• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN JEJARING SOSIAL INSTAGRAM DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SISWA KELAS XI SMK NEGERI 6 YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN JEJARING SOSIAL INSTAGRAM DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SISWA KELAS XI SMK NEGERI 6 YOGYAKARTA"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN JEJARING SOSIAL INSTAGRAM DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SISWA KELAS XI SMK NEGERI 6 YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Oleh :

Anastasia Niken Ratih

NIM : 141124022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

Kedua orang tuaku Aloysius Sugiyono dan Ingrid Enduk Supriyanti untuk doa,

cinta, kasih sayang, dan dukungan jasmani maupun rohani yang selalu diberikan.

Kakak, adik, dan keluarga yang membantu, menyemangati dan mendoakan.

Teman-teman dan sahabat yang selalu memberikan doa, semangat, dan

pengorbanan selama menjalani kuliah ini

(5)

v MOTTO

“Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang”

(6)
(7)
(8)

viii ABSTRAK

Judul skripsi PENGARUH PENGGUNAAN JEJARING SOSIAL INSTAGRAM DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SISWA KELAS XI SMK NEGERI 6 YOGYAKARTA dipilih berdasarkan keingintahuan penulis akan sumbangan penggunaan jejaring sosial Instagram dalam kegiatan pembelajaran dalam Pendidikan Agama Katolik.

Jejaring sosial Instagram merupakan media komunikasi berbasis online

yang memungkinkan penggunanya dapat saling berbagi informasi baik dalam bentuk foto maupun video. Prestasi merupakan bukti usaha atau hasil belajar yang telah dicapai dalam suatu proses pembelajaran. Dalam dunia pendidikan media mempunyai peranan penting terhadap prestasi belajar siswa. Dengan pemanfaatan media dalam proses pembelajaran, siswa dimudahkan dalam belajarnya sehingga dapat menerima pelajaran dengan baik. Media juga mampu membuat siswa menjadi semakin termotivasi dan bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Penelitian ini memiliki hipotesis, yaitu H0 : Tidak ada pengaruh penggunaan jejaring sosial Instagram dalam pembelajaran terhadap prestasi belajar PAK siswa kelas XI SMK Negeri 6 Yogyakarta dan H1 : Ada pengaruh penggunaan jejaring sosial Instagram dalam pembelajaran terhadap prestasi belajar PAK siswa kelas XI SMK Negeri 6 Yogyakarta.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain pra eksperimen. Populasi dari penelitian ini adalah siswa Katolik kelas XI SMK Negeri 6 Yogyakarta dengan jumlah 26 siswa dari jurusan Usaha Perjalanan Wisata, Kecantikan, Tata Busana, Administrasi Perkantoran, dan Kuliner. Teknik pengumpulan data yang digunakan yakni tes tertulis. Tes didukung dengan adanya instrumen atau alat yang digunakan dalam proses pembelajaran yakni Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi kelas XI yakni Hierarki Gereja Katolik. Teknik analisis data penelitian ini berupa deskripsi frekuentif dan deskripsi statistik, serta dilakukan juga analisis uji normalitas dan uji hipotesis.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mean hasil belajar siswa sebelum adanya penggunaan Instagram sebesar 55,81. Setelah adanya perlakuan dengan menggunakan Instagram diperoleh mean sebesar 63,81. Dilihat dari reratanya artinya bahwa ada peningkatan prestasi setelah adanya penggunaan Instagram sebagai media pembelajaran Pendidikan Agama Katolik. Dari hasil uji normalitas menggunakan rumus Kolmogorov-Smirnov, diperoleh signifikansi

(9)

ix ABSTRACT

The title EFFECT OF INSTAGRAM SOCIAL NETWORK USE IN

LEARNING TOWARD LEARNING ACHIEVEMENT OF CATHOLIC

RELIGIOUS EDUCATION STUDENTS OF CLASS XI SMK NEGERI 6

YOGYAKARTA was chosen based on the author’s curiosity about the contribution

of using social networking instagram in learning activities in Catholic Education.

Instagram social network is an online-based communication media that allows users to share information in the form of photos and videos. Achievement is proof of effort or learning outcomes that have been achieved in a learning process. In the world of media education has an important role in student learning achievement. With the use of media in the learning process, students are facilitated in their learning so they can receive lessons well. The media is also able to make students become more motivated and enthusiastic in taking lessons. This study has a hypothesis, namely H0: There is no effect on the use of Instagram social networking in learning on PAK learning achievement of class XI students of SMK Negeri 6 Yogyakarta and H1: There is an influence on the use of Instagram social networking in learning on PAK learning achievement of class XI students of SMK Negeri 6 Yogyakarta.

This type of research is quantitative research with a pre-experimental design. The population of this study was the eleventh grade Catholic students of SMK Negeri 6 Yogyakarta with a total of 26 students from the Business Travel, Beauty, Clothing, Office Administration, and Culinary division. The data collection technique used is a written test. The test is supported by the presence of instruments or tools used in the learning process, namely the implementation of learning plans with class XI material namely the Catholic Church Hierarchy. The data analysis technique of this research is a description of the frequency and description of the frequency, as well as an analysis of the normality test and hypothesis testing.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala

rahmat, kasih dan karunia-Nya yang selalu menyertai, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul PENGARUH PENGGUNAAN

JEJARING SOSIAL INSTAGRAM DALAM PEMBELAJARAN

TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SISWA KELAS XI SMK NEGERI 6 YOGYAKARTA.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Pendidikan Agama Katolik,

Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai berkat bantuan dari

berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu

perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. F.X. Dapiyanta, SFK.,M.Pd, selaku dosen pembimbing akademik sekaligus

pembimbing skripsi, yang telah memberikan perhatian, kesabaran dan waktu

dalam membimbing, mengarahkan dan memotivasi penulis selama

pengerjaan skripsi ini sampai dengan selesai.

2. Cecilia Paulina Sianipar, S.Pd.,M.Si.,MM.Ed, selaku dosen penguji ke II,

yang telah dengan sukarela membimbing penulis dalam meyelesaikan skripsi

(11)

xi

3. Patrisius Mutiara Andalas,SJ, selaku dosen penguji III, yang telah bersedia

memberikan dukungan dan motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

4. Dr.B.Agus Rukiyanto SJ, selaku Ketua Program Studi PAK, yang telah

memberikan izin bagi penulis untuk mengerjakan tugas akhir ini mulai dari

awal penyusunan hingga selesai.

5. Kedua orang tua penulis, yang selalu memberikan doa, dukungan, cinta kasih

dan pengorbanan hingga menghantar penulis hingga jenjang pendidikan S1.

6. Segenap staf dosen dan karyawan Prodi PAK dan Fakultas Ilmu Pendidikan ,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

7. Sahabat-sahabat yang selalu ada untuk mendukung, memotivasi, memberikan

doa dan pengorbanan dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Teman-teman seperjuangan, angkatan 2014 PAK yang selalu mendukung,

menyemangati dan bekerja sama sampai pada penyelesaian skripsi ini.

9. Pihak sekolah, dan guru Agama Katolik SMK Negeri 6 Yogyakarta yang

telah memperbolehkan penulis melakukan penelitian.

10. Siswa-siswi kelas XI agama Katolik di SMK Negeri 6 Yogyakarta yang telah

bersedia dengan penuh kertulusan menjadi responden penelitian.

11. Semua pihak yang telah ikut mendukung dan membantu, yang tidak dapat

(12)
(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR DIAGRAM ... xviii

DAFTAR SINGKATAN ... xix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 7

(14)

xiv

a. Hakikat Pendidikan Agama Katolik di Sekolah ... 13

b. Tujuan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah ... 17

c. Kurikulum Pendidikan Agama Katolik di Sekolah ... 21

2. Prestasi Belajar... 23

3. Jejaring Sosial Instagram ... 29

a. Pengertian Jejaring Sosial ... 29

b. Pengertian Instagram ... 33

c. Fitur-fitur Instagram ... 34

d. Cara penggunaan Instagram ... 35

e. Kelebihan dan Kekurangan Instagram ... 37

B.Hubungan Media dengan Prestasi Belajar ... 38

C.Penelitian yang Relevan ... 42

D.Populasi dan Sampel Penelitian ... 48

E. Subjek dan Objek Penelitian ... 49

F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 50

1. Variabel Penelitian ... 50

(15)

xv

b. Definisi Operasional Variabel ... 52

G. Teknik Pengumpulan Data ... 59

H. Instrumen Penelitian... 60

I. Teknik Analisis Data ... 65

1. Deskripsi Frekuentif Statistik ... 65

2. Uji Hipotesis ... 66

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 67

1. Analisis Deskripsi Tes Awal (Pretest) ... 68

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 78

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Penelitian ... (1)

Lampiran 2 : Data Keseluruhan Instrumen ... (2)

Lampiran 3 : RPP Hierarki Gereja Katolik ... (3)

Lampiran 4 : Kunci Jawaban Soal Essay ... (20)

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah responden Penelitian ... 50

Tabel 3.2 Kisi-kisi dan KD ... 56

Tabel 4.1 Deskripsi Frekuensi Pretest ... 68

Tabel 4.3 Statistik Pretest ... 70

Tabel 4.4 Deskripsi Frekuentif Posttest ... 72

Tabel 4.6 Statistik Posttest ... 74

Tabel 4.7 Uji Normalitas ... 76

(18)

xviii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Batang 4.2 Histogram Frekuensi Pretest ... 69

(19)

xix

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci Ykb : Yakobus

Kej : Kejadian

B. Singkatan dalam Penelitian H0 : Hipotesis Nol

H1 : Hipotesis Alternatif

Sig : Significant

SPSS : Statistical Product and Service Sulutions

Std : Standart

C. Singkatan Lain

KWI : Konferensi Wali Gereja

Lih. : Lihat

No : Nomor

PAK : Pendidikan Agama Katolik

SISDIKNAS : Sistem Pendidikan Nasional

SMP : Sekolah Menengah Pertama

USD : Universitas Sanata Dharma

UU : Undang-Undang

(20)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab I ini, peneliti akan membahas latar belakang masalah,

identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan permasalahan, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, metode penulisan dan sistematika penulisan.

A. Latar Belakang

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam suatu proses

pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas, salah satunya adalah siswa.

Dalam mengikuti proses pembelajaran siswa menjadi salah satu faktor yang

menentukan keberhasilan dalam suatu pelajaran. Situasi siswa yang mendukung

biasanya akan menciptakan proses pembelajaran yang baik dan lancar, sementara

situasi siswa yang kurang mendukung akan menciptakan proses dan hasil

pembelajaran yang kurang maksimal.

Dalam pengalaman penulis ketika mengajar di sekolah, penulis mengamati

bahwa pembelajaran yang berlangsung di kelas masih seringkali kurang berjalan

dengan kondusif. Siswa cenderung ribut, tidak memperhatikan pelajaran dan asyik

melakukan hal-hal yang mereka senangi seperti mengobrol dengan teman sendiri,

bermain, keluar kelas bahkan tidur. Hal-hal tersebut terjadi karena macam-macam

faktor; metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa

(21)

seringkali masih kurang dikelola dengan baik oleh guru, padahal media belajar

yang dikemas secara menarik mampu meningkatkan keberhasilan guru maupun

siswa dalam proses belajar mengajar. Ketika mengikuti pelajaran siswa akan cepat

merasa bosan jika proses pembelajaran yang dikemas guru kurang menarik dan

kreatif. Sebaliknya siswa akan merasa antusias jika pembelajaran yang

berlangsung selama pelajaran memberi kesan dan membuat semangat belajar bagi

mereka. Pembelajaran yang disajikan secara menarik dan disukai oleh siswa pasti

akan membuat proses pembelajaran berhasil dan siswa akan merasa semangat

untuk mengikuti pelajaran.

Saat ini telah banyak ditemukan sarana dan prasarana baru, modern dan

canggih yang mampu menunjang proses pembelajaran menjadi lebih menarik,

kreatif dan menyenangkan. Pembelajaran yang menarik dengan menggunakan

media yang cocok dapat dicapai salah satunya dengan pengunaan berbagai

alat-alat elektronik atau gadget jaman sekarang seperti laptop maupun smartphone

yang kini sudah banyak digunakan oleh masyarakat mulai dari orang tua, kaum

muda hingga anak-anak. Sarana tersebut dapat digunakan untuk mencari atau

mengakses hal-hal yang menarik guna mendukung proses belajar menjadi lebih

menyenangkan dan berkualitas.

Maka dapat diketahui bahwa kaum pelajar di zaman sekarang lebih tertarik

dan berminat akan sesuatu yang menyenangkan, tidak membosankan dan dapat

membuat mereka semangat dalam belajar. Mereka membutuhkan dan mencari

(22)

ini karena mereka senang mengikuti trend yang selalu berganti. Kaum muda saat

ini juga berusaha agar mereka dapat memiliki ataupun menggunakan apa yang

menjadi hal baru saat ini. Seperti halnya pendapat Hofmann (2000), yang

mengatakan bahwa kaum muda di zaman audio-visual mencari keindahan alam,

seni, kegembiraan bersama. Kehadiran Tuhan dan kebahagiaan sejati dialami di

situ.

Iswarahadi (2003 : 24) mengatakan, kaum beriman baik awam, imam

maupun kaum religius sudah masuk dalam zaman informasi yang cepat berubah.

Jejaring sosial bisa dibilang fenomena baru yang ada dalam kehidupan kita saat

ini terutama di kalangan anak-anak, kaum muda sampai dengan orang tua. Salah

satu jejaring sosial yang masih trend dikalangan kaum muda dan anak-anak

hingga saat ini adalah Instagram. Instagram merupakan sebuah aplikasi sosial

media yang berbasis Android untuk smartphone, iOS,untuk iPhone, Blackberry,

Windows Phone dan bahkan yang terbaru saat ini bisa dijalankan di komputer atau

PC (https://www.nesabamedia.com/pengertian-instagram/ diakses pada Kamis, 8

Maret 2018, pukul 15.25 WIB). Melalui instagram, pengguna dapat melakukan

aktivitas berbagi foto dan video yang memungkinkan pengguna mengambil foto,

mengambil video, menerapkan filter digital, dan membagikannya ke berbagai

layanan jejaring sosial. Kecenderungan siswa yang mayoritas senang mengakses

Instagram dapat ditempatkan sebagai sarana atau media belajar bagi mereka

dengan cara yang mereka sukai. Jejaring sosial Instagram yang siswa gunakan

tersebut nantinya bukan hanya sekedar untuk mencari hiburan semata tapi juga

(23)

bagi siswa terutama dalam meningkatkan prestasi mereka dalam suatu proses

pembelajaran.

Di kalangan peserta didik zaman ini, tentu Instagram sudah tidak asing

didengar bahkan sebagian besar menggunakannya. Motivasi mereka

menggunakan jejaring sosial Instagram juga beragam, mulai dari sekedar ingin

eksis atau untuk menambah followers agar dapat menambah teman. Kenyataannya

di sekolah Instagram seringkali masih memberikan dampak atau pengaruh yang

negatif bagi peserta didik, misalnya siswa menjadi malas belajar. Siswa yang

sudah memiliki ketergantungan dengan jejaring sosial juga menjadi kurang peduli

dengan orang lain, hanya sibuk bermain dengan jejaring sosial, serta minat dan

prestasi belajar menjadi terganggu bahkan menurun.

Di samping memiliki dampak negatif, Instagram memiliki dampak positif

juga, contohnya dapat digunakan sebagai media belajar dengan memanfaatkan

pengetahuan atau ilmu yang ada di dalamnya. Dalam kaitannya di dunia

pendidikan, Instagram juga memiliki manfaat diantaranya; menciptakan

komunitas, melanjutkan pembahasan pelajaran, mengatur sumber pembelajaran,

mendukung materi pembelajaran dan juga bertambahnya wawasan. Instagram

juga menyajikan macam-macam fitur yang dapat diakses oleh penggunanya

misalnya, pengguna dapat mengikuti atau following akun-akun yang menyediakan

atau menyajikan hal-hal mengenai pengetahuan atau ilmu yang berkaitan dengan

pendidikan. Selain itu pengguna Instagram juga dapat saling berbagi pengetahuan

(24)

penggunaan Instagram tergantung bagaimana masyarakat terutama kaum pelajar

mampu bertanggungjawab terhadap penggunaan jejaring sosial tersebut. Peran

orang tua dan para guru di sekolah juga diharapkan membantu peserta didik

mampu menggunakan instagram secara bertanggungjawab dan mendorong peserta

didik agar Instagram tidak hanya sekedar digunakan untuk hal-hal yang kurang

penting tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk meningkatkan

prestasi belajar mereka.

Pendidikan Agama Katolik tentu memiliki tujuan yang hendak dicapai

baik tujuan umum yang mencakup capaian pada tataran yang luas, berlaku secara

nasional dan jangka panjang, maupun tujuan khusus yang menyangkut perubahan

tingkah laku siswa sebagai hasil perilaku belajar pada topik atau pokok bahasan

tertentu. Tujuan PAK pada tataran yang luas dapat dirumuskan untuk

membantu peserta didik agar berkembang dalam dimensi religiusnya,

membentuk pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha esa,dan

menjadi pribadi yang matang dewasa dan bertanggungjawab,

(http://www.academia.edu/26712688/SEJARAH_PEMBELAJARAN_PENDIDI

KAN_AGAMA_KATOLIK_SEJAK_KURIKULUM_1075_HINGGA_KURIKU

LUM_2013.rtf diakses pada Rabu, 7 Mei 2018, pukul 10.24 WIB ).

Mata Pelajaran PAK merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang

harus diselenggarakan di setiap sekolah. Pendidikan Agama Katolik dimaksudkan

untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

(25)

spiritual. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai

perwujudan dari pendidikan Agama.

Dengan berkembangnya berbagai teknologi dan budaya yang terus

mengalami kemajuan saat ini, maka tidak ada salahnya jika pelajaran PAK

dikemas dengan menggunakan sarana istagram sehingga dapat menciptakan

pembelajaran yang menarik. Penulis melihat peluang dari berbagai teknologi yang

ada saat ini dapat dimanfaatkan sebagai media belajar yang menarik bagi siswa

terutama yang berada di daerah perkotaan, salah satunya dengan menggunakan

jejaring sosial Instagram sebagai media belajar PAK. Instagram merupakan media

yang dirasa cocok digunakan oleh penulis dalam melaksanakan pembelajaran

PAK melihat situasi peserta didik yang senang menggunakannya. Dalam proses

pembelajaran nanti, Instagram akan diolah menjadi media belajar bagi peserta

didik yang menarik dan mampu diakses kapan saja maupun dimana saja, karena

sebagian besar pelajar saat ini sudah memiliki dan menggunakan Instagram.

Peserta didik yang tidak memiliki kuota internet yang cukup untuk mengakses

Instagram juga dapat menggunakan fasilitas internet gratis atau wifi yang sudah

disediakan oleh sekolah. Dengan Instagram inilah siswa dapat dimudahkan dalam

belajarnya dengan cara yang menyenangkan sehingga dapat saling berbagi

pengalaman dan berkomunikasi bahkan dapat saling berdiskusi.

Dengan adanya latar belakang tersebut penulis ingin mencoba meneliti

penggunaan Instagram sebagai sarana pengajaran PAK untuk siswa kelas XI dan

(26)

prestasi belajar mereka terhadap pelajaran PAK sesuai dengan materi yang

diberikan. Dengan begitupula pelajaran PAK juga akan lebih mudah diakses dan

dilakukan kapan maupun dimana saja, maka peneliti tertarik meneliti "Pengaruh

penggunaan jejaring sosial Instagram dalam pembelajaran terhadap prestasi

belajar Pendidikan Agama Katolik siswa kelas XI SMK Negeri 6 Yogyakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat diidentifikasi

faktor-faktor sebagai berikut :

1. Siswa kurang semangat dalam mengikuti pelajaran.

2. Media kurang menarik bagi siswa.

3. Siswa kurang kondusif.

4. Guru kurang memiliki kreatifitas dalam mengolah pembelajaran yang

menarik.

5. Pendidikan Agama Katolik belum memanfaatkan secara penuh peran

media sosial dalam proses pembelajaran.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah yang dipilih penulis lebih memfokuskan penelitian pada

pengaruh dari penggunaan jejaring sosial Instagram dalam pembelajaran terhadap

(27)

Katolik kelas XI di SMK Negeri 6 Yogyakarta untuk jurusan Usaha Perjalanan

Wisata, Kecantikan, Tata Busana, Administrasi Perkantoran, dan Kuliner.

D. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan

masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dengan

menggunakan Instagram bagi siswa kelas XI SMK Negeri 6 Yogyakarta?

2. Apakah jejaring sosial Instagram dapat berpengaruh dalam pembelajaran

terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Katolik siswa kelas XI SMK

Negeri 6 Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang telah ditemukan, tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana jejaring sosial Instagram dapat

dimanfaatkan sebagai sarana untuk menunjang prestasi siswa dalam

Pelajaran Agama Katolik.

2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penggunaan jejaring sosial

Instagram dalam pembelajaran terhadap mata pelajaran Pendidikan

(28)

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para

Guru dan peserta didik dalam menggunakan jejaring sosial Instagram untuk

sarana pembelajaran PAK, manfaatnya sebagai berikut:

1. Bagi peserta didik

a. Instagram sebagai media untuk membantu siswa memiliki kemampuan

beradaptasi dan berkomunikasi secara interaktif baik dengan teman maupun

guru dalam proses pendidikan dan pengajaran.

b. Instagram sebagai sarana pembekalan dan pelatihan terhadap pemanfaatan

TIK.

c. Jejaring sosial Instagram membantu memaksimalkan daya tangkap siswa,

karena tidak hanya terpaku pada teks tetapi bisa berupa gambar, video yang

lebih menarik dan menyenangkan.

d. Instagram membantu mengoptimalkan proses belajar mengajar karena tidak

lagi terikat oleh ruang dan waktu.

2. Bagi Guru

a. Sebagai sarana unjuk kompetensi dan profesionalisme tenaga pengajar.

b. Memberikan masukan guru untuk mengembangkan diri atau menemukan

strategi mengajar guna meningkatkan wawasannya.

c. Sebagai bentuk pemanfaatan TIK dalam pengembangan kegiatan belajar

(29)

d. Mempermudah dalam pemantauan kegiatan belajar siswa.

e. Pemanfaatan multimedia (gambar, foto, video untuk penganekaragaman dan

pengayaan materi ajar).

G. Metode Penulisan

Metode yang digunakan oleh penulis dalam skripsi ini adalah deskripsi

analitis. Deskripsi analitis adalah metode yang menggambarkan dan menganalisis

data-data yang diperoleh berdasarkan studi pustaka dan diperkuat dengan adanya

penelitian. Pengumpulan data yang digunakan penulis andalah dengan menyebar

angket. Angket yang berisi pertanyaan tersebut ditujukan bagi para siswa-siswi

kelas XI SMK Negeri 6 Yogyakarta. Jenis penelitian yang digunakan penulis

dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian kuantitatif dengan subyek yang

menerima dan mengikuti proses pembelajaran Agama Katolik yakni siswa kelas

XI. Artinya apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan

dapat dipercaya ( Hadi Sutrisno, 2004:79).

H. Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan

Bagian ini terdiri atas latar belakang masalah, identifikasi masalah,

batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode

(30)

Bab II : Kajian Teoritis dan Hipotesis

Berisi uraian-uraian teori yang mendasari penyelesaian masalah berkaitan

dengan judul skripsi, yaitu pengaruh penggunaan jejaring sosial Instagram dalam

pembelajaran terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Katolik siswa kelas XI

SMK Negeri 6 Yogyakarta. Penulis akan menguraikan dan membahas hal-hal

yang berkaitan dengan judul skripsi yakni hakikat Pendidikan Agama Katolik,

tujuan PAK serta kurikulum dan prestasi belajar Pendidikan Agama Katolik,

kemudian berbicara mengenai Jejaring Sosial Instagram yang terdiri dari

pengertian jejaring sosial Instagram, cara penggunaan jejaring sosial Instagram

dan kelebihan serta kekurangan instagram dan juga bagaimana penggunaan

jejaring sosial Instagram dapat digunakan bagi proses pembelajaran PAK.

Bab III : Metode Penelitian

Dalam bab ini penulis melakukan penelitian dengan membuat grup

Instagram dengan menggunakan akun Instagram milik penulis, setelah itu

mengumpulkan data-data dari angket yang telah disebar, dengan sasaran para

responden adalah siswa-siswi kelas XI SMK Negeri 6 Yogyakarta. Bab ini berisi

uraian tentang metode penelitian yang meliputi: jenis penelitian, desain penelitian,

tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik dan instrumen

(31)

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bab ini penulis menyajikan hasil penelitian dan analisis data

pengaruh penggunaan jejaring sosial Instagram terhadap prestasi belajar PAK

yang meliputi deskripsi hasil penelitian, pengujian prasyarat analisis, uji hipotesis,

pembahasan hasil penelitian, refleksi kateketis dan diakhiri dengan keterbatasan

penelitian.

BAB V : Penutup

Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dan usulan atau saran atas hasil

penelitian yang dilakukan oleh penulis sekaligus menjawab permasalahan dari

(32)

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

Pada bab II ini penulis akan membahas dan mendalami hal-hal yang

berkaitan dengan judul skripsi, bagian pertama membahas mengenai Pendidikan

Agama Katolik yang terdiri dari hakikat Pendidikan Agama Katolik, tujuan PAK

serta kurikulum dan prestasi belajar Pendidikan Agama Katolik, bagian kedua

berbicara mengenai Jejaring Sosial Instagram yang terdiri dari pengertian jejaring

sosial Instagram, cara penggunaan jejaring sosial Instagram dan kelebihan serta

kekurangan Instagram. Pada bab ini penulis memaparkan kajian pustaka yang

didapat dari berbagai sumber yang berhubungan dengan Pendidikan Agama

Katolik, jejaring sosial Instagram serta prestasi belajar siswa.

A. Kajian Teoritis

1. Pendidikan Agama Katolik di Sekolah

a. Hakikat Pendidikan Agama Katolik di Sekolah

Hamalik (2007:2) mengutip dari UU R.I.No 2 Tahun 1989, Bab I, Pasal 1

menyampaikan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta

didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya

di masa yang akan datang. Strategi pelaksanaan pendidikan yang diadakan di

sekolah salah satunya dengan bentuk kegiatan pengajaran, yakni kegiatan

interaksi dalam proses belajar dan mengajar antara guru dan peserta didik untuk

(33)

pendidikan menengah sebagai lanjutan pendidikan dasar di sekolah ditingkatkan

agar mampu membentuk pribadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap

Tuhan Yang maha Esa dan berbudi pekerti luhur.

Untuk meningkatkan setiap pribadi peserta didik supaya semakin dewasa

dan takwa terhadap terhadap Tuhan Yang Maha Esa perlu adanya pendidikan

iman. Pendidikan iman pertama-tama harus dimulai dan dilaksanakan di

lingkungan keluarga, tempat dan lingkungan dimana anak mulai mengenal dan

mengembangkan iman. Pendidikan iman yang dimulai di keluarga perlu

diperkembangkan lebih lanjut dalam kebersamaan dengan jemaat yang lain.

Perkembangan iman dilakukan pula dengan bantuan pastor, katekis dan guru

agama. Salah satu bentuk dan pelaksanaan pendidikan iman adalah pendidikan

iman yang dilaksanakan secara formal dalam konteks sekolah yang disebut

pelajaran agama. Dalam konteks Agama Katolik, pelajaran agama di sekolah

dinamakan Pendidikan Agama Katolik yang merupakan salah satu realisasi tugas

dan perutusannya untuk menjadi pewarta dan saksi kabar gembira Yesus Kristus.

Dapiyanta (2011:1), menyampaikan pandangan dari Gereja Katolik bahwa

PAK merupakan salah satu bentuk dari katekese. Katekese dalam pandangan

Kongregasi suci untuk para klerus merupakan salah satu bentuk pelayanan sabda

dengan fungsi khas pendidikan iman. Pelayanan sabda merupakan salah satu tugas

penggembalaan Gereja di samping tugas-tugas lain, yakni: membangun

persekutuan, membangun pelayanan kepada masyarakat, membantu kehidupan

(34)

orang muda dan orang dewasa dalam iman dengan tujuannya, yakni dengan

bantuan Allah mengembangkan iman yang masih berada pada tahap awal menuju

kepada kematangan iman.

Mengutip dari Ajaran dan pedoman Gereja tentang Pendidikan Katolik

(1991), Dapiyanta (2011:4) mengemukakan bahwa Pendidikan Agama Katolik di

sekolah merupakan sarana atau pelaksanaan pewartaan Kristus demi perubahan

batin dan pembaharuan hidup secara langsung bagi kaum muda, baik di sekolah

negeri maupun swasta Katolik. Secara langsung maksudnya di dalam PAK iman

kepada Kristus dibicarakan dan diolah bersama. Di sekolah negeri PAK

merupakan satu-satunya sarana pewartaan secara langsung bagi peserta didik yang

percaya kepada Kristus. Mengutip dari Jacob (1992), Dapiyanta (2011:5) juga

mengemukakan bahwa PAK di sekolah merupakan salah satu bentuk komunikasi

iman yang meliputi unsur pengetahuan, pergumulan, dan penghayatan dalam

pelbagai bentuk. Dengan komunikasi iman itu pengetahuan siswa diperluas,

pergumulan siswa diteguhkan, dan penghayatan iman siswa diperkaya. Sementara

itu, dalam Lokakarya mengenai tempat dan peranan PAK di sekolah yang

diadakan oleh Komkat KWI di Malino (1981) mengemukakan bahwa PAK

merupakan bagian dari katekese yang berusaha membantu siswa agar dapat

menggumuli hidupnya dari segi pandang kristiani dengan demikian

mudah-mudahan menjadi manusia paripurna (beriman). Gagasan demikin dikemukakan

(35)

Sementara itu Heryatno (2008:15), menegaskan kembali pendapat

Mangunwijaya (1994) yang menyatakan bahwa hakikat dasar PAK sebagai

komunikasi iman bukan pengajaran agama. Ia membedakan antara beragama atau

punya agama (having religion) dengan beriman (being religious). Agama

merupakan jalan dan sarana menuju kepenuhan dan kesejahteraan hidup, jalan

manusia menuju kesatuannya dengan Tuhan. Sebagai komunikasi iman, Heryatno

(2008:16) mengungkapkan bahwa PAK perlu menekankan sifatnya yang praktis,

artinya bermula dari pengalaman penghayatan iman, melalui refleksi dan

komunikasi menuju kepada penghayatan iman, melalui refleksi dan komunikasi

menuju kepada penghayatan iman baru yang lebih baik. Bersifat praktis juga

berarti Pendidikan Agama Katolik lebih menekankan tindakan (kehidupan)

daripada konsep atau teori. Dengan sifatnya yang praktis, Pendidikan Agama

Katolik menjadi mediasi transformasi iman yang berlangsung secara

terus-menerus. Yang ditekankan di dalam PAK bukan pengajaran agama tetapi proses

perkembangan dan pendewasaan iman, peneguhan pengharapan dan perwujudan

cinta kasih.

Heryatno (2014:36) menyampaikan bahwa di dalam konteks pendidikan di

sekolah, PAK juga perlu memperhatikan bahasa, dunia dan warna khas hidup

peserta didik. Pendidikan Agama Katolik perlu sekali menyapa, mengangkat

dunia dan permasalahan peserta didik, maka dari itu PAK perlu memilih metode

dan menggunakan sarana yang betul-betul menyentuh hati peserta didik. Paus

Paulus Yohanes II dalam pesannya, memperingatkan agar katekese atau

(36)

cocok, (misal: mass media, berbagai metode komunikasi, sarana lain seperti

bacaan-bacaan katekese dan katekismus). Dan yang pokok, metode tentunya harus

mampu menghormati cita rasa nilai budaya setempat, serta dapat menjawab

permasalahan dan kebutuhan peserta didik. Oleh sebab itu penting jika Pendidikan

Agama Katolik dapat dikemas sedemikian rupa dengan menggunakan sarana dan

prasarana yang cocok dengan situasi peserta sehingga peserta didik makin

bersemangat dalam mengikuti pelajaran dan pada akhirnya dapat sampai pada

hasil dan tujuan dari pengajaran yang telah diselenggarakan.

Melalui berbagai pendapat dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa hakikat PAK di sekolah yang sesungguhnya tidak hanya berhenti pada

pengajaran agama semata. PAK di sekolah adalah bagian katekese/pewartaan

yang merupakan salah satu bentuk dari pelayanan sabda yang dilakukan secara

terus-menerus dan berkesinambungan. PAK di sekolah dilaksanakan melalui

komunikasi iman yang berusaha membantu peserta didik mampu berinteraksi,

memahami, menggumuli dan menghayati iman. Dengan komunikasi iman tersebut

diharapkan iman peserta didik semakin diperkuat, diperteguh serta didewasakan

sehingga dapat diwujudkan dalam tindakan cinta kasih terhadap sesamanya.

b. Tujuan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah

Dapiyanta (2000:149) dalam Pendidikan Agama Katolik di sekolah pada era

reformasi mengungkapkan bahwa arah PAK di sekolah dirumuskan secara luas

(37)

pergulatan iman, dan memperkaya penghayatan iman dalam pelbagai bentuk serta

memperkembangkan dialog antar iman. Secara sempit arah PAK dirumuskan

membantu anak menggulati hidupnya dari sudut pandang Kristen. Dengan itu ia

memperkembangkan pengetahuan dan penghayatan iman.

Sebagaimana dikemukakan John Paul II (Connel, 1996:384), secara hakiki

tujuan katekese ialah agar umat baik kelompok maupun perorangan menyerupai

Kristus (Dapiyanta, 2011: 3).

Changed by the working of grace into new creature, the Christian thus gets himself to follow Christ and learns more and more within the Church to think like him,to act in conformity with his commandments,and to hope as he invites us to.

Dalam konteks dunia ini tujuan katekese ialah menghantar orang sampai

pada kedewasaan iman. Secara ringkas dapat dikemukakan bahwa katekese

merupakan salah satu bentuk pelayanan sabda yang berupa komunikasi atau

pendidikan dalam iman, bertitik tolak dari pertobatan melalui proses interaksi

antara subjek, bahan, pendekatan, dan sarana menuju kedewasaan iman dalam

seluruh dimensinya (pengetahuan, afeksi, dan tindakan).

Daniel Stefanus (2010:49) menerjemahkan dari Groome menyampaikan

bahwa tujuan Pendidikan Agama Katolik adalah untuk memampukan orang-orang

hidup sebagai orang-orang Kristen, yakni hidup sesuai iman Kristiani. Pendidikan

Agama Katolik (PAK) pada dasarnya bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan untuk membangun hidup yang semakin beriman. Membangun hidup

(38)

memiliki keprihatinan tunggal, yakni Kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan

situasi dan peristiwa penyelamatan: situasi dan perjuangan untuk perdamaian dan

keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan, persaudaraan dan kesetiaan, kelestarian

lingkungan hidup, yang dirindukan oleh setiap orang dari pelbagai agama dan

kepercayaan.

Di lain sisi, Heryatno (2008:23-34) menyatakan bahwa tujuan PAK harus

bersifat holistik, menyeluruh dalam arti mencakup seluruh aspek hidup beriman

naradidik. Bersifat holistik artinya sesuai dengan kepentingan hidup naradidik,

tujuan PAK di sekolah harus mencakup segi kognitif, afeksi dan praksis.

Ketiganya merupakan unsur-unsur pokok kehidupan orang beriman dewasa maka

dari itu tidak dapat dipisah-pisahkan. Inilah pendidikan iman Kristiani yang

bersifat konatif, yang berarti, tujuan pendidikan di dalam iman sudah diolah dan

dipertimbangkan, sehingga mendorong semua pihak supaya semakin setia serta

konsisten mewujudkannya di dalam kenyataan hidup sehari-hari.

Terwujudnya kerajaan Allah merupakan visi dasar atau arah utama seluruh

kegiatan pendidikan di dalam iman atau PAK. Kehidupan Kristiani dengan

semangat pertobatan yang terus-menerus diperbaharui dan diwujudkan diharapkan

menjadi tanggapan terhadap karya penyelamatan Allah. Terwujudnya nilai-nilai

kerajaan Allah menjadi pusat referensi (sumber acuan) bagi kita untuk

merumuskan arah, visi dan tujuan pendidikan di dalam iman untuk

(39)

Tujuan formal jangka panjang PAK yakni kedewasaan iman, diartikan

sebagai iman yang berkembang semakin matang secara penuh dan bersifat holistik

karena mencakup tindakan meyakini (believing), mempercayai (trusting) dan

melakukan kehendak Allah (doing God's will). Pendidikan iman di sekolah

sebagai pendewasaan iman diharapkan membantu memperkembangkan iman

peserta didik secara seimbang dan integratif ketiga aspek iman tersebut.

Selanjutnya iman yang dihayati itu juga harus bersifat membebaskan. Kebebasan

merupakan kondisi utama bagi manusia untuk menghayati dan

memperkembangkan imannya. Iman yang dewasa dapat diwujudkan hanya oleh

orang-orang yang betul-betul bebas. Iman dan kebebasan memiliki hubungan

simbiotik, saling mengandaikan, saling memberi dan menerima. Oleh karena itu

kebebasan harus menjadi bagaian utuh dari tujuan PAK di sekolah.

Dari pembahasan mengenai tujuan PAK di atas, dapat disimpulkan bahwa

tujuan PAK yaitu untuk membantu dan membimbing peserta didik agar semakin

mampu memperteguh iman terhadap Tuhan Yesus Kristus sesuai dengan agama

Katolik dengan tetap memperhatikan dan mengusahakan penghormatan dan

memperkembangkan dialog dengan agama dan kepercayaan lain. Membangun

hidup beriman Kristiani berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus

yang memiliki keprihatinan tunggal terwujudnya Kerajaan Allah dalam hidup

manusia. Melalui PAK peserta didik juga semakin diperluas pengetahuannya

sehingga memiliki kemampuan untuk terus membangun hidup yang semakin

(40)

mewujudkannya di dalam kenyataan hidup sehari-hari. Dengan demikianlah

melalui PAK, peserta didik akan tumbuh dalam kedewasaan iman.

c. Kurikulum PAK di Sekolah

Ilmu pengetahuan selalu berubah dan berkembang, demikian juga bidang

pendidikan. Perubahan dalam bidang pendidikan membawa pengaruh terhadap

perubahan pandangan mengenai kurikulum. Kurikulum menjadi tidak terbatas

pada mata pelajaran saja tetapi semua aspek yang mempengaruhi pribadi siswa.

Kurikulum menjadi alat untuk mencapai tujuan pendidikan (Nana Sudjana,

1989:2). Beberapa kurikulum telah dilaksanakan, kurikulum yang banyak

digunakan saat ini yakni kurikulum 2013.

Fadlilah (2014:1) memahami bahwa kurikulum 2013 merupakan

kurikulum baru yang mulai diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014.

Kurikulum ini adalah pengembangan dari kurikulum yang telah ada sebelumnya,

baik kurikulum Berbasis Kompetensi maupun kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan. Dapat dipahami bahwa Kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum

yang dikembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan soft

skill dan hard skill yang berupa sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Mengingat

pendidikan perlu diselenggarakan secara optimal untuk menghasilkan lulusan

yang berkualitas maka diupayakan untuk mewujudkan itu semua dengan

(41)

Fadlilah (2014 : 24), mengungkapkan bahwa tujuan dan fungsi kurikulum

secara spesifik mengacu pada Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang sistem

Pendidikan Nasional. Dalam undang-undang Sisdiknas ini disebutkan bahwa

fungsi kurikulum ialah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Tujuannya untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.

Pelajaran Agama Katolik menjadi salah satu pelajaran wajib yang

dilaksanakan di sekolah-sekolah baik di swasta maupun negeri. Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan (2014) menyatakan bahwa pembelajaran agama

diharapkan tak hanya menambah wawasan keagamaan, tapi juga mengasah

keterampilan beragama dan mewujudkan sikap beragama siswa. Kurikulum 2013

dirancang agar tahapan pembelajaran memungkinkan peserta didik berkembang

dari proses menyerap pengetahuan dan mengembangkan keterampilan hingga

memekarkan sikap serta nilai-nilai luhur kemanusiaan. Sesuai dengan pendekatan

yang dipergunakan dalam kurikulum 2013, peserta didik didorong untuk

mempelajari agamanya melalui pengamatan terhadap sumber belajar yang tersedia

dan terbentang luas di sekitarnya. Dalam pendidikan Agama Katolik, pendekatan

pembelajaran lebih ditekankan pada pendekatan yang di dalamnya terkandung tiga

(42)

Suci/ajaran Gereja dan pembaharuan hidup yang terwujud dalam penghayatan

iman sehari-hari.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) dalam pengantarnya di

buku Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti kelas XI di SMA/SMK

menyampaikan bahwa agama terutama bukanlah soal mengetahui mana yang

benar atau yang salah. Tidak ada gunanya mengetahui tetapi tidak melakukannya,

seperti dikatakan oleh Santo Yakobus : “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah

mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati” (Ykb 2:26).

Pembelajaran agama diharapkan tak hanya menambah wawasan keagamaan, tapi

juga mengasah “keterampilan beragama” dan mewujudkan sikap beragama siswa.

Tentu saja sikap, beragama yang utuh dan berimbang, mencakup hubungan

manusia dengan pencipta-Nya dan hubungan manusia dengan sesama dan

lingkungan sekitarnya. Pendidikan Agama Katolik secara khusus bertujuan

membangun dan membimbing peserta didik agar tumbuh berkembang mencapai

kepribadian utuh yang semakin mencerminkan diri mereka sebagai gambar-Nya,

menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia” (Kej 1:27).

2. Prestasi belajar PAK di Sekolah

Aunurrahman (2012:34) beranggapan bahwa belajar dapat saja terjadi

tanpa pembelajaran, namun hasil belajar akan tampak jelas dari aktivitas

pembelajaran. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar

(43)

dapat dilihat secara langsung. Douglas (1990 : 36) menyampaikan pendapatnya

bahwa prestasi bermula dari mengamati dan mengenal kebutuhan, kemudian

bertindak secara terencana untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan

dirasakan bila terdapat kesenjangan antara stimulus yang baru muncul dengan

stimulus yang telah tercapai. Pencapaian terjadi bila aksi yang diperlukan telah

selesai dilaksanakan dengan baik. Prestasi tersebut tentu tidak lepas dari penilaian

program pendidikan atau penilaian kurikulum menyangkut penilaian terhadap

tujuan pendidikan, isi program, strategi pelaksanaan program, dan sarana

pendidikan.

Menurut Winkel (1996:52) prestasi adalah bukti usaha yang dapat dicapai.

Hasil dari usaha pembelajaran perlu diukur secara langsung dengan menggunakan

tes atau evaluasi, yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan

pencapaian tujuan pembelajaran. Winkel (1996:162) juga mengatakan bahwa

prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan atau kemampuan seorang siswa

dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai bobot yang dicapainya.

Prestasi belajar dalam Pendidikan Agama Katolik pada dasarnya

merupakan hasil belajar yang telah dicapai dalam mata pelajaran PAK di sekolah,

yang biasanya dinyatakan dalam bentuk angka maupun huruf. Hasil belajar siswa

pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Jadi dapat dipahami bahwa

prestasi belajar merupakan suatu hasil yang telah dicapai oleh peserta didik

(44)

dari proses secara umum idealnya meliputi tiga aspek yakni pengetahuan

(kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik).

Nana Sudjana (1992:22) mengatakan bahwa dalam sistem pendidikan

nasional rumusan tujuan pendidikan baik tujuan kurikuler maupun tujuan

instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang

secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah

afektif dan ranah psikomotoris..

a. Ranah kognitif

Menurut revisi Taksonomi Bloom ranah kognitif oleh Lorin Anderson

Krathwohl (2001) yang menyampaikan bahwa ranah kognitif ini berkenaan

dengan hasil belajar intektual yang terdiri dari enam aspek, yakni mengingat,

memahami, menerapkan, menganalisis, menilai dan mencipta.

1) Mengingat, yakni kemampuan menyebutkan kembali informasi atau

pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan. Contoh : menyebutkan arti

taksonomi.

2) Memahami, yakni kemampuan memahami instruksi atau makna idea tau

konsep yang telah diajarkan baik dalam bentuk lisan tertulis, maupun

grafik atau diagram.

3) Menerapkan yaitu kemampuan melakukan sesuatu dan mengaplikasikan

(45)

4) Menganalisis yaitu kemampuan memisahkan konsep ke dalam beberapa

komponen dan menghubungkan satu sama lain untuk memperoleh

pemahaman atas konsep tersebut secara utuh.

5) Menilai yaitu kemampuan menetapkan derajat sesuatu berdasarkan norma,

kriteria atau patokan tertentu.

6) Mencipta yaitu kemampuan memadukan unsur-unsur menjadi sesuatu

bentuk baru yang utuh dan orisinil. Mencipta disini mengarahkan peserta

didik untuk dapat melaksanakan dan menghasilkan karya yang dapat

dibuat oleh peserta didik.

b. Ranah Afektif

Mencakup segala sesuatu yang terkait dengan emosi, misalnya perasaan,

nilai, penghargaan, semangat, minat, motivasi, dan sikap.

1) Penerimaan yaitu kemampuan suatu sadar, kemauan untuk menerima,

perhatian terpilih. Contoh : Siswa mau mendengarkan pendapat orang lain,

mengingat nama seseorang.

2) Responsif yaitu kemampuan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan

selalu termotivasi untuk segera bereaksi dan mengambil tindakan atas

suatu kejadian. Contoh : berpartisipasi dalam diskusi kelas.

3) Nilai yang dianut (Nilai Diri) yaitu kemampuan menunjukkan nilai yang

dianut untuk membedakan mana yang baik terhadap suatu kejadian/obyek,

(46)

kegiatan sosial sesuai dengan nilai yang berlaku dan komitmen

perusahaan.

4) Organisasi yaitu kemampuan membentuk sistem nilai dan budaya

organisasi dengan mengharmonisasikan perbedaan nilai. Contoh :

menyepakati dan mentaati etika profesi, mengakui perlunya keseimbangan

antara kebebasan dan tanggung jawab.

5) Karakterisasi yaitu kemampuan mengendalikan perilaku berdasarkan nilai

yang dianut dan memperbaiki hubungan intrapersonal, interpersonal dan

sosial. Contoh : menunjukkan rasa percaya diri ketika bekerja sendiri,

kooperatif dalam aktivitas kelompok.

c. Ranah Psikomotoris

Meliputi gerakan dan koordinasi jasmani, keterampilan motorik dan

kemampuan fisik. Keterampilan ini dapat diasah jika sering melakukannya. Ada

tujuh kategori dalam ranah psikomotorik yaitu :

1) Persepsi yaitu kemampuan menggunakan saraf sensori dalam

menginterpretasikannya dalam memperkirakan sesuatu. Contoh:

menurunkan suhu AC saat merasa suhu ruangan panas.

2) Kesiapan yaitu kemampuan untuk mempersiapkan diri, baik mental, fisik,

dan emosi, dalam menghadapi sesuatu. Contoh: melakukan pekerjaan

(47)

3) Reaksi yang diarahkanya itu kemampuan untuk memulai ketrampilan yang

kompleks dengan bantuan/bimbingan dengan meniru dan uji coba. Contoh:

Mengikuti arahan dari instruktur.

4) Reaksi natural (mekanisme) yaitu kemampuan melakukan kegiatan pada

tingkat ketrampilan tahap yang lebih sulit. Melalui tahap ini diharapkan

siswa akan terbiasa melakukan tugas rutinnya. Contoh: menggunakan

komputer.

5) Reaksi yang kompleks yaitu kemampuan untuk melakukan kemahirannya

dalam melakukan sesuatu, dimana hal ini terlihat dari kecepatan,

ketepatan, efsiensi dan efektivitasnya. Semua tindakan dilakukan secara

spontan, lancar, cepat, tanpa ragu. Contoh: Keahlian bermain piano.

6) Adaptasi yaitu kemampuan mengembangkan keahlian, dan memodifikasi

pola sesuai dengan yang dibutuhkan. Contoh: Melakukan perubahan

secara cepat dan tepat terhadap kejadian tak terduga tanpa merusak pola

yang ada.

7) Kreativitas yaitu kemampuan untuk menciptakan pola baru yang sesuai

dengan kondisi/situasi tertentu dan juga kemampuan mengatasi masalah

dengan mengeksplorasi kreativitas diri. Contoh: membuat formula baru,

inovasi, produk baru.

Ranah kognitif untuk menilai aspek intelektual seperti pengetahuan dan

kemampuan berpikir sedangkan ranah afektif untuk menilai perilaku terkait

dengan emosi, seperti nilai, minat, motivasi dan sikap. Aspek tersebut selaras

(48)

memungkinkan peserta didik berkembang dari proses menyerap pengetahuan dan

mengembangkan keterampilan hingga memekarkan sikap serta nilai-nilai luhur

kemanusiaan.

3. Jejaring Sosial Instagram a. Pengertian Jejaring Sosial

Saat ini pelaksanaan pendidikan di sekolah telah banyak mengalami

perkembangan dan pembaharuan, terutama dalam pemanfaatan hasil teknologi

yang digunakan dalam menyampaikan materi pembelajaran. Hal tersebut sejalan

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin hari

semakin maju. Perkembangan teknologi yang demikian pesat, terutama teknologi

komunikasi telah membawa perubahan besar dalam berbagai bidang, salah

satunya bidang pendidikan dan pembelajaran. Jika waktu-waktu sebelumnya

hubungan antara pendidik dan peserta didik hanya dapat berlangsung melalui

kegiatan tatap muka, dibatasi oleh sekat ruang dan waktu, atau melalui media

cetak, ternyata saat ini telah dapat dikembangkan melalui komunikasi maupun

informasi online yang menembus sekat-sekat ruang dan waktu lewat media

internet (network).

Internet menjadi kebutuhan bagi dunia pendidikan. Di dunia pendidkan

internet membantu konsep pembelajaran sehingga dapat digunakan sebagai media

pembelajaran. Dengan internet proses pembelajaran menjadi lebih praktis karena

(49)

sehingga siswa tidak lagi harus menggunakan buku atau bertatap muka dengan

guru untuk belajar, namun siswa dapat belajar sekaligus mencari sumber-sumber

informasi yang telah tersedia di internet. Akses internet secara online inilah yang

sering dipergunakan sebagai layanan jejaring sosial.

Nasrullah (2015:16), mengatakan bahwa kata jaringan (network) bisa

dipahami dalam terminologi bidang teknologi seperti ilmu komputer yang berarti

infrastruktur yang menghubungkan antara komputer maupun perangkat keras

(hardware) lainnya. Koneksi ini diperlukan karena komunikasi bisa terjadi jika

antar komputer terhubung, termasuk di dalamnya perpindahan data. Iswarahadi

(2013:38) juga menyampaikan pendapatnya bahwa internet adalah seperangkat

jaringan teknologi komunikasi elektronik tanpa batas. Sifatnya : komunikasi yang

termediasi oleh komputer, individual, dan ketiadaan hierarki. Melalui internet

terciptalah apa yang disebut sebagai “virtual community”atau dunia maya.

Cecilia Paulina Sianipar (2015:4) berpendapat bahwa teknologi informasi

dan komunikasi memunculkan salah satu fenomena revolusioner dalam ranah

komunikasi pada beberpa dekade ini. Tidak dapat dihindari bahwa internet sudah

menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Media sosial sosial memiliki porsi

yang besar dalam transformasi ini dengan menjadi sarana berkomunikasi baru

yang muncul seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi

tersebut. Media sosial memiliki karakter jaringan sosial. Media sosial terbangun

dari struktur sosial yang terbentuk di dalam jaringan atau internet. Jaringan yang

(50)

dimediasi oleh perangkat teknologi, seperti komputer, telepon genggam, atau

tablet. Karakter media sosial adalah membentuk jaringan di antara penggunanya.

Nasrullah (2015:19), mengatakan bahwa di media sosial, informasi menjadi

komoditas yang dikonsumsi oleh pengguna. Komoditas tersebut pada dasarnya

merupakan komoditas yang diproduksi dan didistribusikan antarpengguna itu

sendiri. Dari kegiatan konsumsi inilah pengguna dan pengguna lain membentuk

sebuah jaringan yang pada akhirnya secara sadar atau tidak bermuara pada

institusi masyarakat berjejaring (network society).

Cecilia Paulina Sianipar (2015:4) mengungkapkan bahwa masih banyak

masyarakat beranggapan bahwa proses pembelajaran di dunia pendidikan dan

aktivitas media sosial adalah dua hal yang saling berseberangan. Karena sifatnya

yang dinamis dan afektif, media sosial memililiki daya tarik yang kuat bagi para

peserta didik. Oleh karena itu, media sosial dilihat cenderung mengalihkan

perhatian peserta didik dari fokus pengembangan kompetensi yang disasar melalui

proses pembelajaran. Beberapa refleksi dunia pendidikan dewasa ini sepakat

bahwa hubungan antara proses pembelajaran dan aktivitas media sosial

seharusnya tidak bertentangan. Sifat media sosial yang dinamis, aktual, dan

afektif dapat dikaitkan dengan dunia pendidikan, misalnya para pendidik dapat

menghubungkan proses pembelajaran dengan isu-isu riil yang terjadi di dunia,

atau memnfaatkan dunia maya sebagai referensi yang kaya bagi materi

(51)

Sementara itu, Ega Rima Wati (2016:119) menyampaikan pendapatnya

bahwa fungsi media pembelajaran internet di antaranya sebagai alat komunikasi,

informasi, perpustakaan dalam bentuk jaringan komputer, tambahan

pembelajaran, pelengkap materi pembelajaran siswa di kelas dan pengganti model

pembelajaran tatap muka. Internet merupakan media komunikasi dan informasi

yang melibatkan setiap pengguna dapat berpartisipasi dalam segala waktu, artinya

internet dapat diakses kapan saja tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Internet

juga mempermudah para pemakainya untuk mendapatkan informasi-informasi

maupun pengetahuan secara cepat. Media internet dapat mendeskripsikan materi

pembelajaran dengan semenarik mungkin. Deskripsi tersebut tentunya harus

sesuai dengan konsep materi pembelajaran. Informasi mengenai materi

pembelajaran yang dapat didengar dan dapat dilihat dapat ditampilkan melalui

internet. Dengan demikian materi pembelajaran dapat ditangkap dengan baik oleh

siswa.

Nasrullah (2015:40) memahami bahwa social networking atau jaringan

sosial merupakan medium yang paling populer dalam kategori media sosial.

Medium ini merupakan sarana yang bisa digunakan pengguna untuk melakukan

hubungan sosial, termasuk konsekuensi atau efek dari hubungan sosial tersebut.

Rulli Nasrullah menyampaikan kembali pandangan Saxena (2014) yang

(52)

Situs jejaring sosial adalah media sosial yang paling populer. Media sosial tersebut memungkinkan anggota untuk berinteraksi satu sama lain. Interaksi terjadi tidak hanya pada pesan teks, tetapi juga termasuk foto dan video yang mungkin menarik perhatian pengguna lain. Semua posting (publikasi) merupakan real time, memungkinkan anggota untuk berbagi informasi seperti apa yang terjadi.

Dari beberapa pendapat mengenai pengertian jejaring sosial di atas dapat

disimpulkan bahwa jejaring sosial adalah akses internet yang digunakan secara

online yang dapat menghubungkan antara komputer maupun perangkat keras

(hardware) lainnya guna untuk berkomunikasi dan berbagi informasi melalui

pesan teks, foto maupun video.

b. Pengertian Instagram

Instagram merupakan sebuah aplikasi dimana seseorang bisa

untuk berbagi foto-foto yang memungkinkan untuk pengguna mengambil foto,

menerapkan filter digital, dan membagi ke berbagai layanan jejaring sosial,

termasuk milik Instagram sendiri. Nama Instagram sendiri berasal dari kata

"insta" yang berarti "instan" dan “gram” yang mempunyai arti "telegram". Dari

kedua kata tersebut, Instagram dapat diartikan menampilkan dan menyampaikan

informasi berupa foto atau gambar secara cepat melalui aplikasi yang dapat

diakses oleh orang lain

(https://www.bitebrands.co/2015/01/sejarah-dan-perkembangan-media-sosial.html, diakses pada Kamis, 8 Maret 2018, pukul 15.25

(53)

Instagram banyak disukai karena kemudahan dan kecepatannya dalam

berbagi foto maupun video. Di kalangan peserta didik instagram merupakan salah

satu media sosial yang telah banyak diakses dan semakin luas perkembangannya.

Instagram juga memberikan cara baru berkomunikasi di jejaring sosial melalui

foto.

c. Fitur-fitur Instagram

Fitur-fitur yang ada di Instagram diantaranya :

1) Kamera

Instagram mempunyai sejumlah fitur-fitur unggulan yang membuatnya

digemari oleh jutaan pengguna. Yang pertama adalah fitur kamera, dimana lewat

Instagram pengguna tidak hanya bisa mengunggah foto dari galeri. Tetapi dapat

juga langsung membidik atau merekam momen dari dalam aplikasi kemudian

mengedit, memberi caption baru membagikannya.

2) Editor

Kedua, Instagram punya tool editor yang menjadi tempat bagi para

pengguna untuk memoles foto yang dijepret lewat kamera perangkatnya. Di sini

akan dijumpai 10 tool editor tingkat lanjut untuk mengatur kembali pencahayaan,

kontras dan saturasi semudah menggerakkan jemari tangan. Di update terbaru

(54)

pilihan portrait dan juga landscape. Memberikan keleluasaan kepada pengguna

saat ingin membagikan foto dengan sudut tangkapan lensa yang lebih lebar.

3) Tag dan Hashtag

Sebagaimana jejaring sosial pada umumnya, Instagram juga punya fitur

tag dan hashtag yang fungsinya untuk menandai teman atau mengelompokkan

foto dalam satu label.

4) Caption

Caption berfungsi layaknya deskripsi, di sinilah pengguna bisa

memberikan sepatah dua patah kata soal foto yang diunggah. Di samping tentunya

menambahkan, hashtag (https://dailysocial.id diakses pada Kamis, 8 Maret 2018,

pukul 18.54 WIB).

d. Cara penggunaan Instagram

Langkah-langkah penggunaan Instagram yakni sebagai berikut :

1) Instalasi

Proses yang dilakukan pertama kali dalam langkah penggunaan Instagram

adalah menginstal aplikasi Instagram di ponsel. Caranya dengan mengunduhnya

di layanan katalog aplikasi yakni Google Play Store. Di Google Play Store inilah

masyarakat dapat mengunduh berbagai aplikasi baik berbayar maupun gratis.

(55)

merupakan pusat untuk belanja aplikasi; pada kotak search atau pencarian ketik

kata Instagram, kemudian tekan ikon search bertanda kaca pembesar; Tampil

aplikasi Instagram, lalu pilih; setelah itu masuk bagian deskripsi aplikasi, tekan

tombol instal; masuk ke halaman permission, tekan tombol Accep & Download;

tunggu sampai selesai mengunduh dan menginstalnya hingga muncul dua menu,

tekan tombol open; Instalasi selesai.

2) Registrasi

Diperlukan sebuah akun yang merupakan identitas resmi sebagai

pengguna Instagram. Proses pendaftaran cukup simpel : Masuk aplikasi

Instagram; pilih dan tekan tombol Sign up untuk melakukan registrasi; isi pada

formulir data-data yang diperlukan, yakni E-mail, username, dan password; pilih

menu set profile picture, dapat dengan cara memotret langsung, mengambil dari

gambar yang sudah ada; kembali ke halaman sign up, tekan tombol sign up untuk

mendaftar; proses registrasi selesai

3) Antarmuka

Setelah selesai registrasi dan memiliki akun Instagram, kita mulai bisa

bereksplorasi dengan aplikasi ini. Ada lima menu utama semuanya terletak di

(56)

e. Kelebihan dan kekurangan Instagram

Media sosial Instagram mungkin sudah tidak asing lagi pada kalangan

masyarakat Indonesia. Sejak diluncurkan pada tahun 2013, salah satu media

sosial yang banyak diminati anak muda ini semakin berkembang pesat sampai

saat ini. Instagram tidak hanya dijadikan media untuk sekedar having fun namun

juga dapat dimanfaatkan oleh banyak orang untuk kebutuhan mereka

masing-masing. Seperti halnya media sosial lainnya, Instagram juga memiliki kelebihan

serta kekurangan.

1) Kelebihan : Banyak digunakan; mudah dipergunakan; memudahkan yang

ditawarkan instagram menjadikannya media yang cepat menarik minat

masyarakat untuk menggunakannya; memposting foto atau video, memfollow,

mengomentari, memberi like, hingga searching sesuai hashtag pun bisa

dilakukan dengan sangat praktis; mudah untuk promosi; koneksi

menggunakan sosial media lain; bersifat privasi. Jika kita ingin orang lain

tidak bisa melihat isi instagram kita, maka kita bisa mengunci instagram

tersebut. Instagram memiliki beragam fitur untuk mengedit foto kita.

Instagram menyantumkan Follower dan Following kita. Instagram bisa follow

tanpa batas.

2) Kekurangan : Spamming. Kemudahan yang diberikan instagram dalam hal

berinteraksi, membentuk sosial media ini sangat rawan spamming. Umumnya

spamming banyak terlihat pada bagian komentar. Namun kita bisa

(57)

tidak sembarang orang bisa berkomentar di postingan anda. Durasi video

maksimal hanya 1 menit. Foto yang di share berukuran kecil, sehingga foto

terlihat kurang jelas. Instagram tidak menampilkan cover picture, hanya

menampilkan profile picture. Instagram juga dapat di update secara berkala

sesuai dengan kebutuhan penggunanya.

Itulah beberapa kelebihan dan kekurangan Instagram dibanding media sosial

lainnya,(http://detik.in/uncategorized/kelebihan-dan-kekuranganinstagram/diakses

pada Kamis, 15 Agustus 2018, pukul 20.04 WIB )

B. Hubungan Media dengan Prestasi belajar

Nana Sudjana (1989 : 30) mengatakan bahwa tujuan dalam proses

belajar-mengajar merupakan komponen pertama yang harus ditetapkan dalam proses

pengajaran yang berfungsi sebagai indikator keberhasilan pengajaran. Tujuan ini

pada dasarnya merupakan rumusan tingkah laku dan kemampuan yang harus

dicapai dan dimiliki siswa setelah ia menyelesaikan pengalaman dan kegiatan

belajar dalam proses pengajaran. Isi tujuan pengajaran pada hakikatnya adalah

hasil belajar yang diharapkan.

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni

faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang luar diri siswa atau faktor

lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang

dimiliknya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil

Gambar

Tabel 3.1    Jumlah responden Penelitian .............................................................
grafik atau diagram.
gambar yang sudah ada; kembali ke halaman sign up, tekan tombol sign up untuk
Tabel 3.1 Jumlah responden penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Judul TAS : Hubungan Antara Perhatian Orang Tua dan Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar Kompetensi Keahlian Animasi Siswa Kelas XI SMK Negeri 3

Hasil penelitian menunjukkan bahwa citra diri siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta sebanyak 62 siswa (62%) memiliki citra diri pada kategori tinggi, dalam hal intensitas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Dampak Penggunaan Jejaring Sosial Dalam Pembelajaran PKn Di Kelas XI SMA Negeri 17 Medan Semester Genap Tahun Pelajaran

SD Negeri Gedongkiwo Yogyakarta, bahwa kesimpulannya intensitas penggunaan jejaring sosial berpengaruh secara negative dan signifikan terhadap kecerdasan sosial pada

PENGARUH VARIASI GAYA MENGAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAMi. DI SMK NEGERI 1 BANDUNG TULUNGAGUNG TAHUN

Mengetahui dan menjelaskan pengaruh peresepsi kemudahan penggunaan (perceive ease of use) jejaring sosial Instagram terhadap peresepsi kemanfaatan (perceived usefulness)

Saya sedang melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian pada Toko Pinkylips_shop di Jejaring Sosial Instagram” untuk

Oleh sebab itu, pada karya ilmiah kali ini penulis akan membahas tentang pengaruh frekuensi penggunaan jejaring sosial terhadap prestasi siswa disekolah sesuai denga judul karya