B. Kajian Teori
2. Praktik Mengurus Jenazah
Dijelaskan oleh Allah SWT di dalam Al Quran surat Ali Imran pada ayat 185 yang mempunyai arti tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Setiap mahkluk hidup yang memiliki nyawa akan merasakan kematian, karena mahkluk hidup yang Allah ciptakan tidak bersifat abadi, yang abadi hanyalah Allah SWT. Adapun orang yang mati atau meninggal dunia dan disebut dengan jenazah.
Kata jenazah dalam tinjauan dari segi bahasa (etimologis) berasal dari bahasa arab yaitu Jinaazah jamaknya janaaiz yang memiliki arti usungan mayat atau mayat.21 Dalam KBBI arti jenazah yaitu badan atau tubuh yang sudah mati.22 Menurut istilah jenazah adalah tubuh yang sudah tidak memiliki nyawa yang mana ruhnya telah keluar dari badannya, yang kemudian diletakkan pada usungan dan biasa disebut dengan mayat.
Dapat disimpulkan dari kalimat diatas bahwasannya jenazah adalah seorang yang telah berpisahnya antara ruh dan jasadnya serta telah terputusnya masa kehidupannya di dunia. Mengurus jenazah adalah suatu kegiatan yang dimana kewajiban bagi setiap orang muslim yang masih hidup untuk seorang muslim yang telah
21 Hidayatun Ulfa, Sholeh Kurniandini, & Misbachul Munir,” Pendidikan Perawatan Jenazah Perempuan Di Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung” Jurnal Abdimas Unwahas, no.1 (April,2021): 57.
22 Kamus KBBI Online, diakses pada 21 September 2022 pada jam 14:38.
meninggal dunia, kewajiban yang harus dilakukan diantaranya meliputi empat perkara, yaitu memulai dengan memandikan jenazah, mengkafani jenazah, mensholati jenazah hingga menguburkan jenazah.23
Mengurus jenazah adalah salah satu bagian etika dalam islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada umatnya. Dalam ajaran islam hal paling inti dan wajib dilakukan dalam pengurusan jenazah ada empat hal: memandikan jenazah, mengkafani jenazah, mensholatkan jenazah, dan menguburkan jenazah. Hukum pengurusan jenazah adalah fardu kifayah yang dibebankan kepada seluruh umat islam, artinya jika tidak ada satupun yang dapat memenuhinya maka akan terkena dosanya, tetapi, jika sudah ada yang melakukan atau melaksanaannya maka gugurlah kewajiban bagi yang lainnya.24 Maka wajib dikerjakan oleh kerabat, tetangga, keluarga, maupun saudara muslim yang meninggal dunia.
Adapun tahap-tahap pengurusan jenazah lebih jelasnya seperti berikut:
a. Memandikan jenazah
Pekerjaan yang paling awal atau pertama yang harus dilakukan dalam menyelenggarakan pengurusan jenazah yaitu
23 Muhamad Tri Panunggal Aprianto, Saida Ulfa, & Arafah Husna, “Pengembangan Multimedia Interaktif Mobile Learning Pengurusan Jenazah” Jurnal Kajian Teknologi Pendidikan, no.1 (Februari 2021): 24, http://journal.um.ac.id/index.php/jktp/index
24 Hidayatun Ulfa, Sholeh Kurniandini, & Misbachul Munir,” Pendidikan Perawatan Jenazah Perempuan Di Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung” Jurnal Abdimas Unwahas, no.1 (April,2021): 57.
memandikannya, orang yang memandikan secara umum, bila jenazahnya laki-laki maka yang memandikan hendaknya juga laki-laki demikian juga bagi jenazah perempuan maka yang memandikan juga harus perempuan.
Selain itu, orang yang akan memandikan jenazah hendaknya orang-orang yang jujur, shalih dan juga dapat dipercaya, agar tidak tersebarnya aib sijenazah. Rasulullah bersabda:
َنوُنوُمأَلما ُمُكَتَوَم لِسغَيِل
Artinya :
“Hendaklah yang memandikan jenazah-jenazah itu orang yang dapat dipercaya.”25
Kemudian jenazah wajib dimandikan untuk menghilangkan hadast dan najis pada tubuh jenazah, seperti yang diperintahkan oleh Rasullulah saw dalam hadist yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dari Ummu Athiyah Al-Anshariyyah, beliau berkata, Rasullulah saw menemui kami ketika kami sedang memandikan anak perempuannya. Beliau berkata, “mandikanlah dia sebanyak tiga kali, lima kali, atau lebih. Jika kalian memandangnya perlu, gunakannlah air daun bidara dan jadikan kali terakhir dengan dicampur kapur barus (kamper). Setelah selesai memandikannya, kami memberitahu belaiu, lalu beliau memberikan kain sarungnya
25 Tim DPPA, Da’watuna Panduan Ibadah Dan Dakwah Praktis Bagi Mahasiswa Untuk Pengabdian Masyarakat (Yogyakarta: DPPAI UII, 2019), 133.
seraya bersabda, „Jadikanlah ia kafan yang langsung menempel ke badannya.”26
Memandikan jenazah hendaknya secara ganjil, tiga, lima, tujuh atau lebih sesuai pertimbangan kalian. Mempertimbangkan penyiraman air keseluruh badan jenazah secara ganjil dengan menggunakan air bersih dan suci, kemudian dicampur dengan daun bidara, dan untuk siraman terakhir air dicampur dengan kamper atau kapur barus, hingga pengurus jenazah merasa jenazah telah bersih dan cukup untuk dimandikan.
Berdasarkan syarat wajib memandikan jenazah adalah :
1) Jenazah orang islam.
2) Adanya tubuh meskipun tidak utuh.
3) Jenazah tidak mati syahid.
4) Jenazah tidak mati terbakar, dimana seluruh tubuhnya sudah hangus terbakar.27
Adapun ketentuan dalam memandikan jenazah yakni:
1) Menggunakan air suci dan dapat mensucikan, memandikan jenazah menggunakan air dingin kecuali adanya ketentuan mengunakan air hangat dikarenakan sangat dingin atau susahnya menghilangkan kotoran pada tubuh jenazah.
Menggunakan sabun atau sejenisnya kecuali pada basuhan
26 Musthafa Dib Al Bugha, Fiqih Islam Lengkap Penjelasan Hukum-Hukum Islam Madzhab Syafi’I, (Solo: Media Zikir, 2016),167.
27Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam (Hukum Fiqh Islam Lengkap), (Bandung: Sinar Baru,2016), 165.
terakhir. Air untuk basuhan terakhir hendaknya diberikan kapur barus atau sejenis wewangian yang lainnya.
2) Tempat untuk memandikan jenazah dianjurkan tertutup, dimasuki oleh orang-orang yang bertugas dan yang memiliki kepentingan saja, meletakkan jenazah pada tempat yang tinggi dan menutup auratnya dengan kain atau sebuah benda yang dapat menutupinya.
3) Orang yang memandikan jenazah harus berjenis kelamin yang sama dengan si jenazah kecuali istri terhadap suaminya ataupun sebaliknya suami terhadap istrinya. Jika ada beberapa orang yang berhak untuk memndikan jenazah, maka yang pertama berhak adalah keluarga terdekat dengan jenazah, jikalau mereka mengetahui kewajiban memandikan jenazah serta dapat dipercaya, jika tidak, maka berpindahlah hak itu terhadap keluarga jauh yang berpengetahuan dan amanah.
Antara jenazah laki-laki dan perempuan berbeda atas urutan orang yang berhak dan paling utama untuk memandikan jenazah, yaitu sebagai beriku:
a. Bagi jenazah laki-laki
1) Orang yang mendapatkan wasiat dari si jenazah
2) Bapak, kakek, kerabat dekat, muhrim laki-laki dan istri dari si jenazah
b. Bagi jenazah perempuan
1) Ibunya, nenek, kerabat dekat dari pihak perempuan 2) Suami dari sijenazah28
Alat-alat yang digunakan dan disiapkan untuk memandikan jenazah adalah :
a) Tempat untuk meletakkan jenazah
b) Air suci secukupnya dalam ember atau tempat yang lainnya sekitar enam hingga delapan ember
c) Gayung secukupnya empat sampai enam biji
d) Teko atau kendi yang berisi air suci untuk mewudhukan si jenazah
e) Kain tabir untuk menutupi saat pemandian jenazah
f) Gunting untuk berjaga-jaga jika baju susah untuk dilepaskan g) Sarung tangan untuk memandikan sijenazah apabila ia memiliki
penyakit yang dapat tertular h) Sabun mandi cair maupun padat
i) Sampo untuk mencuci rambut sijenazah
j) Kapur barus atau kamper yang telah dihaluskan untuk dicampurkan kedalam air
k) Daun bidara
l) Kapas untuk membersihkan bagian yang lembut seperti mata, hidung, telinga dan bibir. Dan berguna untuk menutup bagian tubuh yang berlubang.29
28 Sahmiar Pulungan, Sahliah, Sarudin, dan Dharmawati, “Peningkatan Keterampilan Pengurusan Jenazah di MTs Ulumul Quran Medan”, Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Agama, Vol. 12, No. 1, 2020, 29.
Tata cara memandikan jenazah:
a) Membaringkan Jenazah, membaringkan jenazah ditempat yang tinggi.
b) Jenazah dibaringkan ditangan kanan orang yang memandikan c) Membasuh wajah dan kepala dengan sabun
d) Membasuh sisi kanan terlebih dahulu e) Menutupi kain pada jenazah saat dimandikan f) Menyiram seluruh tubuh jenazah dengan air
g) Membersihkan sisa-sisa kotoran yang mungkin masih ada dalam perutnya dengan cara menekan secara perlahan perut jenazah
h) Membasuh kemaluan dan dubur jenazah
i) Membersihkan mulut, lubang hidung, dan diwudhukan seperti halnya orang yang masih hidup
j) Membasuh dan menyiram tubuh jenazah secara ganjil, dan mendahulukan bagian sisi sebelah kanan.
k) Basuhan terakhir hendaknya air dicampur dengan daun bidara yang telah ditumbuk
l) Setelah selesai jenazah dikeringkan menggunakan kain handuk atau sejenisnya.30
29Suyitno,Irwan Suryadi, Moh. Adzkiyaunuha, “Pelatihan tentang Kepengurusan Jenazah di Masjid Hidayatul Muttaqin Desa Karang Kemiri Kecamatan Belitang Kabupaten Oku Timur”, Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, Vol. 1, No. 1, 2020, 90-91.
https://jurnal.stitmugu.ac.id/index.php/mengabdi/article/view/40
30Ahmad Bisri Syakur, The Pocket Fiqh, (Bandung : Grafindo, 2011), 291.
b. Mengkafani jenazah
langkah yang selanjutnya setelah memandikan jenazah adalah mengkafani jenazah. Dalam persoalan ukuran kain kafan tidak dibatasi dengan ukuran meter, tetapi disesuaikan dengan ukuran besar kecilnya badan jenazah. Ukuran minimalnya adalah satu lembar yang bisa menutupi badan jenazah baik laki-laki maupun perempuan.
Rasulullah saw bersabda:
َحَأ مَلََو اَذِإ وَنَفَك ْنِسحُيْلَ ف ُهاَخَأ ْمُكُد
ُۗ
Artinya :
“Bilamana seseorang dari kamu membungkus jenazah saudaranya, hendaklah membaguskan kafannya (mengkafani dengan baik-baik)31
Sedangkan hal-hal yang sunnah menurut Imam Syafi’I dan ulama-ulama pada umumnya untuk kain kafan jenazah laki-laki sebanyak tiga lembar yang dapat menutupi sempurna tubuhnya.
Sedangkan untuk jenazah perempuan menggunakan lima kain kafan yang dapat menutupi tubuhnya dengan sempurna. Lebih baik kain kafan diberi atau dibaluri wewangian.32
Alat-alat yang perlu disiapkan saat mengkfani jenazah adalah:
31 Tim DPPAI, Da’watuna, (Yogyakarta: DPPA, 2019), 138.
32 Kamil Muhammad Uwaidah, Fiqh Wanita, (Jakarta: Pustaka Al-kautsar, 2016), 226.
1) Kain kafan yang berukuran kurag lebih 12 meter 2) Kapas dan kapur barus yang telah dihaluskan 3) Sisir untuk menyisir rambut jenazah
4) Tempat untuk membentangkan kain kafan yang telah dipotong-potong
Tata cara membuat kain kafan untuk membungkus jenazah, dengan menggunting kain kafan menjadi beberapa bagian yakni dengan cara seperti berikut:
1) Mengkafani dengan tiga lapis kain bagi jenazah laki-laki, dan lima lapis bagi jenazah perempuan.
2) Kain kafan digunting sesuai dengan kebutuhan si jenazah dilebihi 50 cm
3) Menyiapkan tali untuk mengikat jenazah sebanyak 8 helai, 7 helai untuk kain kafan dan 1 helai untuk cawat dengan minimal perhelai sepanjang 5 sampai 7 cm
4) Cara membuat cawat yaitu dengan menggunting kain kafan sebanyak 50 cm dan dilipat menjadi tiga bagian yang sama, kemudian salah satunya dari ujungnya dilipat krang lebih 10 cm dan digunting ujung kanan kirinya untuk memasukkan tali cawat. Kemudian dalam cawat diberikan kapas dan taburan kapur barus.
5) Membuat kerudung atau sorban menggunting kain kurang lebih sepanjang 90-115 cm lalu lipat menjadi segitiga, sorban
atau krudung ini berguna untuk mengikat dagu jenazah supaya mulut tidak terbuka.
6) Membuat sarung gunting kain kafan sesuai dengan ukuran jenazah
7) Membuat baju, kain sesuai ukuran badan jenazah dilipat hingga menjadi persegi, lalu gunting bagian tengahnya hingga berbentuk baju.33
Cara mengkafani jenazah:
a) Taruh tali-tali pengikat kain kafan yang berjumlah 7 helai tadi, dengan yang akan ditali bagian atas kepala, bawah dagu, bagian bawah tangan yang sudah disendekapkan, bagian pantat, bagian lutut, bagian betis dan bagian bawah telapak kaki.
b) Bentangkan kain kafan sesuai susunan antara setiap lapisan
c) Taburi kain kafan dengan kapur barus yang telah halus d) Taruh kain serban atau kerudung dibagian kepala jenazah
untuk jenazah perempuan.
e) Letakkan kain baju yang telah dibuat
f) Kain cawat dibujurkan untuk menutup kemaluan si jenazah
33 Muhammad Munir, “Pelatihan Keterampilan Penyelenggaraan Jenazah di Gampong Paya Beurandang Kecamatan Tanah Luas Kabupaten Aceh Utara”, Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian 2018, 365-366.
g) Membaringkan jenazah diatas hamparan kain kafan dengan tangan bersendekap diatas dada
h) Menemelkan kapas yang sudah ditaburi kapur barus pada setiap anggotatubuh yang berlubang (mata, hidung, telinga, dan antara dua pantat. Dan anggota sujud (telapak tangan, dahi, kedua lutut, dan jari-jari kedua kaki.
i) Melipat kain kafan secara satu persatu. Untuk jenazah laki-laki melipatnya bisa mulai dari sisi sebelah kiri seperti saat memakai sarung, sedangkan untuk jenazah perempuan dimulai dari sisi sebelah kanan seperti memakai jarik. Saat melipat kain pertama dan kdua tidak perlu menutup wajah si jenazah kecuali untuk lapisan ketiga. Hal ini untuk mempermudah saat menempelkan wajah jenazah ke tanah dalam proses penguburan.
j) Kain kafan diikat dengan tali yang telah dibentangkan, proses penalian harus rapi supaya saat dipikul tidak terlipat.
c. Mensholatkan jenazah
Sholat jenazah adalah sholat yang dilakukan atas jenazah secara langsung, jika jenazahnya tidak ada di tempat maka disebut dengan sholat ghaib. Sholat jenazah dilaksanakan ketika jenazah telah dimandikan dan dikafani. Sholat jenazah dilaksanakan empat kali takbir, setelah takbir pertama membaca Al fatihah,
takbir kedua membaca sholawat Nabi, takbir ketiga dan keempat membaca doa untuk jenazah, dan umat islam semua.34
Sholat jenazah adalah fardu kifayah yang dimana artinya jika sudah ada yang mengerjakan maka gugurlah kewajiban bagi yang lain.35
Sholat jenazah memiliki syarat-syarat seperti syarat shalat yang lainnya, diantaranya adalah suci badan, menghadap kiblat, dan menutup aurat. Untuk waktu pelaksanaannya terdapat perbedaan antara sholat yang lainnya. Sholat jenazah dilaksanakan kapan saja ketika jenazah telah siap untuk disholatkan.
Rukun-rukun dalam melaksanakan sholat jenazah sebagai berikut:
1. Niat mengerjakan sholat jenazah, sholat jenazah hendaknya dilaksanakan secara berjamaah dan terdiri dari tiga barisan, pada setiap baris minimal terdiri dari dua orang. Seperti sabda Rasulullah saw :
َبَجوَأ ْدَقَ ف ٍفوُفُص َةَثََلََث ِويَلَع ىملَص ْنَم
Artinya :
“Barang siapa yang (jenazahnya) disholatkan oleh tiga barisan, maka sudah bisa dipastikan (diampunkan mayitnya)36
34 Mustafa Dib Al Bugha, Fikih Islam Lengkap Penjelasan Hukum-hukum Islam Madhab Syafi’I, (Solo: Media Zikir, 2009), 173.
35 Muhammad Habibillah, Panduan Ibadah Muslim Sehari-hari, (Yogyakarta: Saufa, 2015), 93.
36 Tim DPPAI, Da’watuna, (Yogyakarta: DPPA, 2019), 152
2. Berdiri bagi yang mampu, adapun cara sebagai berikut:
1) Takbir sebanyak empat kali
2) Setelah takbir pertama membaca surat Al Fatihah 3) Membaca shalawat kepada Nabi setelah takbir kedua 4) Setelah takbir ketiga membaca doa untuk mohon
ampunan dan diterima seluruh amal shalih si jenazah 5) Setelah takbir ke empat berdoa memohon pahala untuk
jenazah dan terjauhkan dari fitnah dan memohonkan ampun untuk jenazah dan yang mensholatkan
6) Diakhiri dengan dua salam
Posisi jenazah untuk laki-laki, posisi bagian kepala berada di sebelah kiri imam dan jika jenazah perempuan, maka kepalanya berada di sebelah kanan imam. Untuk posisi imam berada didekat kepala jenazah untuk jenazah laki-laki dan untuk jenazah perempuan imam berada didekat pantat. Jika dibalik tidak mempengarui keabsahan sholatnya, hanya saja menyalai sunnah Nabi.37
d. Mengubur jenazah
Tahapan terakhir dalam pengurusan jenazah yakni menguburkannya, untuk penguburan bisa dilakukan pada waktu
37 Panitia PAM, Pedoman Perawatan Jenazah, (Jember: Nuris Media, 2022), 30.
kapanpun.38 Kecuali disaat matahari terbit, saat matahari berada ditengah-tengah, saat matahari tenggelam dan pada malam hari, kecuali dalam keadaan darurat.39 Setelah jenazah disholatkan hendaknya segera dibawa untuk dikuburkan. Jangan dibiarkan terlalu lama dirumah.
Hal-hal yang harus diperhatikan saat menguburkan jenazah antara lain:
1) Membuat lobang liang lahat harus dalam, agar aroma jenazah tidak tercium dan untuk mencegah dimakan oleh hewan pemakan daging
2) Memasukkan jenazah dari bagian kepala terlebih dulu dan lakukan dari arah kaki kubur (bukan dari samping)
3) Jenazah diletakkan dalam posisi miring diatas lambung kanannya dan mengadap kiblat
4) Pipi dan kaki jenazah harus menempel ke tanah dan semua tali dilepas
5) Ketika meletakkan jenazah hendaknya membaca doa :
ِلوُسَرِةملِم ىَلَع ّللّا ِمسِب ّللّا
6) Setelah liang lahat ditutup, pengantar dianjurkan untuk menimbun kubur dengan memaukkan tanah tiga kali ke dalam kubur dan dilanjutkan hingga selesai Setelah selesai, diakhiri
38 Panitia PAM, Pedoman Perawatan Jenazah, (Jember: Nuris Media, 2022), 34.
39 Tim DPPAI, Da’watuna, (Yogyakarta: DPPA, 2019), 160.
dengan membaca doa agar jenazah diampuni dosanya dan diteguhkan ketika menghadapi pertanyaan dari malaikat.40
40 Agus Riyadi, Upaya Pemberdayaan dan Peningkatan Keterampilan Pemulasaraan Jenazah di Wilayah Kecamatan Mijen Kota Semarang, Dimas, Vol. 13, No. 2 Tahun 2013, 213-214.
39 A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, penelitian kualitatif ialah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan sebuah data secara deskriptif berupa tulisan, ucapan atau prilaku-prilaku orang yang diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu memberikan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, atau prilaku yang bias diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, atau sebuah organisasi tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik.41
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian studi kasus, jenis penelitian studi kasus suatu proses pengumpulan data dan informasi secara mendalam, insentif, detail, dan sistematis tentang orang, kejadian, latar social atau kelompok menggunakan bermacam-macam metode dan teknik serta banyak sumber informasi untuk memahami secara efektif bagaimana orang, kejadian, latar alami, itu beroprasi atau berfungsi sesuai konteksnya.42
41 Basuki, Pengantar Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: CV Media Saian Indonesia,2021), 6,https://books.google.com/books/about/Pengantar_Metode_Penelitian_Kuantitatif.html?hl=id&i d=doAqEAAAQBAJ
42 A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, & Penelitian Gabungan,(Jakarta:PRENADAMEDIA,2014), 339.