STUDI KOMPARASI FASILITAS SEKOLAH, TINGKAT ABSENSI SISWA, KINERJA GURU DAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 DAN SMAK
FRATERAN DI KABUPATEN SIKKA, FLORES-NTT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi
Oleh : Yunus Serilus Sine
NIM : 091324030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
STUDI KOMPARASI FASILITAS SEKOLAH, TINGKAT ABSENSI SISWA, KINERJA GURU DAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 DAN SMAK
FRATERAN DI KABUPATEN SIKKA, FLORES-NTT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi
Oleh : Yunus Serilus Sine
NIM : 091324030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
Karya Kecilku ini ku persembahkan untuk :
Jesus Christus Sang Juru Selamatku
dan Bunda Maria yang penuh kasih
Bapak Isak Sine ( Alm.) dan Mama
Fransiska Rimba yang sangat ku
sayang
Rm. Emanuel Mansuetus Mali
Kakak dan adik ku tercinta Erny,
Charles, Itho, Nardhy Dan Alfred
Karmaley
v
Bersama Tuhan,
Kita Menentukan Masa Depan
Apa Saja Yang Kamu Minta Dalam Doa Dengan
Penuh Kepercayaan, Kamu Akan Menerimannya
Aku Percaya Janjimu Tuhan Di Setiap Rencanamu
Aku Tau Itu Yang Terbaik Bagiku
viii
ABSTRAK
STUDI KOMPARASI FASILITAS SEKOLAH, TINGKAT ABSENSI SISWA, KINERJA GURU DAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 DAN SMAK
FRATERAN DI KABUPATEN SIKKA, FLORES-NTT Yunus Serilus Sine
091324030
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2014
Penelitian ini bertujuan untuk : mengetahui apakah ada perbedaan fasilitas sekolah, tingkat absensi siswa, kinerja guru dan prestasi belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas X SMA Negeri 1 dan SMAK Frateran.
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Maumere, Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka Flores-Nusa Tenggara Timur pada bulan Desember 2013. Jenis data penelitian adalah kuantitatif. Penelitian ini merupakan penelitian komparatif. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 709 siswa. Sampel yang diambil sebanyak 88 responden. Teknik pengambilan sampel yaitu random sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Selanjutnya uji prasyarat yaitu uji normalitas. Data dianalisis menggunakan Uji Mann-Whitney U serta pengolahan data menggunakan SPSS versi 16.00 for windows.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) tidak ada perbedaan fasilitas sekolah siswa kelas X SMA Negeri 1 dan SMAK Frateran Maumere (nilai sig.
0,923 > α=0,05); karena kedua sekolah tersebut sudah memiliki fasilitas sekolah yang menunjang untuk proses pembelajaran. (2) tidak ada perbedaan tingkat absensi siswa kelas X SMA Negeri 1 dan SMAK Frateran Maumere (nilai sig.
0,432 > α=0,05); karena kedua sekolah sama-sama memiliki kedisiplinan dan aturan-aturan yang ketat. (3) tidak ada perbedaan kinerja guru mata pelajaran ekonomi siswa kelas X SMA Negeri 1 dan SMAK Frateran Maumere (nilai sig.
0,694 > α=0,05); karena kedua sekolah memiliki standar kinerja guru yang berhubungan dengan kualitas guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pengajar. (4) ada perbedaan prestasi belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas X SMA Negeri 1 dan SMAK Frateran Maumere (nilai sig. 0,000 <α=0,05) karena siswa SMAK Frateran memiliki prestasi belajar mata pelajaran ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa SMAN 1 Maumere.
ix
ABSTRACT
THE COMPARISON STUDY OF SCHOOL FACILITIES, THE STUDENT ATTENDANCE RATE, TEACHER PERFORMANCE AND LEARNING ACHIEVEMENT IN STUDYING ECONOMIC OF THE TENTH GRADE
STUDENTS OF SMA STATE 1 AND SMAK FRATERAN IN SIKKA, FLORES, EAST NUSA TENGGARA facilities, student attendance rates, teacher performance and learning achievement in economics of the tenth grade students of SMA Negeri 1 and SMAK Frateran.
The research was conducted in Maumere, Alok District, Sikka, Flores - East Nusa Tenggara in December 2013. This research is quantitative. This study is a comparative study. The population in this research were 709 students with the samples 88 respondents. The sampling technique was random sampling. Data were collected by using a questionnaire that had been tested for their validity and reliability. Prerequisite test was a test of normality. Data were analyzed by using the Mann - Whitney U test and data processing used SPSS version 16.00 for Windows.
The results show that: (1) there is no difference in school facilities between the tenth grade students in SMA Negeri 1 and SMAK Frateran Maumere (the value of sig. 0,923 > α=0,05); Both schools already have school facilities that support the learning process activities. (2) there is no difference in attendance rates between students of the tenth grade in SMA Negeri 1 and SMAK Frateran Maumere (the value of sig. 0,432 > α=0,05); Both schools apply discipline and strict rules. (3) there is no difference in the performance of teachers between SMA Negeri 1 and SMAK Frateran Maumere (sig value. 0,694 > α=0,05); Both schools have performance standards of the teacher related to the quality of teachers in carrying out their duties as teachers. (4) there are differences in learning achievements of studying economics between the students of the tenth grade of SMA Negeri 1 and SMAK Frateran Maumere (the value of sig. 0,000 <α = 0,05). The students of SMAK Frateran have higher learning achievement in studying economics than students of SMAN 1 Maumere.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia yang
telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
yang berjudul “Studi Komparasi Fasilitas Sekolah, Tingkat Absensi Siswa, Kinerja Guru dan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X SMA
Negeri 1 dan SMAK Frateran di Kabupaten Sikka, Flores-NTT. Skripsi ini
disusun untuk memenuhi persyaratan akhir mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan,
semangat dan doa dari berbagai pihak yang mendukung penulis dalam
penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis ingin
meyampaikan rasa syukur dan terimakasih sebesar-besar nya kepada :
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Indra Darmawan, S.E.,M.Si , selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi
Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Dr. C. Teguh Dalyono, M.S., selaku Dosen Pembimbing I yang
telah meluangkan banyak waktu dan tenaga untuk mendampingi di setiap
proses serta memberikan bimbingan, pengarahan, masukan, dan saran
xi
4. Bapak Y.M.V. Mudayen, S.Pd., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan, pengarahan, masukan, dan saran yang
membangun kepada penulis dari awal hinga akhir penulisan.
5. Semua Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi yang
telah memberikan ilmunya dan setia mendampingi di setiap proses
perkuliahan.
6. Mba’ Titin yang telah melayani dan membantu dalam segala urusan administrasi penulis dengan penuh kesabaran.
7. Kedua orangtua ku tersayang Bapak Isak Sine (Alm.) dan Mama Fransiska
Rimba yang telah merawat, membimbing, menasehati, memberikan
perhatian, dukungan dan pengorbanan dan selalu menyebut nama ku
dalam doanya. Terimakasih sudah menjadi orangtua yang terbaik bagiku.
8. Romo Emanuel Mansuetus Mali yang selalu membantu dan memberikan
motivasi selama saya menjalankan studi dan menyelesaikan skripsi ini.
9. Ibu Tanti Sek. dan Pakde yang selalu setia menemani dan membimbing
saya selama di Yogyakarta.
10.Kakak dan adik-adik ku tercinta Erny, Charles, Itho dan Nardhy dan
Alfred yang selalu mendukung dan setia memberikan motivasi kepada
saya selama menempuh studi.
11.Siswa kelas X SMA Negeri 1 dan SMAK Frateran Maumere sebagai
responden yang bersedia meluangkan waktu untuk membantu dan
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
xiv
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II.TINJAUAN PUSTAKA ... 9
A. Deskripsi Teori ... 9
1. Fasilitas Sekolah ... 9
2. Tingkat Absensi Siswa ... 14
3. Kinerja Guru... 18
4. Prestasi Belajar ... 26
B. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan ... 40
C. Kerangka Teoritik ... 41
D. Hipotesis ... 42
BAB III. METODE PENELITIAN ... 43
A. Jenis Penelitian ... 43
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 43
C. Populasi dan Sampel ... 44
1. Populasi ... 44
2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 45
D. Variabel Penelitian dan Pengukuran ... 45
1. Prestasi Belajar ... 45
2. Fasilitas Sekolah ... 46
3. Tingkat Absensi Siswa ... 46
xv
E. Data yang Dicari ... 49
F. Teknik Pengumpulan Data ... 49
G. Instrumen Penelitian... 49
H. Teknik Analisis Data ... 60
1. Analisis Deskriptif ... 60
a. Deskripsi Data Prestasi Belajar ... 60
b. Deskripsi Data Fasilitas Sekolah ... 66
c. Deskripsi Data Tingkat Absensi Siswa ... 72
d. Deskripsi Data Kinerja Guru ... 78
I. Pengujian Prasyarat Analisis ... 84
1. Uji Normalitas ... 84
2. Uji Hipotesisi ... 86
3. Ujia Mann-Whitney U... 88
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 89
A. Deskripsi Sekolah ... 89
1. SMA Negeri 1 Maumere ... 89
2. SMAK Frateran Maumere... 94
B. Deskripsi Responden ... 99
1. SMA Negeri 1 ... 100
a. Deskripsi Data Prestasi Belajar ... 100
b. Deskripsi Data Fasilitas Sekolah ... 101
c. Deskripsi Data Tingkat Absensi Siswa ... 103
xvi
2. SMAK Frateran ... 107
a. Deskripsi Data Prestasi Belajar ... 107
b. Deskripsi Data Fasilitas Sekolah ... 108
c. Deskripsi Data Tingkat Absensi Siswa ... 110
d. Deskripsi Data Kinerja Guru ... 112
C. Analisis Data ... 115
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 127
BAB V. KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 133
A. Kesimpulan ... 133
B. Keterbatasan Penelitian ... 134
C. Saran ... 134
DAFTAR PUSTAKA ... 135
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel III. 1. Skoring Berdasarkan Skala Likert ... 47
Tabel III. 2. Kisi-kisi Instrumen Variabel Penelitian ... 48
Tabel III. 3. Hasil Uji Variabel Fasilitas Sekolah ... 52
Tabel III. 4. Hasil Uji Variabel Tingkat Absensi Siswa ... 53
Tabel III. 5. Hasil Uji Variabel Kinerja Guru ... 53
Tabel III. 6. Hasil Uji Reliabelitas SMA Negeri 1 ... 55
Tabel III. 7. Hasil Uji Reliabelitas SMAK Frateran ... 57
Tabel III. 8. Variabel Prestasi SMA Negeri 1 ... 61
Tabel III. 9. Variabel Fasilitas Sekolah SMA Negeri 1 ... 67
Tabel III. 10. Variabel Fasilitas Sekolah SMAK Frateran ... 70
Tabel III. 11. Variabel Tingkat Absensi Siswa SMAN 1 ... 73
Tabel III. 12. Variabel Tingkat Absensi Siswa SMAK Frateran... 76
Tabel III. 13. Variabel Kinerja Guru SMA Negeri 1 ... 79
xviii
Tabel IV. 1. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar SMA Negeri 1...100
Tabel IV. 2. Distribusi Frekuensi Fasilitas Sekolahn SMA Negeri 1...102
Tabel IV. 3. Distribusi Frekuensi Tingkat Absensi Siswa
Siswa SMA Negeri 1 ... 104
Tabel IV. 4. Distribusi Frekuensi Kinerja Guru
SMA Negeri 1 ... 105
Tabel IV. 5. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar
SMAK Frateran ... 107
Tabel IV. 6. Distribusi Frekuensi Fasilitas Sekolah
SMAK Frateran ... 109
Tabel IV. 7. Distribusi Frekuensi Tingkat Absensi
Siswa SMAK Frateran ... 111
Tabel IV. 8. Distribusi Frekuensi Kinerja Guru
xix
Tabel IV. 9. Hasil Uji Normalitas SMA Negeri 1 ... 115
Tabel IV. 10. Hasil Uji Normalitas SMAK Frateran ... 116
Tabel IV. 11. Deskriptif Fasilitas Sekolah Seluruh Sampel ... 118
Tabel IV. 12. Hasil Uji Mann-Whitney U Fasilitas Sekolah ... 118
Tabel IV. 13. Deskriptif Tingkat Absensi Siswa Seluruh Sampel .... .. 120
Tabel IV. 14. Hasil Uji Mann-Whitney U Tingkat Absensi Siswa.... 121
Tabel IV. 15. Deskriptif Kinerja Guru Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X Seluruh Sampel ... 123
Tabel IV. 16. Hasil Uji Mann-Whitney U Kinerja Guru ... 123
Tabel IV. 17. Deskriptif Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X Seluruh Sampel ... 125
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Koesioner
Lampiran 2.Distribusi Frekuensi
Lampiran 3. Deskriptif Variabel
Lampiran 4. Hasil Uji Mann-Whitney U
Lampiran 5. Hasil Uji Validitas dan Reliabelitas
Lampiran 6. Hasil Uji Normalitas
Lampiran 7. Nilai Rapor
Lampiran 8. Jawaban Koesioner
Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan wadah bagi siswa untuk bisa meningkatkan
pengetahuan mereka. Dengan adanya pendidikan diharapkan kualitas peserta
didik dapat dikembangkan sehingga dapat memberikan hasil yang maksimal
setelah adanya penyelenggaraan pendidikan tersebut. Siswa juga harus
berusaha dalam mengikuti proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh
sekolah. Hasil dari proses belajar itulah yang kita harapkan yaitu berupa
prestasi belajar yang baik. Baik siswa, orang tua, ataupun sekolah
menginginkan prestasi belajar yang optimal agar dapat meningkatkan mutu
pendidikan melalui kualitas diri siswa.
Namun banyak hal yang tentunya bisa menghambat siswa dalam
mencapai prestasi belajar yang optimal. Banyak faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Entah itu faktor dari intern atau eksternal siswa itu
sendiri. Faktor intern dari siswa mencakup motivasi siswa, minat siswa,
fasilitas belajar siswa dan intensitas belajar siswa. Sedangkan faktor eksternal
siswa mencakup lingkungan keluarga siswa, lingkungan pergaulan siswa dan
Di Kabupaten Sikka (Flores – NTT), banyak siswa yang kurang
menyadari betapa pentingnya pendidikan bagi mereka. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Dari lingkungan keluarga adalah kurangnya pengetahuan orang tua.
Dalam hal ini sumber daya manusia (SDM) masih sedikit kurang
dan pola pikir yang kurang maju. Orang tua cenderung berpikir
bahwa tidak perlu mengenyam pendidikan yang tinggi untuk
memenuhi kehidupan mereka. Karena mereka melihat dari
pengalaman hidup mereka bahwa hanya dengan bekerja di kebun
(Petani) mereka sudah bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga
mereka sehingga bagi mereka pendidikan tidak terlalu penting
sehingga mereka kurang memotivasi anak-anak mereka untuk
sekolah.
2. Dari lingkungan pergaulan siswa misalnya siswa tersebut lebih
terpengaruh untuk bermain, nongkrong di jalanan atau
bersenang-senang dengan teman-teman mereka yang tidak mengenyam
pendidikan sehingga mereka kurang menggunakan waktu untuk
belajar. Hal ini menyebabkan prestasi belajar mereka kurang bagus.
3. Dari lingkungan sekolah misalnya di daerah Kabupaten Sikka
hanya beberapa sekolah atau sekolah-sekolah tertentu saja yang
menerapkan kedisiplinan yang tinggi dan aturan yang ketat
sedangkan sekolah-sekolah lain kurang menerapkan kedisiplinan
memperdulikan pendidikan bagi diri mereka. Mereka menganggap
bahwa ke sekolah hanya sekedar formalitas bukan untuk mencari
ilmu sehingga prestasi belajar mereka kurang bagus.
Di Kabupaten Sikka, banyak SMA yang didirikan untuk
membantu pendidikan siswa. SMA Negeri dan Swasta memiliki peranan
yang sama-sama penting dalam memajukan pendidikan. Siswa bebas
memilih ingin bersekolah di SMA Negeri atau Swasta. Baik tidaknya
prestasi siswa, tidak harus ditentukan oleh sekolah apakah SMA Negeri
lebih bagus dari pada Swasta. Begitupun sebaliknya. namun, banyak
peserta didik yang lebih memilih untuk bersekolah di SMA Swasta
daripada di SMA Negeri. Alasannya karena SMA swasta kualitas atau
mutu pendidikannya lebih bagus dan fasilitasnya juga lebih menunjang
serta menerapkan kedisiplinan dan aturan yang ketat. Contohnya saja
SMA Swasta di Kabupaten Sikka yaitu SMA Katolik Frateran Maumere.
Menurut Badan Akreditasi Sekolah/Madrasah Propinsi Nusa
Tenggara Timur, menetapkan bahwa SMA Katolik Frateran Maumere
memiliki akreditasi sekolah A dengan tanggal penetapan 5 November
2011. Sekolah swasta ini merupakan sekolah satu-satunya di Kabupaten
Sikka yang mendapat akreditasi A dibandingkan dengan sekolah-sekolah
negeri maupun sekolah swasta lainnya. Komponen yang menjadi
penilaian dalam akreditasi adalah standar isi, standar proses, standar
kompetensi kelulusan, standar tenaga pendidik dan kependidikan, standar
Standar penilaian pendidikan (sumber:http://www.bansm.or.id/
provinsi/nusa-tenggara timur akreditasi /view /245262) . Hal ini dapat
menjadi acuan bahwa akreditasi mencerminkan mutu sekolah tersebut.
Pendidikan dapat dikatakan bermutu apabila seluruh komponen
pendidikan memiliki persyaratan dan ketentuan yang diinginkan
pelanggan dan menimbulkan kepuasan. Mutu pendidikan dikatakan baik,
bila pendidikan tersebut dapat menyajikan jasa yang sesuai dengan
kebutuhan para pelanggannya. Baik tidaknya mutu pendidikan dapat
dilihat dari prestasi belajar siswa di sekolah. Prestasi belajar siswa
disekolah didukung oleh beberapa aspek yang juga dapat menjamin mutu
pendidikan di sekolah tersebut. Beberapa aspek tersebut diantaranya
yaitu fasilitas sekolah, kedisiplinan dan kinerja guru.
Semua faktor tersebut mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Sehingga peneliti dapat menetapkan 3 variabel penelitian, yaitu fasilitas
sekolah, tingkat absensi siswa, kinerja guru.
Fasilitas sekolah merupakan fasilitas yang disediakan oleh
sekolah untuk mendukung proses pembelajaran siswa. tentu banyak
membutuhkan buku pelajaran, alat-alat tulis, laptop. Fasilitas tersebut
dapat diharapkan menunjang proses belajar mengajar sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Faktor lainnya yaitu tingkat absensi
Masalah kedisiplinan siswa menjadi sangat berarti bagi kemajuan
sekolah (Nursisto, 2002:78). Sekolah yang tertib akan selalu menciptakan
proses pembelajaran yang baik. Sebaliknya, pada sekolah yang tidak
tertib kondisinya akan jauh berbeda. Ketidakdisiplinan siswa juga
menjadi penghambat prestasi belajar siswa. Kedisiplinan siswa dapat
dilihat dari tingkat absensi siswa. Faktor lainnya yaitu kinerja guru.
Kinerja guru adalah hasil dari keberhasilan guru secara
keseluruhan selama periode tertentu sesuai standar kompetensi dan
kriteria yang telah ditetapkan untuk pekerjaan tersebut. Kinerja seorang
guru tidak terlepas dari kompetensi yang melekat dan harus dikuasai.
Kompetensi guru merupakan bagian penting yang dapat menentukan
tingkat kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang
pengajar.
Tentu banyak hal yang dipertimbangkan baik siswa maupun
orangtua murid untuk bersekolah di SMA Negeri atau Swasta. Tujuan
dari memilih SMA Negeri atau Swasta agar prestasi belajar siswa bagus
sesuai yang diharapkan oleh orangtua maupun siswa sendiri. Sekali lagi
yang perlu diingat bahwa banyak faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui
apakah ada perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
siswa SMA Negeri dan Swasta. Berdasarkan latar belakang masalah
tingkat absensi siswa, kinerja guru dan prestasi belajar mata pelajaran
ekonomi siswa pada sekolah SMA Negeri 1 dan SMAK Frateran.
B.Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka penulis dapat merumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan fasilitas sekolah siswa kelas X SMA Negeri 1 dan
SMAK Frateran Maumere ?
2. Apakah ada perbedaan tingkat absensi siswa kelas X SMA Negeri 1 dan
SMAK Frateran Maumere ?
3. Apakah ada perbedaan kinerja guru siswa kelas X SMA Negeri 1 dan
SMAK Frateran Maumere ?
4. Apakah ada perbedaan prestasi belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1) Fasilitas Sekolah (X1)
Fasilitas sekolah adalah fasilitas yang disediakan oleh sekolah unuk
mendukung proses pembelajaran siswa. Indikator Fasilitas sekolah adalah
Buku pelajaran, laptop atau komputer yang disediakan oleh sekolah.
2) Tingkat Absensi Siswa (X2)
Tingkat absensi siswa adalah tingkat kehadiran siswa pada saat
menguikuti pembelajaran mata pelajaran ekonomi. Indikator tingkat
absensi siswa adalah jumlah ketidakhadiran siswa dalam mengikuti mata
pelajaran ekonomi
3) Kinerja guru (X3)
Kinerja guru adalah proses pembelajaran yang dilakukan guru dalam
menjalankan tugasnya sebagai pengajar. Indikator: penguasaan materi
guru, cara guru menyampaikan materi kepada siswa, kehadiran guru sesuai
jadwal.
4) Prestasi belajar (Y)
Prestasi belajar yang di maksudkan dalam penelitian adalah penguasaan
pengetahuan siswa mata pelajaran ekonomi yang diwujudkan dengan nilai
rapor. Indikator: nilai mata pelajaran ekonomi mid semester kelas X
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perbedaan fasilitas sekolah siswa kelas X SMA
Negeri 1 dan SMAK Frateran Maumere.
2. Untuk mengetahui perbedaan tingkat absensi siswa kelas X SMA Negeri
1 dan SMAK Frateran Maumere
3. Untuk mengetahui perbedaan kinerja guru siswa kelas X SMA Negeri 1
dan SMAK Frateran Maumere.
4. Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar mata pelajaran ekonomi
siswa kelas X SMA Negeri 1 dan SMAK Frateran Maumere.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
Sebagai bahan pertimbangan bagi siswa agar lebih meningkatkan prestasi
belajar mereka.
2. Bagi pembaca
Untuk menambah pengetahuan para pembaca di bidang pendidikan
khususnya di SMA Negeri dan Swasta.
3. Bagi peneliti
Untuk mengembangkan wawasan peneliti dalam rangka meningkatkan
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori 1. Fasilitas Sekolah
a. Pengertian fasilitas sekolah
Sekolah adalah tempat dimana kita sebagai seorang pelajar
mendapatkan ilmu pengetahuan, dari ilmu pengetahuan maka kita dapat
meraih cita-cita yang di inginkan tentu saja dalam proses belajar
mengajar membutuhkan seorang guru untuk menjadi pembimbing
dalam mengajar.
Kata sekolah berasal dari bahasa latin yaitu skhole atau scola,
artinya waktu luang, dimana pada zaman dahulu, proses belajar
mengajar adalah sebuah kegiatan untuk mengisi waktu luang, pada saat
itu anak kecil hingga remaja mengisi waktu luang untuk belajar
membaca, berhitung, belajar mengenal pelajaran moral, seni. Namun
seiringnya waktu berjalan ditambah dengan kecanggihan teknologi, arti
kata sekolah berubah menjadi sebuah bangunan dimana seorang pelajar
memperoleh pengetahuan.
Fasilitas sekolah adalah fasilitas yang diberikan untuk murid
sebagai kebutuhan untuk memudahkan dalam kegiatan belajar di
memudahkan peserta didik dalam belajar dengan maksimal dan
hasilnya memuaskan.
Fasilitas sekolah sebaiknya memberikan fasilitas yang memadai
dan baik agar siswa merasa nyaman dalam belajar dan juga bisa melatih
kemandirian siswa dalam mencari bahan ajar tambahan dan mencari
data-data untuk membantu menyelesaikan tugas mereka (Internet)
dengan baik.
Fasilitas sekolah yang dimaksudkan yaitu fasilitas belajar yang
disediakan oleh sekolah untuk mendukung proses pembelajaran.
Fasilitas belajar merupakan sarana dan prasarana pembelajaran.
Prasarana meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olahraga,
ruang ibadah, ruang kesenian dan peralatan olah raga. Sarana
pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas
laboraturium sekolah dan berbagai media pembelajaran yang lain.
fasilitas yang terdiri dari sarana dan prasarana belajar, bahwa
sarana belajar adalah alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan,
misalnya lokasi/tempat, bangunan dan lain-lain, sedangkan prasarana
adalah alat yang tidak langsung untuk mencapai tujuan pendidikan,
misalnya ruang, buku, perpustakaan, laboraturium. Berdasarkan
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa fasilitas belajar adalah
sarana dan prasarana yang digunakan untuk menunjang kegiatan belajar
b. Macam-macam Fasilitas Belajar
Fasilitas belajar merupakan sarana dan prasarana yang dapat
menunjang kelancaran proses belajar baik di rumah maupun di sekolah.
Dengan adanya fasilitas belajar yang memadai maka kelancaran dalam
belajar akan dapat terwujud. Kaitannya dengan fasilitas belajar, Slameto
(2003: 63) mengemukakan bahwa: Anak yang sedang belajar selain
harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misal makan, pakaian,
perlindungan kesehatan dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas
belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis-menulis,
buku-buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika
keluarga mempunyai cukup uang.
Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa fasilitas
belajar erat kaitannya dengan kondisi ekonomi orang tua siswa. Dengan
kondisi ekonomi orang tua yang baik, maka orang tua akan lebih
mempunyai kemampuan untuk mencukupi kebutuhan anaknya
termasuk dalam hal penyediaan fasilitas belajar di rumah yang
memadai. Untuk memperbaiki mutu pengajaran harus di dukung oleh
berbagai fasilitas, sumber belajar dan tenaga pembantu antara lain
diperlukan sumber-sumber dan alat-alat yang cukup untuk
memungkinkan murid belajar secara individual. Antara lain diperlukan
sumber-sumber dan alat-alat yang cukup untuk memungkinkan murid
Dengan demikian, adanya fasilitas belajar yang lengkap diharapkan
akan terjadi perubahan, misalnya dengan sekolah menyediakan fasilitas
belajar yang lengkap, siswa akan lebih bersemangat dalam belajar,
siswa tidak perlu meminjam ataupun menggantungkan tugasnya pada
teman, karena ia dapat mengerjakan tugasnya sendiri dengan bantuan
fasilitas yang telah disediakan.
Ketersediaan fasilitas belajar di sekolah yang lengkap dan
memadai juga merupakan indikasi atau syarat menjadi sekolah yang
efektif. Sekolah yang efektif dapat diartikan sebagai sekolah yang
menunjukkan tingkat kinerja yang diharapkan dalam menyelenggarakan
proses belajarnya, dengan menunjukkan hasil belajar yang bermutu
pada peserta didik sesuai dengan tugas pokoknya. Fasilitas belajar yang
dimaksudkan dalam pernyataan tersebut adalah menyangkut
ketersediaan hal-hal yang dapat memberikan kemudahan bagi perolehan
pengalaman belajar yang efektif dan efisien. Fasilitas belajar yang
sangat penting adalah laboratorium yang memenuhi syarat bengkel
kerja, perpustakaan, komputer, dan kondisi fisik lainnya yang secara
langsung mempengaruhi kenyamanan belajar.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
adanya fasilitas belajar yang lengkap dan memadai merupakan salah
satu faktor dari mutu kinerja sekolah yang efektif. Sekolah akan
menjadi sekolah yang mempunyai mutu baik jika dalam
siswa, kemampuan guru dalam mengajar ataupun oleh lingkungan
sekolah, akan tetapi juga harus didukung adanya kelengkapan fasilitas
belajar siswa yang memadai sehingga penggunaannya akan menunjang
kemudahan siswa dalam kegiatan belajarnya.
Dalam Keputusan Menteri P dan K No. 079/1975, fasilitas belajar
terdiri dari 3 kelompok besar yaitu:
1. Bangunan dan perabot sekolah
Bangunan di sekolah pada dasarnya harus sesuai dengan kebutuhan
pendidikan dan harus layak untuk ditempati siswa pada proses
kegiatan belajar mengajar di sekolah. Bangunan sekolah terdiri atas
berbagai macam ruangan. Secara umum jenis ruangan ditinjau dari
fungsinya dapat dikelompokkan dalam ruang pendidikan untuk
menampung proses kegiatan belajar mengajar baik teori maupun
praktek, ruang administrasi untuk proses administrasi sekolah dan
berbagai kegiatan kantor, dan ruang penunjang untuk kegiatan yang
mendukung proses belajar mengajar. Sedangkan perabot sekolah
yang pada umumnya terdiri dari berbagai jenis mebel, harus dapat
mendukung semua semua kegiatan yang berlangsung di sekolah,
baik kegiatan belajar mengajar maupun kegiatan administrasi
2. Alat pelajaran
Alat pelajaran yang dimaksudkan disini adalah alat peraga dan
buku-buku bahan ajar. Alat peraga berfungsi untuk memperlancar
dan memperjelas komunikasi dalam proses belajar mengajar antara
guru dan siswa. Buku-buku pelajaran yang digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar, biasanya terdiri dari buku pegangan,
buku pelengkap, dan buku bacaan.
3. Media pendidikan
Media pengajaran merupakan sarana non personal yang digunakan
atau disediakan oleh tenaga pengajar yang memegang peranan
dalam proses belajar untuk mencapai tujuan instruksional. Media
pengajaran dapat dikategorikan dalam media visual yang
menggunakan proyeksi, media auditif, dan media kombinasi.
2. Tingkat Absensi Siswa
Absensi adalah pola kebiasaan ketidakhadiran dari tugas atau
kewajiban. kehadiran siswa di sekolah (school attandence) adalah
kehadiran dan keikutsertaan siswa secara fisik dan mental terhadap
aktivitas sekolah pada jam-jam efektif di sekolah. Sedangkan
ketidakhadiran adalah ketiadaan partisipasi secara fisik siswa terhadap
kegiatan-kegiatan sekolah. Pada jam-jam efektif sekolah, siswa memang
memberikan keterangan yang sah serta diketahui oleh orang tua atau
walinya.
Pengertian kehadiran seringkali dipertanyakan, terutama pada saat
teknologi pendidikan dan pengajaran telah berkembang pesat seperti
sekarang ini. Kalau misalnya saja, aktivitas-aktivitas sekolah dapat
dipancarkan melalui TV dan bisa sampai ke rumah, apakah kehadiran
siswa secara fisik di sekolah masih dipandang mutlak? Jika pendidikan
atau pengajaran dipandang sebagai sekedar penyampaian pengetahuan,
sedangkan para siswa dapat menyerap pesan-pesan pendidikan melalui
layar kacanya di rumah, ketidakhadiran siswa di sekolah secara fisik
mungkin tidak menjadi persoalan. Sebaliknya, jika pendidikan bukan
sekadar penyerapan ilmu pengetahuan, melainkan lebih jauh
membutuhkan keterlibatan aktif secara fisik dan mental dalam prosesnya,
maka kehadiran secara fisik di sekolah tetap penting apapun alasannya,
dan bagaimanapun canggihnya teknologi yang dipergunakan. Pendidikan
telah lama dipandang sebagai suatu aktivitas yang harus melibatkan siswa
secara aktif, dan tidak sekedar sebagai penyampaian informasi belaka.
Siswa yang hadir di sekolah hendaknya dicatat oleh guru dalam
buku presensi. Sementara siswa yang tidak hadir di sekolah dicatat dalam
buku absensi. Dengan perkataan lain, presensi adalah daftar kehadiran
siswa, sementara absensi adalah buku daftar ketidakhadiran siswa. Begitu
jam pertama dinyatakan masuk, serta para siswa masuk ke kelas, guru
siswanya yang masuk sekolah dan yang tidak masuk sekolah. Demikian
juga pada jam-jam berikutnya setelah istirahat, guru perlu mempresensi
kembali, barangkali ada siswanya yang pulang sebelum waktunya. Tidak
jarang, siswa pulang sebelum waktunya, hanya karena sudah dinyatakan
masuk melalui presensi pada jam pertama.
Pada umumnya ketidakhadiran siswa dapat dibagi kedalam tiga
bagian: (1) alpa, yaitu ketidakhadiran tanpa keterangan yang
jelas, dengan alasan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan; (2) ijin, ketidakhadiran dengan keterangan dan alasan tertentu yang bisa
dipertanggungjawabkan, biasanya disertai surat pemberitahuan dari orang
tua; dan (3) sakit, ketidakhadiran dengan alasan gangguan kesehatan,
biasanya disertai surat pemberitahuan dari orang tua atau surat
keterangan sakit dari dokter.
Secara administratif, pengelolaan kehadiran dan ketidakhadiran siswa pada tingkat kelas menjadi tanggung jawab wali kelas. Oleh karena
itu, wali kelas seyogyanya dapat mendata secara akurat tingkat kehadiran
dan ketidakhadiran siswa di kelas yang menjadi tanggung jawabnya
sekaligus dapat menganalisis dan menyajikannya dalam bentuk grafik
atau tabel (diusahakan tersedia catatan harian dan tabel/grafik bulanan).
Sementara untuk tingkat sekolah, petugas yang tepat mengelola
kehadiran dan ketidakhadiran siswa adalah wakasek kesiswaan. Sama
halnya dengan wali kelas, wakasek kesiswaan pun seyogyanya dapat
keseluruhan serta dapat menganalisis dan menyajikannya dalam bentuk
grafik/tabel.
Informasi tingkat kehadiran dan ketidakhadiran siswa ini sangat
berguna untuk pengambilan kebijakan, baik pada tingkat kelas maupun
sekolah serta dapat digunakan untuk kepentingan pemberian bimbingan
kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam menunaikan kewajiban
kehadirannya di sekolah.
Ada banyak sumber penyebab ketidakhadiran siswa di sekolah,
baik yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri (faktor internal), –
misalnya karena disiplin diri dan motivasi belajar yang rendah-
maupun dari luar diri siswa (faktor eksternal), –misalnya lingkungan
sekolah dan pergaulan yang kurang kondusif. Lingkungan keluarga
merupakan salah satu faktor eksternal yang mungkin bisa menyebabkan
3. Kinerja Guru
a. Pengertian Kinerja
Kinerja merupakan kegiatan yang dijalankan oleh tiap-tiap
individu dalam kaitannya untuk mencapai tujuan yang sudah
direncanakan. Berkaitan dengan hal tersebut terdapat beberapa
definisi mengenai kinerja. Smith dalam (Mulyasa, 2005: 136)
menyatakan bahwa kinerja adalah “…..output drive from processes,
human orotherwise”. Kinerja merupakan hasil atau keluaran dari
suatu proses. Dikatakan lebih lanjut oleh Mulyasa bahwa kinerja atau
performance dapat diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja,
pencapaian kerja, hasil-hasil kerja atau unjuk kerja. Kinerja
merupakan suatu konsep yang bersifat universal yang merupakan
efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan
karyawannya berdasarkan standar dan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya. Karena organisasi pada dasarnya dijalankan oleh
manusia maka kinerja sesungguhnya merupakan perilaku manusia
dalam menjalankan perannya dalam suatu organisasi untuk memenuhi
standar perilaku yang telah ditetapkan agar membuahkan tindakan
serta hasil yang diinginkan. Menurut Prawirasentono (1999:
2):“Performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang
atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya
melanggar hukum dan sesuai dengan moral ataupun etika”. Dessler
(1997: 513) menyatakan pengertian kinerja hampir sama dengan
prestasi kerja ialah perbandingan antara hasil kerja aktual dengan
standar kerja yang ditetapkan. Dalam hal ini kinerja lebih
memfokuskan pada hasil kerja. Dari beberapa pengertian tentang
kinerja tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah
prestasi kerja yang telah dicapai oleh seseorang. Kinerja atau prestasi
kerja merupakan hasil akhir dari suatu aktifitas yang telah dilakukan
seseorang untuk meraih suatu tujuan. Pencapaian hasil kerja ini juga
sebagai bentuk perbandingan hasil kerja seseorang dengan standar
yang telah ditetapkan. Apabila hasil kerja yang dilakukan oleh
seseorang sesuai dengan standar kerja atau bahkan melebihi standar
maka dapat dikatakan kinerja itu mencapai prestasi yang baik. Kinerja
yang dimaksudkan diharapkan memiliki atau menghasilkan mutu
yang baik dan tetap melihat jumlah yang akan diraihnya. Suatu
pekerjaan harus dapat dilihat secara mutu terpenuhi maupun dari segi
jumlah yang akan diraih dapat sesuai dengan yang direncanakan.
b. Pengertian Kinerja Guru
Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu. Kinerja guru dapat
dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi atau kriteria kompetensi
yang harus dimiliki oleh setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru,
wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses
sebagaimana dikutip Kusmianto (1997: 49) dalam buku panduan
penilaian kinerja guru oleh pengawas menjelaskan bahwa: “Standar
kinerja guru itu berhubungan dengan kualitas guru dalam menjalankan
tugasnya seperti: bekerja dengan siswa secara individual, persiapan
dan perencanaan pembelajaran, pendayagunaan media pembelajaran,
melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman belajar,dan
kepemimpinan yang aktif dari guru”. Pendidik merupakan tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan
dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Tugas
pokok guru yang diwujudkan dalam kegiatan belajar mengajar
merupakan bentuk kinerja guru. Pendapat lain diutarakan Soedijarto
(1993) menyatakan ada empat tugas gugusan kemampuan yang harus
dikuasai oleh seorang guru. Kemampuan yang harus dikuasai oleh
seorang guru, yaitu: merencanakan program belajar mengajar,
melaksanakan dan memimpin proses belajar mengajar,menilai
kemajuan proses belajar mengajar, membina hubungan dengan peserta
didik. Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Menengah dijabarkan
beban kerja guru mencakup kegiatan pokok: merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, melaksanakan
interaksi belajar mengajar di kelas termasuk persiapannya baik dalam
bentuk program semester maupun persiapan mengajar.
Berkenaan dengan kepentingan penilaian terhadap kinerja guru,
Georgia Departemen of Education telah mengembangkan teacher
performance assessmentinstrument yang kemudian dimodifikasi oleh
Depdiknas menjadi Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG).
Alat penilaian kemampuan guru, meliputi: (1) rencana pembelajaran
(teaching plans andmaterials) atau disebut dengan RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran); (2) prosedur pembelajaran (classroom
procedure); dan (3) hubungan antar pribadi (interpersonal
skill).Proses belajar mengajar tidak sesederhana seperti yang terlihat
pada saat guru menyampaikan materi pelajaran di kelas, tetapi dalam
melaksanakan pembelajaran yang baik seorang guru harus
mengadakan persiapan yang baik agar pada saat melaksanakan
pembelajaran dapat terarah sesuai tujuan pembelajaran yang
terdapatpada indikator keberhasilan pembelajaran. Proses
pembelajaran adalahrangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang
guru mulai dari persiapan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran
sampai pada tahap akhir pembelajaran yaitu pelaksanaan evaluasi dan
perbaikan untuk siswa yang belum berhasil pada saat dilakukan
evaluasi. Dari berbagai pengertian di atas maka dapat disimpulkan
definisi konsep kinerja guru merupakan hasil pekerjaan atau prestasi
mengelola kegiatan belajar mengajar, yang meliputi perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan
membina hubungan antar pribadi (interpersonal) dengan siswanya.
c. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Kinerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Malthis
dan Jackson (2001: 82), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kinerja. “Faktor-faktor yang memengaruhi kinerja individu tenaga
kerja, yaitu: Kemampuan mereka, Motivasi, Dukungan yang diterima,
Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan dan Hubungan mereka
dengan organisasi”.
Sedangkan menurut Menurut Gibson (1987) menjelaskan ada 3
faktor yang berpengaruh terhadap kinerja. “Tiga faktor tersebut
adalah: 1) Faktor individu (kemampuan, keterampilan, latar belakang
keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial). 2) Faktor psikologis
(persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja).
3) Faktor organisasi (struktur organisasi, desain pekerjaan,
kepemimpinan, sistem penghargaan atau reward system)”. Penjelasan
lain mengenai faktor yang berpengaruh terhadap kinerja dijelaskan
oleh Mulyasa. Menurut Mulyasa (2007: 227) sedikitnya terdapat
delapan faktor yang dapat meningkatkan kinerja guru, baik faktor
internal maupun eksternal: “Kedelapan faktor tersebut adalah:
dorongan untuk bekerja, tanggung jawab terhadap tugas, minat
berkembang, perhatian dari kepala sekolah,hubungan interpersonal
dengan sesama guru, layanan perpustakaan”. Selanjutnya pendapat
lain juga dikemukakan oleh Surya (2004:10) tentang faktor yang
mempengaruhi kinerja guru. “Faktor mendasar yang terkait erat
dengan kinerja profesional guru adalah kepuasan kerja yang berkaitan
erat dengan kesejahteraan guru. Kepuasan ini di latarbelakangi oleh
faktor-faktor: imbalan jasa, rasa aman, hubungan antar pribadi,
kondisi lingkungan kerja, kesempatan untuk pengembangan dan
peningkatan diri”. Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan diatas,
faktor-faktor yang menentukan tingkat kinerja guru dapat disimpulkan
antara lain: tingkat kesejahteraan (reward system), lingkungan atau
iklim kerja guru, desain karir dan jabatan guru, kesempatan untuk
berkembang dan meningkatkan diri, motivasi atau semangat kerja,
pengetahuan, keterampilan dan karakter pribadi guru.
d. Penilaian Kinerja Guru
Penilaian kinerja guru merupakan suatu proses yang bertujuan
untuk mengetahui atau memahami tingkat kinerja guru satu dengan
tingkat kinerja guru yang lainnya atau dibandingkan dengan standar
yang telah ditetapkan. Terdapat berbagai model instrumen yang dapat
dipakai dalam penilaian kinerja guru. Namun demikian, ada dua
model yang paling sesuai dan dapat digunakan sebagai instrumen
utama, yaitu skala penilaian dan lembar observasi atau penilaian.
melalui pernyataan perilaku dalam suatu kontinum atau kategori yang
memiliki makna atau nilai. Observasi merupakan cara mengumpulkan
data yang biasa digunakan untuk mengukur tingkah laku individu
ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik
dalam situasi yang alami sebenarnya maupun situasi buatan. Tingkah
laku guru dalam mengajar, merupakan hal yang paling cocok dinilai
dengan observasi. Menilai kinerja guru adalah suatu proses
menentukan tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan
tugas-tugas pokok mengajar dengan menggunakan patokan-patokan
tertentu. Bagi para guru, penilaian kinerja berperan sebagai umpan
balik tentang berbagai hal seperti kemampuan, kelebihan, kekurangan
dan potensinya. Bagi sekolah hasil penilaian para guru sangat penting
arti dan perannyadalam pengambilan keputusan.
e. Manfaat Penilaian Kinerja Guru
Penilaian kinerja guru memiliki manfaat bagi sebuah sekolah
karena dengan penilaian ini akan memberikan tingkat pencapaian dari
standar, ukuran atau kriteria yang telah ditetapkan sekolah. Sehingga
kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam seorang guru dapat diatasi
serta akan memberikan umpan balik kepada guru tersebut. Menurut
Mangkupawira (2001: 224), manfaat dari penilaian kinerja karyawan
adalah: perbaikan kinerja, penyesuaian kompensasi, keputusan
penetapan, kebutuhan pelatihan dan pengembangan, perencanaan dan
ketidakakuratan informasi, kesalahan rancangan pekerjaan,
kesempatan kerja yang sama, tantangan-tantangan eksternal, umpan
balik pada SDM. Sedangkan Mulyasa (2007: 157) menjelaskan
tentang manfaat penilaian tenaga pendidikan: “Penilaian tenaga
pendidikan biasanya difokuskan pada prestasi individu, dan peran
sertanya dalam kegiatan sekolah. Penilaian ini tidak hanya penting
bagi sekolah, tetapi juga penting bagi tenaga kependidikan yang
bersangkutan. Bagi para tenaga kependidikan, penilaian berguna
sebagai umpan balik terhadap berbagai hal, kemampuan, ketelitian,
kekurangan dan potensi yang pada gilirannya bermanfaat untuk
menentukan tujuan, jalur, rencana, dan pengembangan karir. Bagi
sekolah, hasil penilaian prestasi tenaga kependidikan sangat penting
dalam mengambil keputusan berbagai hal, seperti identifikasi
kebutuhan program sekolah, penerimaan, pemilihan, pengenalan,
penempatan, promosi, sistem imbalan dan aspek lain dari keseluruhan
proses pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan”.
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa penilaian kinerja
penting dilakukan oleh suatu sekolah untuk perbaikan kinerja guru itu
sendiri maupun untuk sekolah dalam hal menyusun kembali rencana
atau strategi baru untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Penilaian yang dilakukan dapat menjadi masukan bagi guru dalam
memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya. Selain itu penilaian
lebih baik sehingga guru dapat menjalankan pembelajaran seefektif
mungkin untuk kemajuan peserta didik dan kemajuan guru sendiri
menuju guru yang profesional. Penilaian kinerja guru tidak
dimaksudkan untuk mengkritik dan mencari kesalahan, melainkan
sebagai dorongan bagi guru dalam pengertian konstruktif guna
mengembangkan diri menjadi lebih profesional dan pada akhirnya
nanti akan meningkatkan kualitas pendidikan peserta didik.
4. Prestasi Belajar
a. Pengertian prestasi belajar
Penilaian merupakan bagian terpenting dalam proses belajar
mengajar. Penilaian berguna bagi para pengajar, sebab dapat
membantu menjawab masalah-masalah penting siswa-siswanya.
Selain itu juga untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa. Penilaian
hasil belajar selalu ada dalam proses pembelajaran yang dinilai dari
hasil belajar siswa seperti tugas-tugas dan nilai-ulangan.
Menurut para penulis psikologi belajar, mereka mendefinisikan
belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang
yang relatif menetap sebagai hasil sebuah pengalaman (Imron,
1996:3). Prestasi belajar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah penguasaan pengertian yang dikembangkan oleh mata
pelajaran lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka yang di
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya
tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor
intern dan faktor ekstern.
Faktor intern adalah faktor yang ada di dalam diri individu yang
sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar
individu (Slameto, 2010:54).
1) Faktor intern
a) Faktor jasmaniah
(1) Faktor kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan
beserta bagian-bagianya atau bebas dari penyakit.
Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan
seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah,
kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badanya
lemah atau ada gangguan-gangguan fungsi alat inderanya
serta tubuhnya. Agar seseorang dapat belajar dengan baik
haruslah mengusahakan kesehatan badanya tetap terjamin
dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan
tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga,
rekreasi, dan ibadah.
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan
kurang baik atau kurang sempurna mengenal tubuh atau
badan (Slameto, 2010:55). Keadaan cacat tubuh dapat
mempengaruhi belajar seseorang.
b) Faktor psikologis
(1) Intelegensi
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga
jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan
ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,
mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak
secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya
dengan cepat (Slameto, 2010:56). Intelegensi besar
pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang
sama, siswa mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi
akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat
intelegensi yang rendah.
(2) Perhatian
Untuk menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa
harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang
dipelajariya, jika bahan pelajaran yang tidak menjadi
perhatian, maka timbulah kebosanan, sehingga siswa
baik, usahakan bahan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau
bakatnya.
(3) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan
(Slameto, 2010:57). Kegiatan yang diminati seseorang,
diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa
senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian
sifatnya sementara dan belum tentu diikuti dengan perasaan
senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan
senang dan dari situ diperoleh kesenangan. Minat besar
pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran
yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak
akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya
tarik baginya.
(4) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar (Slameto,
2010:57). Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi
kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Bakat
mempengaruhi belajar seseorang. Jika bahan pelajaran yang
dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil
belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah
(5) Motif
Motif erat sekali hubunganya dengan tujuan yang
akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat
disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu
perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat
adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak atau
pendorong.
(6) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam
pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah
siap untuk melaksanakan kecakapan baru (Slameto,
2010:58).
(7) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi response
atau bereaksi (Slameto, 2010:59). Kesediaan itu timbul dari
dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan
kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk
melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan
dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya
(8) Faktor kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit dipisahkan
tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu, kelelahan
jasmani dan kelelahan rohani.
2) Faktor-faktor ekstern
a) Faktor keluarga
(1) Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya
terhadap belajar anaknya. Keluarga adalah lembaga pendidikan
yang pertama dan utama. Orang tua yang kurang atau tidak
memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh
tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama
sekali akan kepentingan-kepentingan dan
kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu
belajarnya, tidak menyediakan alat belajarnya, tidak
memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu
bagaimanakah kemajuan belajar anaknya dan lain-lain,dapat
menyebabkan anak kurang atau tidak berhasil dalam
belajarnya. Mendidik anak dengan cara memanjakanya adalah
cara mendidik yang tidak baik. Mendidik anak dengan cara
memperlakukanya terlalu keras, memaksa, mengejar-ngejar
anaknya untuk belajar adalah cara mendidik anak yang juga
peranan yang sangat penting. Anak yang mengalami
kesukaran-kesukaran dalam belajar dapat ditolong dengan
memberikan bimbingan belajar yang sebaik-baiknya. Tentu
saja keterlibatan orang tua akan sangat mempengaruhi
keberhasilan bimbingan tersebut.
(2) Relasi antar anggota keluarga
Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah
relasi orang tua dengan anaknya. Selain relasi anak dengan
saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut
mempengaruhi belajar anak. Sebetulnya relasi antar anggota ii
erat vhubunganya dengan cara orang tua mendidik. Demi
kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan
relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut. Hubungan
yang baik adalah hubungan yang penuh dengan pengertian dan
kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu
hukuman-hukuman untuk mensukseskan belajar anak sendiri.
(3) Suasana rumah
Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau
kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga
dimana anak berada dan belajar. Suasana rumah juga
merupakan faktor yang penting yang tidak termasuk faktor
yang disengaja. Suasana rumah yang gaduh atau ramai tidak
dengan suasana rumah yang tegang, ribut, sering terjadi cekcok
menyebabkan anak menjadi bosan dirumah,suka keluar rumah,
akibatnya belajarnya kacau. Perlu diciptakan suasana rumah
yang tenang dan tentram agar anak dapat belajar dengan baik.
(4) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubunganya dengan
belajar anak. Anak yang sedang belajar harus terpenuhi
kebutuhan pokoknya misalnya makan, pakaian, perlindungan
kesehatan dan lain-lain. Selain itu juga membutuhkan fasilitas
belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis,
uku-buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat
terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang. Jika anak
hidup dalam keluarga miskin, kebutuhan pokok anakkurang
terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu, sehingga
belajar anak juga akan terganggu. Akibat yang lain anak selalu
dirundung kesedihan sehingga anak merasa minder hal ini pasti
akan mengganggu belajar anak. Walaupun tidak dipungkiri
tentang adanya kemungkinan anak yang serba kekurangan dan
selalu menderita akibat ekonomi keluarga yang lemah, justru
keadaan yang seperti itu menjadi cambug baginya untuk
belajar lebuh giat dan akhirnya sukses.
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua.
Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas
rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat,
orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya,
membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di
sekolah. Kalau perlu menghubungi guru anaknya, untuk
mengetahui perkembanganya.
(6) Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga
mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak
ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong
semangat anak untuk belajar.
b) Faktor sekolah
(1) Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang
harus dilalui dalam mengajar (Slameto, 2010:65). Metode
mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar
siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik
itu misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang
menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut
menyajikanya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa atau
terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa
siswa malas untuk belajar. Guru bisa mengajar dengan
progresif berani mencoba metode-metode yang baru, yang
dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar-mengajar, dan
meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Agar siswa dapat
belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan
setepat, efisien, dan efektif mungkin.
(2) Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang
diberikan kepada siswa (Slameto, 2010:65). Kegiatan itu
sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa
menerima, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran
itu. Jelaslah bahwa bahan pelajaran itu mempengaruhi belajar
siswa. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik
terhadap belajar. Kurikulum yang tidak baik itu misalnya
kurikulum yang terlalu padat, diatas kemampuan siswa, tidak
sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa. Perlu diingat
bahwa sistem instruksional sekarang menghendaki proses
belajar mengajar yang mementingkan kebutuhan siswa.
(3) Relasi guru dengan siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan
siswa. Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada
dalam proses sendiri. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi
baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata
pelajaran yang diberikanya sehingga siswa berusaha
mempelajari sebaik-baiknya. Hal itu juga terjadi sebaliknya,
jika siswa membenci gurunya. Ia segan mempelajari mata
pelajaran yang diberikanya, akibatnya pelajaranya tidak maju.
Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara akrab
menyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar dan
siswa segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar.
(4) Relasi siswa dengan siswa
Menciptakan relasi yang baik antar siswa adalah perlu
agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar
siswa.
(5) Disiplin sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubunganya dengan
kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar.
Kedisiplinan sekolah mencangkup kedisiplinan guru dalam
mengajar dalam melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai
atau karyawan dalam pekerjaan administrasi, keteraturan kelas,
kebersihan gedung sekolah, dan lain-lain. Kepala sekolah
dalam mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya, dan
kedisiplinan tim BP dalam pelayananya kepada siswa. Agar
(6) Alat pengajaran
Alat pengajaran erat hubunganya dengan cara belajar
siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu
mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang
diajarkan itu, alat pengajaran yang lengkap dan tepat akan
memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan
kepada siswa. Mengusahakan alat pengajaran yang baik dan
lengkap adalah perlu agar guru dapat mengajar dengan baik
sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan baik serta
dapat belajar dengan baik pula.
(7) Waktu sekolah
Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar
mengajar disekolah, waktu itu dapat pagi hari, siang, sore atau
malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa.
Sekolah diharpakan mampu memilih waktu sekolah yang tepat
sehingga akan memberi pengaruh yang positif terhadap belajar.
(8) Standar pelajaran di atas ukuran
Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya,
perlu memberi pelajaran di atas ukuran standar. Akibatnya
siswa kurang mampu dan takut kepada guru, bila banyak siswa
yang tidak berhasil dalam mempelajari mata pelajaranya, guru
materi harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing.
Yang penting tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai.
(9) Keadaan gedung
Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi
karakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan gedung
dewasa ini harus memadai di dalam setiap kelas.
(10) Metode belajar
Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam
hal ini perlu pembinaan dari guru. dengan cara belajar yang
tepat akan efektif pula hasil belajar siswa itu. Belajar secara
teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik,
memilih cara belajar yang tepat dan istirahat cukup akan
meningkatkan hasil belajar.
(11) Tugas rumah
Tugas rumah terutama adalah di sekolah, di samping
untuk belajar waktu di rumah biarlah digunakan untuk
kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu
banyak memberi tugas yang harus dikerjakan di rumah,
sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan
c) Faktor masyarakat
(1) Kegiatan siswa dalam masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan
terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil
bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak
misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan
dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak
bijaksana dalam mengatur waktunya.
(2) Media Massa
Yang termasuk media massa adalah bioskop, radio, TV,
surat kabar, majalah, buku-buku, komik dan lain-lain.
Semuanya itu ada dan beredar dimasyarakat. Media massa
yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan
juga terhadap belajarnya. Sebaliknya media massa yang jelek
juga berpengaruh jelek terhadap siswa. Maka perlulah kiranya
siswa mendapatkan bimbingan dan kontrol yang cukup
bijaksana dari pihak orang tua dan pendidik, baik di dalam
keluarga, sekolah dan masyarakat.
(3) Teman bergaul
Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat
masuk dalam jiwanya dari pada yang kita duga. Teman bergaul