• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2. Problem Based Learning

Problem Based Learning menggunakan permasalahan nyata dalam pembelajaran. PBL menggunakan masalah dunia nyata dengan memanfaatkan sumber pengetahuan yang beragam. Hal ini sesuai dengan pendapat Tan (2003, h. 30) dalam Amir (2015) karakteristik yang tercakup dalam proses PBL adalah masalah digunakan pada saat awal pembelajaran, masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara mengambang (ill –structured), masalah menuntut perspektif majemuk (multiple perspective), masalah membuat pemelajar tertantang untuk mendapatkan pembelajaran yang baru, PBL mengutamakan belajar mandiri (self-direction learning), PBL memanfaatkan sumber pengetahuan yang beragam yang tidak hanya dari satu sumber saja, dan pembelajaran dalam PBL ini pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif yang membuat pemelajar bekerja dalam kelompok, berinterakasi, saling mengajarkan (peer teaching), dan melakukan presentasi.

PBL memiliki karakteristik bekerja secara kelompok dan saling berinteraksi dalam kelompok kecil sehingga dapat menyelesaikan masalah nyata bersama- sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Li (2012).

“PBL stands within the philosophy of social constructivism (Savery and Duffy 1995), which emphasises that learning is a social process, not a product. In general, it involves three main characteristics. The first is that the content is organised as a problem or a series of problems, rather than in textbook form. The second is that students work as groups to solve problems and learn from small group collaborative interactions rather than being taught by the teacher. The third is the student-centred situation: students are not in classrooms waiting for their teachers to give them instruction, but are there to construct knowledge and to establish a new level of knowledge.”

Hal ini bermakna PBL merupakan filsafat konstruktivisme sosial yang menekankan bahwa belajar adalah suatu proses sosial dan bukan menekankan pada hasil. Secara umum, PBL melibatkan tiga karakteristik utama. Pertama adalah bahwa PBL disusun sebagai masalah atau serangkaian masalah, daripada dalam bentuk uraian pada buku cetak. Kedua adalah bahwa siswa bekerja sebagai kelompok untuk memecahkan masalah dan belajar dari interaksi kolaborasi kelompok kecil daripada memperoleh penjelasan guru. Ketiga adalah PBL berpusat pada keadaan siswa. PBL membuat siswa belajar tidak hanya di ruang kelas menunggu guru untuk memberikan perintah atau tugas, tetapi guru harus membangun pengetahuan dan untuk membangun tingkat pengetahuan baru.

PBL dapat membangun dasar pengetahuan yang cukup luas dan dapat mengembangkan kemampuan belajar siswa secara mandiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Padmavathy dan Mareesh (2013).

“Goals Of PBL is problem-based curricula provide students with guided experience in learning through solving complex, real-world problems.”

Hal ini bermakna PBL memiliki tujuan sebagai kurikulum berbasis masalah. PBL mampu mengarahkan siswa menyelesaikan permasalahan. Namun dengan menggunakan PBL membutuhkan panduan pengalaman pembelajaran melalui pemecahan masalah yang kompleks. PBL juga memerlukan masalah dunia nyata dalam aplikasi di dalam kelas. PBL membuat siswa lebih memahami dengan permasalahan sekitar. Permasalahan yang tidak asing bagi kehidupan mereka sehingga mudah terserap dalam pikiran mereka.

PBL dapat menuntut siswa untuk mampu dan ahli dalam pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat Barrows dan Kelson (Amir , 2015) Problem Based Learning adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Pembelajaran dirancang dengan menyajikan masalah-masalah yang menuntut siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mampu dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar secara mandiri serta memiliki kecakapan dan bekerja sama dalam tim. Proses pembelajaran menggunakan model secara sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karier dan kehidupan sehari-hari.

PBL membuat siswa mengeksplore kemampuannya dalam kelompok kecil dan mengetahui kekurangan dan saling membantu. Hal ini sesuai dengan pendapat Baden dan Major (2004) bahwa hal penting dalam PBL memerlukan kelompok kecil dalam belajar yang membuat siswa menyelidiki masalah dan menyelesaikan penyelidikan tersebut untuk mengetahui pengetahuan dan ketrampilan. Hal ini mampu membuat keputusan tentang informasi yang diperlukan oleh siswa dan memperoleh hasil dalam pemecahan masalah yang diberikan.

PBL mampu membuat siswa berpikir kritis dengan menggunakan permasalahan dunia nyata. Hal ini sesuai dengan pendapat Hosnan (2014) Problem Based Learning bertujuan mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kemampuan pemecahan masalah, membantu mengembangkan kemampuan peserta didik sehingga aktif membangun pengetahuannya secara mandiri, dan mengembangkan kemandirian belajar dan ketrampilan sosial peserta didik yang diperoleh dari kolaborasi peserta didik dalam mengidentifikasi informasi, strategi, dan sumber

belajar yang relevan untuk menyelesaikan masalah. Pembelajaran ini merupakan suatu strategi pembelajaran yang menggunakan permasalahan dunia nyata untuk membuat peserta didik belajar mengenai cara berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah. Pembelajaran ini juga membantu siswa memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi pelajaran. Berikut langkah-langkah PBL:

Tabel 2.1 Sintaks atau Langkah-Langkah PBL

Tahap Aktifitas Guru dan Peserta Didik Tahap 1

Mengorientasi peserta didik terhadap masalah

Guru menjelaskan tujuan pem- belajaran dan sarana atau logistik yang dibutuhkan. Guru memo- tivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masa- lah nyata yang dipilih atau diten- tukan.

Tahap 2

Mengorganisasi peserta didik

Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorga- nisasi tugas belajar yang berhu- bungan dengan masalah yang sudah diorientasikan pada tahap sebelumnya

Tahap 3

Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan kejelasan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah.

Tahap 4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu peserta didik untuk berbagi tugas dan meren- canakan atau menyiapkan karya yang sesuai sebagai hasil peme- cahan masalah dalam bentuk laporan, video, atau model.

Tahap 5

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses peme- cahan masalah yang dilakukan.

PBL memiliki banyak manfaat. Menurut Amir (2015) dengan PBL memberikan peluang untuk membangun kecakapan hidup (life skills) pemelajar, pemelajar terbiasa mengatur dirinya sendiri (self directed), berpikir metakognitif (reflektif dengan pemikiran dan tindakannya), berkomunikasi dan berbagai ketercakapan terkait. Manfaat PBL ini juga dapat diringkas sebagai berikut:

1. Menjadi lebih ingat dan meningkat pemahamannya atas materi ajar. 2. Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan

3. Mendorong untuk berpikir

4. Membangun kerja tim, kepemimpinan, dan ketrampilan sosial 5. Membangun kecakapan belajar ( life long learning skills) 6. Memotivasi pemelajar

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa PBL merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa yang terjadi dalam interaksi kelompok kecil di bawah bimbingan tutor dengan menggunakan permasalahan secara nyata yang memanfaatkan berbagai sumber dalam belajar sehingga siswa dapat berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, kemandirian belajar, keterampilan sosial yang diperoleh dalam mengidentifikasi informasi, strategi, dan sumber belajar yang relevan untuk menyelesaikan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karier dan kehidupan sehari-hari.

Dokumen terkait