitas air merupakan salah satu faktor yang mendukung perkembangan suatu ekosistem pada suatu perairan. Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan diuji berdasarkan parameter tertentu. Parameter tersebut antara lain parameter fisika dan parameter kimia. Menurut Gusmaweti (2015), parameter fisika merupakan parameter yang dapat diamati akibat perubahan fisika air, sedangkan parameter kimia memerupakan parameter yang terukur akibat adanya reaksi kimia di perairan seperti pertukaran ion – ion di perairan.
Analisa data parameter pemantauan kualitas air dilakukan secara deskriptif, yaitu dengan membandingkan hasil yang diperoleh dengan baku mutu kualitas air laut untuk biota laut berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut, yang diantaranya dikhususkan untuk kehidupan biota laut. Kualitas air laut yang digunakan untuk biota laut dan aktifitas lain secara ideal harus memenuhi standar, baik secara fisik, kimia dan biologi. Nilai kualitas perairan laut yang melampaui ambang batas maksimum untuk peruntukannya akan digolongkan sebagai perairan tercemar. Standar baku mutu kualitas air laut untuk biota laut berdasarkan KEPMEN LH No.51 Tahun 2004 disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Standar baku mutu kualitas air laut untuk biota laut berdasarkan KEPMEN LH No. 51 Tahun 2004.
Parameter Satuan Baku Mutu
Kecerahan M
Coral : > 5 Mangrove : -
Lamun : > 3
Suhu 0C
Coral : 28 – 30 Mangrove : 28 - 32
Lamun : 28 – 30
Salinitas Ppt
Coral : 33 – 34 Mangrove : < 34 Lamun : 33 – 34
pH - 7 – 8,5
Dissolver Oxygen (DO) Mg/L > 5
Sumber: Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004
6 Hasil pengukuran kualitas air di sekitar Perairan Tanah Kuning – Mangkupadi yang dilakukan oleh BPSPL Pontianak disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil pengukuran kualitas air.
Stasiun Koordinat Suhu
(0C) Kecerahan Salinitas (‰)
DO
(mg/L) pH
1 1180 0’ 36,73” BT;
20 34’ 26,02” LU 29,2 0C 70%
(kedalaman 4 m) 33 8,3 7,02
2 1180 0’ 19,41” BT;
20 34’ 46,25” LU 29,5 0C 100%
(kedalaman 0,5 – 1 m) 33 9 7,03
Sumber : Survei BPSPL Pontianak, 2019 a) Parameter Fisika
1. Suhu (0C)
Suhu pada suatu perairan merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan organisme di perairan. Pengamatan suhu air dimaksudkan untuk mengetahui kondisi perairan dan interaksi antara suhu dengan aspek kesehatan habitat dan biota air. Suhu air dapat diketahui dengan menggunakan pengukur suhu dengan satuan pengukuran derajat Celcius (°C).
Hasil pengukuran suhu permukaan laut secara langsung di lapangan (insitu), diperoleh bahwa suhu di sekitar perairan Tanah Kuning - Mangkupadi berkisar antara 29,2 °C - 29,5 °C. Keadaan suhu perairan yang diperoleh cenderung relatif sama di dua titik yang diamati. Pada hasil studi teknis pencadangan kawasan konservasi perairan Provinsi Kalimantan Utara Pada Tahun 2018, suhu saat pengambilan data ikan karang di sekitar perairan Gosong Karang Malingkit sebesar 29 0C.
Berdasarkan baku mutu ait laut untuk biota laut dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.51 Tahun 2004, maka suhu di sekitar perairan Tanah Kuning - Mangkupadi masih berada dalam batas normal dan sesuai dengan kebutuhan metabolisme biota laut dan ekosistem pesisir laut seperti karang, lamun dan mangrove.
2. Kecerahan
Kecerahan merupakan tingkat transparansi perairan yang dapat diamati secara visual menggunakan secchi disk. Kecerahan menentukan
7 sejauh mana cahaya matahari dapat menembus suatu perairan sampai kedalaman berapa proses fotosintesis dapat berlangsung sempurna. Alat yang digunakan untuk mengukur kecerahan air adalah secchi disk.
Berdasarkan hasil pemantauan, secara umum tingkat kecerahan perairan di sekitar tanjung palas timur masih tergolong baik, dengan tingkat kecerahan air laut berkisar antara 70% - 100%.
Pada hasil studi teknis pencadangan kawasan konservasi perairan Provinsi Kalimantan Utara Pada Tahun 2018, visibility saat pengambilan data ikan karang di sekitar perairan Gosong Karang Malingkit berkisar antara 6 – 8 meter dari permukaan laut dan 7 – 10 meter jarak pandang kedepan. Berdasarkan baku mutu ait laut untuk biota laut dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.51 Tahun 2004, maka nilai kecerahan di sekitar perairan Tanah Kuning - Mangkupadi masih berada dalam batas normal dan sesuai dengan kebutuhan metabolisme biota laut dan ekosistem pesisir laut seperti karang dan lamun.
3. Salinitas (ppt)
Salinitas adalah konsentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh dalam air laut, dimana salinitas air berpengaruh terhadap tekanan osmotik air, semakin tinggi salinitas maka akan semakin besar pula tekanannya. Alat yang digunakan untuk mengetahui kadar salinitas air adalah Refraktometer/Salinometer dengan satuan pengukuran gram per kilogram (ppt) atau promil (‰). Hasil pengukuran salinitas di perairan Tanjung Palas Timur sama pada dua titik lokasi pengamatan yaitu 33 ppt.
Berdasarkan baku mutu ait laut untuk biota laut dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.51 Tahun 2004, salinitas perairan di Tanjung Palas Timur masih sesuai dengan batas normal dan sesuai dengan kebutuhan metabolism biota laut dan ekosistem pesisir laut seperti karang, lamun dan mangrove.
Hasil studi teknis pencadangan kawasan konservasi perairan Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2018, perairan Tanah Kuning merupakan perairan laut yang jauh dari muara sungai sehingga salinitasnya tinggi sepanjang waktu yaitu 31 – 33 ppt. Nilai tersebut
8 masih dapat mendukung pertumbuhan ekosistem karang dan lamun berdasarkan standar baku mutu KEPMEN LH No. 51 Tahun 2004.
4. Arus
Arus yang umum dijumpai di sekitar pesisir dan pulau pulau kecil adalah arus pasang surut (tidal current). Selain itu dapat juga dijumpai arus yang ditimbulkan oleh angin (wind driven currents), dan arus susur pantai (longshore current). Arus pasang surut merupakan gerakan air berupa arus yang terjadi akibat pasang dan surut. Di daerah pantai arus ini memiliki arah yang bolak balik dimana pada saat pasang gerakan air menuju ke pantai (flood current) sedangkan pada saat surut gerakan arus ini (ebb current) menjauhi pantai menuju laut.
Berdasarkan hasil studi teknis pencadangan kawasan konservasi perairan Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2018, pada saat pasang di musim barat arus bergerak dominan dari arah tenggara menuju ke arah barat laut dengan kecepatan arus yang bervariasi dari 0,06 sampai dengan 0,12 m/detik dengan kecepatan rata-rata 0,09 m/detik. Pada saat surut arus bergerak dari arah barat (pantai) menuju ke timur (laut) dengan kecepatan 0,07 – 0,16 m/detik. Kecepatan rata-rata arus pada saat surut sedikit lebih besar pada saat surut yaitu 0,12 m/detik. Pada musim timur, arus bergerak dominan dari arah tenggara menuju ke arah barat laut dengan kecepatan kecepatan rata-rata sebesar 0,15 m/detik pada saat pasang. Pada saat surut arus bergerak dengan arah yang berlawanan.
Arus merupakan salah satu parameter yang dapat mempengaruhi pola migrasi ikan, khususnya ikan pelagis. Ikan pelagis, berdasarkan bobot tubuh akan memberikan respon pasif apabila berada dalam arus yang memiliki kecepatan sedang, jika kecepatan arus rendah maka ikan akan bereaksi aktif (melawan arus), sedangkan apabila kecepatan arus yang tinggi ikan cenderung untuk menghindar dari arus tersebut. Hal tersebut dapat mempengaruhi jumlah tangkapan nelayan, ketika kecepatan arus semakin tinggi akan berdampak pada penurunan jumlah tangkapan ikan pelagis begitupun sebaliknya (Cahya, 2016).
9 5. Gelombang
Tinggi gelombang di perairan laut Tanah Kuning pada musim barat bervariasi dari 0,2 sampai dengan 1 m. Pada musim barat ini arah gelombang dominan datang arah utara. Sedangkan pada musim peralihan I tinggi gelombang rata-rata nya adalah 1,0 m dengan arah dominan datang dari timur laut. Pada musim timur gelombang di Pulau perairan Tanah Kuning lebih besar dari musim lainnya yaitu bisa mencapai 1,8 m yang bergerak dari arah tenggara (DKP KALTARA, 2018).
b) Parameter Kimia
1. pH (Derajat Keasaman)
Derajat keasaman atau biasa dikenal dengan sebutan pH merupakan suatu indeks konsentrasi ion hydrogen dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan organism perairan, sehingga dapat dipergunakan sebagai petunjuk baik buruknya suatu perairan sebagai lingkungan hidup. Variasi nilai pH sangat mempengaruhi biota disuatu perairan. Pengukuran pH dapat dilakukan dengan menggunakan alat pH Meter. Hasil pengukuran pH yang dilakukan oleh BPSPL Pontianak di sekitar perairan Tanah Kuning - Mangkupadi pada dua titik yang diamati senilai 7.02 – 7.03. Nilai tersebut masih sesuai dengan baku mutu berdasarkan KEPMEN LH No. 51 Tahun 2004 sebagai batas aman pH perairan untuk kehidupan biota di dalamnya.
2. Dissolved Oxygen (DO)
Oksigen terlarut adalah jumlah oksigen terlarut didalam air yang berasal dari fotosintesa dan atmosfer/udara. Oksigen terlarut disuatu perairan sangat berperan dalam proses penyerapan makanan oleh mahluk hidup dalam air. Semakin banyak jumlah oksigen terlarut maka kualitas air semakin baik. Alat untuk mengetahui kadar oksigen terlarut yaitu Oxygen Meter. Dinyatakan dengan satuan milligram per liter (mg/l).
Hasil pengukuran DO pada titik pengamatan cukup bervariasi antara 8,3 - 9 mg/l. Pada setiap titik pengambilan data, nilai DO yang diperoleh menandakan perairan dalam kondisi sangat baik dan masih memenuhi
10 standar baku mutu air laut. DO perairan sekitar kawasan di Tanjung Palas Timur, masih lebih baik untuk mendukung kehidupan biota laut.
B. Ekosistem Terumbu Karang
Terumbu karang merupakan ekosistem penting dalam perairan suatu kawasan. Dalam Dokumen Final Rancangan Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil (RZWP3K) Provinsi Kalimantan Utara, pada tahun 2016 dilakukan pengamatan karang pada sekitar perairan Gosong Karang Malingkit Kecamatan Tanjung Palas Timur pada koordinat 118˚0'27.071"E, 2˚34'32.412"N yang merupakan titik penyelaman 1 dan koordinat 118˚0'33.181"E, 2˚35'6.933"N yang merupakan titik penyelaman 2. Hasil yang diperoleh disajikan dalam bentuk diagram pengamatan tipe tutupan dasar perairan pada gambar 1.
Gambar 1. Diagram pengamatan tipe tutupan dasar perairan.
Gambar 2. Kondisi ekosistem terumbu karang di sekitar perairan Gosong Karang Malingkit, Kecamatan Tanjung Palas Timur. (a) Ground check oleh BPSPL Pontianak, (b) Dokumen RZWP3K, (c) Dokumen RZWP3K Berdasarkan hasil studi teknis pencadangan kawasan konservasi perairan Provinsi Kalimantan Utara pada Tahun 2018, didapatkan hasil analisis citra satelit
Titik penyelaman 1 Titik penyelaman 2
Sumber: RZWP3K Kaltara, 2017.
11 berupa luasan ekosistem terumbu karang yaitu sebesar 137,43 Ha (96,73%) selebihnya ditutupi oleh ekosistem lamun. Terumbu karang terdistribusi di semua sisi Gosong Karang Malingkit perairan Desa tanah Kuning, Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan. Hasil analisis tersebut ditemukan bahwa dari 137,43 Ha total luasan terumbu karang, 56,06% atau sekitar 77,04 Ha diantaranya ditutupi oleh unsur abiotik berupa pasir (sebagian juga bercampur lumpur) dan pecahan karang.
Tutupan karang hidup (bercampur dengan karang hancur dan karang mati) menutupi 34,74% area atau sekitar 47,74 Ha, sedangkan sisanya 9,2% atau sekitar 12,64 Ha merupakan karang mati yang sudah ditumbuhi alga (DCA). Pengambilan data tersebut dilakukan pada 4 stasiun pengamatan yang tersebar di sekitar perairan Gosong Karang Malingkit. Hasil pengambilan data pada setiap stasiun disajikan pada tabel 3.
Tabel 3. Sebaran ekosistem terumbu karang di periaran sekitar Gosong Karang Malingkit
Stasiun Tutupan
Dasar Luasan (Ha) Proporsi (%)
1 (Barat Gosong Karang)
Abiotik DCA Karang
16,78 2,59 13,74
50,67 7,83 41,51 2 (Utara Gosong Karang)
Abiotik DCA Karang
1,12 12,03 5,00
38,40 15,95 45,64 3 (Timur Gosong Karang)
Abiotik DCA Karang
20,78 2,94 10,06
61,53 8,71 29,78 4 (Selatan Gosong Karang)
Abiotik DCA Karang
27,45 2,12 9,64
70,00 5,39 24,59 Sumber : Studi teknis pencadangan kawasan konservasi perairan Provinsi
Kalimantan Utara, 2018.
Penilaian tutupan dasar terumbu karang tersebut dilakukan dengan metode Lifeform Intercept Transect (LIT) dengan panjang transek 50 m yang dibentang sejajar dengan garis pantai pada kedalaman yang berkisar 6 - 8 m. Hasil transek dan estimasi tutupan dasar terumbu karang selanjutnya dikelompokkan dalam 5 kelompok tutupan dasar karang, yaitu karang hidup (hard coral), karang mati yang sudah ditumbuhi alga (DCA), makroalga (MA), others (spons, soft coral, zooanthidae, tunikata, dll), dan unsur abiotik (pasir atau silt dan pecahan karang).
Nilai persentase besarnya tutupan tersebut disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 3.
12 Gambar 3. Grafik persentase kelompok tutupan dasar ekosistem terumbu
karang di perairan sekitar Gosong Karang Malingkit.
Berdasarkan nilai persentase penutupan karang hidup maka kondisi atau kualitas terumbu karang di lokasi pengamatan dapat ditentukan. Kondisi terumbu karang atau tingkat kerusakan terumbu karang di Gosong Karang Malingkit, sekitar Perairan Tanah Kuning – Mangkupadi, Kecamatan Tanjung Palas Timur dapat dinyatakan sudah mengalami kerusakan karena tutupan karang hidupnya di semua stasiun hanya berkisar 17,9% – 24,2% (penutupan karang hidupnya < 25%).
Persentase tutupan karang hidup disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 4.
Gambar 4. Grafik persentase sebaran tutupan karang hidup dan kondisi terumbu karang di Gosong Karang Malingkit.
Sumber: DKP KALTARA, 2018.
Sumber: DKP KALTARA, 2018.
13 Hasil dari Ground check yang dilakukan oleh BPSPL Pontianak, pengambilan data terumbu karang di lakukan dengan penyelaman menggunakan alat Self Contained Underwater Breathing Apparatus (SCUBA) dengan metode pengambilan data Underwater Photo Transect (UPT) dengan menggunakan Transek Garis yang direntangkan sepanjang 50 meter dan Kuadran Transek berukuran 44cm x 58cm, penyelaman dilakukan di sekitar perairan Tanah Kuning - Mangkupadi, Kabupaten Bulungan, dengan jarak dari pesisir kurang lebih sejauh 13 km, yang terletak pada koordinat 118°0’36,73” BT dan 2°34’27,39” LU dan titik akhir 118°0’37,61” BT dan 2°34’27,39” LU. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan aplikasi Coral Point Count with Excel Extensions (CPCE).
Hasil analisa tutupan karang tersebut digolongkan kedalam kategori persentase tutupan karang berdasarkan pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang. Kategori persentase tutupan karang tersebut disajikan pada tabel 4.
Tabel 4. Kategori persentase tutupan karang berdasarkan KEPMEN LH No. 4 Tahun 2001.
Tutupan Karang (%) Kategori
0 – 24,9 Buruk
25 – 49,9 Sedang
50 – 74,9 Baik
75 – 100 Baik Sekali
Berdasarkan hasil ground check yang dilakukan oleh BPSPL Pontianak, persentase tutupan terumbu karang yang teramati pada lokasi tersebut tergolong baik dengan rata – rata tutupan 52.53%. Nilai persentase tutupan karang di sekitar perairan Desa Tanah Kuning dan Desa Mangkupadi tergolong baik berdasarkan kategori tutupan karang pada KEPMEN LH No. 4 Tahun 2001. Persentase tersebut sangat dekat dengan kategori sedang. Hal tersebut dikarenakan kondisi kualitas air, khususnya pada nilai pH perairan hanya mencapai nilai 7.02 – 7.03 dari standar baku mutu pH perairan yang ditetapkan untuk pertumbuhan karang yaitu 7 – 8.5 dan nilai salinitas di perairan tersebut senilai 33 ppm dari standar baku mutu salinitas yang ditetapkan untuk pertumbuhan karang yaitu 33 – 34 ppm. Kedua parameter tersebut berada pada ambang batas standar baku mutu kualitas perairan
14 untuk pertumbuhan karang yang ditetapkan dalam KEPMEN LH No. 51 Tahun 2004 tentang standar baku mutu kualitas perairan.
Kondisi perairan berupa nilai salinitas, kecerahan serta kualitas perairan menjadi faktor pendukung pertumbuhan terumbu karang di perairan. Perairan dengan nilai salinitas rendah akan menghambat pertumbuhan karang. Oleh karena itu karang tidak dijumpai pada wilayah muara dan aliran sungai yang memiliki salinitas yang rendah. Kecerahan merupakan tolak ukur untuk melihat intensitas cahaya matahari yang masuk kedalam perairan. Cahaya matahari sangat dibutuhkan oleh organisme Zooxanthellae sebagai proses fotosintesis. Zooxanthellae merupakan organisme yang bersimbiosi dengan hewan karang. Hasil seimbiosis tersebut menjadikan hewan karang menghasilkan zat kapur sebagai pembentuk terumbu. Kualitas perairan yang lain merupakan parameter dari pencemaran suatu perairan. Jika perairan tersebut tercemar dapat mempengaruhi pertumbuhan ekosistem terumbu karang (Giyanto. dkk, 2017). Hasil pemantauan kondisi tutupan karang disajikan pada tabel 5.
Tabel 5. Persentase tutupan karang di sekitar Perairan Gosong Karang Malingkit
Tutupan Karang (%) Kategori Tutupan Life Form Dominan Marga yang sering ditemui
52,53 Baik - -
Sumber : BPSPL Pontianak, 2019.
Tutupan terumbu karang pada perairan gosong karang malingkit secara keseluruhan sebesar 52.53% yang didominasi oleh hard coral dengan persentase tutupan sebesar 51.73% dan soft coral dengan persentase tutupan sebesar 0.80%.
Untuk tutupan sisanya merupakan death coral sebesar 38.57% dan non coral sebesar 8.80%. Berbagai jenis karang dengan tipe pertubuhan branching (bercabang), tabulate (berbentuk meja), massive (membulat), foliose (lembaran) dan encrusting (menjalar) dijumpai pada lokasi ini. Kondisi ekosistem terumbu karang disajikan dalam bentuk peta ekosistem pada gambar 5.
15 Gambar 5. Peta sebaran ekosistem terumbu karang di Kecamatan
Tanjung Palas Timur.
Berdasarkan nilai persentase death coral, pada perairan Gosong Karang Malingkit sekitar perairan Tanjung Palas Timur terindikasi kerusakan sebagai akibat aktivitas penangkapan yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan bom. Indikasi penangkapan yang merusak dapat dilihat dari hasil survei yang menunjukkan banyaknya pecahan karang (rubble) dan pada beberapa spot juga teramati karang masif yang sudah mati dan terbalik (lepas dari substrat). Banyaknya karang hancur dan karang masif yang terbalik merupakan dampak dari kegiatan destruktif dalam penangkapan oleh masyarakat.
C. Ikan Karang
Ikan karang adalah ikan yang hidup di ekosistem terumbu karang dan menjadikan terumbu karang sebagai tempat bertumbuh dan hidup. Ciri khas ikan karang ialah memiliki warna tubuh yang bercorak beragam dan warnanya mencolok. Setiap spesies ikan karang memiliki penyesuaian akan lingkungan hidupnya secara beragam, beberapa dari ikan karang hidup di dasar substrat atau pasir dan celah celah karang, sebagai bentuk adaptasi mereka dalam menjaring mangsa. Pengambilan Data ikan karang dilakukan dengan penyelaman SCUBA dengan metode Underwater Visual Census (UVC).
Di sekitar perairan kawasan TWP Tanah Kuning - Mangkupadi berdasarkan Dokumen RZWP3K KALTARA 2017, jumlah Ikan Indikator sebanyak 24 individu
16 dengan 7 spesies didominasi genus Chaetodon. Sementara Ikan Mayor 420 individu dengan 41 spesies, didominasi beberapa genus seperti Thalassoma, Chromis dan Pomacentrus. Demikian pula Ikan Target sebanyak 166 invidu dengan 18 spesies, didominasi genus Acanthurus dan Siganus.
Salah satu jenis ikan yang menjadi indikator kesehatan lingkungan adalah family Chaetodontidae. Ikan yang termasuk dalam kelompok tersebut adalah yang dianggap berasosiasi paling kuat dengan karang. Secara umum kelompok ini meliputi ikan kepe-kepe (Chaetodontidae) yang terdiri atas beberapa genus yakni Chaetodon, Chelmon, Heniochus dan Forcipiger. Kelimpahan ikan indikator berdasarkan jenis di sekitar perairan kawasan TWP Tanah Kuning - Mangkupadi disajikan pada tabel 6.
Tabel 6. Kelimpahan ikan indikator berdasarkan jenis
Jenis Ikan Kelimpahan
(individu) Persentase
Chaetodon baronessa 3 12,5 %
Chaetodon kleini 7 29,2 %
Chaetodon lunulatus 4 16,7 %
Chaetodon melannotus 2 8,3 %
Chaetodon trifascialis 2 8,3 %
Chaetodon vagabundus 4 16,7 %
Heniochus varius 2 8,3 %
Sumber : RZWP3K Provinsi Kalimantan Utara, 2017
Berdasarkan hasil studi teknis pencadangan kawasan konservasi perairan Provinsi Kalimantan Utara pada Tahun 2018, didapatkan hasil sensus visual terhadap keragaman dan kelimpahan ikan karang di 4 stasiun terumbu karang di lokasi Gosong Karang Malingkit sekitar Perairan Tanah Kuning – Mangkupadi, Kecamatan Tanjung Palas Timur menunjukkan sebanyak 164 jenis ikan karang yang berasal dari 27 famili dan 72 Genera. Dari 27 famili ikan karang yang ditemukan, 6 famili mendominasi dalam hal jumlah jenis, yaitu Pomacentridae (32 jenis) dan Labridae (24 jenis) yang keduanya tergolong ikan major, Acanthuridae (13 jenis), Scaridae (14 jenis), Serranidae (12 jenis) yang tergolong ikan target/ekonomis, dan Chaetodontidae (14 jenis) yang tergolong ikan indikator.
Kekayaan ikan karang yang ditemukan relatif tinggi, meskipun kondisi terumbu karangnya sudah rusak.
17 Berdasarkan hasil studi teknis pencadangan kawasan konservasi perairan Provinsi Kalimantan Utara pada Tahun 2018, secara umum ikan karang di perairan Gosong Karang Malingkit Tanah Kuning didominasi oleh ikan major dengan komposisi 50,60% (84 jenis), selanjutnya ikan target sebesar 39,76% (66 jenis), dan ikan indikator sebesar 8,43% (14 jenis). Hasil persentase tersebut disajikan dalam bentuk diagram pada gambar 6a. Demikian pula untuk komposisi jenis menurut kelimpahannya tetap didominasi oleh ikan major sebesar 55,19% (85000 ekor/ha), ikan target sebesar 43,38% (66.800 ekor/ha), dan ikan indikator sebesar 1,69%
(2600 ekor/ha). Hal tersebut disajikan dalam bentuk diagram pada gambar 6b.
Gambar 6. Pesentase komposisi ikan karang di Perairan Gosong Karang Malingkit.
(a.) berdasarkan jumlah jenis; (b.) berdasarkan kelimpahan jenis.
D. Ekosistem Padang Lamun
Ekosistem lamun ini berfungsi sebagai pemerangkap sedimen, sehingga menjaga kejernihan air. Berdasarkan hasil Ground check yang dilakukan oleh BPSPL Pontianak, monitoring ekosistem lamun dilakukan dengan metode LIT (Line Intercept Transect) yang dibantu dengan menggunakan kuadrat transek (paralon persegi) berukuran 50 x 50 cm. Transek dilakukan sepanjang 100 meter.
Penggunaan metode ini bertujuan untuk mendapatkan komposisi spesies lamun, kelimpahan dan penutupan lamun. Berdasarkan nilai tutupan jenis yang diperoleh selanjutnya dapat diketahui kondisi tutupan lamun pada lokasi transek. Lokasi pengambilan sampling di sekitar perairan Tanah Kuning – Mangkupadi, Kecamatan Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan dengan titik koordinat awal 11800’19,41” BT, 2034’46,25” LU hingga titik akhir dengan koordinat
(a) (b)
Sumber: DKP KALTARA, 2018.
18 11800’20,61” BT, 2034’49,26” LU. Metode pemasangan transek dan interpretasi nilai penutupan lamun dapat dilihat pada gambar 7.
Gambar 7. Metode pemasangan transek (kiri) dan interpretasi nilai penutupan lamun pada transek kuadran (kanan).
Hasil yang diperoleh dari pemantauan tersebut kemudian digolongkan berdasarkan panduan pemantauan lamun (Tabel 7) serta melihat status kondisi ekosistem padang lamun berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 200 Tahun 2004 (Tabel 8).
Tabel 7. Kategori tutupan lamun berdasarkan panduan pemantauan lamun
Tutupan Lamun (%) Kategori
0 – 25 Jarang
26 – 50 Sedang
51 – 75 Padat
76 - 100 Sangat Padat
Sumber : Rahmawati, et. al., 2017.
Tabel 8. Status kondisi ekosistem padang lamun.
Kondisi Penutupan (%)
Baik Kaya/Sehat ≥ 60
Rusak Kurang Kaya/Kurang Sehat 30 – 59,9
Miskin ≤ 29
Sumber : KEPMEN LH No. 200 tahun 2004.
Ekosistem padang lamun di perairan tersebut memiliki luas tutupan sekitar 10.8 Ha. Pada wilayah tersebut terdapat 3 (tiga) jenis lamun pada stasiun pemantauan kondisi lamun di sekitar Perairan Tanah Kuning – Mangkupadi, Kecamatan Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan pada tahun 2019 (Tabel 9).
19 Tiga jenis tersebut yaitu Halodule uninervis, Halodule pinifolia, dan Halophila ovalis. Jenis yang paling umum adalah Halodule uninervis, sedangkan jenis Halodule pinifolia adalah yang paling jarang ditemukan. Persentase tutupan lamun pada wilayah tersebut adalah 22.28%. Berdasarkan panduan pemantauaan padang lamun COREMAP CTI, persentase tutupan lamun dengan nilai 0 – 25% masuk kedalam kategori jarang. Menurut KepMen LH No. 200 Tahun 2004 mengenai status kondisi padang lamun, persentase tutupan lamun kurang dari 29% masuk kedalam kondisi rusak (miskin). Hal tersebut dikarenakan kondisi kualitas air, khususnya pada nilai pH dan salinitas di sekitar perairan Tanah Kuning – Mangkupadi berada pada ambang batas standar baku mutu yang ditetapkan dalam KEPMEN LH No. 51 Tahun 2004 tentang standar baku mutu kualitas perairan.
Hasil persentase tutupan ekosistem lamun disajikan pada tabel 10.
Tabel 9. Kehadiran jenis lamun di stasiun pemantauan sekitar periaran Tanah Kuning - Mangkupadi
Jumlah Jenis
Enhalus acoroides
Thalassia hemprichii
Cymodocea serrulata
Cymodocea rotundata
Halodule uninervis
Halodule pinifolia
Halophila ovalis
Syringodium isoetifolium
Thalassodendron ciliatum
6 - - - - +++ + ++ - -
Ket : Persentase (+++) Dominan, ( - ) Absent Sumber : BPSPL Pontianak, 2019
Tabel 10. Persentase tutupan lamun di stasiun pemantauan sekitar perairan Tanah Kuning - Mangkupadi
Tutupan Lamun (%) Kategori Status Kepadatan Enhalus acoroides (tegakan/m2)
22,282 Jarang Miskin 0
Sumber : BPSPL Pontianak, 2019.
Berdasarkan tutupan, komunitas lamun di stasiun pemantauan sekitar Perairan Tanah Kuning – Mangkupadi, Kecamatan Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan pada tahun 2019 terdiri dari 3 jenis. Untuk jenis lamun yang mendominasi komunitas lamun adalah jenis Halodule uninervis dengan persentase tutupan lamun sebesar 15,40%, disusul dengan lamun dari jenis Halophila ovalis yakni sebesar 6,70%. Pada urutan ketiga sekaligus spesies paling minoritas di wilayah ini yaitu Halodule pinifolia dengan tutupan lamun sebesar 0,30%. Nilai persentase tutupan lamun berdasarkan jenis disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 8.
20 Gambar 8. Grafik persentase tutupan jenis lamun di sekitar Perairan Tanah
Kuning - Mangkupadi.
Tingginya persentase tutupan lamun jenis Halodule uninervis menjadi penyebab utama adanya kemunculan penyu di sekitar perairan Gosong Karang Malingkit. Hal tersebut dikarenakan jenis lamun Halodule uninervis merupakan salah satu makanan dari penyu tersebut. Tumbuhan lamun merupakan salah satu makanan dari penyu, khususnya jenis penyu hijau. Makanan dari penyu berupa tumbuhan lamun dan algae. Penyu akan memakan lamun setelah pase kehidupan di laut dalam. Jenis lamun yang menjadi makanan penyu yaitu jenis lamun yang tergolong dalam genus Cymodocea, Halodule, Halophila, Thalassia, dan Thalassodendron (Azkab, 1999).
Gambar 9. Peta lokasi survei ekosistem padang lamun di Kecamatan Tanjung Palas Timur.
Sumber: BPSPL Pontianak, 2019.
21 2.1.3. Potensi Ekonomi
Kabupaten Bulungan memiliki wilayah pesisir dengan potensi yang tinggi dalam meningkatkan ekonomi masyarakat, yaitu pada wilayah Desa Tanah Kuning dan Desa Mangkupadi, Kecamatan Tanjung Palas Timur. Potensi pada wilayah tersebut berupa potensi pariwisata, potensi perikanan tangkap, dan potensi budidaya. Potensi tersebut dijelaskan sebagai berikut:
A. Pariwisata
Potensi pariwisata di Kabupaten Bulungan, khususnya di Kecamatan Tanjung Palas Timur sebagian besar bersifat pariwisata bahari. Beberapa diantaranya yang menjadi potensi, yaitu wisata memancing, pemandangan lepas pantai, keindahan keanekaragaman hayati dan wisata bawah air. Keanekaragaman sumberdaya alam hayati pesisir dan laut yang dapat dikembangkan menjadi objek wisata meliputi ikan – ikan hias, penyu, hiu paus, lumba – lumba, serta ikan ekonomis lainnya. Wisata bawah air yang dapat dikembangkan, yaitu diving, snorkeling, serta fotografi bawah air. Lokasi potensial untuk wisata bawah air dapat dilakukan di luar dari zona inti, sekitar perairan Desa Tanah Kuning dan Desa mangkupadi, Kecamatan Tanjung Palas Timur.
B. Perikanan Tangkap
Kabupaten Bulungan memiliki potensi dalam bidang produksi perikanan tangkap. Wilayah tersebut merupakan daerah potensial penangkapan ikan pelagis dan ikan demersal. Komoditas unggulan kegiatan penangkapan ikan di laut pada Wilayah Kabupaten Bulungan khususnya di Desa Tanah Kuning dan Desa Mangkupadi antara lain Kuwe, Sunglir, Daun Bambu, Lemadang, Gerot-Gerot, Peperek, Kakap Merah, Kurisi, Banyar, Kerapu Karang, Kerapu Bebek, Kerapu Sunu, Alu-alu/Manggilala, Layur, Udang Ratu/Raja, Udang Windu, dan Udang Barong/Karang. Selain pada produksi perikanan tangkap di laut, wilayah Kabupaten Bulungan memiliki komoditas unggulan pada produksi perikanan tangkap di perairan umum berupa Gabus, Mujair, Jelawat, Tambakan, Gurame, Patin Jambal, Udang Galah, Udang Tawar, Udang Lain, dan Binatang Air Lain.
Dalam kurun waktu 5 tahun dari tahun 2010 hingga tahun 2014 nilai produksi kegiatan penangkapan ikan di laut Kabupaten Bulungan mengalami
22 peningkatan rata-rata mencapai 4,89 kali lipat atau sekitar 388,65%. Peningkatan nilai produksi tertinggi terjadi pada tahun 2013 sebesar 17,11 kali lipat dari tahun sebelumnya pada tahun 2012. Nilai produksi perikanan di perairan umum dalam kurun waktu 5 tahun pada periode waktu yang sama mengalami peningkatan sebesar 10,39%. Peningkatan nilai produksi tertinggi terjadi pada tahun 2013 sebesar 56,15% dari tahun sebelumnya pada tahun 2012 (RZWP3K – DKP KALTARA, 2017). Nilai produksi perikanan tangkap dalam kurun waktu 5 tahun pada periode tahun 2010 hingga tahun 2014 di Kabupaten Bulungan disajikan dalam tabel 11.
Tabel 11. Nilai produksi perikanan berdasarkan jenis produksi dalam kurun waktu 5 tahun pada periode tahun 2010 hingga tahun 2014 di Kabupaten Bulungan.
Jenis Produksi Nilai Produksi ( X 1000 )
2010 2011 2012 2013 2014
Perikanan tangkap laut 13598560 10808400 11196000 191586800 115935600 Perikanan tangkap umum 2813900 9355450 5793500 9046500 9046500 Sumber : RZWP3K – DKP KALTARA, 2017.
Peningkatan nilai produksi perikanan tangkap dalam kurun waktu 5 tahun pada periode tahun 2010 hingga 2014 di Kabupaten Bulungan disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 10.
Gambar 10. Grafik peningkatan nilai produksi perikanan pada kurun waktu 5 tahun di Kabupaten Bulungan
Produksi rumah tangga yang melakukan kegiatan penangkapan, budidaya ikan/binatang air lain/tanaman laut dengan tujuan sebagian/semua untuk dijual atau biasa disebut dengan rumah tangga perikanan (RTP). Sekitar 26% dari jumlah total RTP di Provinsi Kalimantan Utara dalam kurun waktu 5 tahun pada periode tahun 2010 hingga tahun 2014 berada di Kabupaten Bulungan (RZWP3K – DKP
Sumber: RZWP3K – DKP KALTARA, 2017.
23 KALTARA, 2017). Jumlah dan perkembangan RTP di Kabupaten/Kota pesisir Provinsi Kalimantan Timur disajikan pada tabel 12.
Tabel 12. Jumlah dan perkembangan RTP dalam kurun waktu 5 tahun pada periode tahun 2010 hingga tahun 2014 di di Kabupaten/Kota pesisir Provinsi Kalimantan Utara.
Kabupaten/Kota
RTP
2010 2011 2012 2013 2014
Kab. Nunukan 1679 1679 1679 1766 1766
Kab. Tana Tidung 795 823 166 327 327
Kab. Tarakan 1800 1810 2089 2262 2262
Kab. Bulungan 789 1092 1465 869 2345
Jumlah 5063 5404 5399 6224 6700
Sumber : RZWP3K – DKP KALTARA, 2017.
Nilai penting perikanan Kabupaten Bulungan diperoleh melalui analisis location quotient. Analisis location quotient (LQ) merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat spesialisasi sektor-sektor ekonomi di suatu wilayah yang memanfaatkan sektor basis. Teknik LQ digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan yang menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi di suatu daerah (Jumiyanti, 2018).
Hasil analisis LQ di Kabupaten Bulungan disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 11.
Gambar 11. Grafik hasil analisis Location Quatient (LQ) dalam periode waktu pada tahun 2012 hingga tahun 2016 di Kabupaten Bulungan
Hasil analisis menunjukkan Kabupaten Bulungan hanya menjadikan sektor pertanian, perikanan serta kehutanan sebagai sektor basis yaitu pada tahun 2012 dan
Sumber: DKP KALTARA, 2018.
24 tahun 2013 dimana nilai LQ yang diperoleh lebih dari 1 (LQ> 1), sedangkan pada tiga tahun berikutnya mengalami penurunan di bawah 1. Secara rerata dalam 5 tahun terakhir nilai LQ yang diperoleh pada sektor pertanian, perikanan dan kehutanan Kabupaten Bulungan ketiga sektor ini dapat menjadi sektor basis dengan nilai LQ rata-rata sebesar 1.03 atau LQ > 1.
C. Nilai Tukar Nelayan
Nilai tukar nelayan (NTN) merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan nelayan yang diperoleh dari perbandingan besarnya harga yang diterima oleh nelayan dengan harga yang dibayarkan oleh nelayan. Nilai tukar nelayan menjadi alat ukur kemampuan tukar barang yang dihasilkan nelayan terhadap barang/jasa yang diperlukan untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga maupun kebutuhan produksi. NTN diperoleh dari rasio antara indeks harga yang diterima nelayan dengan indeks harga yang dibayar nelayan, yang dinyatakan dalam persentase.
Kabupaten Bulungan, khususnya di Kecamatan Tanjung Palas Timur memiliki nilai tukar nelayan (NTN) yang tergolong tinggi. Nilai tukar nelayan di sebesar 139,93. Sedangkan untuk nilai tukar pembudidaya ikan di Perairan Tanjung Palas Timur yakni mencapai nilai rata-rata sebesar 131,53. Dilihat dari nilai indeks, rata-rata nelayan di Perairan Tanjung Palas Timur mengalami surplus dari hasil usahanya dibanding pengeluarannya. Sedangkan untuk Nilai Tukar Pembudidaya mengalami surplus dari hasil usahanya dibanding pengeluarannya walaupun keuntungan yang diperoleh tidak terlalu banyak. Nilai tukar nelayan dan nilai tukar pembudidaya di Kecamatan Tanjung Palas Timur disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 12.
Gambar 12. Nilai tukar nelayan dan Nilai tukar pembudidaya.
139.93 131.53
126 128 130 132 134 136 138 140 142
Nilai Tukar Nelayan Nilai Tukar Pembudidaya
Sumber: BPSPL Pontianak, 2019.
25 2.1.4. Potensi Sosial Budaya
A. Kependudukan
Jumlah penduduk Kecamatan Tanjung Palas Timur berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulungan pada tahun 2017 tercatat mencapai 12,952 jiwa.
Ditinjau dari komposisi penduduk menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa penduduk laki-laki masih lebih banyak dibandingkan dengan perempuan, ini terlihat dari rasio jenis kelamin. Rasio jenis kelamin penduduk Kecamatan Tanjung Palas Timur pada tahun 2017 adalah 119.56, hal tersebut berarti bahwa setiap 100 orang perempuan berbnding sekitar 120 laki-laki. Data jumlah penduduk berdasarkan rasio jenis kelamin pada setiap kecamatan di Kabupaten Bulungan tahun 2017 disajikan pada tabel 13.
Tabel 13. Jumlah penduduk berdasarkan rasio jenis kelamin pada setiap kecamatan di Kabupaten Bulungan tahun 2017.
Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa)
Laki-Laki Perempuan Jumlah
Peso 2223 1909 4132
Peso Hilir 2167 1868 4035
Tanjung Palas 8498 7792 16290
Tanjung Palas Barat 3536 2924 6460
Tanjung Palas Utara 5398 4838 10236
Tanjung Palas Timur 7053 5899 12952
Tanjung Selor 25460 22876 48336
Tanjung Palas Tengah 5477 4864 10341
Sekatak 4819 4365 9184
Bunyu 6251 5329 11580
Kabupaten Bulungan 70882 62664 133546
Data BPS Kabupaten Bulungan 2017
Kabupaten Bulungan pada tahun 2017 memiliki kepadatan penduduk sebesar 19,34 jiwa/km2. Kepadatan penduduk di Kecamatan Tanjung Palas Timur sebesar 10,14 jiwa/km2. Pola persebaran penduduk berdasarkan luas wilayah di Kabupaten Bulungan pada tahun 2017, Kecamatan Peso merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk terendah yaitu sebesar 1,31 jiwa/km2, sedangkan wilayah yang memiliki kepadatan penduduk terpadat terdapat pada Kecamatan Tanjung Selor dengan jumlah kepadatan sebesar 71,32 jiwa/km2. Distribusi dan kepadatan penduduk pada setiap kecamatan di Kabupaten Bulungan pada tahun 2017 disajikan pada tabel 14.
26 Tabel 14. Distribusi dan kepadatan penduduk pada setiap kecamatan di Kabupaten
Bulungan tahun 2017.
Kecamatan/Kabupaten Persentase
Penduduk Kepadatan Penduduk per Km2
Peso 3,07 1,31
Peso Hilir 3,00 2,46
Tanjung Palas 12,85 9,85
Tanjung Palas Barat 4,80 6,07
Tanjung Palas Utara 7,61 12,69
Tanjung Palas Timur 9,63 10,14
Tanjung Selor 35,93 71,32
Tanjung Palas Tengah 7,69 16,55
Sekatak 6,83 4,61
Bunyu 8,61 58,39
Kabupaten Bulungan 100,00 19,34
Data BPS Kabupaten Bulungan 2017
Kecamatan Tanjung Palas Timur memiliki 8 desa yang terintegrasi secara administrasi di kecamatan tersebut. Desa tersebut yaitu Desa Tanah Kuning, Desa I, Mangkupadi, Desa Sajau Pungit, Desa Wonomulyo, Desa Tanjung Agung, Desa Binai, Desa Pura Sajau, dan Desa Sajau Hilir. Desa yang memiliki interaksi langsung terhadap Kawasan Konservasi Perairan yaitu Desa Tanah Kuning dan Desa Mangkupadi. Berdasarkan data kependudukan yang diperoleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi Kalimantan Utara pada 30 Juni 2019, jumlah penduduk di Desa Tanah Kuning sebanyak 2.789 orang dan 2.625 orang di Desa Mangkupadi. Data jumlah penduduk berdasarkan rasio jenis kelamin pada Desa Tanah Kuning dan Desa Mangkupadi disajikan pada tabel 15.
Tabel 15. Jumlah penduduk berdasarkan rasio jenis kelamin pada Desa Tanah Kuning dan Desa Mangkupadi.
KECAMATAN DESA / KELURAHAN JUMLAH PENDUDUK Laki-laki Perempuan Total TANJUNG
PALAS TIMUR
TANAH KUNING 1,507 1,282 2,789
MANGKUPADI 1,440 1,185 2,625
Data DISDUKCAPIL KALTARA, 2019
B. Mata Pencaharian
Desa Tanah Kuning dan Desa Mangkupadi merupakan desa yang terletak di daerah pesisir dari Kecamatan Tanjung Palas Timur. Sebagian besar masyarakat di
27 kedua desa tersebut memiliki aktivitas yang berkaitan dengan perairan laut.
Persentase pekerjaan masyarakat di Desa Tanah Kuning dan Desa Mangkupadi sebagian besar sebagai nelayan. Berdasarkan data kependudukan yang diperoleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi Kalimantan Utara pada 30 Juni 2019, Pekerjaan masyarakat di Desa Tanah Kuning sebesar 30,93% sebagai nelayan dan pekerjaan masyarakat sebagai nelayan di Desa Mangkupadi sebesar 30,23%.
Masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan pada kedua desa tersebut, sebagian besar memiliki mata pencaharian atau bentuk usaha lain diluar dari aktivitas yang berkaitan dengan perairan laut, seperti berkebun, menjual kebutuhan rumah tangga, dan adapula yang memiliki penginapan. Nilai persentase jenis pekerjaan masyarakat di Desa Tanah Kuning dan Desa Mangkupadi disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 13.
Gambar 13. Persentase jenis pekerjaan masyarakat di Desa Tanah Kuning (A) dan Desa Mangkupadi (B)
C. Kesehatan
Tingkat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan pada suatu wilayah (Syamsurijal, 2008). Berdasarkan data BPS Kabupaten Bulungan tahun 2017, Kecamatan Tanjung Palas Timur memiliki 27 fasilitas kesehatan. Jumlah fasilitas kesehatan pada setiap kecamatan di Kabupaten Bulungan tahun 2017 disajikan pada tabel 16.
PEGAWAI NEGERI SIPIL;
4.10% PETANI
PEKEBUN;
26.16%
PETERNAK
; 0.22%
NELAYAN PERIKANAN
; 30.93%
BURUH NELAYAN PERIKANAN;
1.66%
GURU;
1.22%
DOKTER
; 0.33%
LAINNYA;
35.37%
A
PEGAWAI NEGERI
SIPIL
1.91% PETANI
PEKEBUN 23.89%
PETERNAK 0.12%
NELAYAN PERIKANAN
30.23%
BURUH NELAYAN PERIKANAN
3.35%
GURU 0.96%
WIRASWASTA 15.17%
LAINNYA 24.37%
B
Data DISDUKCAPIL KALTARA, 2019.