• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

2. Prestasi Belajar

Aunurrahman (2012:34) beranggapan bahwa belajar dapat saja terjadi tanpa pembelajaran, namun hasil belajar akan tampak jelas dari aktivitas pembelajaran. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar dalam diri siswa. Dalam proses pembelajaran, hasil belajar atau prestasi siswa

dapat dilihat secara langsung. Douglas (1990 : 36) menyampaikan pendapatnya bahwa prestasi bermula dari mengamati dan mengenal kebutuhan, kemudian bertindak secara terencana untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan dirasakan bila terdapat kesenjangan antara stimulus yang baru muncul dengan stimulus yang telah tercapai. Pencapaian terjadi bila aksi yang diperlukan telah selesai dilaksanakan dengan baik. Prestasi tersebut tentu tidak lepas dari penilaian program pendidikan atau penilaian kurikulum menyangkut penilaian terhadap tujuan pendidikan, isi program, strategi pelaksanaan program, dan sarana pendidikan.

Menurut Winkel (1996:52) prestasi adalah bukti usaha yang dapat dicapai. Hasil dari usaha pembelajaran perlu diukur secara langsung dengan menggunakan tes atau evaluasi, yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Winkel (1996:162) juga mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai bobot yang dicapainya.

Prestasi belajar dalam Pendidikan Agama Katolik pada dasarnya merupakan hasil belajar yang telah dicapai dalam mata pelajaran PAK di sekolah, yang biasanya dinyatakan dalam bentuk angka maupun huruf. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Jadi dapat dipahami bahwa prestasi belajar merupakan suatu hasil yang telah dicapai oleh peserta didik terhadap suatu pembelajaran sesuai dengan kemampuannya. Hasil belajar siswa

dari proses secara umum idealnya meliputi tiga aspek yakni pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik).

Nana Sudjana (1992:22) mengatakan bahwa dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris..

a. Ranah kognitif

Menurut revisi Taksonomi Bloom ranah kognitif oleh Lorin Anderson Krathwohl (2001) yang menyampaikan bahwa ranah kognitif ini berkenaan dengan hasil belajar intektual yang terdiri dari enam aspek, yakni mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, menilai dan mencipta.

1) Mengingat, yakni kemampuan menyebutkan kembali informasi atau pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan. Contoh : menyebutkan arti taksonomi.

2) Memahami, yakni kemampuan memahami instruksi atau makna idea tau konsep yang telah diajarkan baik dalam bentuk lisan tertulis, maupun grafik atau diagram.

3) Menerapkan yaitu kemampuan melakukan sesuatu dan mengaplikasikan konsep dalam situasi tertentu.

4) Menganalisis yaitu kemampuan memisahkan konsep ke dalam beberapa komponen dan menghubungkan satu sama lain untuk memperoleh pemahaman atas konsep tersebut secara utuh.

5) Menilai yaitu kemampuan menetapkan derajat sesuatu berdasarkan norma, kriteria atau patokan tertentu.

6) Mencipta yaitu kemampuan memadukan unsur-unsur menjadi sesuatu bentuk baru yang utuh dan orisinil. Mencipta disini mengarahkan peserta didik untuk dapat melaksanakan dan menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh peserta didik.

b. Ranah Afektif

Mencakup segala sesuatu yang terkait dengan emosi, misalnya perasaan, nilai, penghargaan, semangat, minat, motivasi, dan sikap.

1) Penerimaan yaitu kemampuan suatu sadar, kemauan untuk menerima, perhatian terpilih. Contoh : Siswa mau mendengarkan pendapat orang lain, mengingat nama seseorang.

2) Responsif yaitu kemampuan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan selalu termotivasi untuk segera bereaksi dan mengambil tindakan atas suatu kejadian. Contoh : berpartisipasi dalam diskusi kelas.

3) Nilai yang dianut (Nilai Diri) yaitu kemampuan menunjukkan nilai yang dianut untuk membedakan mana yang baik terhadap suatu kejadian/obyek, dan nilai tersebut diekspresikan dalam perilaku. Contoh : mengusulkan

kegiatan sosial sesuai dengan nilai yang berlaku dan komitmen perusahaan.

4) Organisasi yaitu kemampuan membentuk sistem nilai dan budaya organisasi dengan mengharmonisasikan perbedaan nilai. Contoh : menyepakati dan mentaati etika profesi, mengakui perlunya keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab.

5) Karakterisasi yaitu kemampuan mengendalikan perilaku berdasarkan nilai yang dianut dan memperbaiki hubungan intrapersonal, interpersonal dan sosial. Contoh : menunjukkan rasa percaya diri ketika bekerja sendiri, kooperatif dalam aktivitas kelompok.

c. Ranah Psikomotoris

Meliputi gerakan dan koordinasi jasmani, keterampilan motorik dan kemampuan fisik. Keterampilan ini dapat diasah jika sering melakukannya. Ada tujuh kategori dalam ranah psikomotorik yaitu :

1) Persepsi yaitu kemampuan menggunakan saraf sensori dalam menginterpretasikannya dalam memperkirakan sesuatu. Contoh: menurunkan suhu AC saat merasa suhu ruangan panas.

2) Kesiapan yaitu kemampuan untuk mempersiapkan diri, baik mental, fisik, dan emosi, dalam menghadapi sesuatu. Contoh: melakukan pekerjaan sesuai urutan, menerima kelebihan dan kekurangan seseorang.

3) Reaksi yang diarahkanya itu kemampuan untuk memulai ketrampilan yang kompleks dengan bantuan/bimbingan dengan meniru dan uji coba. Contoh: Mengikuti arahan dari instruktur.

4) Reaksi natural (mekanisme) yaitu kemampuan melakukan kegiatan pada tingkat ketrampilan tahap yang lebih sulit. Melalui tahap ini diharapkan siswa akan terbiasa melakukan tugas rutinnya. Contoh: menggunakan komputer.

5) Reaksi yang kompleks yaitu kemampuan untuk melakukan kemahirannya dalam melakukan sesuatu, dimana hal ini terlihat dari kecepatan, ketepatan, efsiensi dan efektivitasnya. Semua tindakan dilakukan secara spontan, lancar, cepat, tanpa ragu. Contoh: Keahlian bermain piano.

6) Adaptasi yaitu kemampuan mengembangkan keahlian, dan memodifikasi pola sesuai dengan yang dibutuhkan. Contoh: Melakukan perubahan secara cepat dan tepat terhadap kejadian tak terduga tanpa merusak pola yang ada.

7) Kreativitas yaitu kemampuan untuk menciptakan pola baru yang sesuai dengan kondisi/situasi tertentu dan juga kemampuan mengatasi masalah dengan mengeksplorasi kreativitas diri. Contoh: membuat formula baru, inovasi, produk baru.

Ranah kognitif untuk menilai aspek intelektual seperti pengetahuan dan kemampuan berpikir sedangkan ranah afektif untuk menilai perilaku terkait dengan emosi, seperti nilai, minat, motivasi dan sikap. Aspek tersebut selaras dengan pelaksanaan kurikulum 2013 yang dirancang agar tahapan pembelajaran

memungkinkan peserta didik berkembang dari proses menyerap pengetahuan dan mengembangkan keterampilan hingga memekarkan sikap serta nilai-nilai luhur kemanusiaan.

3. Jejaring Sosial Instagram

Dokumen terkait