• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Kajian Pustaka

2. Prestasi Belajar

dalam kegiatan proses pembelajaran.

3. Mata pelajaran PKn adalah mata pelajaran yang dapat membentuk kepribadian dan kemampuan siswa untuk berpikir kritis yang didasari oleh nilai-nilai pancasila dan moral.

4. Model cooperative learning tipe STAD adalah tipe model cooperative learning yang paling sederhana dapat dilakukan oleh guru dan siswa ditempatkan dalam sebuah tim belajar yang beranggotakan empat sampai lima siswa yang heterogenitas (suku, agama, ras, adat istiadat, agama, jenis kelamin dan prestasi siswa).

9 BAB II

LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan

Dalam penelitian ini, peneliti akan memaparkan beberapa hasil penelitian yang relevan yang berkaitan tentang minat belajar, prestasi belajar, pembelajaran PKn, dan model cooperative learning tipe STAD sebagai berikut:

1. Penelitian yang relevan oleh Siskandar yang berjudul “Keefektifan Pendekatan Cooperative Learning dalam Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Mahasiswa”. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 3 siklus, masing-masing siklus terdiri atas planning, acting, observing, dan reflecting. Hasil penelitian tindakan kelas dari siklus satu sampai siklus tiga menunjukkan adanya peningkatan. Dilihat dari keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, seperti bekerjasama dengan teman, aktif menjawab pertanyaan dari dosen dan saling membantu antar teman. Data hasil penelitian rerata nilai hasil kognitif mahasiswa pada siklus I adalah 5,92%. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan mahasiswa masih rendah terhadap mata kuliah PKn. Pada siklus II, hasil kognitif mahasiswa meningkat sebesar 6,71% dan pada siklus III menunjukkan nilai rerata yang diperoleh adalah 7,62%. Kegiatan pembelajaran menggunakan hand out yang berisi poin-poin permasalahan sebagai bahan untuk diskusi dan refleksi. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model cooperative learning

dengan menggunakan media hand out mampu mengembangkan keterampilan berfikir dan dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar mahasiswa dalam mata kuliah PKn mahasiswa UNES dengan menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata kuliah PKn.

2. Penelitian yang relevan oleh Ignasius Krisdianto yang berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar Matematika dalam Soal Cerita dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Somokaton Tahun Ajaran 2010/2011”. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus dua kali pertemuan. Subyek penelitian ini yaitu siswa kelas V SD Negeri 1 Somokaton yang berjumlah 15 orang. Hasil penelitian tindakan kelas dari siklus satu sampai siklus dua menunjukkan adanya peningkatan. Dilihat dari prestasi belajar, hasil analisis tes akhir siklus I nilai rata-rata kelas mencapai 52,5. Didapat 10 siswa (66,7%) belum tuntas dan 5 Siswa (33,3%) sudah tuntas. Pada siklus II, hasil analisis tes akhir siklus II nilai rata-rata kelas mencapai 73,4. Didapat 4 siswa (28,6%) belum tuntas dan 10 siswa (71,4%) sudah tuntas.Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Matematika.

3. Penelitian yang relevan oleh Camilia Harista Dian Anggra Dewi yang berjudul “Peningkatan Minat dan Hasil Belajar IPS melalui Pendekatan

Cooperative Learning Tipe STAD pada Siswa Kelas V di SD Kanisius Totogan Tahun Pelajaran 2011/2012”. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan subyek penelitian siswa kelas V SD Kanisius Totogan yang dilakukan dalam dua siklus. Hasil penelitian tindakan kelas dari siklus satu sampai siklus dua menunjukkan adanya peningkatan minat dan prestasi belajar. Dilihat dari kondisi awal minat siswa sebesra 35%, pada siklus I sebesar 71,2 % dan menjadi 80,8% pada siklus II. Sedangkan peningkatan terhadap prestasi hasil belajar siswa pada siklus I siswa yang mencapai KKM (65) ada 63,64% dan menjadi 77,27% pada siklus II. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan penggunaan pendekatan cooperative learning tipe STAD dapat meningkatan minat dan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS.

Berdasarkan ketiga penelitian diatas yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa penelitian tersebut relevan dengan penelitian ini, karena penelitian tersebut juga menggunakan model cooperative learning tipe STAD serta dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa. Ketiga penelitian relevan tersebut menunjukkan adanya suatu peningkatan terhadap minat dan prestasi belajar siswa. Namun, dari penelitian tersebut peneliti belum menemukan penelitian tentang minat dan prestasi belajar dengan menggunakan model cooperative learning tipe STAD untuk siswa SD kelas IV dengan mata pelajaran PKn. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian tentang minat dan prestasi belajar dengan menggunakan model cooperative learning tipe STAD untuk siswa SD kelas IV. Peneliti

mengharapkan penelitian ini dapat memperoleh hasil yang lebih baik dan dengan model cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa SD kelas IV.

B. Kajian Pustaka 1. Minat

a. Pengertian Minat

Minat merupakan kecenderungan yang agak menetap dalam subjek merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu (Winkel, 1983:30). Berbeda dengan pengertian minat menurut Slameto (2010:180) adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh yang nanti dapat menciptakan hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Sedangkan minat menurut Arikunto (1990:103) minat merupakan kecenderungan seseorang untuk memilih atau menolak sesuatu kegiatan.

Berdasarkan pengertian dari para ahli secara sederhana minat diartikan suatu ketertarikan seseorang yang tinggi pada suatu bidang atau sebuah keinginan pada sesuatu hal. Sedang menurut Reber dalam Syah (1995:136), minat adalah ketergantungan pada faktor-faktor internal lainnya seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi,dan kebutuhan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa adalah suatu ketertarikan, perasaan, perhatian dan keinginan seseorang yang tinggi pada sesuatu hal yang diinginkan bersifat lebih tahan dan tetap untuk mempelajarinya tanpa ada yang menyuruh.

b. Aspek Minat

Minat menurut Hurlock (1978: 177) dibedakan menjadi dua aspek adalah sebagai berikut:

1) Aspek Kognitif

Aspek kognitif yaitu suatu aspek yang didasarkan atas konsep yang dikembangkan seorang anak mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. Konsep yang membangun aspek kognitif didasarkan atas pengalaman dari apa yang dipelajari dari lingkungan yang membuat rasa ingin tahu dan menyenanginya yang dapat mengasah kemampuan yang diperoleh. Disimpulkan bahwa minat tidak akan berubah bila minat itu didasari oleh perasaan senang, rasa ingin tahu, dan belajar memahami yang disenangi serta bekerja keras dan mengalami sendiri saat mereka berproses untuk mencapai suatu hal yang mereka minati.

2) Aspek Afektif

Aspek afektif atau sering disebut juga dengan emosional konsep yang membangun aspek kognitif minat yang dinyatakan dalam bentuk sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan oleh minat. Apsek ini mempunyai peranan yang besar dalam memotivasi tindakan seseorang. Berdasarkan penjelasan aspek kognitif dan aspek afektif tersebut peneliti menyimpulkan bahwa minat dibangun berdasarkan dua aspek kognitif dan aspek afektif yang sangat berhubungan erat dan penting peranannya dalam menentukan apa

yang akan dan yang tidak anak kerjakan. Aspek afektif lebih berperan penting daripada aspek kognitif karena aspek afektif lebih berperan dalam memotivasi tindakan daripada aspek kognitif dan lebih tahan terhadap perubahan dibandingkan dengan aspek kognitif. Aspek kognitif pada minat dapat diperbaiki secara relatif sedang mengubah aspek afektif minat anak akan sangatlah sulit (Hurlock, 1978: 118).

c. Ciri-ciri Minat

Ciri-ciri minat menurut Hurlock (1978: 115) adalah sebagai berikut: (1) minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental, (2) minat bergantung pada kesiapan belajar, (3) minat bergantung pada kesempatan belajar, (4) perkembangan minat mungkin terbatas, (5) minat dipengaruhi pengaruh budaya, (6) minat berbobot emosional, dan (7) minat itu egosentris.

Berdasarkan ciri-ciri minat tersebut dapat disimpulkan bahwa minat itu dapat terlihat dari segi fisik, mental, kesiapan belajar, kesempatan atau keterlibatan untuk belajar, emosional, pengaruh budaya, perhatian, dan perasaan yang sangat berperan penting bagi kehidupan seseorang yang menuntun mereka ke arah tujuannya yang lebih baik. Dalam kegiatan pembelajaran minat itu sangat berperan penting bagi siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung agar tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Jika siswa tidak memiliki rminat dalam proses pembelajaran maka tujuan pembelajaran

yang diharapkan tidak akan tercapai dengan baik. Maka, minat sangatlah dibutuhkan oleh siswa dalam proses pembelajaran sehingga tujuan yang akan dicapai dapat tercapai dengan baik.

Berdasarkan penjelasan tentang ciri-ciri minat di atas peneliti membuat indikator-indikator minat untuk penyusunan kuesioner dan lembar observasi berdasarkan dari ciri-ciri minat yang telah di uraikan di atas. Berikut ini adalah indikator-indikator minat yang digunakan untuk penyusunan kuesioner dan observasi:

a) Kemampuan siswa pada saat bekerja sama dengan siswa lain dalam pembelajaran PKn.

b) Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran PKn. c) Perasaan siswa dalam mengikuti pembelajaran PKn. d) Perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran PKn. e) Keterlibatan siswa dalam mengikuti pembelajaran PKn. 2. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar menurut Lanawati dalam Reni dan Hawadi (2006) adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan instruksional yang menyangkut isi pelajaran dan perilaku yang diharapkan dari siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Purwanto (2009: 46) yang mengemukakan bahwa hasil belajar yaitu pencapaian tujuan belajar siswa pada saat mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar atau prestasi belajar merupakan hasil dari

suatu kegiatan yang telah dikerjakan dan diciptakan secara individu maupun secara kelompok (Djamarah, 1994:19).

Hasil atau prestasi belajar tersebut pencapaiannya dapat dilihat dari aspek kognitif (pengetahuan), aspek afektif (sikap dan nilai) dan aspek psikomotorik (keterampilan atau kemampuan siswa dalam bertindak). Hal ini sependapat dengan Mas’ud Hasan Abdul Dahar dalam Djamarah (1994:21) bahwa prestasi belajar adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar dari kemampuan dan pemahaman siswa yang diperoleh dari proses pembelajaran. Dalam penelitian ini hasil dari belajar siswa dibatasi pada aspek kognitif. Hasil belajar siswa dilihat dari skor yang diperoleh siswa pada saat mengerjakan tes atau soal evaluasi dan skor pencapaiannya didasari oleh KKM sebagai acuan untuk siswa tersebut telah mencapai penguasaan atau pemahaman materi pelajaran PKn.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Menurut Miranda (2000), Winkel (1986), dan Santrock (1998) dalam Reni dan Hawadi (2006:168-169) menyatakan bahwa prestasi belajar siswa ditentukan oleh empat faktor yaitu faktor yang pertama adalah faktor-faktor yang ada pada diri siswa seperti taraf inteligensi, bakat khusus, taraf pengetahuan yang dimiliki, taraf kemampuan berbahasa,

taraf organisasi kognitif, motivasi, kepribadian, perasaan, sikap, minat, konsep diri dan kondisi fisik dan psikis (termasuk cacat fisik dan kelainan psikologis). Kedua, faktor-faktor yang ada pada lingkungan keluarga, hubungan antar orang tua, hubungan orang tua dan anak, jenis pola asuh dan keadaan sosial ekonomi keluarga. Ketiga, faktor-faktor yang ada pada lingkungan sekolah yaitu guru (kepribadian guru, sikap guru terhadap siswa, keterampilan didaktik, dan gaya mengajar), kurikulum, organisasi sekolah, sistem sosial di sekolah, keadaan fisik sekolah dan fasilitas pendidikan, hubungan sekolah dengan orang tua. Keempat, faktor-faktor pada lingkungan sosial yang lebih luas yaitu: keadaan sosial, politik, dan ekonomi dan keadaan fisik: cuaca, dan iklim. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor tersebut dipengaruhi oleh faktor internal yang ada pada diri siswa dan faktor eksternal yang ada di luar diri siswa atau lingkungan siswa.

Faktor-faktor yang telah dipaparkan di atas tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh Mulyasa (2006:191-192) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu yang pertama, pengaruh faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik dapat digolongkan ke dalam faktor sosial dan non sosial. Faktor sosial adalah faktor yang menyangkut hubungan antar manusia yang terjadi dalam berbagai situasi sosial seperti hubungan dengan lingkungan keluarga, sekolah, teman dan masyarakat. Sedangkan faktor

non sosial adalah faktor yang berasal dari lingkungan alam dan fisik. Faktor eksternal dalam proses pembelajaran dan prestasi belajar dipengaruhi oleh peran guru sebagai fasilitator. Guru berperan dan terlibat sangat penting dalam pencapaian prestasi belajar siswa.

Kedua, pengaruh faktor internal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seperti banyak pengaruh atau rangsangan dari faktor eksternal yang mendorong individu belajar, keberhasilan belajar ditentukan oleh faktor diri (internal) beserta usaha yang dilakukannya. Faktor eksternal dan faktor internal berperan penting pengaruhnya dalam proses dan hasil pencapaian prestasi belajar yang siswa peroleh dari pengalaman belajar siswa itu sendiri.

c. Cara Meningkatkan Prestasi Belajar

Cara meningkatkan prestasi belajar menurut Mulyasa (2006:189-190) adalah sebagai berikut: pertama, belajar pada hakekatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan individu untuk memenuhi kebutuhannya. Kedua, kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam dirinya, yang oleh Bloom dan kawan-kawan dikelompokkan ke dalam aspek kognitif (ranah pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis dan sintesis), aspek afektif (ranah yang berhubungan dengan sikap dan nilai), dan aspek psikomotorik (ranah yang berkaitan dengan keterampilan dan kemampuan siswa). Ketiga, belajar bukan diarahkan oleh suatu kekuatan refleksi, tetapi dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan.

Keempat, belajar dilakukan karena adanya kebutuhan, yang menimbulkan ketegangan dan mesti dipenuhi, sehingga mendorong individu untuk mempergunakan pikiran dalam memenuhi kebutuhan tersebut.

Cara untuk meningkatkan prestasi belajar dapat dilaksanakan dengan usaha-usaha sebagai berikut: pertama, peserta didik akan berhasil kalau berusaha semaksimal mungkin dengan cara belajar yang efisien sehingga mempertinggi prestasi (hasil) belajar. Kedua, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan prestasi belajar, antara lain keadaan jasmani, keadaan sosial emosional, lingkungan, memulai pelajaran, membagi pekerjaan, kontrol, sikap yang optimistis, menggunakan waktu, cara mempelajari buku, dan mempertinggi kecepatan membaca peserta didik. Ketiga, untuk melancarkan belajar dan meningkatkan prestasi belajar dapat dibentuk dengan kelompok belajar, rajin membaca, mengerjakan tugas dengan segera dan menjaga keesehatan (Mulyasa, 2006:195).

Dokumen terkait