• Tidak ada hasil yang ditemukan

Secara topografis Desa Binalatung merupakan daerah datar dengan kelas ketinggian berkisar antara 0-25 meter di atas permukaan laut. Pada umumnya daerah yang memiliki ketinggian tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut:

- Tanah yang bersifat organik kadang-kadang asam (pH < 7) - Air tanah payau

- Daerah pengendapan sungai

- Dataran rendah sampai sedikit berlereng

- Tanggul pantai, tanggul sungai berisi air tanah dan tidak terendam - Kelembaban udara dan suhu tinggi

- Kadang-kadang tergenang

- Mempunyai air tahan yang baik dan mudah dicapai - Kemungkinan untuk dapat diairi cukup besar - Tanah cukup dalam dan subur

Fisiografi merupakan bentuk permukaan bumi di pandang dari faktor dan posisi pembentuknya. Fisiografi suatu daerah dapat dipakai untuk mengetahui faktor dan proses pembentukan permukaan bumi. Sedangkan pembagian bentuk permukaan bumi berdasarkan tipe fisiografinya dimaksudkan untuk memberikan gambaran dan memudahkan dalam melakukan identifikasi penggunaan tanah. Sehingga kenampakan fisiografi merupakan hal yang cukup penting dalam membantu proses perencanaan wilayah.

Secara keseluruhan wilayah Desa Binalatung bila ditinjau dari fisiogafinya termasuk dalam daerah endapan pasir pantai (beaches) dan daerah rawa pasut (tidal swamp). Daerah endapan pasir pantai yaitu daerah punggung pasir di pantai pesisir dengan wilayah dasar vareasi lereng kurang dari 2% dan perbedaan tinggi kurang dari 2 meter; sedangkan daerah rawa pasut yaitu daerah dataran rendah di tepi pantai yang selalu dipengaruhi pasang surut air laut dan ditumbuhi hutan mangrove dan nipah, bentuk wilayah datar dengan vareasi lereng kurang dari 2% dan perbedan tinggi kurang dari 2 meter. Potensi fisiografi Desa Binalatung dapat dilihat pada Gambar 12.

Secara umum formasi jenis batuan yang terdapat di pulau Kota Tarakan yang tersebar di empat kecamatan meliputi Qa berupa lumpur lanau, pasir, kerikil dan kerakal seluas 9.022 ha atau 35,97%; dan TPQs berupa Batu, pasir kwarsa, batu lempung, batu lanau, batu bara, lignit dan konglomerat seluas 16.058 ha atau 64,03%.

Berdasarkan peta geologi lembar Tarakan Kalimantan Timur skala 1:250.000 (Dishut Propinsi Kaltim, 2006) formasi yang terdapat di Kota Tarakan secara keseluruhan tersusun dari batuan sedimen kuarter. Batuan tersebut tersusun dari bahan-bahan lepas yang terdiri atas liat, debu, pasir, krikil dan bahan organik. Secara sfesifik formasi tersebut dikenal sebagai formasi aluvium (Qa) dengan batuan penyusun lumpur, lanau, pasir, kerikil dan kerakal yang menindih formasi di bawahnya secara tak selaras, berasal dari endapan sungai, rawa da pantai, berumur holosen sampai resen.

Untuk jenis batuan yang ada di Desa Binalatung yang termasuk dalam jenis batuan Qa yang dominan lumpur lanau dan pasir, dapat dilihat pada Gambar 13.

Telaah peta land system tahun 1997, bahwa habitat mangrove yang terdapat di Kota Tarakan tersebar pada dua satuan lahan yakni satuan lahan kahayan (KHY) dan satuan lahan kajapah (KJP). Secara jelas luasan satuan lahan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Luas dan sebaran Ekosistem Mangrove pada setiap satuan lahan pada kecamatan pesisir Kota Tarakan

Satuan Lahan (ha) No Kecamatan KHY KJP Jumlah 1 Tarakan Barat 1079 513 1592 2 Tarakan Tengah 429 - 429 3 Tarakan Timur 1019 - 1019 4 Tarakan Utara 1598 56 1654 Jumlah 4125 569 4694

Satuan lahan KHY terbentuk dari bahan induk endapan sungai berupa pasir atau bahan organik. Fisiografi lahan berupa daratan atau cekungan dengan kemiringan lahan <2%. Tanah-tanah pada satuan lahan KHY pada umumnya tersebar agak kedalam dimana pengaruh air sungai masih kuat. Hasil telaah peta tanah pulau Kalimantan skala 1:1.000.000 yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (PPT), badan Pengembangan Pertanian tahun 1993 bahwa jenis tanah yang ada pada sistem lahan ini merupakan asosiasi jenis tropaquepts, fluvaquents dan tropohemist (USDA, 1990). Berdasarkan sistem klasifikasi tanah PPT tahun 1983 termasuk kedalam jenis gleisol, alluvial dan organosol (tanah gambut) yang mana tanah-tanah tersebut tergolong ke dalam tanah dengan tingkat perkembangan awal.

Tanah gleisol dalam proses pembentukannya sering dipengaruhi oleh air yang ditandai adanya lapisan glei yang berwarna keabu-abuan, memiliki tekstur tanah yang tergolong halus (lempung) serta konsistensi tanah tergolong lekat. Tanah alluvium merupakan tanah yang belum dikembangkan dan merupakan hasil pengendapan bahan–bahan berupa partikel yang terbawa oleh aliran sungai ataupun laut dan terendapkan di sekitar pinggiran sungai ataupun pantai, tekstur tanah tergolong halus (lempung) serta konsistensi tanah tergolong gembur. Tanah organosol (tanah gambut) merupakan hasil pelapukan bahan organik (sisa-sisa

tanaman), pada umumnya menempati wilayah rawa bagian belakang (back swamp) memiliki ketebalan bahan organik >60 cm serta tidak berstektur (berupa lumpur) serta memiliki pH tanah tergolong asam (<5,0). Berdasarkan pertimbangan kondisi tekstur tanah maka ketiga jenis tanah tersebut digolongkan kedalam tanah kurang peka terhadap erosi/abrasi.

Satuan lahan KJP merupakan dataran lumpur di daerah pasang surut nipah dan mangrove. Jenis tanah yang dijumpai pada sistem lahan ini terbentuk dari hasil endapan yang dipengaruhi oleh air laut. Berdasarkan proses pembentukannya tanah-tanah ini berkembang pada fisiografi dataran lumpur antara pasang dan surut serta dicirikan oleh keadaan tanah yang selalu tergenang.

Telaah peta tanah pulau Kalimantan skala 1:1.000.000 yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian tahun 1993, jenis tanah yang terbentuk pada satuan lahan KJP adalah jenis Sulfaquents dan Hydroquents (USDA, 1990). Berdasarkan sistem klasifikasi tanah PPT tahun 1983 termasuk ke dalam tanah regosol dan alluvial. Tanah regosol dan alluvial tergolong kedalam jenis tanah yang belum berkembang sehingga tidak memiliki horizon (lapisan) penciri khusus pada penampangnya, akan tetapi memiliki kedalaman solum yang cukup dalam (lebih dari 1 m). Sifat umum dari jenis tanah regosol dan alluvial adalah sebagai berikut: (1) Permeabilitas sangat cepat dan sering tergenang air (kedalaman genangan air dapat mencapai 100 cm), sehingga penampang atas tanah (0-60 cm) menunjukkan sifat hidromof yang dicirikan warna warna tanah hitam sampai coklat sangat gelap keabuan, (2) tekstur tanah lempung liat berdebu sampai lempung berliat, (3) konsistensi tanah lekat dan plastis, (4) pH tanah agak masam. Berdasarkan prosentase partikel-partikel penyusun tanah (tekstur tanah), tanah regosol memiliki kepekaan tinggi terhadap abrasi/erosi.

Dokumen terkait