• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORIETIK

2. Prinsip-prinsip Pengajaran

Menurut Thoifuri, “Secara teknis prinsip-prinsip pengajaran bagi guru adalah: menarik minat, partisipasi siswa, pengulangan, perbedaan individu, kematangan siswa, kegembiraan, dan ketersediaan alat”.44 Seorang guru pada saat melaksanakan pembelajaran harus dapat menarik minat siswa. Siswa yang berminat mengikuti proses belajar mengajar dengan sendirinya akan melakukan kegiatan belajar secara mandiri yang pada gilirannya akan mampu mengikuti pembelajaran dengan baik. Oleh karena itu, seorang guru dalam berbagai kondisi hendaknya menguasai berbagai strategi pembelajaran agar mampu menumbuhkan minat belajar siswa sehingga kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.

Prinsip pengajaran yang kedua adalah partisipasi siswa. Guru yang baik pada saat mengajar hendaknya berupaya melibatkan siswa semaksimal mungkin agar siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran. Beberapa cara yang dapat dilakukan guru diantaranya adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan serta mengajukan argumentasi usul dan gagasan. Dengan memberikan kesempatan tersebut, siswa akan memiliki keberanian untuk mengemukakan pendapatnya sehingga siswa menjadi terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran, guru juga hendaknya memberikan pengulangan karena pertimbangan tidak semua siswa memiliki tingkat pemahaman yang sama.

Seorang guru dalam melaksanakan perannya ketika proses belajar mengajar berlangsung hendaknya memiliki kemampuan-kemampuan guna mencapai tujuan pembelajaran. Hamalik sebagaimana dikutip oleh Kunandar menyatakan paling tidak terdapat 13 peranan guru di dalam kelas dalam situasi belajar mengajar yaitu:

1) sebagai pengajar menyampaikan ilmu pengetahuan (perlu memiliki keterampilan memberikan informasi kepada siswa di kelas), 2) sebagai pemimpin kelas perlu memiliki keterampilan cara memimpin

44

27

kelompok siswa, 3) sebagai pembimbing perlu memiliki keterampilan cara mengarahkan dan mendorong kegiatan belajar siswa, 4) sebagai pengatur lingkungan perlu memiliki keterampilan mempersiapkan dan menyediakan alat dan bahan pelajaran, 5) sebagai partisipan perlu memiliki keterampilan cara memberikan saran, mengarahkan pemikiran kelas, dan memberikan penjelasan, 6) sebagai ekspeditur perlu memiliki keterampilan menyelidiki sumber-sumer masyarakat yang akan digunakan, 7) sebagai perencana perlu memiliki keterampilan cara memilih, meramu bahan pelajaran secara profesional, 8) sebagai supervisor perlu memiliki keterampilan mengawasi kegiatan anak dan keterlibatan kelas, 9) sebagai motivator perlu memiliki keterampilan mendorong motivasi belajar siswa, 10) sebagai penanya perlu memiliki keterampilan cara bertanya yang merangsang siswa berpikir dan memecahkan masalah, 11) sebagai pengajar perlu keterampilan cara memberikan ganjaran terhadap siswa yang berprestasi, 12) sebagai evaluator perlu memiliki keterampilan cara menilai siswa secara objektif, kontinu, dan komprehensif, dan 13) sebagai konsuler perlu memiliki keterampilan cara membantu siswa yang mengalami kesulitan tertentu.45

Berdasarkan pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa ketiga belas peranan guru dalam proses belajar mengajar tersebut merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru agar mutu pengajaran meningkat. Kemampuan dan keterampilan mengajar tersebut merupakan hal yang dapat dipelajari serta diterapkan oleh setiap guru.

Kunandar menyatakan, ”Dengan menyusun rencana pembelajaran secara profesional, sistematis dan berdaya guna, maka guru akan mampu melihat, mengamati, menganalisis, dan memprediksi program pembelajaran sebagai kerangka kerja yang logis dan terencana”.46

Berdasarkan pernyataan di atas dapat diartikan bahwa fungsi rencana pembelajaran adalah sebagai acuan bagi guru dan siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar (kegiatan pembelajaran) agar lebih terarah dan berjalan secara efektif dan efisien. Dengan kata lain rencana pembelajaran berperan sebagai skenario proses pembelajaran. Oleh karena itu, rencana pembelajaran hendaknya bersifat luwes dan memberi kemungkinan bagi guru untuk menyesuaikannya dengan respons siswa dalam proses pembelajaran

45

Kunandar, op. cit., hh. 48-49.

46

sesungguhnya. Rencana pembelajaran juga merupakan rambu-rambu proses pembelajaran agar materi dan tahap-tahap pembelajaran yang dilakukan memiliki arah sesuai dengan yang direncanakan.

Menurut Thoifuri, ”Perencanaan pembelajaran akan menjadi media pengontrol agar guru dalam menyampaikan materi tidak keluar dari kurikulum yang ada. Dan dengan perencanaan pengajaran tujuan kurikuler akan mudah dievaluasi apakah anak didik berhasil atau belum”.47

Berdasarkan pernyataan di atas dapat diartikan bahwa pedoman atau acuan guru dalam pembelajaran adalah perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Dengan membuat perencanaan pembelajaaran guru memiliki suatu pegangan yang dijadikan sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Jika tidak menggunakan rencana pembelajaran atau perencanaan pembelajaran yang digunakan kurang baik, maka tujuan pembelajaran tidak tercapai secara maksimal. Karena di dalam proses pembelajaran akan menemui banyak kendala sementara tidak ada panduan yang bisa digunakan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut. Oleh karena itu perencanan pembelajaran merupakan suatu persiapan yang harus mendapatkan perhatian serius dari para guru sebelum melaksanakan pembelajaran.

Mengelola kelas sebagai salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh guru merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan baik atau buruknya penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di kelas. Banyak hal yang harus dikelola dalam menciptakan suatu kondisi kelas yang dapat menunjang keberhasilan belajar dan mengajar di kelas. Untuk dapat menjalankan aktivitas atau kegiatan belajar mengajar yang dinamis, diperlukan kemampuan pengelolaan kelas yang baik.

Djamarah dan Zain menjelaskan :

Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah ”kelola”, ditambah awalan ”pe” dan akhiran ”an”. Istilah lain dari kata pengelolaan adalah ”manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa

47

29

Inggris, yaitu management, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan.48

Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan kelas dapat juga dikatakan dengan istilah manajemen kelas. Pengelolaan kelas berkaitan dengan keteraturan pelaksanaan berbagai aktivitas di kelas terutama dalam hal pembelajaran. Dengan demikian, guru sebagai pengelola kelas memiliki peranan yang penting dalam keberhasilan proses belajar mengajar.

Selanjutnya Djamarah dan Zain dengan mengutip pendapat Arikunto mendefinisikan kelas sebagai ”sekelompok siswa yang pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama”.49

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diartikan bahwa secara sederhana pengelolaan kelas adalah manajemen kelas atau ketatalaksaan dan tata pimpinan di kelas yang dilakukan sehubungan dengan menciptakan suatu kondisi yang mendukung iklim belajar agar tujuan pembelajaran yang ditetapkan dapat tercapai.

Masalah pokok yang dihadapi guru, baik yang pemula maupun yang sudah berpengalaman antara lain adalah masalah pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas merupakan masalah tingkah laku yang kompleks, dan guru menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mencapai tujuan pangajaran. Dengan demikian pengelolaan kelas yang efektif merupakan syarat bagi pengajaran yang efektif.

Nawawi sebagaimana dikutip oleh Djamarah dan Zain mengartikan pengelolaan kelas sebagai ”Kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan.”50

48

Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, op. cit., h. 175.

49

Loc. cit. 50

Dari pengertian di atas, maka pengelolaan kelas merupakan keterampilan bertindak seorang guru untuk mengembangkan kerja sama dan dinamika kelas yang stabil, walaupun banyak gangguan dan perubahan dalam lingkungan. Bila kelas diberi batasan sebagai kelompok orang yang belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru, maka didalamnya terdapat orang-orang yang melakukan kegiatan dengan karakteristik meeka masing-masing yang berbeda dari satu yang lainnya.

Dokumen terkait