BAB II.TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
4. Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang di maksudkan dalam penelitian adalah penguasaan
pengetahuan siswa mata pelajaran ekonomi yang diwujudkan dengan nilai
rapor. Indikator: nilai mata pelajaran ekonomi mid semester kelas X
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perbedaan fasilitas sekolah siswa kelas X SMA
Negeri 1 dan SMAK Frateran Maumere.
2. Untuk mengetahui perbedaan tingkat absensi siswa kelas X SMA Negeri
1 dan SMAK Frateran Maumere
3. Untuk mengetahui perbedaan kinerja guru siswa kelas X SMA Negeri 1
dan SMAK Frateran Maumere.
4. Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar mata pelajaran ekonomi
siswa kelas X SMA Negeri 1 dan SMAK Frateran Maumere.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
Sebagai bahan pertimbangan bagi siswa agar lebih meningkatkan prestasi
belajar mereka.
2. Bagi pembaca
Untuk menambah pengetahuan para pembaca di bidang pendidikan
khususnya di SMA Negeri dan Swasta.
3. Bagi peneliti
Untuk mengembangkan wawasan peneliti dalam rangka meningkatkan
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori 1. Fasilitas Sekolah
a. Pengertian fasilitas sekolah
Sekolah adalah tempat dimana kita sebagai seorang pelajar
mendapatkan ilmu pengetahuan, dari ilmu pengetahuan maka kita dapat
meraih cita-cita yang di inginkan tentu saja dalam proses belajar
mengajar membutuhkan seorang guru untuk menjadi pembimbing
dalam mengajar.
Kata sekolah berasal dari bahasa latin yaitu skhole atau scola,
artinya waktu luang, dimana pada zaman dahulu, proses belajar
mengajar adalah sebuah kegiatan untuk mengisi waktu luang, pada saat
itu anak kecil hingga remaja mengisi waktu luang untuk belajar
membaca, berhitung, belajar mengenal pelajaran moral, seni. Namun
seiringnya waktu berjalan ditambah dengan kecanggihan teknologi, arti
kata sekolah berubah menjadi sebuah bangunan dimana seorang pelajar
memperoleh pengetahuan.
Fasilitas sekolah adalah fasilitas yang diberikan untuk murid
sebagai kebutuhan untuk memudahkan dalam kegiatan belajar di
memudahkan peserta didik dalam belajar dengan maksimal dan
hasilnya memuaskan.
Fasilitas sekolah sebaiknya memberikan fasilitas yang memadai
dan baik agar siswa merasa nyaman dalam belajar dan juga bisa melatih
kemandirian siswa dalam mencari bahan ajar tambahan dan mencari
data-data untuk membantu menyelesaikan tugas mereka (Internet)
dengan baik.
Fasilitas sekolah yang dimaksudkan yaitu fasilitas belajar yang
disediakan oleh sekolah untuk mendukung proses pembelajaran.
Fasilitas belajar merupakan sarana dan prasarana pembelajaran.
Prasarana meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olahraga,
ruang ibadah, ruang kesenian dan peralatan olah raga. Sarana
pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas
laboraturium sekolah dan berbagai media pembelajaran yang lain.
fasilitas yang terdiri dari sarana dan prasarana belajar, bahwa
sarana belajar adalah alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan,
misalnya lokasi/tempat, bangunan dan lain-lain, sedangkan prasarana
adalah alat yang tidak langsung untuk mencapai tujuan pendidikan,
misalnya ruang, buku, perpustakaan, laboraturium. Berdasarkan
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa fasilitas belajar adalah
sarana dan prasarana yang digunakan untuk menunjang kegiatan belajar
b. Macam-macam Fasilitas Belajar
Fasilitas belajar merupakan sarana dan prasarana yang dapat
menunjang kelancaran proses belajar baik di rumah maupun di sekolah.
Dengan adanya fasilitas belajar yang memadai maka kelancaran dalam
belajar akan dapat terwujud. Kaitannya dengan fasilitas belajar, Slameto
(2003: 63) mengemukakan bahwa: Anak yang sedang belajar selain
harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misal makan, pakaian,
perlindungan kesehatan dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas
belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis-menulis,
buku-buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika
keluarga mempunyai cukup uang.
Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa fasilitas
belajar erat kaitannya dengan kondisi ekonomi orang tua siswa. Dengan
kondisi ekonomi orang tua yang baik, maka orang tua akan lebih
mempunyai kemampuan untuk mencukupi kebutuhan anaknya
termasuk dalam hal penyediaan fasilitas belajar di rumah yang
memadai. Untuk memperbaiki mutu pengajaran harus di dukung oleh
berbagai fasilitas, sumber belajar dan tenaga pembantu antara lain
diperlukan sumber-sumber dan alat-alat yang cukup untuk
memungkinkan murid belajar secara individual. Antara lain diperlukan
sumber-sumber dan alat-alat yang cukup untuk memungkinkan murid
Dengan demikian, adanya fasilitas belajar yang lengkap diharapkan
akan terjadi perubahan, misalnya dengan sekolah menyediakan fasilitas
belajar yang lengkap, siswa akan lebih bersemangat dalam belajar,
siswa tidak perlu meminjam ataupun menggantungkan tugasnya pada
teman, karena ia dapat mengerjakan tugasnya sendiri dengan bantuan
fasilitas yang telah disediakan.
Ketersediaan fasilitas belajar di sekolah yang lengkap dan
memadai juga merupakan indikasi atau syarat menjadi sekolah yang
efektif. Sekolah yang efektif dapat diartikan sebagai sekolah yang
menunjukkan tingkat kinerja yang diharapkan dalam menyelenggarakan
proses belajarnya, dengan menunjukkan hasil belajar yang bermutu
pada peserta didik sesuai dengan tugas pokoknya. Fasilitas belajar yang
dimaksudkan dalam pernyataan tersebut adalah menyangkut
ketersediaan hal-hal yang dapat memberikan kemudahan bagi perolehan
pengalaman belajar yang efektif dan efisien. Fasilitas belajar yang
sangat penting adalah laboratorium yang memenuhi syarat bengkel
kerja, perpustakaan, komputer, dan kondisi fisik lainnya yang secara
langsung mempengaruhi kenyamanan belajar.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
adanya fasilitas belajar yang lengkap dan memadai merupakan salah
satu faktor dari mutu kinerja sekolah yang efektif. Sekolah akan
menjadi sekolah yang mempunyai mutu baik jika dalam
siswa, kemampuan guru dalam mengajar ataupun oleh lingkungan
sekolah, akan tetapi juga harus didukung adanya kelengkapan fasilitas
belajar siswa yang memadai sehingga penggunaannya akan menunjang
kemudahan siswa dalam kegiatan belajarnya.
Dalam Keputusan Menteri P dan K No. 079/1975, fasilitas belajar
terdiri dari 3 kelompok besar yaitu:
1. Bangunan dan perabot sekolah
Bangunan di sekolah pada dasarnya harus sesuai dengan kebutuhan
pendidikan dan harus layak untuk ditempati siswa pada proses
kegiatan belajar mengajar di sekolah. Bangunan sekolah terdiri atas
berbagai macam ruangan. Secara umum jenis ruangan ditinjau dari
fungsinya dapat dikelompokkan dalam ruang pendidikan untuk
menampung proses kegiatan belajar mengajar baik teori maupun
praktek, ruang administrasi untuk proses administrasi sekolah dan
berbagai kegiatan kantor, dan ruang penunjang untuk kegiatan yang
mendukung proses belajar mengajar. Sedangkan perabot sekolah
yang pada umumnya terdiri dari berbagai jenis mebel, harus dapat
mendukung semua semua kegiatan yang berlangsung di sekolah,
baik kegiatan belajar mengajar maupun kegiatan administrasi
2. Alat pelajaran
Alat pelajaran yang dimaksudkan disini adalah alat peraga dan
buku-buku bahan ajar. Alat peraga berfungsi untuk memperlancar
dan memperjelas komunikasi dalam proses belajar mengajar antara
guru dan siswa. Buku-buku pelajaran yang digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar, biasanya terdiri dari buku pegangan,
buku pelengkap, dan buku bacaan.
3. Media pendidikan
Media pengajaran merupakan sarana non personal yang digunakan
atau disediakan oleh tenaga pengajar yang memegang peranan
dalam proses belajar untuk mencapai tujuan instruksional. Media
pengajaran dapat dikategorikan dalam media visual yang
menggunakan proyeksi, media auditif, dan media kombinasi.
2. Tingkat Absensi Siswa
Absensi adalah pola kebiasaan ketidakhadiran dari tugas atau
kewajiban. kehadiran siswa di sekolah (school attandence) adalah kehadiran dan keikutsertaan siswa secara fisik dan mental terhadap
aktivitas sekolah pada jam-jam efektif di sekolah. Sedangkan
ketidakhadiran adalah ketiadaan partisipasi secara fisik siswa terhadap
kegiatan-kegiatan sekolah. Pada jam-jam efektif sekolah, siswa memang
memberikan keterangan yang sah serta diketahui oleh orang tua atau
walinya.
Pengertian kehadiran seringkali dipertanyakan, terutama pada saat
teknologi pendidikan dan pengajaran telah berkembang pesat seperti
sekarang ini. Kalau misalnya saja, aktivitas-aktivitas sekolah dapat
dipancarkan melalui TV dan bisa sampai ke rumah, apakah kehadiran
siswa secara fisik di sekolah masih dipandang mutlak? Jika pendidikan
atau pengajaran dipandang sebagai sekedar penyampaian pengetahuan,
sedangkan para siswa dapat menyerap pesan-pesan pendidikan melalui
layar kacanya di rumah, ketidakhadiran siswa di sekolah secara fisik
mungkin tidak menjadi persoalan. Sebaliknya, jika pendidikan bukan
sekadar penyerapan ilmu pengetahuan, melainkan lebih jauh
membutuhkan keterlibatan aktif secara fisik dan mental dalam prosesnya,
maka kehadiran secara fisik di sekolah tetap penting apapun alasannya,
dan bagaimanapun canggihnya teknologi yang dipergunakan. Pendidikan
telah lama dipandang sebagai suatu aktivitas yang harus melibatkan siswa
secara aktif, dan tidak sekedar sebagai penyampaian informasi belaka.
Siswa yang hadir di sekolah hendaknya dicatat oleh guru dalam
buku presensi. Sementara siswa yang tidak hadir di sekolah dicatat dalam
buku absensi. Dengan perkataan lain, presensi adalah daftar kehadiran
siswa, sementara absensi adalah buku daftar ketidakhadiran siswa. Begitu
jam pertama dinyatakan masuk, serta para siswa masuk ke kelas, guru
siswanya yang masuk sekolah dan yang tidak masuk sekolah. Demikian
juga pada jam-jam berikutnya setelah istirahat, guru perlu mempresensi
kembali, barangkali ada siswanya yang pulang sebelum waktunya. Tidak
jarang, siswa pulang sebelum waktunya, hanya karena sudah dinyatakan
masuk melalui presensi pada jam pertama.
Pada umumnya ketidakhadiran siswa dapat dibagi kedalam tiga
bagian: (1) alpa, yaitu ketidakhadiran tanpa keterangan yang
jelas, dengan alasan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan; (2) ijin, ketidakhadiran dengan keterangan dan alasan tertentu yang bisa
dipertanggungjawabkan, biasanya disertai surat pemberitahuan dari orang
tua; dan (3) sakit, ketidakhadiran dengan alasan gangguan kesehatan,
biasanya disertai surat pemberitahuan dari orang tua atau surat
keterangan sakit dari dokter.
Secara administratif, pengelolaan kehadiran dan ketidakhadiran siswa pada tingkat kelas menjadi tanggung jawab wali kelas. Oleh karena
itu, wali kelas seyogyanya dapat mendata secara akurat tingkat kehadiran
dan ketidakhadiran siswa di kelas yang menjadi tanggung jawabnya
sekaligus dapat menganalisis dan menyajikannya dalam bentuk grafik
atau tabel (diusahakan tersedia catatan harian dan tabel/grafik bulanan).
Sementara untuk tingkat sekolah, petugas yang tepat mengelola
kehadiran dan ketidakhadiran siswa adalah wakasek kesiswaan. Sama
halnya dengan wali kelas, wakasek kesiswaan pun seyogyanya dapat
keseluruhan serta dapat menganalisis dan menyajikannya dalam bentuk
grafik/tabel.
Informasi tingkat kehadiran dan ketidakhadiran siswa ini sangat
berguna untuk pengambilan kebijakan, baik pada tingkat kelas maupun
sekolah serta dapat digunakan untuk kepentingan pemberian bimbingan
kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam menunaikan kewajiban
kehadirannya di sekolah.
Ada banyak sumber penyebab ketidakhadiran siswa di sekolah,
baik yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri (faktor internal), –
misalnya karena disiplin diri dan motivasi belajar yang rendah-
maupun dari luar diri siswa (faktor eksternal), –misalnya lingkungan sekolah dan pergaulan yang kurang kondusif. Lingkungan keluarga
merupakan salah satu faktor eksternal yang mungkin bisa menyebabkan
3. Kinerja Guru
a. Pengertian Kinerja
Kinerja merupakan kegiatan yang dijalankan oleh tiap-tiap
individu dalam kaitannya untuk mencapai tujuan yang sudah
direncanakan. Berkaitan dengan hal tersebut terdapat beberapa
definisi mengenai kinerja. Smith dalam (Mulyasa, 2005: 136)
menyatakan bahwa kinerja adalah “…..output drive from processes,
human orotherwise”. Kinerja merupakan hasil atau keluaran dari
suatu proses. Dikatakan lebih lanjut oleh Mulyasa bahwa kinerja atau
performance dapat diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja,
pencapaian kerja, hasil-hasil kerja atau unjuk kerja. Kinerja
merupakan suatu konsep yang bersifat universal yang merupakan
efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan
karyawannya berdasarkan standar dan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya. Karena organisasi pada dasarnya dijalankan oleh
manusia maka kinerja sesungguhnya merupakan perilaku manusia
dalam menjalankan perannya dalam suatu organisasi untuk memenuhi
standar perilaku yang telah ditetapkan agar membuahkan tindakan
serta hasil yang diinginkan. Menurut Prawirasentono (1999:
2):“Performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang
atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya
melanggar hukum dan sesuai dengan moral ataupun etika”. Dessler
(1997: 513) menyatakan pengertian kinerja hampir sama dengan
prestasi kerja ialah perbandingan antara hasil kerja aktual dengan
standar kerja yang ditetapkan. Dalam hal ini kinerja lebih
memfokuskan pada hasil kerja. Dari beberapa pengertian tentang
kinerja tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah
prestasi kerja yang telah dicapai oleh seseorang. Kinerja atau prestasi
kerja merupakan hasil akhir dari suatu aktifitas yang telah dilakukan
seseorang untuk meraih suatu tujuan. Pencapaian hasil kerja ini juga
sebagai bentuk perbandingan hasil kerja seseorang dengan standar
yang telah ditetapkan. Apabila hasil kerja yang dilakukan oleh
seseorang sesuai dengan standar kerja atau bahkan melebihi standar
maka dapat dikatakan kinerja itu mencapai prestasi yang baik. Kinerja
yang dimaksudkan diharapkan memiliki atau menghasilkan mutu
yang baik dan tetap melihat jumlah yang akan diraihnya. Suatu
pekerjaan harus dapat dilihat secara mutu terpenuhi maupun dari segi
jumlah yang akan diraih dapat sesuai dengan yang direncanakan.
b. Pengertian Kinerja Guru
Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu. Kinerja guru dapat
dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi atau kriteria kompetensi
yang harus dimiliki oleh setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru,
wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses
sebagaimana dikutip Kusmianto (1997: 49) dalam buku panduan
penilaian kinerja guru oleh pengawas menjelaskan bahwa: “Standar kinerja guru itu berhubungan dengan kualitas guru dalam menjalankan
tugasnya seperti: bekerja dengan siswa secara individual, persiapan
dan perencanaan pembelajaran, pendayagunaan media pembelajaran,
melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman belajar,dan
kepemimpinan yang aktif dari guru”. Pendidik merupakan tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan
dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Tugas
pokok guru yang diwujudkan dalam kegiatan belajar mengajar
merupakan bentuk kinerja guru. Pendapat lain diutarakan Soedijarto
(1993) menyatakan ada empat tugas gugusan kemampuan yang harus
dikuasai oleh seorang guru. Kemampuan yang harus dikuasai oleh
seorang guru, yaitu: merencanakan program belajar mengajar,
melaksanakan dan memimpin proses belajar mengajar,menilai
kemajuan proses belajar mengajar, membina hubungan dengan peserta
didik. Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Menengah dijabarkan
beban kerja guru mencakup kegiatan pokok: merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, melaksanakan
interaksi belajar mengajar di kelas termasuk persiapannya baik dalam
bentuk program semester maupun persiapan mengajar.
Berkenaan dengan kepentingan penilaian terhadap kinerja guru,
Georgia Departemen of Education telah mengembangkan teacher
performance assessmentinstrument yang kemudian dimodifikasi oleh
Depdiknas menjadi Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG).
Alat penilaian kemampuan guru, meliputi: (1) rencana pembelajaran
(teaching plans andmaterials) atau disebut dengan RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran); (2) prosedur pembelajaran (classroom
procedure); dan (3) hubungan antar pribadi (interpersonal
skill).Proses belajar mengajar tidak sesederhana seperti yang terlihat
pada saat guru menyampaikan materi pelajaran di kelas, tetapi dalam
melaksanakan pembelajaran yang baik seorang guru harus
mengadakan persiapan yang baik agar pada saat melaksanakan
pembelajaran dapat terarah sesuai tujuan pembelajaran yang
terdapatpada indikator keberhasilan pembelajaran. Proses
pembelajaran adalahrangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang
guru mulai dari persiapan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran
sampai pada tahap akhir pembelajaran yaitu pelaksanaan evaluasi dan
perbaikan untuk siswa yang belum berhasil pada saat dilakukan
evaluasi. Dari berbagai pengertian di atas maka dapat disimpulkan
definisi konsep kinerja guru merupakan hasil pekerjaan atau prestasi
mengelola kegiatan belajar mengajar, yang meliputi perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan
membina hubungan antar pribadi (interpersonal) dengan siswanya.
c. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Kinerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Malthis
dan Jackson (2001: 82), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kinerja. “Faktor-faktor yang memengaruhi kinerja individu tenaga
kerja, yaitu: Kemampuan mereka, Motivasi, Dukungan yang diterima,
Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan dan Hubungan mereka
dengan organisasi”.
Sedangkan menurut Menurut Gibson (1987) menjelaskan ada 3
faktor yang berpengaruh terhadap kinerja. “Tiga faktor tersebut
adalah: 1) Faktor individu (kemampuan, keterampilan, latar belakang
keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial). 2) Faktor psikologis
(persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja).
3) Faktor organisasi (struktur organisasi, desain pekerjaan,
kepemimpinan, sistem penghargaan atau reward system)”. Penjelasan
lain mengenai faktor yang berpengaruh terhadap kinerja dijelaskan
oleh Mulyasa. Menurut Mulyasa (2007: 227) sedikitnya terdapat
delapan faktor yang dapat meningkatkan kinerja guru, baik faktor
internal maupun eksternal: “Kedelapan faktor tersebut adalah:
dorongan untuk bekerja, tanggung jawab terhadap tugas, minat
berkembang, perhatian dari kepala sekolah,hubungan interpersonal
dengan sesama guru, layanan perpustakaan”. Selanjutnya pendapat
lain juga dikemukakan oleh Surya (2004:10) tentang faktor yang
mempengaruhi kinerja guru. “Faktor mendasar yang terkait erat
dengan kinerja profesional guru adalah kepuasan kerja yang berkaitan
erat dengan kesejahteraan guru. Kepuasan ini di latarbelakangi oleh
faktor-faktor: imbalan jasa, rasa aman, hubungan antar pribadi,
kondisi lingkungan kerja, kesempatan untuk pengembangan dan
peningkatan diri”. Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan diatas,
faktor-faktor yang menentukan tingkat kinerja guru dapat disimpulkan
antara lain: tingkat kesejahteraan (reward system), lingkungan atau iklim kerja guru, desain karir dan jabatan guru, kesempatan untuk
berkembang dan meningkatkan diri, motivasi atau semangat kerja,
pengetahuan, keterampilan dan karakter pribadi guru.
d. Penilaian Kinerja Guru
Penilaian kinerja guru merupakan suatu proses yang bertujuan
untuk mengetahui atau memahami tingkat kinerja guru satu dengan
tingkat kinerja guru yang lainnya atau dibandingkan dengan standar
yang telah ditetapkan. Terdapat berbagai model instrumen yang dapat
dipakai dalam penilaian kinerja guru. Namun demikian, ada dua
model yang paling sesuai dan dapat digunakan sebagai instrumen
utama, yaitu skala penilaian dan lembar observasi atau penilaian.
melalui pernyataan perilaku dalam suatu kontinum atau kategori yang
memiliki makna atau nilai. Observasi merupakan cara mengumpulkan
data yang biasa digunakan untuk mengukur tingkah laku individu
ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik
dalam situasi yang alami sebenarnya maupun situasi buatan. Tingkah
laku guru dalam mengajar, merupakan hal yang paling cocok dinilai
dengan observasi. Menilai kinerja guru adalah suatu proses
menentukan tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan
tugas-tugas pokok mengajar dengan menggunakan patokan-patokan
tertentu. Bagi para guru, penilaian kinerja berperan sebagai umpan
balik tentang berbagai hal seperti kemampuan, kelebihan, kekurangan
dan potensinya. Bagi sekolah hasil penilaian para guru sangat penting
arti dan perannyadalam pengambilan keputusan.
e. Manfaat Penilaian Kinerja Guru
Penilaian kinerja guru memiliki manfaat bagi sebuah sekolah
karena dengan penilaian ini akan memberikan tingkat pencapaian dari
standar, ukuran atau kriteria yang telah ditetapkan sekolah. Sehingga
kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam seorang guru dapat diatasi
serta akan memberikan umpan balik kepada guru tersebut. Menurut
Mangkupawira (2001: 224), manfaat dari penilaian kinerja karyawan
adalah: perbaikan kinerja, penyesuaian kompensasi, keputusan
penetapan, kebutuhan pelatihan dan pengembangan, perencanaan dan
ketidakakuratan informasi, kesalahan rancangan pekerjaan,
kesempatan kerja yang sama, tantangan-tantangan eksternal, umpan
balik pada SDM. Sedangkan Mulyasa (2007: 157) menjelaskan
tentang manfaat penilaian tenaga pendidikan: “Penilaian tenaga
pendidikan biasanya difokuskan pada prestasi individu, dan peran
sertanya dalam kegiatan sekolah. Penilaian ini tidak hanya penting
bagi sekolah, tetapi juga penting bagi tenaga kependidikan yang
bersangkutan. Bagi para tenaga kependidikan, penilaian berguna
sebagai umpan balik terhadap berbagai hal, kemampuan, ketelitian,
kekurangan dan potensi yang pada gilirannya bermanfaat untuk
menentukan tujuan, jalur, rencana, dan pengembangan karir. Bagi
sekolah, hasil penilaian prestasi tenaga kependidikan sangat penting
dalam mengambil keputusan berbagai hal, seperti identifikasi
kebutuhan program sekolah, penerimaan, pemilihan, pengenalan,
penempatan, promosi, sistem imbalan dan aspek lain dari keseluruhan
proses pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan”.
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa penilaian kinerja
penting dilakukan oleh suatu sekolah untuk perbaikan kinerja guru itu
sendiri maupun untuk sekolah dalam hal menyusun kembali rencana
atau strategi baru untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Penilaian yang dilakukan dapat menjadi masukan bagi guru dalam
memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya. Selain itu penilaian
lebih baik sehingga guru dapat menjalankan pembelajaran seefektif
mungkin untuk kemajuan peserta didik dan kemajuan guru sendiri