• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Tabulasi Silang

Setelah melakukan analisis deskriptif mengenai karakteristik responden maka selanjutnya tabulasi silang antara masing-masing karakteristik responden yang satu dengan karakteristik responden yang lainnya. Pada tabulasi silang yang diolah dengan menggunkan SPSS dapat dilihat hubungan antar karakteristik dengan melihat nilai chi-square. Bila nilai chi-square hitung lebih besar daripada chi-square tabel maka dapat di katakan tolak Ho, dimana Ho adalah tidak ada

hubungan antara baris dan kolom. Pada penelitian biasanya nilai α yang digunakan pada level of significance adalah 0,05 dan 0,1 (Siegel dan Catellan,

32% 30% 7% 6% 4% 1% 5% 15%

Membaca Jalan-jalan Belanja

Menonton Browsing Kolektor barang

1988). Nilai α yang dignakan pada penelitian ini adalah 0,1 dengan

mempertimbangkan nilai half precission yang digunakan adalah 10%. Nilai crosstabulation yang korelasinya berada pada nilai maksimal α =0,1 maka dapat dinyatakan adanya korelasi pada variabel tersebut.

Pengolahan tabulasi silang pada penelitian ini hanya dilakukan hanya pada pengeluaran setiap pembelian terhadap variabel karakteristik konsumen lainnya. Hal ini dilakukkan karena pengeluaran setiap pembelian yang dilakukan oleh konsumen memiliki potensi dalam mempengaruhi penetapan strategi yang akan dilakukan Batik Bogor Tradisiku ke depannya.

Tabel 3. Ringkasan hasil uji crosstab pengeluaran setiap pembelian dengan variabel karakteristik konsumen lainnya

Variabel

Chi-square Test

Korelasi

Value Asy.Sig

Pengeluaran setiap Pembelian * Jenis

Kelamin 2,956

a

0,565 Tidak signifikan Pengeluaran setiap Pembelian * Usia 15,993a 0,717 Tidak

signifikan Pengeluaran setiap Pembelian *

Status Penikahan 51,418

a

0,000 Signifikan Pengeluaran setiap Pembelian *

Pendidikan Terakhir 50,198

a

0,000 Signifikan Pengeluaran setiap Pembelian

*Klasifikasi Pekerjaan 24,521

a 0,079 Signifikan

Pengeluaran setiap Pembelian *Status

Pekerjaan 25,656

a

0,059 Signifikan Pengeluaran setiap Pembelian *

Profesi 51,996

a

0,014 Signifikan Pengeluaran setiap Pembelian *

Pendapatan 35,932

a

0,003 Signifikan Pengeluaran setiap Pembelian * Hobi 23,522a 0,707 Tidak

signifikan

4.3.1 Tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan status pernikahan

Konsumen Batik Bogor Tradisiku dengan status pernikahan menikah mayoritas (35%) melakukan pembelian dengan pengeluaran Rp. 100.001- Rp.500.000. Konsumen yang memiliki status pernikahan cenderung memiliki kebutuhan sandang yang bergaya formal, salah satunya batik. Batik yang biasa digunakan oleh konsumen Batik Bogor Tradisiku biasanya adalah berfungsi sebagai seragam dengan motif khas yang menjadi identitas maupun kebanggaan tersendiri sebagai identitas dalam menghadiri suatu acara maupun kegiatan. Oleh karena itu mayoritas konsumen memilih batik dengan selektif sehingga harga yang ditawarkan juga sesuai, yaitu berkisar Rp. 100.001 hingga Rp.500.000. Berbeda dengan konsumen yang belum menikah (13%) mayoritas melakukan pembelian dengan pengeluaran ( tabel 4). Hal ini dikarenakan mayoritas konsumen lebih menyukai gaya berpakaian yang casual dibandingkan gaya berpakaian formal yang sangat identik dengan berbagai aspek yang ada.

Tabel 4. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan status pernikahan

Pengeluaran setiap pembelian

Status Pernikahan

Menikah Belum

Menikah Duda Janda Total

≤ Rp.100.000 Rp. 100.001-Rp. 500.000 Rp. 500.001-Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.001-Rp. 2.000.000 >Rp.2.000.000 30 % 13% 0% 0% 43% 35% 12% 0% 1% 48% 5% 1% 0% 0% 6% 0% 0% 0% 1% 1% 2% 0% 0% 0% 2% Total 72% 26% 0% 2% 100% Chisquare 0,00

4.3.2 Tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan pendidikan terakhir

Konsumen dengan pendidikan terakhir S1 (22%) mayoritas melakukan pembelian dengan pengeluaran Rp. 100.001-Rp.500.000. Konsumen dengan tingkat pendidikan yang beragam memiliki perbedaaan persepsi terhadap berbagai hal, termasuk dalam melakukan pembelian. Konsumen dengan tingkat pendidikan S1 pada konsumen Batik Bogor Tradisiku cenderung memiliki pengeluaran setiap pembelian yang cukup tinggi yaitu Rp. 100.001- Rp. 500.000. Adapun yang

menjad pertimbangan mereka adalah batik bukanlah sekedar bahan sandang yang biasa saja karena di dalam sehelai kain tersebut ada banyak nilai yang mungkin tidak terlihat secara eksplisit namun implisit, seperti filosofi maupun esensi dari nilai sebuah batik. Oleh karena itu, biasanya konsumen dengan tingkat pendidikan semakin tinggi cenderung selektif dan loyal terhadap nilai implisit tersebut dan memberani membayar berapa pun harganya. Hal ini akan begitu berbeda dengan konsumen dengan pendidikan terakhir yang ada di SD/SMP, SMU/SMK, dan diploma yang biasanya lebih melihat terhadap aktualisasi nilai yang bersifat ekspisit saja terhadap batik yang identik sebagai bahan sandang yang menurut mereka hanya identik dengan identitas budaya bangsa yang sudah ada sejak dahulu kala, sehingga tingkat ekspektasi harga yang mereka inginkan hanyalah berdasarkan harga yang standar di pasaran. Oleh karena itu, tak heran jika mereka tidak begitu loyal dalam melakukan pembelian yang cukup tinggi.

Tabel 5. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan pendidikan terakhir Pengeluaran setiap pembelian Pendidikan terakhir SD/SM P SMU/S MK Diplom a S1 S2 S3 Tota l ≤Rp. 100.000 Rp.100.001-Rp. 500.000 Rp.500.001-Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.001-Rp. 2.000.000 >Rp.2.000.000 0% 16% 5% 19% 3% 0% 43% 2% 13% 6% 22% 4% 1% 48% 0% 1% 0% 2% 3% 0% 6% 1% 0% 0% 0% 0% 0% 1% 0% 0% 0% 1% 1% 0% 2% Total 3% 30% 11% 44% 11% 1% 100% Chisquare 0,00

4.3.3 Tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan klasifikasi pekerjaan

Pada tabulasi silang diperoleh status pekerjaan memiliki korelasi dengan pengeluaran setiap pembelian yang dikeluarkan oleh konsumen. Klasifikasi pekerjaan yang dimiliki konsumen pada penelitian adalah unemployee, investor, business owner, self employee, dan employee. Konsumen dengan klasifikasi pekerjaan unemployee dan employee memiliki pengeluaran setiap pembelian yang relative kecil. Hal ini dikarenakan konsumen membeli Batik Bogor Tradisiku dengan klasifikasi pekerjaan yang memiliki daya beli yang dapat dikatakan relatif

kecil yaitu ≤Rp.100.000 . Sedangkan pada pengeluaran setiap pembelian pada

dari employee, business owner, dan unemployee. Adapun hal yang mempengaruhi karakteristik konsumen pada klasifikasi pekerjaan tersebut adalah pendapatan, selera, dan daya beli yang tinggi. Konsumen pada klasifikasi pekerjaan ini cenderung mempertimbangkan atribut produk lebih dari hal yang bersifat fisik atau nyata namun mempetimbangkan atribut abstrak yang mengandung hal yang bersifat implicit seperti estetika maupun product knowledge.

Tabel 6. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan klasifikasi pekerjaan Pengeluaran setiap pembelian Klasifikasi pekerjaan Total Un- employee Investor Business Owner Self employee Emplo yee ≤Rp.100.000 Rp.100.001-Rp. 500.000 Rp.500.001-Rp. 1.000.000 Rp.1.000.001-Rp. 2.000.000 >Rp. 2.000.000 10 0 0 2 31 43 8 1 6 2 31 48 3 0 0 0 3 6 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 2 2 Total 21 1 7 4 67 100 Chisquare 0,079

4.3.4 Tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan status pekerjaan

Status pekerjaan merupakan variabel karakteristik konsumen yang memiliki korelasi dengan pengeluaran setiap pembelian. Hal ini dapat terlihat dari pengeluaran setiap pembelian yang memiliki perbedaan yang kontras dengan status pekerjaan yang dimiliki oleh konsumen. Konsumen dengan status pekerjaan swasta mayoritas memiliki pengeluaran pembelian di kisaran ≤ Rp.100.000 dan Rp. 100.001-Rp. 500.000. Konsumen dengan status pekerjaan sebagai PNS memiliki pengeluaran setiap pembelian pada kisaran Rp.100.000 bahkan hingga Rp. 2.000.000. Konsumen dengan status pekerjaan wiraswasta memiliki pengeluaran setiap pembelian pada Rp. 100.001- Rp. 500.000. Status pekerjaan pelajar/mahasiswa dan ibu rumah tangga memiliki pengeluaran setiap pembelian yang paling minimum. Adapun yang mempengaruhi status pekerjaan dengan pengeluaran setiap pembelian cenderung dipengaruhi oleh gaya hidup yang dilakukan oleh konsumen. Konsumen denga status pekerjaan swasta cenderung menggunakan batik dalam berbagai kegiatan baik formal maupun semiformal.

Berbeda dengan konsumen yang memiliki status pekerjaan wiraswasta, pelajar/mahasiswa, dan ibu rumah tangga yang menggunakan batik untuk kegiatan ataupun acara tertentu.

Tabel 7. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan status pekerjaan

4.3.5 Tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan profesi

Konsumen dengan profesi sebagai dosen/ guru merupakan konsumen yang

mayoritas melakukan pembelian dengan pengeluaran ≤ Rp. 100.000 dengan

persentase 21 persen dan juga pengeluaran sebesar Rp.100.001- Rp. 500.000 sebesar 17 persen. Terdapat perbedaan yang tidak begitu jauh pada pengeluaran setiap pembelian yang dilakukan oleh dosen/ guru. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai aspek yang dimiliki baik secara ekonomi maupun persepsi. Mayoritas dosen/ guru yang melakukan pembelian sebesar Rp. 100.001-Rp. 500.000 merupakan dosen/ guru yang berasal dari sekolah maupun institusi pendidikan yang cukup populer, sehingga dapat dikatakan didukung dari kemampuan finansial yang cukup tinggi dalam mendukung daya beli terhadap pengeluaran setiap pembelian yang dilakukan. Selain itu, konsumen tersebut mecoba memberikan kekhasan dengan sekolah maupun institusi pendidikan yang menunjukkan identitas sebagai dosen/guru yang berasal dari Bogor.

Pengeluaran setiap pembelian Status pekerjaan Total PNS Swasta Wiraswasta Pelajar/ Mahasis wa IRT ≤Rp.100.000 Rp.100.001-Rp. 500.000 Rp.500.001-Rp. 1.000.000 Rp.1.000.001-Rp. 2.000.000 >Rp. 2.000.000 9 22 2 5 5 43 8 23 9 6 2 48 1 1 1 1 2 6 0 0 1 0 0 1 2 0 0 0 0 2 Total 20 46 13 12 9 100 Chisquare 0,059

Tabel 8. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan profesi

4.3.6 Tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan pendapatan

Konsumen Batik Bogor Tradisiku dengan pendapatanrata-rata per bulan sebesar Rp. 2.000.001 - Rp.5.000.000 merupakan konsumen yang mayoritas melakukan pembelian dengan pengeluaran sebesar Rp. 100.001-Rp. 500.000 yaitu 23 persen. Pendapatan yang dimiliki konsumen pada rentang Rp. 2.000.001- Rp. 5.000.000 dapat dikatakan merupakan konsumen dengan tingkat pendapatan yang cukup mapan sehingga kemampuan mereka dalam melakukan suatu transaksi pembelian juga cukup tinggi. Selain itu pendapatan yang mapan juga mempengaruhi selera yang dimiliki, semakin tinggi pendapatan maka selera terhadap suatu produk pun meningkat sehingga ha ini akan beringan dengan harga yang ditawarkan. Pengeluaran setiap pembelian Profesi Dosen/ Guru Pengusaha atau Wirausaha Dokter/ Tenaga Medis TNI/

Polisi Pedagang Artis Konsultan Engineer

Pemerintah an Total ≤Rp.100.000 Rp.100.001- Rp.500.000 Rp.500.001- Rp. 1.000.000 Rp.1.000.001- Rp. 2.000.000 >Rp. 2.000.000 21 1 0 0 2 0 1 1 17 43 17 9 0 1 4 1 2 1 13 48 1 0 1 1 0 1 0 0 2 6 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2 Total 41 11 1 2 6 2 3 2 32 100 Chisquare 0,014

Tabel 9. Hasil tabulasi silang pengeluaran setiap pembelian dengan pendapatan

Dokumen terkait