• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORETIS, KERANGKA

2.2 Kajian Teori

2.2.2 Literasi

2.2.2.2 Prinsip Pembelajaran Literasi Pada AUD

Menurut Kern (2000) Terdapat tujuh prinsip pendidikan literasi diantarannya yaitu: Pertama; Literasi melibatkan interpretasi; Penulis/pembicara dan pembaca/pendengar berpartisipasi dalam tindak interpretasi, yakni: penulis/pembicara menginterpretasikan dunia (peristiwa, pengalaman, gagasan, perasaan, dan lain-lain), dan pembaca/pendengar kemudian mengiterpretasikan interpretasi penulis/pembicara dalam bentuk konsepsinya sendiri tentang dunia.

Kedua; Literasi melibatkan kolaborasi; Terdapat kerjasama antara dua pihak yakni penulis/pembicara dan pembaca/pendengar. Kerjasama yang

dimaksud itu dalam upaya mencapai suatu pemahaman bersama. Penulis/pembicara memutuskan apa yang harus ditulis/dikatakan atau yang tidak perlu ditulis/dikatakan berdasarkan pemahaman mereka terhadap pembaca/pendengarnya. Sementara pembaca/pendengar mencurahkan motivasi, pengetahuan, dan pengalaman mereka agar dapat membuat teks penulis bermakna. Ketiga; Literasi melibatkan konvensi; Orang-orang membaca dan menulis atau menyimak dan berbicara itu ditentukan oleh konvensi/kesepakatan kultural (tidak universal) yang berkembang melalui penggunaan dan dimodifikasi untuk tujuan-tujuan individual. Konvensi disini mencakup aturan-aturan bahasa baik lisan maupun tertulis.

Keempat; Literasi melibatkan pengetahuan kultural; Membaca dan menulis atau menyimak dan berbicara berfungsi dalam sistem- sistem sikap, keyakinan, kebiasaan, cita-cita, dan nilai tertentu. Sehingga orang- orang yang berada di luar suatu sistem budaya itu rentan/beresiko salah/keliru dipahami oleh orang-orang yang berada dalam sistem budaya tersebut.

Kelima; Literasi melibatkan pemecahan masalah; Karena kata-kata selalu melekat pada konteks linguistik dan situasi yang melingkupinya, maka tindak menyimak, berbicara, membaca, dan menulis itu melibatkan upaya membayangkan hubungan-hubungan di antara kata-kata, frase- frase, kalimat-kalimat, unit-unit makna, teks-teks, dan dunia-dunia. Upaya membayangkan, memikirkan, mempertimbangkan ini merupakan suatu bentuk pemecahan masalah.

Keenam; Literasi melibatkan refleksi dan refleksi diri; Pembaca/pendengar dan penulis/pembicara memikirkan bahasa dan hubungan- hubungannya dengan dunia dan diri mereka sendiri. Setelah mereka berada dalam situasi komunikasi mereka memikirkan apa yang telah mereka katakan, bagaimana mengatakannya, dan mengapa mengatakan hal tersebut.

Ketujuh; Literasi melibatkan penggunaan bahasa; Literasi tidaklah sebatas pada sistem-sistem bahasa (lisan/tertulis) melaikan mensyaratkan pengetahuan tentang bagaimana bahasa itu digunakan baik dalam konteks lisan maupun tertulis untuk menciptakan sebuah wacana/diskurs.

2.2.2.3 Indikator Kegiatan Literasi

Literasi perlu dikembangkan karena literasi atau keaksaraan merupakan modal dasar bagi anak untuk dapat belajar dan memperoleh pengetahuan terutama pada saat anak mulai memasuki usia sekolah. Affrida (2018) menyatakan bahwa terdapat empat indikator kegiatan literasi antara lain kemampuan menyimak, kemampuan menulis, kemampuan berbicara, dan kemampuan membaca. Sedangkan menurut Lawalata dan Sholeh (2019) indikator kegiatan literasi meliputi pembiasaan, pengembangan minat, dan pelaksanaan. Pola kegiatan literasi di sekolah ditinjau dari 3 hal, yaitu (1) pola strategi dan pelaksanaan kegiatan literasi, (2) sumber buku dan lingkungan literasi, dan (3) kerja sama kegiatan literasi (Suyono, Harsiati, & Wulandari, 2017).

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan oleh ahli, dapat disimpulkan bahwa indikator kegiatan literasi dalam penelitian ini merujuk pada

pendapat Affrida (2018) yaitu kemampuan menyimak, kemampuan menulis, kemampuan berbicara, dan kemampuan membaca.

2.2.3 Read Aloud

2.2.3.1 Definisi Read Aloud

Read Aloud atau membaca nyaring merupakan bentuk kegiatan membaca

suatu teks dengan keras yang dapat membantu memfokuskan perhatian secara mental menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dan merancang diskusi. Kegiatan ini mempunyai efek pada memusatkan perhatian dan membuat membuat kelompok yang kohesif. Read Aloud adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan seseorang pengarang (Taringan 2008: 23). Read Aloud merupakan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menyimak (Lestari, 2018). Reading aloud diperlukan untuk semua siswa karena membantu siswa memahami suatu bacaan dan mengingat secara terus-menerus pengungkapan kata-kata, mengenali kata-kata baru yang pada konteks lain (Ustianingsih, Riwayanti, & Malang, 2016). Jadi, Read Aloud disini membantu siswa untuk suka membaca dan fokus dalam bacaannya.

Read aloud memiliki berasal dari read yang artinya membaca dan aloud

yang artinya nyaring. Read aloud telah lama berkembang di negara-negara maju dan mengalami penyempurnaan dari waktu ke waktu. Penggunaan read aloud adalah dengan buku cerita bergambar, kemudian teks ataupun cerita di dalam

buku dibacakan dengan nyaring disertai dengan ekspresi wajah sesuai karakter pada buku. Hal ini akan menarik perhatian agar mampu menyimak dengan baik. Setelah anak-anak menyimak, dapat dilakukan sesi tanya jawab dengan anak, sehingga terjadi interaksi dan akhirnya terjalin suatu komunikasi yang baik.

Jim Trelease (2015) dalam bukunya “The Handbook of Read Aloud” menjelaskan hanya ada dua cara membuat kata-kata masuk ke dalam otak,

yakni melalui penglihatan atau pendengaran. Read aloud mengaitkan aktvitas dongeng yang menyenangkan dengan buku, sebab dari sanalah berbagai cerita yang menarik itu berasal. Layaknya mendongeng, dalam read aloud juga diperlukan komunikasi antara pendongeng dan audiens.

Read Aloud merupakan bentuk kegiatan membacakan teks di buku dengan keras yang dapat membantu memfokuskan perhatian secara mental menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dan merancang diskusi. Kegiatan ini mempunyai efek pada memusatkan perhatian dan membuat suatu kelompok yang kohesif. Jadi Read Aloud adalah kegiatan yang mengarahkan pada pemahaman materi dengan

menggunakan kekuatan membaca dengan keras.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli maka dapat disimpulkan bahwa read aloud merupakan kegiatan membacakan buku secara nyaring dan disertai ekspresi

wajah sesuai dengan cerita supaya dapat menarik perhatian. Read aloud bagi anak usia dini yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan kegiatan membacakan buku secara nyaring disertai dengan ekspresi wajah sesuai karakter pada buku, sehingga anak dapat menyimak dengan baik.

2.2.3.2 Peran Kegiatan Read Aloud dalam Mencapai Perkembangan Anak

Thorne-Thomson, tokoh yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan kegiatan mendongeng di perpustakaan, meyakini bahwa latihan berimajinasi dan mendengarkan “cerita yang dibacakan” kelak dapat mempersiapkan anak untuk membaca. Read aloud mengaitkan aktvitas dongeng yang menyenangkan dengan buku, sebab dari sanalah berbagai cerita yang menarik itu berasal. Semakin sering anak diperkenalkan terhadap buku, semakin cepat anak belajar membaca, dan ingin mendapat berbagai pengalaman lewat buku. Pada akhirnya anak juga akan meningkatkan keluwesan anak dalam berkomunikasi sehari-hari.

Harris & Sipay menjelaskan bahwa membaca nyaring memberi kontribusi bagi seluruh perkembangan anak, diantaranya sebagai berikut: (a) guru dapat mengevaluasi perkembangan keterampilan membaca siswa, khususnya pemenggalan kata, frasa, dan untuk menemukan kebutuhan pengajaran yang sesuai kebutuhan siswa, (b) bagi pembaca, membaca nyaring dapat melatih keterampilan berkomunikasi lisan sementara bagi pendengar dapat melatih keterampilan menyimak, (c) siswa dapat mendramatisasikan atau memerankan pelaku dalam cerita, dan (d) membaca nyaring dapat menjadi media tepat yang digunakan guru bagi siswa yang pemalu (Rahim, 2008).

Berdasarkan penjelasan di atas, membaca nyaring memiliki banyak keuntungan bagi siswa maupun guru. Oleh karena itu, guru perlu mengembangkan kegiatan membaca nyaring yang efektif.

Dokumen terkait