• Tidak ada hasil yang ditemukan

RIWAYAT HIDUP

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.6 Preferensi Konsumen

Preferensi konsumen merupakan pilihan suka atau tidak suka oleh seseorang terhadap produk yang dikonsumsi. Preferensi konsumen juga merupakan nilai-nilai yang diperhatikan konsumen dalam menentukan sebuah pilihan. Menurut Kardes (2002), preferensi merupakan penilaian evaluatif terhadap dua objek atau lebih. Preferensi selalu melibatkan pembuatan perbandingan antara dua objek. Kadang-kadang sikap berfungsi sebagai pembangun untuk preferensi dan kadang-kadang didasarkan pada perbandingan atribut atau fitur dari dua produk ataupun lebih.

Kardes membagi preferensi menjadi dua, yaitu: 1. Preferensi berdasarkan sikap

Preferensi ini merupakan preferensi yang dibentuk berdasarkan sikap konsumen secara keseluruhan terhadap dua produk. Menurut Kotler dan Armstrong (2008), sikap (attitude) menggambarkan evaluasi, perasaan, dan tendensi yang konsisten dari sesorang terhadap sebuah objek atau ide. Sikap menempatkan orang dalam suatu kerangka pikiran untuk menyukai atau tidak menyukai sesutatu, untuk bergerak menuju atau meninggalkan sesuatu. Sikap sulit diubah, karena adanya pola dari sikap seseorang sehingga diperlukan penyesuaian yang rumit dalam banyak hal. Oleh karena itu perusahaan harus selalu berubah menyesuaikan produknya dengan sikap yang sudah ada daripada mencoba mengubah sikap.

Adapun contoh preferensi ini yaitu: konsumen dapat membentuk preferensi tentang minuman ringan dengan membandingkan sikap mereka terhadap Coca-Cola dan Pepsi Cola. Jika konsumen memiliki sikap yang lebih baik terhadap Coca-Cola daripada Pepsi Cola, mereka sepertinya lebih suka Coca-Cola. Dengan catataan bahwa konsumen mungkin memiliki sikap yang sangat baik terhadap kedua produk, tetapi jika sikap mereka lebih baik terhadap Coca-Cola, mereka sepertinya lebih suka Coca-Cola.

2.Preferensi berdasarkan atribut

Preferensi berdasarkan atribut menurtu Kardes dibentuk atas dasar membandingkan satu atau lebih atribut atau fitur dari dua produk ataupun lebih. Sebagai contoh, jika konsumen tidak familiar dengan berbagai merek cat rumah, dia tidak mungkin membentuk sikap terhadap merek cat lainnya, sehingga daripada memperhitungkan sikap terhadap merek yang berbeda, konsumen mungkin hanya membendingkan merek yang berbeda pada satu atribut atau lebih. Jika perhatian utama konsumen pada biaya, maka konsumen akan membandingkan harga dan membentuk preferensi pada merek dengan harga terendah.

Menurut Kardes (2002) atribut pada produk terbagi menjadi dua yaitu atribut unik dan atribut bersama. Atribut unik merupakan atribut yang termasuk ke deskripsi satu produk tetapi dihilangkan dari deskripsi produk lainnya.

Sedangkan atribut bersama yaitu atribut yang tidak hanya dimiliki satu produk saja seperti atribut unik, akan tetapi semua produk memiliki atribut ini. Kedua hal ini memiliki sebuah dampak kuat pada preferensi dimana atribut unik melawan atribut bersama selalu memiliki implikasi evaluatif yang berlawanan.

Hasil ini menunjukkan bahwa atribut bersama memiliki pengaruh sedikit dalam keputusan preferensi. Selain itu ketika dihadapkan pada dua produk, hasil menunjukkan bahwa atribut unik yang menggambarkan produk kedua memiliki dampak yang lebih besar dalam preferensi, relatif terhadap atribut unik yang menggambarkan produk pertama. Asimetri ini dikenal sebagai arah perbandingan efek. Jika atribut unik dari merek fokus (produk kedua) menguntungkan, merek fokus lebih disukai. Proses perbandingan ini menunjukkan bahwa atribut bersama tidak sangat informatif karena tidak alternatif memiliki keuntungan diferensial pada atribut ini. Arah perbandingan efek diamati hanya ketika konsumen melakukan atribut berdasarkan perbandingan, akan tetapi dihilangkan ketika konsumen membentuk sikap didasarkan preferensi. Pada tahap evaluasi, konsumen akan membentuk preferensi atas merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan dan memberikan perhatian besar pada atribut yang memberikan manfaat yang dicarinya (Kotler dan Keller, 2009).

2.7 Analisis Faktor

Analisis faktor adalah suatu teknik untuk menganalisis tentang saling ketergantungan dari beberapa variabel secara simultan dengan tujuan untuk menyederhanakan dari bentuk hubungan antara beberapa variabel yang diteliti menjadi sejumlah faktor yang lebih sedikit daripada variabel yang untuk diteliti, yang berari dapat juga menggambarkan tentang struktur data dari suatu penelitian. Jadi, pada prinsipnya analisis faktor digunakan untuk mengelompokkan beberapa variabel yang memiliki kemiripan untuk dijadikan satu faktor, sehingga dimungkinkan dari beberapa atribut yang mempengaruhi suatu komponen variabel dapat diringkas menjadi beberapa faktor utama yang jumlahnya lebih sedikit (Suliyanto, 2005).

Menurut Simamora (2005) terdapat dua metode dasar analisis faktor, yaitu:

1. Principal component analysis

Principal component analysis (PCA) menggunakan total varian dalam analisisisnya. Metode ini menghasilkan faktor yang memiliki specific variance dan error variance yang paling kecil. Jika ada beberapa faktor yang dimaksimalkan, faktor yang terlebih dahulu dihasilkan adalah yang memiliki common variance terbesar, sekaligus specific dan error variance terkecil. Adapun tujuan PCA adalah mengetahui jumlah faktor minimal yang dapat diekstrak. Namun sebelum memilih metode ini, peneliti harus yakin dulu bahwa common variance lebih besar dari specific dan error variance. Adapun pengertian PCA menurut Suliyanto (2005) merupakan model dalam analisis faktor yang tujuannya untuk melakukan prediksi terhadap sejumlah faktor yang akan dihasilkan.

Model Principal Component Analysis (PCA):

………...( 1 )

Syarat, m ≤ p

Jika ditulis dalam bentuk matriks adalah:

………...( 2 )

Keterangan:

F = faktor principal component (unobservable) X = variabel yang diteliti (observable)

l = bobot dari kombinasi linier (loading)

Dengan demikian model PCA dapat dinyatakan bahwa faktor m terbentuk oleh variabel X1 dengan bobot kontribusi sebesar lm1 dan

variabel X2 dengan bobot kontribusi sebesar lm2, dan seterusnya. Semakin

besar bobot suatu variabel terhadap faktor yang terbentuk, maka menunjukkan semakin erat variabel tersebut terhadap faktor yang terbentuk, demikian juga sebaliknya (Suliyanto, 2005).

2. Common Factor Analysis

Common Factor Analysis mengekstrak faktor hanya berdasarkan common variance. Metode ini dapat dipakai apabila tujuan utama peneliti adalah untuk mengetahui dimensi-dimensi laten atau konstruk yang mendasari variabel-variabel asli. Pada metode ini jumlah faktor tetap

diekstrak, namun metode ini lebih kuat dalam mengungkap dimensi- dimensi laten yang melandasi variabel-variabel. Metode ini juga dapat dipakai, jika peneliti tidak mengetahui specific dan error variance sehingga dapat diabaikan dalam analisis. Menurut Suliyanto (2005), metode ini merupakan model dalam analisis faktor yang tujuannya untuk mengetahui struktur variabel yang diteliti (karakteristik dari observasi). Model Common Factor Analysis :

………( 3 )

Syarat, m ≤ p

Jika ditulis dalam bentuk matriks adalah:

………. ( 4 )

Keterangan:

F = common factor (unobservable) X = variabel yang diteliti (observable) l = bobot dari kombinasi linier (loading)

= specific factor

Dengan demikian model common factor dapat dinyatakan bahwa variabel Xp memberikan kontribusi terhadap faktor F1 dengan bobot

kontribusi sebesar lP1 dan kepada faktor F2 dengan bobot kontribusi sebesar

lP2 dan juga kepada faktor lain yang tidak diteliti (Suliyanto, 2005). 2.8 Penelitian Terdahulu

Fitriyana (2009) dalam penelitiannya tentang Analisis Proses Pengambilan Keputusan dan Preferensi Konsumen Terhadap Objek Wisata Pemancingan Fishing Valley Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengetahui karakteristik konsumen yang mengunjungi objek wisata pemancingan Fishing Valley Bogor 2) Menganalisis proses pengambilan keputusan konsumen yang berkunjung ke objek wisata pemancingan Fishing Valley Bogor 3) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen untuk berkunjung ke objek wisata pemancingan Fishing Valley Bogor. Alat analisis yang digunakan adalah analalisis deskriptif dan analisis faktor. Berdasarkan analisis faktor diperoeh lima dimensi yang paling dipentingkan, yaitu: berwujud (tangible) sebesar 0,655, kesigapan (responsiveness) sebesar 0,649, keandalan (reliability) sebesar 0,514, keyakinan (assurance) sebesar 0,414, dan perhatian (empathy) sebesar 0,125.

Miftah (2010) dalam penelitiannya tentang Analisis Proses Pengambilan Keputusan dan Preferensi Konsumen Terhadap Restoran Gurih 7 Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengetahui karakteristik konsumen Restoran Gurih 7, 2) Menganalisis proses pengambilan keputusan konsumen Restoran Gurih 7, 3) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen Restoran Gurih 7. Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis faktor. Berdasarkan analisis faktor diperoeh lima faktor yang mempengaruhi, yaitu: assurance sebesar 0,742, reliability sebesar 0,698, tangible sebesar 0,697, responsiveness sebesar 0,611, dan empathy sebesar 0,567.

Febrianti (2011) dalam penelitiannya tentang Analisis Keputusan Pembelian dan Preferensi Konsumen Pembalut Wanita Charm. Tujuan penelitian tersebut adalah 1) Mengidentifikasi karakteristik konsumen pembalut wanita Charm 2) Menganalisis proses pengambilan keputusan pembelian konsumen pembalut wanita Charm 3) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen terhadap atribut pembalut wanita Charm. Alat analisis yang digunakan adalah analalisis deskriptif dan analisis faktor. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik konsumen pembalut wanita Charm, yaitu: usia, status pernikahan, daerah asal, tingkat semester perkuliahan, dan pendapatan. Pada analisis faktor, terbentuk empat faktor yang dari seluruh atribut yang mempengaruhi preferensi konsumen dalam memilih pembalut wanita Charm, antara lain: (1) faktor internal produk, yang terdiri dari kenyamanan, higienis, bentuk dan ukuran, daya serap baik, bahan dan tekstur lembut dan kemudahan memperoleh (2) faktor eksternal produk, yang terdiri dari pengaruh keluarga dan teman, kemasan menarik, iklan dan promosi, dan merek terkenal, (3) faktor inovasi produk, yang terdiri dari variasi jenis dan anti kerut, dan (4) faktor ekonomi konsumen, yang terdiri dari harga dan pendapatan.

III. METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Salah satu keanekaragaman yang tumbuh di masyarakat adalah keanekaragaman hasil karya seni. Batik merupakan salah satu produk hasil karya seni sekaligus warisan budaya yang memiliki keanekaragaman. Keanekaragaman Batik terlihat dari berbagai aspek, seperti asal daerah pembuatan, motif, warna, hingga filosofi yang dimilikinya. Oleh karena itu, tak heran jika terdapat keanekaragaman batik berkembang di Indonesia.

Bogor adalah salah satu kota yang menjadi kota wisata di Indonesia. Julukan kota hujan, tugu kujang, talas, maupun kijang membuat Bogor memiliki pesona tersendiri yang dapat dikembangkan. Kecintaan akan pesona tersebut membuat tumbuhnya eksplorasi terhadap kota Bogor. Salah satu eksplorasi yang dilakukan adalah dengan mengangkat batik dengan motif-motif yang diambil dari pesona kota Bogor yaitu Batik Bogor atau yang sering dikenal dengan Batik Bogor Tradisiku.

Batik Bogor Tradisiku adalah usaha yang mengembangkan potensi batik yang ada di Indonesia, khususya mengembangkan batik yang mengangkat kota Bogor. Pada kenyataannya, usaha dari Batik Bogor Tradisiku ini mengalami berbagai tantangan berbagai pihak. Salah satu tantangan tersebut adalah banyaknya kompetitor batik daerah di Indonesia, seperti Pekalongan, Solo, maupun Yogyakarta . Batik-batik tersebut telah populer di masyarakat. Oleh karena itu, Batik Bogor Tradisiku harus melakukan eksplorasi besar-besaran, sehingga mampu menunjukkan eksistensinya sebagai salah satu batik Indonesia yang memiliki potensi sama dengan batik Indonesia lainnya.

Pengetahuan tentang perilaku konsumen menjadi hal yang harus dikaji oleh suatu usaha. Adanya Batik Bogor Tradisiku sebagai salah satu batik yang sedang berkembang di tengah-tengah masyarakat Bogor memerlukan pengetahuan tentang perilaku konsumen Batik Bogor Tradisiku. Perilaku konsumen tersebut dapat dikaji melalui penelitian terhadap karakteristik konsumen, proses pengambilan keputusan konsumenn, dan faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen. Untuk mengetahui karakteristik konsuemen dan proses

pengambilan keputusan digunakan analisis deskriptif, sedangkan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen digunakan analisis faktor. Hasil yang diperoleh melalui penelitian ini, akan menjadi rekomendasi yang mendukung perbaikan maupun pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku ke depannya.

Gambar 4. Kerangka Pemikiran

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian tentang analisis keputusan dan preferensi konsumen Batik Bogor Tradisiku Bogor dilakukan di galeri yang berlokasi di Jalan. Jalak No. 2 Tanah Sareal- Bogor Penelitian dilakukan kepada konsumen yang sedang atau telah membeli produk Batik Bogor Tradisiku. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Maret 2012 hingga April 2012.

Eksplorasi Batik dengan mengangkat Batik Bogor yang dilakukan oleh Batik Bogor Tradisiku

Banyaknya kompetitor batik daerah di Indonesia

Pengetahuan tentang perilaku konsumen pada Batik Bogor Tradisiku

Analisis Faktor Karakteristik

konsumen

Proses pengambilan keputusan konsumen

Faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen

Analisis Deskriptif

Rekomendasi untuk perbaikan dan pengembangan Batik Bogor

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan stakeholder yang terkait dan pengisian kuesioner oleh responden. Stakeholder yang terkait dalam pengumpulan data antara lain adalah pemilik usaha dan karyawan Batik Bogor Tradisiku, Dewan Kerajinan Nasional Daerah kota Bogor (Dekranasda), Dinas Budaya dan Pariwisata kota Bogor, Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Bogor, serta konsumen Batik Bogor Tradisiku. Pengumpulan data sekunder dilperoleh melalui studi literatur dengan menggunakan buku, jurnal, internet, dan sumber lain yang dapat mendukung data dalam penelitian.

3.4 Metode Pengambilan Sampel dan Jumlah Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-probabbility sampling dengan teknik convenience sampling. Dalam pengambilan sampel ini, sampel yang akan dipilih diukur dengan menggunakan pendekatan menurut Gilbert (1996) yaitu pengambilan sampel pada populasi yang tidak diketahui. Adapun jumlah sampel yang digunakan diperoleh dengan menggunakan rumus:

……….( 5 )

Keterangan: n= jumlah sampel

z= nilai dari selang kepercayaan 95%

H= Half precision (desired level of precision squared)

σ = varian populasi

Pada penelitian ini varian populasi diperoleh melalui:

………...( 6 ) ( Keterangan: Jumlah populasi maksimum dan jumlah populasi minimum diperoleh melalui wawancara dengan pihak Batik Bogor Tradisiku. Sedangkan H (Half precision (desired level oh precision squared) yang digunakan adalah 10%, mengingat penelitian ini adalah penelitian ilmu sosial) sehingga diperoleh:

Maka berdasarkan perhitungan yang dilakukan, jumlah sampel yang dibutuhkan sebagai responden adalah sebanyak 100 orang.

3.5 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan Statistical Package For Social Science (SPSS). Kevalidan dan kesahihan data pada kuesioner yang diisi oleh responden digunakan uji validitas dan uji reliabilitas, sedangkan analisis data menggunakan analisis deskriptif dan analisis faktor.

3.5.1 Uji Validitas

Uji validitas mengindikasikan apakah alat pengukuran yang ingin diukur sudah tepat atau belum. Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan yang mendefinisikan suatu peubah. Setelah kuesioner terbentuk, langkah awal yang dilakukan adalah menguji validitas kuesioner. Kuesioner tersebut memiliki pertanyaan-pertanyaan yang saling berhubungan dengan konsep-konsep yang diinginkan. Apabila pertanyaan yang tidak berhubungan, maka pertanyaan tersebut tidak valid dan akan dihilangkan atau diganti dengan konsep pertanyaan lain (Umar,2003).

Uji validitas dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product moment, teknik ini digunakan untuk menghitung nilai korelasi (r) antara data pada masing-masing pertanyaan dengan skor total. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung nilai korelasi (r):

√ ……… ( 7 ) Keterangan :

n = jumlah responden

X = skor masing-masing pernyataan Y = skor total pertanyaan

Pada penelitian uji validitas dilakukan terhadap 30 responden dan dapat dikatakan valid bila diperoleh rhitung lebih besar dari rtabel yang

ditentukan.

3.5.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal-hal yang berkaitan dengan pertanyaan yang merupakan bagian dimensi suatu peubah dalam kuesioner. Jika hasil pengukuran yang dilakukan berulang menghasilkan hasi yang relatif sama, pengukuran tersebut dianggap memiliki tingkat reliabilitas yang baik (Suliyanto, 2005). Uji reliabilitas dilakukan setelah uji validitas yang bertujuan untuk mengetahui keandalan kuesioner. Reliabilitas suatu konstruk dinyatakan baik jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,60. Pengujian reliabilitas dengan teknik Cronbach dilakukan dengan menggunakan program SPSS menggunakan rumus:

………( 8 )

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyak butir pertanyaan = jumlah ragam butir

= varians total

Rumus untuk mencari nilai ragam adalah: ( ) ………..( 9 ) Keterangan: σ2 = ragam n = jumlah sampel X = nilai skor akhir

3.5.3 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis proses pengambilan keputusan konsumen, mulai dari tahap pengenalan kebutuhan hingga pasca pembelian. Pada penelitian ini analisis deskriptif juga

digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik konsumen Batik Bogor Tradisiku yang meliputi jenis kelamin, usia, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pegeluaran, dan hobi. Data-data yang diperoleh melalui kuesioner akan dikelompokkan pada tabel dan dipersentasekan berdasarkan jumlah responden. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung Persentase adalah:

...( 10 ) Keterangan:

P = Persentase responden yang memiliki kategori tertentu fi = jumlah responden yang memilih kategori tertentu ∑fi = total jawaban

Tabulasi silang pada analisis deskriptif dilakukan pada saat menganalisis karakteristik responden. Adapun tujuan dari tabulasi silang adalah menampilkan kaitan antara dua atau lebih variabel, atau sampai dengan menghitung apakah ada hubungan antara baris (sebuah variabel) dengan kolom (sebuah variabel yang lain). Alat statistik yang sering digunakan untuk mengukur asosiasi pada sebuah crosstab adalah chi- square (Santoso, 2010).

3.5.4 Analisis Faktor

Analisis faktor yang meliputi pricipal component analysis dan common factor analysis adalah pendekatan statistik yang dapat digunakan

untuk menganalisis “interrelationship” sejumlah variabel dan untuk menjelaskan dimensi-dimensi (faktor) apakah yang melandasi variabel- variabel tersebut (Simamora, 2005). Analisis faktor yang berasal dari data primer melalui kuesioner akan mengkuantifikasikan data dengan skala Likert dan menggunakan rata-rata pembobotan tersebut sebagai data statistik yang akan diolah (Nugroho, 2005).

Penelitian yang dilakukan, analisis faktor digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen. Adanya tujuan digunakan analisis faktor menurut Suliyanto (2005) adalah:

1. Mengidentifikasi dimensi-dimensi mendasar yang dapat menjelaskan korelasi dari serangkaian variabel.

2. Mengidentifikasi variabel-variabel baru yang lebih kecil, untuk menggantikan variabel tidak berkorelasi dari serangkaian variabel asli yang berkorelasi.

3. Mengidentifikasi beberapa variabel kecil dari sejumlah variabel yang banyak untuk dianalisis multivariat lainnya.

Analisis faktor meliputi proses sebagai berikut : 1. Menentukan variabel apa saja yang akan dianalisis.

2. Menguji variabel-variabel yang akan ditentukan, dengan menggunakan metode Barlett test of sphericity. Untuk menguji kesesuaian pemakaian analisis faktor, digunakan metode Kaiser-Meyer-Olkin (KMO). KMO adalah uji yang nilainya berkisar antara 0 sampai 1. Apabila nilai indeks tinggi (berkisar antara 0,5 sampai 1,0), analisis faktor layak dilakukan. Sebaliknya, apabila nilai KMO dibawah 0,5 maka analisis faktor tidak layak dilakukan (Simamora, 2005). Untuk menentukan apakah proses pengambilan sampel sudah memadai atau tidak digunakan pengukuran Measure of Sampling Adequacy (MSA). Angka MSA berkisar antara 0 sampai 1, dengan kriteria:

a. MSA=1, variabel dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel yang lain.

b. MSA>0,5, variabel masih dapat diprediksi dan dapat dianalisis lebih lanjut.

c. MSA<0,5,variabel tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya.

3. Melakukan proses inti dari analisis faktor, yaitu factoring, atau menurunkan satu atau lebih faktor dari variabel-variabel yang telah lolos pada uji variabel sebelumnya.

4. Melakukan proses factor rotation atau rotasi terhadap faktor yang telah terbentuk. Tujuan rotasi untuk memperjelas variabel yang masuk ke dalam faktor tertentu. Ada beberapa metode rotasi faktor yang bisa digunakan, yaitu: varimax method, quartimax method, dan equamax

method. Varimax method adalah metode rotasi orthogonal untuk meminimalisasi jumlah indikator yang mempunyai factor loading tinggi pada tiap faktor. Quartimax method merupakan metode rotasi untuk meminimalisasi jumlah faktor yang digunakan untuk menjelaskan indikator. Equamax method adalah metode gabungan antara varimax method yang meminimalkan indikator dan quartimax method yang meminimalkan faktor.

5. Interpretasi atas faktor yang terbentuk, khususnya memberi nama atas faktor yang terbentuk tersebut yang dianggap dapat mewakili variabel- variabel anggota faktor tersebut.

6. Validasi atau hasil faktor untuk mengetahui apakah faktor yang terbentuk telah valid.

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Profil Batik Bogor Tradisiku

Batik Bogor Tradisiku didirikan pada tanggal 13 Januari 2008 oleh pendirinya Bapak Siswaya. Pria kelahiran Sleman-Yogyakarta ini telah menetap di Bogor lebih dari 26 tahun sehingga beliau ingin memberikan sesuatu untuk mengharumkan kota Bogor melalui kontribusi yang dimilikinya, karena beliau sangat memegang teguh peribahasa yang

menyatakan “ di mana bumi dipinjak, di situ langit dijunjung”. Gagasan

beliau adalah membuat batik dengan motif yang mengangkat ikon-ikon khas kota Bogor yang bertujuan untuk melestarikan budaya batik serta menumbuhkan kecintaan masyarakat Bogor terhadap batik khas kota Bogor yang diberi nama Batik Bogor Tradisiku. Dengan adanya Batik Bogor Tradisiku diharapkan kota Bogor semakin populer baik dalam lingkup nasional maupun internasional. Adapun alasan mendirikan Batik Bogor Tradisiku, yaitu:

1. Sebagai bentuk kontribusi kepada kota Bogor yang telah memberikan warna kehidupan selama 26 tahun

2. Rasa ingin melestarikan budaya Indonesia yaitu batik yang seyogyanya merupakan khasanah budaya yang telah turun temurun diwariskan nenek moyang bangsa Indonesia, terlebih ketika ditetapkannya batik secara internasional oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009.

3. Jiwa sosial yang tinggi membuatnya ingin membantu para pembatik Yogya yang kehilangan pekerjaan akibat gempa bumi Jogja pada tahun 2006 silam dan juga menciptakan lapangan pekerjaan untuk warga sekitar yang membutuhkan pekerjaan.

Batik Bogor Tradisiku telah terdaftar sebagai perusahaan yang memiliki nomor Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 10.04.5.17.06359, pada tanggal 15 Januari 2009. Direktur Batik Bogor Tradisiku adalah pendirinya yaitu Bapak Siswaya, dengan nomor NPWP 59.202.841.9-404.000. Batik

Bogor Tradisiku juga telah mengantongi Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dengan nomor 517/32/PK/B/DIPERINDAGKOP dan Tanda Daftar Industri (TDI) dengan nomor 534/03. TDI-Diperindagkop pada tanggal 15 Januari 2009.

Batik Bogor Tradisiku memiliki motif yang membawa ikon-ikon yang identik dengan kota Bogor seperti kijang, kujang, bunga teratai, dan lainnya. Kemudian pada 4 Juni 2009 sebagai peringatan Ulang Tahun Bogor ke-527 motif kujang kijang dilaunching oleh walikota Bogor , Bapak Diani Budiarto, beserta Ibu Fauziah dan motif tersebut dipatenkan bersama dua motif batik Pakuan Pajajaran, yaitu Ragen Panganten dan Banyak Ngantrang, yang hak ciptanya dimiliki Pemda Kota Bogor.

Batik Bogor Tradisiku dalam perjalanannya kembali mengeluarkan motif-motif yang membawa ikon kota Bogor, salah satunya adalah motif

Dokumen terkait