• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prinsip-Prinsip dalam Perbankan

BAB IV PRAKTEK PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENILAIAN

PRINSIP DALAM PERBANKAN DAN PENERAPANNYA

A. Prinsip-Prinsip dalam Perbankan

Dalam melakukan penilaian terhadap debitur, bank dapat menerapkan keempat prinsip dasar perbankan yaitu prinsip kepercayaan (fiduciary relation principle), prinsip kehati-hatian (prudential principle), prinsip kerahasiaan (secrecy principle) dan prinsip mengenal nasabah (know how costumer principle). Keempat prinsip tersebut merupakan prinsip yang sifatnya umum, sehingga kegiatan perbankan apapun baik itu menghimpun dana dari masyarakat maupun menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman dapat menggunakan keempat prinsip tersebut. Untuk melaksanakan kemitraan antara bank dengan nasabahnya dan demi terciptanya sistem perbankan yang sehat, kegiatan perbankan perlu dilandasi dengan beberapa asas hukum (khusus) yaitu:44

1. Prinsip Kepercayaan (Fiduciary Relation Principle)

Prinsip kepercayaan diatur dalam Pasal 29 ayat (4) UU Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Perbankan Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan. Dimana asas kepercayaan adalah suatu asas yang menyatakan bahwa usaha bank dilandasi oleh hubungan kepercayaan antara bank dengan nasabahnya. Bank terutama bekerja dengan dana dari masyarakat yang disimpan

44

padanya atas dasar kepercayaan, sehingga setiap bank perlu terus menjaga kesehatannya dengan tetap memelihara dan mempertahankan kepercayaan masyarakat padanya. Kemauan masyarakat untuk menyimpan sebagian uangnya di bank, semata-mata dilandasi oleh kepercayaan bahwa uangnya akan dapat diperolehnya kembali pada waktu yang diinginkan atau sesuai dengan yang diperjanjikan dan disertai dengan imbalan. Apabila kepercayaan nasabah penyimpan dana terhadap suatu bank telah berkurang, tidak tertutup kemungkinan akan terjadi rush terhadap dana yang disimpannya. Sama halnya dengan kredit, Sutan Remy Sjahdeini menyatakan bahwa hubungan antara bank dengan nasabah penyimpan dana adalah hubungan pinjam-meminjam uang antara kreditur (bank) dan debitur (nasabah). Prinsip kepercayaan adalah suatu prinsip yang menyatakan bahwa usaha bank dilandasi oleh hubungan kepercayaan antara bank dengan nasabahnya. Bank terutama bekerja dengan dana dari masyarakat yang disimpan padanya atas dasar kepercayaan, sehingga setiap bank perlu terus menjaga kesehatannya dengan tetap memelihara dan mempertahankan kepercayaan masyarakat padanya. Kemauan masyarakat untuk menyimpan sebagian uangnya di bank, semata-mata dilandasi oleh kepercayaan bahwa uangnya akan dapat diperolehnya kembali pada waktu yang diinginkan atau sesuai dengan yang diperjanjikan dan disertai dengan imbalan.

Prinsip Kehati-hatian adalah suatu asas yang menyatakan bahwa bank dalam menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya wajib menerapkan Prinsip Kehati- hatian dalam rangka melindungi dana masyarakat yang dipercayakan padanya. Hal ini disebutkan dalam Pasal 2 Undang-Undang Perbankan bahwa perbankan Indonesia dalam melaksankan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan asas kehati-hatian. Tujuan diberlakukannya prinsip kehati-hatian tidak lain adalah agar bank selalu dalam keadaan sehat. Dengan diberlakukannya prinsip kehati-hatian diharapkan agar kepercayaan masyarakat terhadap perbankan tetap tinggi, sehingga masyarakat bersedia dan tidak ragu-ragu menyimpan dananya di bank. Dalam prinsip kehati-hatian terhadap 5C of Credit yang meliputi character (watak), capacity (kemampuan), capital (modal), collateral (agunan), condition of economi (prospek usaha dari kreditur) yang dimana prinsip 5C ini merupakan prinsip yang saling terkait satu dengan yang lainnya sehingga tidak dapat dipisahkan atau dikesampingkan.

3. Prinsip Kerahasiaan (Secrecy Principle)

Hubungan antara bank dan nasabahnya ternyata tidaklah seperti hubungan kontraktual biasa. Akan tetapi, dalam hubungan tersebut terdapat pula kewajiban bagi bank untuk tidak membuka rahasia nasabahnya kepada pihak lain manapun kecuali jika ditentukan lain oleh perundang-undangan yang berlaku. Asas kerahasiaan adalah asas yang mengharuskan atau mewajibkan bank merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan lain-lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia perbankan wajib dirahasiakan. Kerahasiaan ini adalah untuk kepentingan bank sendiri karena bank memerlukan kepercayaan

masyarakat yang menyimpan uangnya di bank. Berbeda dengan simpanan nasabah yang dimana bank diwajibkan untuk menjaga kerahasiaan nasabahnya, untuk pinjaman kredit sendiri dalam prakteknya bank tidak melakukan prinsip kerahasiaan, justru apabila ada nasabah yang melakukan pinjaman, maka bank dengan serta-merta akan dapat memberikan informasi mengenai debitur. Hal ini bertujuan agar semua orang dapat mengetahui bahwa usaha yang dijalankan oleh debitur berasal dari pinjaman kredit bank dan menjadi beban moral tersendiri kepada debitur agar konsisten menjalankan perjanjian kredit perbankan. Tindakan bank yang bersifat terbuka ini dapat menjadi contoh kepada pelaku usaha lain untuk dapat mengembangkan usahanya menjadi lebih maju dengan melakukan pinjaman kredit kepada pihak bank.

Ada 2 (dua) teori tentang kekuatan berlakunya rahasia bank ini, yaitu sebagai berikut:

a. Teori Mutlak

Dalam hal ini rahasia keuangan dari nasabah bank tidak dapat dibuka kepada siapapun dan dalam hal apapun. Dewasa ini hampir tidak ada lagi negara yang menganut teori mutlak ini.

b. Teori Relatif

Menurut teori ini, rahasia bank tetap diikuti, tetapi dalam hal-hal khusus, yakni dalam hal yang termasuk luar biasa prinsip kerahasiaan bank tersebut dapat diterobos. Dalam Pasal 40 sampai dengan Pasal 45 Undang- Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang

Perbankan Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan menyatakan bahwa bank wajib merahasiakan informasi mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya. Ketentuan rahasia bank ini dapat dikecualikan dalam hal tertentu yakni, untuk kepentingan pajak, penyelesaian hutang-piutang bank yang sudah diserahkan kepada badan Urusan Hutang dan Lelang/Panitia Urusan Piutang Negara (UPLN/PUPN), peradilan pidana, perkara perdata antara bank dengan nasabahnya, tukar menukar informasi antara bank atas permintaan, persetujuan atau kuasa dari nasabah penyimpan dana.

4. Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer Principles)

Prinsip mengenal nasabah adalah prinsip yang diterapkan oleh bank untuk mengenal dan mengetahui identitas nasabah, memantau kegiatan transaksi nasabah termasuk melaporkan setiap transaksi yang mencurigakan. Prinsip mengenal nasabah-nasabah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No.3/1 0/PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah. Tujuan yang hendak dicapai dalam penerapan prinsip mengenal nasabah adalah meningkatkan peran lembaga keuangan dengan berbagai kebijakan dalam menunjang praktik lembaga keuangan, menghindari berbagai kemungkinan lembaga keuangan dijadikan ajang tindak kejahatan dan aktivitas ilegal yang dilakukan nasabah dan melindungi nama baik dan reputasi lembaga keuangan.

Dalam penerapan prinsip mengenal nasabah, bank tidak membedakan antar nasabah penyimpan dengan nasabah peminjam. Antara nasabah penyimpan dan nasabah peminjam sama-sama dibutuhkan identitas yang jelas guna memberikan proteksi kepada pihak bank sendiri dalam menjalankan kegiatan usahanya demi

menjaga eksistensi dan mencegah terjadinya ajang tindak kejahatan perbankan maupun wanprestasi. Bank berkewajiban melayani nasabah atau calon nasabahnya. Untuk itu diperlukan data yang lengkap dan akurat, sehingga bank dapat memenuhi kebutuhan nasabah sesuai dengan janji atau penawaran bank. Saat ini Bank Indonesia telah membuat ketentuan bagaimana bank mengenal nasabahnya secara baik, sesuai prinsip mengenal nasabah yang lebih populer disebut dengan Know Your Customer Principles. Ada dua hal pokok yang dilakukan bank terhadap debitur atau calon debitur dalam prinsip mengenal nasabah (Know Your Customer Principles), yaitu:

a. Mengidentifikasi

Identifikasi terhadap debitur atau calon debitur dilakukan bank:

1) Pada saat pembukaan rekening. Pada saat ini bank akan meminta calon nasabah mengisi data yang lengkap dan akurat,

2) Pengkinian data nasabah. Kegiatan ini dilakukan bagi yang sudah menjadi nasabah dan dilakukan pada periode tertentu.

b. Memantau kegiatan transaksi perbankan, termasuk melaporkan transaksi perbankan yang mencurigakan. Bank akan memantau transaksi perbankan nasabah dan akan melaporkan transaksi tersebut kepada PPATK apabila terdapat:

1) Transaksi perbankan yang mencurigakan,

Tujuan yang hendak dicapai dalam penerapan prinsip mengenal nasabah adalah meningkatkan peran lembaga keuangan dengan berbagai kebijakan dalam menunjang praktik lembaga keuangan, menghindari berbagai kemungkinan lembaga keuangan dijadikan ajang tindak kejahatan dan aktivitas ilegal yang dilakukan nasabah, dan melindungi nama baik dan reputasi lembaga keuangan.

B.Pengertian Prinsip Kehati-hatian (Prudential Banking Principles) dan