• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV LINEARITAS DAN DAERAH KERJA

4.2 Kurva Standar Adisi

Metode standar adisi adalah bagian dari teknik analisis kuantitatif dengan cara menambahkan sederatan larutan standar dengan jumlah yang telah diketahui ke dalam sampel. Dengan menambahkan lebih dari satu larutan standar, maka kurva kalibrasi dapat disiapkan.

Konsentrasi analit dalam sampel dapat ditentukan dengan ekstrapolasi kurva kalibrasi sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 4.5. Pada pelaksanaannya metode standar adisi adalah dengan membagi sampel ke dalam beberapa bagian yang sama lalu menambahkan ke dalamnya standar dengan level konsentrasi yang meningkat. Larutan sampel yang sudah ditambahkan dengan larutan standar dengan konsentrasi yang bervariasi selanjutnya dibuat kurva dan respon absorbansi versus konsentrasi. Konsentrasi akhir merupakan titik perpotongan pada sumbu x di daerah negative.

Gambar 4.5 Teknik pelaksanaan metode kurva adisi standar

Gambar 4.6 Kurva adisi standar

Contoh aplikasi penggunaan standar adisi yaitu penentuan konsentrasi logam Fe dalam air minum dengan GFAAS, didapatkan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Data larutan standar Fe dengan GFAAS Volume sampel

(mL)

Konsentrasi standar yang ditambahkan

Absorbansi

10 0 0,215

10 5 0,424

10 10 0,685

10 15 0,826

10 20 0,967

Gambar 4.7 Kurva adisi standar penentuan Fe dengan GFAAS

Konsentrasi Fe pada air minum dapat ditentukan dengan menentukan titik perpotongan pada nilai y=0. Jika nilai y=0 maka nilai x= 0,225/0.038= 5, 9211. Konsentrasi dapat ditentukan dengan menarik garis lurus kurva regresi sehingga memotong garis pada sumbu x. Konsentrasi didapatkan pada daerah negative dan hasil akhir dianggap menjadi positif.

y = 0.0381x + 0.2253 R² = 0.9978

-0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

-10 -5 0 5 10 15 20 25

Ab so rba ns i

Konsentrasi Fe yang ditambahkan (mg/L)

BAB V LIMIT DETEKSI (LOD) DAN LIMIT KUANTISASI (LOQ)

5.1 Pengertian LOD dan LOQ

Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blangko. Batas deteksi merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. Cara menentukan LOD dan LOQ ada tiga cara yaitu:

1. Signal-to-noise

Dengan menggunakan metode signal-to-noise, puncak ke puncak kebisingan di sekitar waktu retensi analit diukur, dan kemudian, konsentrasi analit yang akan menghasilkan sinyal sama dengan nilai tertentu dari kebisingan untuk sinyal rasio diperkirakan.

Kebisingan besarnya dapat diukur secara manual pada printout kromatogram atau dengan auto-integrator dari instrument. Sebuah sinyal-to-noise ratio (S/N) dari tiga umumnya diterima untuk memperkirakan LOD dan rasio signal-to-noise dari sepuluh digunakan untuk LOQ. Metode ini biasanya

diterapkan untuk metode analisis yang menunjukkan suara dasar.

2. Penentuan blanko

Penentuan blanko diterapkan ketika analisis blanko memberikan hasil standar deviasi tidak nol. LOD dinyatakan sebagai konsentrasi analit yang sesuai dengan nilai blanko sampel ditambah tiga standar deviasi dan LOQ adalah konsentrasi analit yang sesuai dengan nilai blanko sampel ditambah sepuluh standar deviasi seperti yang ditunjukkan dalam persamaan berikut:

LOD = x + 3Sb LOQ = x + 10 Sb

Dimana x adalah konsentrasi rata-rata blanko dan Sb adalah standar deviasi dari blanko

3. Kurva Kalibrasi

Untuk kurva kalibrasi linear, diasumsikan bahwa respon instrumen y berhubungan linier dengan konsentrasi x standar untuk rentang yang terbatas konsentrasi. Hal ini dapat dinyatakan dalam model seperti y = bx + a. Model ini digunakan untuk

Sa adalah standar deviasi dan b slope

Penentuan batas deteksi suatu metode berbeda-beda tergantung pada metode analisis itu menggunakan instrumen atau tidak. Pada analisis yang tidak

menggunakan instrumen batas tersebut ditentukan dengan mendeteksi analit dalam sampel pada pengenceran bertingkat. Pada analisis instrumen batas deteksi dapat dihitung dengan mengukur respon blangko beberapa kali lalu dihitung simpangan baku respon blangko dan formula di bawah ini dapat digunakan untuk perhitungan

Q = (k x Sb)/Sl

Q = LOD (batas deteksi) atau LOQ (batas kuantitasi) k = 3 untuk batas deteksi atau 10 untuk batas kuantitasi Sb = simpangan baku respon analitik dari blangko

Sl = arah garis linear (kepekaan arah) dari kurva antara respon terhadap konsentrasi = slope (b pada persamaan garis y = a+bx)

Batas deteksi dan kuantitasi dapat dihitung secara statistik melalui garis regresi linier dari kurva kalibrasi. Nilai pengukuran akan sama dengan nilai b pada persamaan garis linier y = a + bx, sedangkan simpangan baku blanko sama dengan simpangan baku residual (Sy/x.)

a. Batas deteksi (LoD)

Karena k = 3, Simpangan baku (Sb) = Sy/x, maka:

LoD = (3 Sy/x)/ Sl b. Batas kuantitasi (LoQ)

Karena k = 10, Simpangan baku (Sb) = Sy/x, maka:

LoQ = (10 Sy/x)/Sl

Cara lain untuk menentukan batas deteksi dan kuantitasi adalah melalui penentuan rasio S/N (signal to noise ratio). Nilai simpangan baku blanko ditentukan dengan cara menghitung tinggi derau pada pengukuran blanko sebanyak 20 kali pada titik analit memberikan

respon. Simpangan baku blanko juga dihitung dari tinggi derau puncak ke puncak, jika diambil dari tinggi puncak derau atas dan bawah (Np-p) maka s0 = Np-p/5 sedangkan kalau dari puncak derau bawah saja (puncak negatif) maka s0 = Np/2, selanjutnya perhitungan seperti tersebut di atas.

Gambar 5.1 Posisi LOD, LOQ dan rata-rata signal background

Sensitivitas yaitu batas deteksi (LOD) yaitu konsentrasi terendah yang bisa diukur dengan pasti statistik yang wajar. Batas pengukuran kuantitatif (LOQ) yaitu konsentrasi terendah suatu analit yang dapat ditentukan dengan presisi dapat diterima (pengulangan) dan akurasi di bawah kondisi yang dinyatakan tes.

Gambar 5.2 Penentuan LOD dengan noise

Kantasubrata (2008) menyatakan bahwa limit deteksi (LOD) adalah konsentrasi terendah dari analit dalam contoh yang dapat terdeteksi, akan tetapi tidak perlu terkuantisasi, di bawah kondisi pengujian yang disepakati.

Limit kuantitasi (LOQ) atau biasa disebut juga limit pelaporan (limit of reporting) adalah konsentrasi terendah dari analit dalam contoh yang dapat ditentukan degan tingkat presisi dan akurasi yang dapat diterima, di bawah kondisi pengujian yang disepakati. Limit deteksi dan limit kuantisasi tidak dapat dipisahkan karena diantara keduanya terdapat hubungan yang sangat kuat. Secara praktis cara evaluasi keduanya dapat dikatakan tidak ada perbedaan yang signifikan. Perbedaan di antara keduanya hanya pada sifat kuantitatif data yang diperoleh.

Limit deteksi dibagi dalam dua macam, yaitu limit deteksi instrumen dan limit deteksi metode. Limit deteksi instrumen adalah konsentrasi analit terendah yang dapat

terdeteksi oleh instrumen dan secara statistik berbeda dengan respon yang didapat dengan respon dari sinyal latar belakang. Limit deteksi metode adalah konsentrasi analit terendah yang dapat ditetapkan oleh suatu metode dengan mengaplikasikan secara lengkap metode tersebut. Pada analisis instrumen, limit deteksi dihitung dengan mengukur respon blanko contoh (matriks tanpa analit) sebanyak minimal 7 kali kemudian dihitung simpangan bakunya. Jika blanko menghasilkan sinyal maka LOD setara dengan nilai rata-rata blanko contoh ditambah 3 kali simpangan baku tersebut. Uji konfirmasi nilai LOD dilakukan dengan cara menyiapkan standar dengan konsentrasi sebesar nilai limit deteksi instrumen yang diperoleh dari hasil perhitungan. Standar tersebut diukur konsentrasinya sebanyak 7 kali ulangan dan diamati setiap ulangan apakah memberikan sinyal atau tidak. Limit deteksi instrumen dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

LOD = µ + 3SD Keterangan :

µ adalah nilai rata-rata hasil pengukuran dari blanko pereaksi yang sama.

SD adalah nilai standar deviasi.

Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa nilai limit deteksi instrumen yang diperoleh dari perhitungan adalah benar. Uji konfirmasi nilai LOQ dengan cara menghitung data dari kurva kalibrasi hubungan antara absorbansi versus konsentrasi. Nilai LOQ dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

LOQ = µ + 10SD

Keterangan :

µ adalah nilai rata-rata hasil pengukuran dari blanko pereaksi yang sama. SD adalah nilai standar deviasi.

Nilai LOD dan LOQ juga dapat ditentukan secara statistik melalui garis regresi linier dari kurva kalibrasi. Nilai tersebut dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:

a. Batas deteksi (LOD)

Karena k = 3, simpangan bakunya (Sb) = Sy/x, maka LOD =

b. Batas kuantitasi (LOQ)

Karena k = 10, simpangan bakunya (Sb) = Sy/x, maka

LOQ =

(Riyanto, 2009).

5.2 Penentuan LOD dan LOQ

Penentuan konsentrasi vitamin C dengan metode voltammetri didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 5.1 Data larutan standar vitamin C

Larutan Konsentrasi Ip (µA)

Blank 0,0 0,003

Standard 1 2,3 0,090

Standard 2 4,5 0,176

Standard 3 6,8 0,262

Standard 4 9,0 0,347

Standard 5 11,2 0,432

Gambar 5.3 Kurva kalibrasi vitamin C dengan voltammetri Tabel 5.2 Data perhitungan LOD dengan kurva kalibrasi

x y yi y-yi (y-yi)2

Langkah-langkah penentuan LOD dan LOQ dengan kurva kalibrasi:

Pengertian lain dari LOD dan LOQ adalah the limit of detection of an analyte is often determined by repeat analysis of a blank test portion and is the analyte concentration the response of which is equivalent to the mean blank response plus 3 standard deviations. Its value is likely to be different for different types of sample. The limit of quantitation is the lowest concentration of analyte that can be determined with an acceptable level of uncertainty. It should be established using an appropriate measurement standard or sample, i.e. it is usually the lowest point on the calibration curve (excluding the blank). It should not be determined by extrapolation. Various conventions take the limit to be 5, 6 or 10 standard deviations of the blank measurement.

Penentuan LOD dan LOQ dengan blanko pada analisis konsentrasi fenol dalam air dengan spektrofotometer UV-Vis didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 5.3 Data larutan standar fenol dengan spektrofotometer UV-Vis

C Fenol (mg/L) A

0 0.00016

10 0.0757

20 0.1514

30 0.2146

40 0.2764

50 0.3594

Gambar 5.4 Kurva kalibrasi larutan standar fenol dengan

Jumlah 0.0016 0.228571

Rata-rata 0.00016 0.022857

SD 0.00013

LOD = rata-rata konsentrasi blanko + 3.SD LOD = 0,02286 + (3 x 0.00013)

LOD = 0,0231 mg/L

LOQ = 0,02286 + (10 x 0.00013) LOQ = 0,0242 mg/L

Limit deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam contoh yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko dan masih dibawah kondisi yang disepakati (Kantasubrata, 2008 ). Uji LOD dilakukan dengan mengukur blanko pereaksi sebanyak 7 kali ulangan sehingga diperoleh hasil yang dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5 Data hasil uji LOD pada sampel natrium hidroksida

Pengulangan blanko pereaksi absorbansi

1 0,0157

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai limit deteksi pada penentuan kadar nikel dalam natrium hidroksida dengan spektrofotometer UV-Vis adalah sebesar 0,0161.

Nilai ini menunjukkan jumlah analit terkecil yang masih dapat terukur oleh spektrofotometer UV-Vis. Jadi untuk

analisis kadar nikel dengan spektrofotometer masih dapat terbaca serapannya dengan batas limit 0,0161.

Limit kuantitasi adalah konsentrasi terendah analit dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima dibawah kondisi yang disepakati (Kantasubrata, 2008). Uji limit kuantitasi dilakukan dengan menghitung data dari kurva kalibrasi.

Data dan hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6 Data hasil uji LOQ pada sampel natrium hidroksida

Pengulangan blanko pereaksi absorbansi

1 0,0157

Hasil limit kuantitasi yang diperoleh adalah sebesar 0,0167. Nilai ini merupakan konsentrasi analit terendah yang terkuantitasi. Namun, untuk memperoleh hasil yang mempunyai akurasi lebih baik disarankan untuk malakukan pengukuran contoh yang mempunyai kisaran konsentrasi diatas 0,0167 sebab pengukuran dibawah nilai limit kuantitasi ini dimungkinkan kurang akurat karena absorbansinya sangat kecil. Hasil tersebut ditentukan

menurut IUPAC (1975) bahwa nilai LOD dan LOQ ditentukan dengan persamaan rumus untuk LOD jumlah nilai rata-rata absorbansi blanko dengan tiga kali standar deviasi dan LOQ jumlah nilai rata-rata absorbansi blanko dengan sepuluh kali standar deviasi jika niali absorbansi dari blanko pereaksi tidak sama dengan nol.

Adapun cara penentuan nilai LOD dan LOQ menurut Harmita(2004) dengan menggunakan data kurva kalibrasi dapat dilihat dalam Tabel 5.7 sebagai berikut:

Tabel 5.7 Data Hasil Uji LOQ pada Sampel Natrium Persamaan regresi linier 0,038x-0,001

Nilai LOD 0,00024

Nilai LOQ 0,00079

Berdasarkan Tabel 5.7 dapat dilihat nilai LOD dan LOQ bahwa nilai LOD yang diperoleh sebesar 0,00024 dan nilai LOQ 0,00079. Nilai LOD ini menunjukkan jumlah terkecil analit dalam sampel yang masih dapat terdeteksi oleh spektrofotometer UV-Vis sedangkan nilai LOQ menunjukkan kuantitas terkecil dari analit yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. Nilai LOD

dan LOQ ini dihitung secara statistik melalui garis regresi linier dari kurva kalibrasi. Nilai keduanya merupakan batas terkecil dari analit yang masih dapat terdeteksi oleh spektrofotometer UV-Vis.

BAB VI KETAHANAN DAN KETANGGUHAN METODE UJI

6.1 Ketangguhan (ruggedness) dan Kekuatan (Robustness) Metode Uji

Ketangguhan metode adalah derajat ketertiruan hasil uji yang diperoleh dari analisis sampel yang sama dalam berbagai kondisi uji normal, seperti laboratorium, analisis, instrumen, bahan pereaksi, suhu, hari yang berbeda, dll.

Ketangguhan biasanya dinyatakan sebagai tidak adanya pengaruh perbedaan operasi atau lingkungan kerja pada hasil uji. Ketangguhan metode merupakan ukuran ketertiruan pada kondisi operasi normal antara lab dan antar analis.

Ketangguhan metode ditentukan dengan menganalisis beningan suatu lot sampel yang homogen dalam lab yang berbeda oleh analis yang berbeda menggunakan kondisi operasi yang berbeda, dan lingkungan yang berbeda tetapi menggunakan prosedur dan parameter uji yang sama.

Derajat ketertiruan hasil uji kemudian ditentukan sebagai fungsi dari variabel penentuan. Ketertiruan dapat dibandingkan terhadap keseksamaan penentuan di bawah kondisi normal untuk mendapatkan ukuran ketangguhan

metode. Perhitungannya dilakukan secara statistik meng-gunakan ANOVA pada kajian kolaboratif.

Kekasaran dari suatu metode analisis adalah resistensi terhadap perubahan dalam hasil yang dihasilkan oleh analisis metode ketika penyimpangan kecil terbuat dari kondisi percobaan yang dijelaskan dalam prosedur.

Batas-batas untuk parameter eksperimental harus diresepkan dalam protokol metode (meskipun ini tidak selalu dilakukan di masa lalu), dan penyimpangan yang diper-bolehkan seperti itu, secara terpisah atau dalam kombinasi apapun, harus menghasilkan tidak ada perubahan yang berarti dalam hasil yang dihasilkan. (A

"perubahan yang berarti" di sini akan berarti bahwa metode ini tidak bisa beroperasi dalam batas-batas yang disepakati ketidakpastian mendefinisikan kebugaran untuk tujuan.) Aspek metode yang mungkin mempengaruhi hasil harus diidentifikasi, dan mereka pengaruh terhadap kinerja metode dievaluasi dengan menggunakan tes kekasaran.

Kekasaran suatu metode diuji dengan sengaja memperkenalkan perubahan kecil prosedur dan memeriksa efek pada hasil. Sejumlah aspek dari metode ini mungkin perlu dipertimbangkan, tetapi karena sebagian besar akan memiliki efek yang dapat diabaikan biasanya akan mungkin untuk bervariasi beberapa di sekali. Sebagai contoh, adalah mungkin untuk merumuskan pendekatan memanfaatkan delapan kom-binasi dari tujuh variabel faktor, yaitu untuk melihat efek dari tujuh parameter dengan hanya delapan hasil analisis. Univariat pendekatan juga layak, di mana hanya satu variabel pada suatu waktu berubah. Contoh faktor-faktor yang tes kekasaran dapat mengatasi adalah:

perubahan dalam instrumen, operator, atau merek reagen;

konsentrasi reagen; pH suatu larutan; suhu reaksi; waktu diizinkan untuk menyelesaikan proses, dan lain-lain.

6.2 Penentuan Ketangguhan (ruggedness) dan Kekuatan (Robustness)

Untuk memvalidasi kekuatan suatu metode perlu dibuat perubahan metodologi yang kecil dan terus menerus dan mengevaluasi respon analitik dan efek presisi dan akurasi. Sebagai contoh, perubahan yang dibutuhkan untuk menunjukkan kekuatan prosedur HPLC dapat mencakup (tapi tidak dibatasi) perubahan komposisi organik fase gerak (1%), pH fase gerak (± 0,2 unit), dan perubahan temperatur kolom (± 2 - 3° C).

Perubahan lainnya dapat dilakukan bila sesuai dengan laboratorium. Identifikasi sekurang-kurangnya 3 faktor analisis yang dapat mempengaruhi hasil bila diganti atau diubah. Faktor risinal ini dapat diidentifikasi sebagai A, B, dan C. Perubahan nilai faktor-faktor ini dapat diidentifikasi dengan a, b, dan c. Lakukan analisis pada kondisi yang telah disebutkan pada pemeriksaan ketangguhan.

Sangita et al. (2013) telah melakukan parameter ruggedness untuk menguji metode penentuan azit-hromycin dengan HPLC dengan prosedur sama oleh analis yang berbeda. Hasil penentuan ruggedness dapat dilihat pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1 Hasil studi Ketangguhan (ruggedness)

Keterangan RT Area

Analis 1 8,35 100093,09

Analis 2 8,36 100558,17

Rata-rata 8,355 100325,63

Standar Deviasi 0,0071 328,8612

% RSD 0,085 0,328

Robustness dilakukan dengan melakukan variasi terhadap komposisi fase gerak yaitu ±2.0% (22:78-18:82), variasi laju alir ±10% (1,1 mL sampai 1,3mL/min) and variasi suhu Column ±5.0°C (40°C -50°C). Hasil uji disampaikan pada Tabel 6.2.

Tabel 6.2 Hasil studi Kekuatan (Robustness)

Keterangan RT Area

Ketahanan suatu metode analisis adalah ukuran dari kemampuannya untuk tetap tidak terpengaruh oleh variasi kecil, tetapi disengaja dalam parameter metode, dan memberikan indikasi kehandalan selama penggunaan normal. Ketangguhan metode kromatografi, misalnya, dapat dievaluasi oleh variasi dalam parameter seperti komposisi fase gerak, pH dan kekuatan ion, suhu dan banyak yang berbeda atau pemasok kolom. Evaluasi ketahanan harus dipertimbangkan dalam tahap

pengembangan metode. Bahkan, proses validasi metode tidak dapat dipisahkan dari perkembangan aktual kondisi metode, karena tidak mungkin untuk mengetahui apakah kondisi metode dapat diterima sampai studi validasi dilakukan. Evaluasi kekokohan kromatografi metode sering kompleks dan melelahkan, dengan mempertimbangkan jumlah besar parameter analisis yang harus dianggap melakukan tes. Beberapa penulis memilih parameter analisis analisis yang spesifik untuk dievaluasi, interpretasi data dilakukan dengan t-test atau uji ANOVA.

Tabel 6.3 Robustness pada metode uji dengan HPLC

Parameter Kondisi

Suplier column Symmetry Ace

Suplier metanol Tedia J.T. Baker

Merek HPLC Agilent 1200 HP 1100

Pengujian ketegaran dilakukan untuk mengetahui kestabilan metode analisis (tidak terpengaruh oleh variasi yang diberikan). Salah satu contoh yaitu ketegaran metode uji penentuan ketoprofen dengan HPLC dilakukan variasi terhadap waktu seperti yang dilakukan oleh (Oktavia 2006).

Hasil pengujian ketegaran disajikan pada Tabel 6.4. Nilai standar deviasi relatif yang diperoleh pada uji ketegaran adalah 1,42%, yang berarti metode ini memiliki kestabilan

yang baik terhadap variasi waktu yang diberikan karena memenuhi kriteria penerimaan yaitu <2%.

Tabel 6.4 Contoh hasil analisis pengujian ketegaran dengan HPLC konsentrasi standar 100%

Menit ke- Area

0 195458

0 195772

0 196366

60 200183

60 200428

60 198464

120 201201

120 200211

120 200390

180 202172

180 202339

180 203315

Rata-rata 199687,42

SD 2834,53

RSD 1,42

BAB VII ESTIMASI KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN

7.1 Estimasi Ketidakpastian Pengukuran

Pada dokumen standar “Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi” ISO/IEC 17025:2005 diatur persyaratan mengenai ketidakpastian, yaitu dalam butir 5.4.6. Dalam standar itu diatur bahwa laboratorium wajib mempunyai dan menerapkan prosedur untuk mengestimasi ketidakpastian pengukuran. Estimasi ketidakpastian tersebut harus wajar (reasonable) dan didasarkan pada pengetahuan atas unjuk kerja metode, dan harus menggunakan data-data yang diperoleh dari pengalaman sebelumya serta data validasi metode.

Definisi dari istilah ketidakpastian pengukuran yang digunakan dalam peraturan ini berdasarkan pada kosakata istilah dasar dan umum dalam metrologi adalah parameter yang terkait dengan hasil pengukuran, yang mencirikan penyebaran nilai-nilai yang cukup dan dapat dikaitkan dengan pengukuran.

Ketidakpastian pengukuran terdiri dari banyak komponen. Beberapa komponen dapat dievaluasi dari distribusi statistik hasil seri pengukuran dan dapat ditandai

dengan standar deviasi. Komponen lain dapat dicirikan oleh standar penyimpangan, dievaluasi dengan cara diasumsikan mengikuti probabilitas distribusi berdasarkan pengalaman atau informasi lainnya. Panduan ISO menggolongkan dalam kasus sebagai Tipe A dan Tipe B.

Dalam banyak kasus dalam analisis kimia, pengukuran identik dengan penentuan konsentrasi dari analit. Namun analisis kimia digunakan untuk ukuran yang lain misalnya warna, pH, dan lain-lain, oleh karena itu istilah umum "ukur" akan digunakan. Definisi ketidakpastian yang diberikan di atas berfokus pada kisaran nilai-nilai yang cukup yakin bisa dihubungkan ke pengukuran. Dalam penggunaan umum, kata ketidakpastian berkaitan dengan konsep umum keraguan.

Dalam panduan ini, kata ketidakpastian tanpa kata sifat, mengacu baik untuk parameter yang berhubungan dengan definisi di atas, atau pengetahuan yang terbatas tentang nilai tertentu. Ketidakpastian pengukuran tidak menyiratkan keraguan tentang validitas pengukuran;

sebaliknya, pengetahuan tentang ketidakpastian berarti meningkatkan keyakinan terhadap validitas dari hasil pengukuran.

Sumber Ketidakpastian. Dalam prakteknya keti-dakpastian pada hasil mungkin timbul dari sumber banyak kemungkinan, termasuk definisi lengkap seperti contoh, sampling, efek matriks dan gangguan, kondisi lingkungan, ketidakpastian massa dan volumetrik peralatan, nilai acuan, perkiraan dan asumsi yang tergabung dalam metode pengukuran dan prosedur, dan variasi acak.

Ketidakpastian komponen kemudian digabung menjadi ketidakpastian keseluruhan, hal itu mungkin diperlukan untuk mengambil tiap sumber ketidakpastian dan memperlakukan secara terpisah untuk memperoleh kontribusi dari sumber tersebut. Masing-masing kontribusi ketidakpastian disebut sebagai komponen ketidakpastian.

Ketika dinyatakan sebagai standar deviasi, komponen ketidakpastian dikenal sebagai ketidakpastian baku. Jika ada hubungan antara setiap komponen maka ini harus diperhitungkan dengan menentukan kovarians tersebut.

Namun, seringkali memungkinkan untuk mengevaluasi efek gabungan dari beberapa komponen.

Untuk y hasil pengukuran, jumlah ketidakpastian, disebut standar gabungan ketidakpastian dan dinotasikan dengan uc (y), adalah estimasi standar deviasi sama dengan positif akar kuadrat varians total diperoleh menggabungkan semua komponen ketidakpastian, dan dievaluasi, menggunakan hukum propagasi ketidakpastian.

Untuk tujuan dalam kimia analitik, ketidakpastian diperluas U, harus digunakan. Ketidakpastian diperluas menyediakan interval di mana nilai besaran ukur dipercaya untuk tingkat keyakinan yang lebih tinggi. U diperoleh dengan mengalikan uc (y), ketidakpastian baku gabungan, dengan cakupan yang faktor k. Pilihan dari k factor berdasarkan tingkat kepercayaan yang diinginkan. Untuk perkiraan tingkat kepercayaan 95%, k adalah 2. k faktor harus selalu dinyatakan sehingga ketidakpastian baku gabungan kuantitas diukur dapat dipulihkan untuk digunakan dalam menghitung standar gabungan

keti-dakpastian hasil pengukuran lain yang mungkin tergantung pada kuantitas itu.

7.2 Kesalahan dan Ketidakpastian

Penting untuk membedakan antara kesalahan dan ketidakpastian. Kesalahan (error) didefinisikan sebagai perbedaan antara hasil individu dan nilai benar dari besaran ukur. Dengan demikian, kesalahan adalah nilai tunggal. Pada prinsipnya, nilai dari kesalahan dapat diterapkan sebagai koreksi hasil. Kesalahan merupakan konsep ideal dan kesalahan tidak dapat diketahui secara pasti. Ketidakpastian, di sisi lain, mengambil berbagai bentuk, dan, jika diperkirakan untuk analisis prosedur dan jenis sampel yang ditetapkan, berlaku untuk semua

Penting untuk membedakan antara kesalahan dan ketidakpastian. Kesalahan (error) didefinisikan sebagai perbedaan antara hasil individu dan nilai benar dari besaran ukur. Dengan demikian, kesalahan adalah nilai tunggal. Pada prinsipnya, nilai dari kesalahan dapat diterapkan sebagai koreksi hasil. Kesalahan merupakan konsep ideal dan kesalahan tidak dapat diketahui secara pasti. Ketidakpastian, di sisi lain, mengambil berbagai bentuk, dan, jika diperkirakan untuk analisis prosedur dan jenis sampel yang ditetapkan, berlaku untuk semua