• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

3. Prestasi Belajar

siswa dalam proses pembelajaran mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

4. Siswa kelas I adalah anak berusia 6 sampai 8 tahun yang tingkat perkembangan kognitifnya masih pada tahap konkret ke abstrak. Anak sesusia ini biasanya membutuhkan contoh nyata yang bisa dilihat dalam penyajian materi ajar supaya bisa menyelesaikan tugas tertulisnya.

5. IPS adalah mata pelajaran yang membahas tentang kegiatan sehari-hari manusia dan lingkungan tempat tinggalnya menggunakan ilmu-ilmu sosial.

12

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini membahas tentang kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan. Kajian pustaka berisi uraian teori-teori yang dikelompokkan dalam lima kelompok, yaitu media audio-visual, motivasi belajar, prestasi belajar, siswa kelas I SD, dan IPS. Penelitian yang relevan berisi tiga penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Kerangka berpikir berisi jalan pikiran peneliti mengenai penggunaan media audio-visual dengan materi Rumah Sehat dalam mata pelajaran IPS kelas I untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Selanjutnya, bagian terakhir hipotesis tindakan berisi tentang dugaan sementara atas hasil penelitian yang dilakukan.

A. Kajian Pustaka

1. Media Pembelajaran Audio-Visual a. Definisi Media Audio-Visual

Menurut Arsyad (2007) media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Sedangkan menurut Gagne dalam (Sadiman, Rahardjo, Haryono, & Rahardjito, 2009) media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sadiman, Rahardjo, Haryono, & Rahardjito (2009) menambahkan bahwa media adalah segala sesuatu yang

dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Jadi media dapat diartikan sebagai alat komunikasi antara guru dan siswa saat berlangsungnya proses pembelajaran agar maksud dari materi tersampaikan kepada siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Banyak hal dan atau benda-benda yang bisa dimanfaatkan sebagai media, mulai dari yang sederhana sampai yang pembuatannya sulit. Seiring dengan berkembangnya teknologi, media belajar yang dibuat pun semakin berkembang. Menurut Hamalik (1986) guru-guru diisyaratkan agar menggunakan alat-alat yang murah, efisien, dan mampu dimiliki / diperoleh oleh sekolah, dengan tidak menolak kemungkinan atas penggunaan alat-alat modern yang sesuai dengan tuntutan teknologi modern. Teknologi modern yang sedang berkembang saat ini sangat beragam, mulai dari radio yang mengasilkan suara, televisi yang menghasilkan gambar bergerak, komputer yang multifungsi sebagai alat ketik, melihat gambar bergerak, dan menyimpan data, serta alat-alat lain yang mendukung.

Menurut Arsyad (2007) teknologi audio-visual cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio-visual. Berdasarkan pernyataan tersebut pesan-pesan audio-visual dapat tersampaikan dengan adanya mesin-mesin yang mendukung penggunaannya. Mesin yang biasa

digunakan untuk penayangan audio-visual adalah televisi, LCD, proyektor, speaker, dan lain-lain.

Rinanto (1982) berpendapat bahwa media audio-visual adalah suatu media yang terdiri dari media visual yang disinkronkan dengan media audio, yang sangat memungkinkan terjalinnya komunikasi dua arah antara guru dan anak didik di dalam proses belajar-mengajar. Atau dengan kata lain, media audio-visual merupakan perpaduan yang saling mendukung antara gambar dan suara, yang mampu menggugah perasaan dan pemikiran bagi yang menonton. Berdasarkan dua pendapat tersebut, melalui media ini siswa tidak hanya dapat melihat atau mengamati sesuatu, melainkan sekaligus dapat mendengar sesuatu yang divisualisasikan. Maka media ini dapat memberikan dua jenis manfaat dari segi audio sendiri serta visualnya. Hal ini akan mempermudah siswa dalam proses pembelajaran karena siswa mendapatkan contoh konkret dari materi yang mereka pelajari tanpa harus membayangkannya secara abstrak, namun dapat menontonnya melalui media audio-visual tersebut.

b. Jenis Media Audio-Visual

Ada beberapa jenis media audio-visual menurut Anitah (2009), yaitu: 1) Slide Suara. Slide suara merupakan jenis media audio-visual yang menampilkan sejumlah slide, dipadukan dalam suatu cerita atau suatu jenis pengetahuan yang diproyeksikan pada layar dengan iringan suara; 2) Televisi. Program televisi menghadirkan suatu peristiwa yang berada jauh dari dari tempat pemirsa melalui program-programnya.

Dari kedua jenis media audio-visual di atas dapat dilihat perbedaannya. Untuk jenis slide suara, gambar yang dihasilkan tidak selalu bergerak, misalnya foto. Namun juga diiringi dengan suara yang bisa dimasukkan ketika melakukan penyusunan foto atau slide. Dalam televisi ditayangkan gambar bergerak yang bersuara. Penayangannya bisa dilakukan kapan saja setelah pengeditan. Namun keduanya sama-sama sering digunakan sebagai media belajar yang membantu jalannya proses pembelajaran di kelas sesuai dengan kebutuhan guru menyampaikan materi ajarnya. Media audio-visual yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam jenis slide suara, karena film kartun merupakan slide gambar yang dibuat tampak bergerak dan suara yang terdapat pada tayangan media merupakan hasil dubing.

c. Peranan Media Audio-Visual dalam Pendidikan

Menurut Rinanto (1982) peranan media audio-visual dalam pendidikan adalah: 1) media audio-visual dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki anak didik; 2) media audio-visual dapat melampaui batasan ruang dan waktu; 3) media audio-visual sangat memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara anak didik dengan lingkungannya; 4) media audio-visual memberikan keseragaman pengamatan; 5) media audio-visual dapat menanamkan konsep dasar yang besar, konkret, dan realistis; 6) media audio-visual membangkitkan keinginan dan minat baru; 7) media audio-visual memberikan pengalaman yang integral dari yang konkret sampai ke abstrak.

Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dari: 1) media audio-visual dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki anak didik, yaitu melalui media audio-visual keberagaman pengalaman yang dimiliki setiap siswa dapat diseragamkan; 2) media audio-visual dapat melampaui batasan ruang dan waktu, yaitu dapat menunjukkan hal-hal yang tidak bisa dialami secara langsung saat berada di dalam kelas; 3) media audio-visual sangat memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara anak didik dengan lingkungannya, yaitu siswa diajak untuk berkontak langsung dengan objek pelajaran melalui media; 4) media audio-visual memberikan keseragaman pengamatan, yaitu pengamatan dan pengalaman yang dimiliki oleh siswa melalui media audio-visual dapat diarahkan pada butir-butir penting yang tercakup dalam tujuan intruksional; 5) media audio-visual dapat menanamkan konsep dasar yang besar, konkret, dan realistis, yaitu siswa dapat merasakan pengalaman yang jelas, konkret, dan realistis tanpa harus keluar dari ruang kelas; 6) media audio-visual membangkitkan keinginan dan minat baru, yaitu pengalaman yang didapatkan dari tayangan media audio-visual menambah pengetahuan baru bagi siswa sehingga menimbulkan keinginan dan minat untuk belajar; 7) media audio-visual memberikan pengalaman yang integral dari yang konkret sampai ke abstrak, yaitu imajinasi atau pertanyaan-pertanyaan tentang suatu materi dapat siswa dapatkan melalui penayangan media audio-visual dan setelah

imajinasi itu terjawab, siswa akan menerapkannya pada kehidupan sehari-hari.

Jadi, peranan media audio-visual bisa mempengaruhi motivasi dan prestasi belajar. Hal tersebut tampak dalam poin-poin peranan media audio-visual dalam pendidikan yang menunjukkan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang bisa didapatkan siswa melalui media tersebut dan tayangan menarik yang membuat siswa ingin tahu lebih banyak tentang materi pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar.

2. Motivasi Belajar

a. Definisi Motivasi Belajar

Majid (2013) mengungkapkan bahwa motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Menurut Anitah (2009) motivasi belajar berkaitan erat dengan tujuan yang hendak dicapai oleh individu yang sedang belajar itu sendiri. Bila seseorang yang sedang belajar menyadari bahwa tujuan yang hendak dicapai berguna atau bermanfaat baginya, maka motivasi belajar akan muncul dengan kuat. Menurut Nuryanti (2008), motivasi bisa tumbuh dari dalam diri sendiri namun bisa juga karena pengaruh dari luar diri. Sedangkan untuk motivasi belajar, akan lebih mengacu pada tujuan mencapai hasil yang lebih baik dalam bidang pendidikan.

Jadi, motivasi dapat diumpamakan sebagai motor penggerak yang memacu diri siswa untuk menggali kemauan belajar lebih dalam guna mencapai tujuan. Tujuan utama siswa dalam belajar adalah hasil belajar yang baik dan memuaskan.

b. Sumber Motivasi

Menurut Majid (2013), perilaku individu tidak berdiri sendiri, selalu ada hal yang mendorongnya dan tertuju pada suatu tujuan yang ingin dicapainya. Majid (2013) menambahkan bahwa ada dua macam model motivasi, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Majid (2013) juga menjelaskan bahwa motivasi intrinsik adalah model motivasi dimana siswa termotivasi untuk mengerjakan tugas karena dorongan dari dalam dirinya sendiri, memberikan kepuasan tersendiri dalam proses pembelajaran atau memberikan kesan tertentu saat menyelesaikan tugas. Motivasi ekstrinsik adalah model motivasi dimana siswa yang terpacu karena berharap ada imbalan atau untuk menghindari hukuman, misalkan untuk mendapatkan nilai, hadiah stiker atau untuk menghindari hukuman fisik.

Berdasarkan dua model motivasi tersebut, faktor sumber motivasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Menurut Majid (2013) faktor internal terdiri dari: 1) adanya kebutuhan. Orang tua harus mengetahui kebutuhan anaknya untuk memberikan alternatif pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut; 2) persepsi individu mengenai diri sendiri. Maksudnya adalah apabila seorang anak

menilai dirinya mampu maka dia akan berusaha meraih apa yang menjadi keinginannya, namun bila anak menilai dirinya kurang mampu maka dia akan mencari tujuan lain yang dapat diraih; 3) harga diri dan prestasi. Hal ini akan mendorong siswa untuk tidak selalu puas dengan apa yang diperolehnya karena anak akan mempunyai daya saing tinggi dan kemauan yang tinggi pula untuk menjadi berprestasi diantara teman-temannya; 4) adanya cita-cita dan harapan masa depan. Dari pernyatan keempat dapat dijelaskan bahwa kebutuhan siswa akan terlihat dari cita-cita dan harapan anak di masa depan, hal itu akan memotivasi siswa untuk terus meningkatkan prestasinya; 5) keinginan tentang kemajuan dirinya. Maksudnya adalah hal yang mendukung terciptanya motivasi dari dalam diri siswa adalah keinginan untuk menjadikan dirinya lebih baik daripada sebelumnya, misalnya jika sekarang mendapat nilai ulangan 8, pada ulangan berikutnya harus 9 atau 10; 6) minat. Artinya siswa akan termotivasi jika ada minat dari dalam dirinya terhadap suatu hal, misalnya minat terhadap mata pelajaran matematika. Melalui minat itu siswa akan mengembangkan diri untuk mengetahui rumus-rumus matematika dan lain sebagainya; 7) kepuasan kinerja. Hal ini dapat diartikan bahwa siswa akan selalu termotivasi memperbaiki pekerjaannya untuk mencapai kepuasan yang diinginkan.

Faktor eksternal meliputi: 1) pemberian hadiah. Hal yang dimaksudkan adalah melalui pemberian hadiah, siswa akan lebih termotivasi untuk belajar dan meningkatkan prestasinya. Pemberian hadiah

dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi tertentu; 2) kompetisi. Kompetisi biasanya terjadi di sekolah. Guru dapat melakukan kompetisi di kelas dengan pemberian skor tambahan kepada setiap siswa yang nilainya tinggi; 3) hukuman. Faktor ini dapat diartikan bahwa siswa akan termotivasi melakukan hal baik untuk menghindari hukuman yang telah disepakati sebelumnya; 4) pujian. Faktor ini hal yang paling sering dilakukan yang bertujuan untuk membesarkan hati siswa agar termotivasi untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran; 5) situasi lingkungan pada umumnya. Hal ini berkaitan dengan dukungan dari orang-orang di sekitar siswa yang mendorong rasa mampunya dalam melakukan kegiatan pemenuhan tujuannya; 6) sistem imbalan yang diterima. Faktor ini dapat diumpamakan jika siswa melakukan perbuatan baik atau nilainya bagus, siswa akan menerima imbalan sesuai yang telah disepakati.

Anitah (2009) menyatakan bahwa memunculkan motivasi intrinsik di kalangan siswa-siswa kelas rendah memang agak sulit, karena pada umumnya mereka belum menyadari pentingnya pelajaran yang mereka pelajari. Namun, Anitah (2009) menambahkan, bahwa memunculkan motivasi ekstrinsik dapat dilakukan antara lain dengan cara memberi pujian atau hadiah, menciptakan situasi belajar yang menyenangkan, memberi nasihat, kadang-kadang teguran.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi intrinsik dapat digali melalui hal-hal yang berkaitan dengan diri siswa dengan maksud mengembangkan apa yang sudah ada

dalam dirinya, sedangkan motivasi ekstrinsik dapat digali melalui reward dan punishment yang menjadi kesepakatan antara siswa dan guru sebelumnya.

c. Prinsip Dasar Motivasi

Menurut Forum Human Capital Indonesia (2007) motivasi dapat didefinisikan sebagai faktor yang diperlukan untuk memulai, mendorong, dan berkembang secara terus menerus. Untuk melihat motivasi seseorang, perlu dipahami tiga prinsip dasar manusia: Pertama, harus dipahami bahwa dalam mengerjakan sesuatu, setiap orang mempunyai alasan tertentu, mengapa dan apa kepentingan untuk dirinya. Misalnya, seorang siswa akan menyimak isi pelajaran dari awal hingga akhir apabila siswa memiliki rasa ketertarikan terhadap materi, gaya mengajar guru, atau rasa ingin tahu yang besar mengenai materi tersebut. Kedua, setiap orang berusaha mencapai sesuatu apa yang telah menjadi tujuannya. Misalnya, seorang siswa merasa dirinya mengalami penurunan pada prestasi belajarnya dan ingin meningkatkannya kembali, maka ia akan berusaha mencapai keinginannya itu dengan cara belajar atau mengikuti bimbel di luar sekolah. Ketiga, setiap orang unik, berbeda, karena mempunyai turunan dan lingkungan yang berbeda. Maksudnya, keinginan, semangat juang, dan cara mencapai tujuan setiap orang ditunjukkan dngan cara yang berbeda-beda karena faktor lingkungan keluarga dan masyarakatnya pun berbeda.

Menurut Pratisti (2008), anak sering termotivasi untuk memperbaiki kelemahannya apabila anak dapat mengenali jurang pemisah antara bidang yang lemah dan bidang yang kuat yang ada pada dirinya, dan bagaimana caranya membangun jembatan di atas jurang tersebut. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa cara membangun jembatan itu tentu saja harus melalui refleksi dan intropeksi diri sehingga anak menemukan solusi yang akan digunakan sebagai jembatan.

Dari pernyataan-pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi akan terbentuk dengan sendirinya ketika anak merasa berkeinginan untuk memperbaiki dirinya. Perasaan ingin itu pun semata-mata bisa terbentuk karena teguran dan dukungan dari lingkungan sekitarnya seperti guru, teman, dan orang tuanya. Dari situ anak merefleksikan dan mendapatkan apa yang sebenarnya dia butuhkan dalam belajar. Misalnya ketika anak kesulitan dalam menghafal pelajaran, maka dengan dukungan media yang disediakan guru, anak akan merasa termotivasi dan prestasi belajarnya dapat meningkat dari sebelumnya. d. Indikator Motivasi

Menurut Aritonang (2008), indikator motivasi adalah: 1) ketekunan dalam belajar; 2) ulet dalam mengahadapi kesulitan; 3) minat dan ketajaman perhatian dalam belajar; 4) partisipasi dalam belajar; 5) mandiri dalam belajar. Dari kelima indikator tersebut, yang dimaksud dengan ketekunan dalam belajar adalah siswa mampu mengerjakan semua soal yang diberikan guru. Ulet dalam menghadapi kesulitan dapat diartikan

bahwa siswa mampu memecahkan masalah pada soal yang sedang dikerjakan. Minat dan ketajaman perhatian dalam belajar adalah siswa bertanya, menjawab pertanyaan dari guru, dan mengamati penjelasan dari guru. Partisipasi dalam belajar adalah siswa mampu mengikuti arahan guru selama proses pembelajaran. Mandiri dalam belajar adalah siswa berusaha menyelesaikan tugas yang diberikan guru tanpa bantuan teman maupun guru.

3. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Krisdianto dalam Arifin (2012), prestasi belajar adalah kemampuan, keterampilan, sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal. Sedangkan menurut Gagne dalam Baharuddin (2002), prestasi belajar dapat ditunjukkan dengan hasil belajar siswa, hasil belajar siswa tersebut dapat berupa keterampilan mengerjakan sesuatu, kemampuan menjawab soal atau menyelesaikan tugas. Jadi, prestasi belajar merupakan nilai akhir atau final yang mampu dihasilkan oleh siswa dari suatu proses pembelajaran. Siswa yang mampu mengambil makna pelajaran akan menuai prestasi belajar yang baik pada tes-tes yang diberikan oleh guru.

Darsono (2000) mengungkapkan bahwa prestasi belajar merupakan perubahan yang berhubungan dengan tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor yang ada akibat interaksi dengan lingkungan. Chosiyah (2001) berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan rangkaian hasil usaha yang telah dilatih dalam suatu sistem atau rangkaian kegiatan pendidikan yang

dinyatakan dengan nilai. Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa dapat meningkat seiring dengan keterlibatan siswa dalam rangkaian kegiatan pembelajaran. Peningkatan prestasi tersebut selain melalui penilaian kognitif juga didukung dengan penilaian afektif dan psikomotornya.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Mulyasa (2006) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu yang pertama, pengaruh faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik dapat digolongkan ke dalam faktor sosial dan non sosial. Yang dimaksud dengan faktor sosial pada pernyataan ini adalah peranan lingkungan sekitar seperti keluarga, teman sepermainan, dan sekolah terhadap prestasi belajar siswa. Jika dalam keluarga, orang tua berperan penting sebagai fasilitator, maka dalam lingkup sekolah guru lah yang memegang kendali sebagai fasilitator pada peningkatan prestasi belajar siswa. Kedua, pengaruh faktor internal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seperti banyak pengaruh atau rangsangan dari faktor eksternal yang mendorong individu belajar, keberhasilan belajar ditentukan oleh faktor diri (internal) beserta usaha yang dilakukannya. Dari pernyataan kedua dapat diambil kesimpulan bahwa pengaruh faktor eksternal akan mendorong siswa untuk mengembangkan diri sebagai usaha mencapai prestasi belajar.

Dokumen terkait