• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kelompok Tani Mina Bakt

4. Produksi/Operas

Fungsi produksi suatu bisnis mencakup semua aktivitas yang mengubah input menjadi barang atau jasa. Ugadi dibudidayakan oleh Kelompok Tani Mina Bakti sejak bulan Desember 2012 dan sudah berpengalaman membudidayakan udang galah pada tahun 2001 hingga 2006, sehingga petani sudah sedikit banyak memahami mengenai sifat udang galah ketika dibesarkan. Kegiatan ugadi dimulai dari persemaian, persiapan lahan, persiapan pengairan, penanaman padi, pemupukan, penebaran udang galah, pemeliharaan, panen, dan pasca panen. Secara umum proses budidaya ugadi yang dilakukan oleh Kelompok Tani Mina Bakti ditunjukkan pada Gambar 9.

Gambar 9Tahapan proses ugadi pada Kelompok Tani Mina Bakti

I. Persemaian Benih Padi

Persemaian merupakan kegiatan persiapan bibit padi dengan menebar benih padi pada lahan persemaian. Benih yang digunakan untuk persemaian adalah benih yang berkualitas baik. Benih yang akan ditebar, sebelumnya dilakukan perendaman dengan menggunakan nutrisi kemudian dijemur dan dicampur menggunakan insektisida untuk menghindari timbulnya ulat pada benih. Kemudian benih tersebut dikemas menggunakan karung hingga tumbuh tunas. Benih yang telah tumbuh tunas tersebut siap untuk disemai pada lahan persemaian yang telah disiapkan. Lahan yang digunakan untuk persemaian adalah lahan yang telah dibajak dan telah dibagi menjadi beberapa petakan. Petakan-petakan tersebut kemudian diberi arang sekam

Persemaian Benih Padi Persiapan Lahan

Persiapan Pengairan Penanaman Bibit Padi

Pemupukan Penebaran Udang Galah

Pemeliharaan

Pengendalian hama Pemberian Pakan

Pasca Panen Panen

agar benih yang ditebar tidak tenggelam karena arang sekam dapat menahan air. Selama pertumbuhan benih tersebut, kegiatan persiapan lahan dilakukan juga pada petakan sawah lainnya.

II. Persiapan Lahan

Pengolahan lahan bertujuan untuk mengubah kondisi tanah dengan berbagai cara. Persiapan lahan dilakukan dengan pembajakan lahan, perbaikan pematang, pembuatan parit keliling, dan perataan lahan.

a) Pembajakan lahan dilakukan setelah panen musim sebelumnya dengan

menggunakan hand tractor. Pembajakan bertujuan untuk membalikkan tanah agar drainase dan aerasi cukup, distribusi air menjadi lebih merata, dan mempercepat proses pembusukan sisa jerami hasil tanam sebelumnya. Sisa jerami tersebut dapat berguna untuk meningkatkan kesuburan tanah.

b) Perbaikan pematang dilakukan dengan mencangkul pematang untuk

membersihkan gulma yang tumbuh disekitar pematang. Perbaikan pematang ini juga sekaligus memperbaiki saluran pengairan antar setiap petakan sawah. Tinggi pematang sebesar 100 cm, lebar dasar 100 cm, dan lebar atas adalah 75 cm. c) Pembuatan parit keliling berguna untuk tempat pemberian pakan udang galah.

Parit dibuat keliling di pinggir area tanam padi (Lampiran 19). Kedalaman parit sebesar 70 sampai 100 cm dengan lebar 100 sampai 200 cm. Gambar 10 merupakan sketsa area untuk parit dan tanam padi.

Gambar 10 Pola lahan sawah ugadi pada Kelompok Tani Mina Bakti

d) Perataan lahan dilakukan dengan mengurangi kadar air di lahan sawah kemudian diratakan menggunakan alat tradisional terbuat dari bambu. Kemudian setelah lahan rata, dibuat pola untuk tanam padi. Pola tanam dibuat dengan jarak 20 cm x 20 cm.

III. Persiapan Pengairan

Pengairan sangat penting bagi ugadi, karena udang galah memerlukan air deras dan oksigen yang banyak. Sehingga pengairan dibuat dengan sebaiknya agar air dapat mengalir dengan deras. Ketinggian saluran air dari lahan sawah adalah 70 sampai 100 cm dengan lebar 100 cm dan ditambahkan dengan paralon berukuran 4 inch.

V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V

IV. Penanaman Bibit Padi

Proses penanaman berlangsung setelah benih tumbuh selama 14 sampai 20 hari. Setelah bibit siap ditanam, kegiatan sebelum penanaman adalah kegiatan pencabutan bibit dari lahan persemaian, kegiatan ini biasa disebut oleh petani adalah kegiatan “babut”. Bibit tersebut dipangkas bagian ujungnya. Bibit siap ditanam sesuai dengan pola petakan atau garis-garis yang telah dibuat (Lampiran 19).

V. Pemupukan

Kegiatan pemupukan pada ugadi hanya dilakukan sebanyak 1 kali, berbeda dengan budidaya padi pada umumnya yang melakukan pemupukan sebanyak 2 hingga 3 kali setelah padi ditanam. Perbedaan tersebut akibat dari adanya pemberian pakan pada udang dan pembusukan kulit udang, sehingga ada nutrisi yang juga menguntungkan bagi kesuburan tanah. Pemupukan dilakukan setelah padi ditanam selama 3 sampai 5 hari dengan dosis pupuk 15 kg untuk 1 000 m2 lahan sawah.

VI. Penebaran Udang Galah

Penebaran udang galah dilakukan setelah pemupukan dan setelah padi berumur 7 hingga 10 hari. Sebelum benih udang galah ditebar, jumlah air di sawah harus ditingkatkan terlebih dahulu karena udang galah membutuhkan air lebih banyak. Jumlah padat tebar udang galah adalah 5 sampai 20 ekor/m2. Benih udang galah yang ditebar adalah benih yang berumur 2 sampai 2.5 bulan atau biasa disebut Tokolan I (Lampiran 19).

VII. Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan ini dibagi menjadi 3 kegiatan, yakni pengendalian hama, pemberian pakan, dan pengawasan pengairan. Kegiatan pemeliharaan pada ugadi ini tidak terdapat kegiatan penyiangan, karena selama tanam hingga panen tidak terdapat rumput liar atau gulma yang tumbuh disekitar padi. Kondisi tersebut diakibatkan karena udang galah yang hidup di dasar tanah sehingga dapat mengganggu pertumbuhan rumput liar atau gulma.

a) Pengendalian hama pada budidaya ugadi tidak menggunakan insektisida selama tanam hingga panen. Insektisida tidak diberikan karena hama yang biasa menyerang tanaman padi seperti penggerek batang menjadi makanan bagi udang galah. Hama utama yang sangat mengancam adalah berang-berang atau petani biasa menyebutnya dengan “sero”. Hama tersebut menyerang ketika menjelang musim panen padi pada malam hari. Petani sekitar masih menggunakan cara tradisional untuk mengendalikan hama sero dengan memberikan sereh ataupun minyak wangi pada pematang sawah. Upaya lainnya adalah dengan mengawasi setiap malam ketika menjelang panen.

b)Pemberian pakan udang galah dilakukan sebanyak 2 kali dalam 1 hari yakni pagi dan sore hari. Kebutuhan pakan untuk 1 000 m2 luas lahan sawah adalah 180 kg. Jadi dalam 1 hari pemberian pakan sebanyak 2 sampai 3 kg untuk 2 kali pemberian pakan. Pakan ditebar di sekitar parit yang telah dibuat dan sebagian juga ditebar di sekitar lahan tanam padi. Tujuannya untuk mempermudah udang memperoleh makanan, karena pada siang hari udang lebih banyak tinggal di sekitar tanaman padi.

c) Pengawasan pengairan dilakukan setiap 2 kali sehari ketika pemberian pakan udang galah. Tujuan pengawasan air ini adalah untuk memastikan bahwa air

tetap mengalir stabil pada lahan sawah, karena udang galah memerlukan jumlah air yang besar dan juga oksigen yang banyak. Semakin tinggi ketersediaan oksigen, maka pertumbuhan udang semakin baik. Oleh sebab itu pengairan harus terjaga dengan baik.

VIII. Panen

Panen yang dilakukan pertama kali adalah udang galah, kemudian padi. Udang galah dipanen setelah berumur 90 hari, sedangkan padi dipanen setelah berumur 100 sampai 120 hari. Kegiatan pemanenan udang adalah dengan mengeringkan jumlah air yang ada di lahan sawah. Ketika air mengalir, udang akan mengikuti aliran tersebut. Sehingga udang mengumpul pada saluran air dan memudahkan untuk mengangkat udang tersebut. Setelah padi berumur 100 hari, maka pemanenan padi dapat dilakukan. Pemanenan masih dilakukan secara sederhana dengan menggunakan tenaga manusia untuk merontokkannya. Jumlah hasil panen padi selama ugadi lebih banyak dibandingkan hanya menanam padi saja. Perbandingannya untuk luas lahan 8 000 m2 adalah ketika ugadi menghasilkan gabah basah sebanyak 5 040 kg, sedangkan ketika hanya menanam padi saja sebanyak 4 480 kg. Udang galah yang dihasilkan ketika ugadi kondisinya tidak berlumut, jika dibandingkan dengan membesarkan udang galah di kolam menghasilkan udang berlumut. Survival rate untuk udang galah yang dibesarkan di sawah sebesar 90%, sedangkan di kolam hanya 70%. Ugadi memberikan keuntungan untuk hasil panen udang galah dan padi.

IX. Pasca Panen

Setelah panen udang galah dilakukan maka kegiatan berikutnya adalah penyortiran. Udang galah yang berukuran lebih dari 30 gr/ekor adalah udang galah yang diharapkan oleh konsumen. Sedangkan udang galah yang berukuran kurang dari 30 gr/ekor ditampung pada bak penampungan untuk kembali dibesarkan. Udang galah yang sesuai ukuran dikemas menggunakan sterofoam yang diisi dengan es dan siap untuk dipasarkan. Udang dalam kondisi tersebut dapat bertahan selama 2 hari 2 malam, jika lebih dari waktu tersebut maka kualitas udang mengalami penurunan. Sedangkan hasil panen padi berupa gabah basah dikemas menggunakan karung berukuran 50 kg. Gabah yang berkualitas baik, biasanya jika dikemas menggunakan karung ukuran 50 kg memiliki berat mencapai 60 kg. Kemudian gabah basah tersebut langsung dijual kepada tengkulak yang ada di wilayah sekitar.

Proses budidaya ugadi berbeda dengan budidaya padi yang biasa dilakukan. Pada budidaya padi, kegiatan yang dilakukan setelah pemupukan pertama adalah penyiangan kemudian pemupukan kembali dan penyemprotan pestisida. Pemupukan biasa dilakukan sebanyak 2 hingga 3 kali. Selain itu juga, budidaya padi pada umumnya tidak memerlukan pengairan yang deras. Sedangkan pada budidaya ugadi hanya melakukan kegiatan pemupukan sebanyak 1 kali hingga panen. Setelah tanam hingga panen juga tidak melakukan penyemprotan pestisida. Sehingga pada budidaya ugadi dapat menghemat penggunaan pupuk dan pestisida. Kegiatan tambahan yang dilakukan pada ugadi adalah pemberian pakan sebanyak 2 kali sehari dan pengontrolan air. Ugadi memerlukan pengairan yang deras karena udang galah memerlukan jumlah air dan oksigen yang banyak. Sehingga varietas padi yang digunakan untuk ugadi adalah varietas yang tahan terhadap air dalam jumlah banyak, yakni Inpari 13. Kegiatan tambahan lainnya yang dilakukan pada

ugadi adalah panen udang galah sebelum memanen padi. Selisih waktu antara memanen udang galah dan padi adalah 10 hari. Udang galah dipanen terlebih dahulu dengan mengurangi jumlah air pada sawah, kemudian 10 hari berikutnya memanen padi.

Hasil panen padi ketika ugadi, jumlahnya lebih banyak dibandingkan ketika hanya menanam padi saja. Jumlah panen padi pada musim tanam yang sama untuk lahan seluas 8 000 m2 ketika ugadi sebanyak 5 040 kg, sedangkan hanya menanam padi saja sebanyak 4 480 kg. Selisih panen padi ketika ugadi dengan hanya menanam padi saja jumlahnya cukup besar, lebih dari 0.5 ton, yakni sebesar 560 kg. Penyebab perbedaan hasil panen tersebut diantaranya adalah adanya karapas udang galah yang membusuk di lahan sawah yang dapat meningkatkan kesuburan tanah, kemudian udang galah juga memakan hama yang banyak menyerang tanaman padi yakni penggerek batang, dan tidak adanya gulma yang tumbuh hingga panen.

Jumlah hasil panen padi yang lebih banyak tentu akan memberikan pendapatan lebih besar bagi petani. Akan tetapi hasil dari penelitian BBPBAT Sukabumi menyatakan bahwa dalam 1 ha lahan mampu menghasilkan padi sebanyak 7 ton dan udang galah sebanyak 1 ton. Jika disetarakan menjadi 1 ha lahan, maka hasil panen padi yang diperoleh dari ugadi yang dilakukan Kelompok Tani Mina Bakti hanya sebanyak 6 300 kg atau setara dengan 6.3 ton. Sedangkan hasil panen udang galah menjadi 382 kg. Sehingga hasil panen ugadi yang dijalankan Kelompok Tani Mina Bakti belum mencapai target dari BBPBAT Sukabumi. Ketua kelompok menganggap kondisi tersebut wajar karena ugadi merupakan sistem budidaya yang baru dilakukan oleh petani pelaksana. Sehingga pemahaman mengenai teknis ugadi masih terbatas, sedangkan BBPBAT Sukabumi sudah sangat memahami dan rutin melakukan pengontrolan. Selain faktor sumberdaya manusia, faktor lainnya yang mempengaruhi perbedaan hasil panen tersebut adalah faktor lingkungan.

Dokumen terkait