• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Usaha Ugadi pada Kelompok Tani Mina Bakti Desa Pasir Doton, Kec. Cidahu, Kab. Sukabumi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pengembangan Usaha Ugadi pada Kelompok Tani Mina Bakti Desa Pasir Doton, Kec. Cidahu, Kab. Sukabumi"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

DESA PASIR DOTON, KEC. CIDAHU, KAB. SUKABUMI

AGUSTIANITA DAMAYANTI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

Pengembangan Usaha Ugadi pada Kelompok Tani Mina Bakti Desa Pasir Doton, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2013

(4)

Tani Mina Bakti Desa Pasir Doton, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi. Dibimbing oleh SITI JAHROH

Ugadi merupakan salah satu program yang dikembangkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan BBPBAT Sukabumi untuk meningkatkan produksi udang galah dan padi. Udang galah merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi, sedangkan padi merupakan komoditas tanaman pangan utama bagi penduduk Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis lingkungan internal dan eksternal, serta (2) merumuskan alternatif dan prioritas strategi yang dapat dilakukan oleh Kelompok Tani Mina Bakti. Faktor-faktor utama lingkungan internal dan eksternal diidentifikasi dengan matriks IFE dan EFE. Hasil dari matriks IFE dan EFE digunakan untuk dasar penyusunan alternatif strategi dengan alat analisis matriks IE dan SWOT dan menghasilkan 8 alternatif strategi yang dapat direkomendasikan kepada Kelompok Tani Mina Bakti. Tahapan terakhir adalah penentuan prioritas strategi dengan menggunakan alat analisis QSPM. Prioritas strategi yang dapat direkomendasikan untuk diterapkan terlebih dahulu oleh Kelompok Tani Mina Bakti adalah memperluas lahan untuk ugadi pada lahan persawahan milik anggota dan bekerjasama dengan ketua kelompok untuk pengadaan modal pakan dan benih udang galah.

Kata kunci : EFE, IFE, prioritas strategi, QSPM, SWOT

ABSTRACT

AGUSTIANITA DAMAYANTI. Ugadi Business Development Strategy of Mina Bakti Farmers Group at Pasir Doton Village, Cidahu Sub-District, Sukabumi District. Supervised by SITI JAHROH

Ugadi is one of the programs developed by the Ministry of Marine and Fisheries (MMAF) / Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) and BBPBAT Sukabumi in order to increase the production of shrimp and rice. Shrimp is one of fishery commodities that has a high economic value and rice is the staple food of Indonesian people. This study aims to (1) analyze the internal and external environments and (2) formulate the alternative and priority strategies for Mina Bakti farmers group. The main factors of internal and external environments were identified by IFE-EFE Matrix. The result of IFE-EFE Matrix was formulated as the alternative strategy with IE and SWOT analysis. At the final stage, the priority strategy was determined by QSPM analysis. The first priority strategy that is recommended to be implemented by Mina Bakti farmers group is to expand the land for ugadi in the rice field owned by members of Mina Bakti farmers group and collaborate with the leader group in order to provide capital for feed and shrimp fry.

(5)

Kelompok Tani Mina Bakti Desa Pasir Doton, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi. Dibimbing oleh SITI JAHROH.

Penduduk Indonesia semakin tahun jumlahnya semakin meningkat. Peningkatan jumlah penduduk tentu akan mempengaruhi jumlah kebutuhan pangan dalam negeri. Jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap jumlah kebutuhan pangan dalam negeri. Besarnya jumlah kebutuhan pangan tidak diikuti dengan peningkatan luasan lahan pertanian. Saat ini lahan pertanian mengalami penurunan jumlah luasan, akibatnya produksi beras sebagai bahan pangan utama menurun. Produksi beras dalam negeri yang menurun akan menimbulkan berbagai masalah, diantaranya kerawanan pangan dan meningkatnya impor beras. Bukan hanya produksi tanaman pangan saja yang jumlahnya menurun, tetapi produksi salah satu komoditas perikanan, yakni udang galah juga mengalami penurunan.

Penurunan produksi udang galah dan padi memicu Dinas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengembangkan program ugadi. Ugadi merupakan singkatan dari udang galah dan padi. Program ini merupakan inovasi di bidang agribisnis, yakni kolaborasi antara pertanian dengan perikanan air tawar. Ugadi tidak berbeda jauh dengan minapadi pada umumnya, hanya saja yang dibesarkan adalah udang galah. Ugadi memberikan keuntungan bagi petani karena dalam 1 kali musim tanam, petani dapat melakukan panen sebanyak 2 kali. Panen pertama yang dilakukan adalah panen udang galah dan kemudian panen padi. Udang galah memiliki nilai ekonomis tinggi dan memiliki peluang pasar domestik maupun internasional. Sedangkan padi merupakan komoditas pangan utama bagi penduduk Indonesia. Sehingga program ugadi ini diharapkan dapat meningkatkan produksi udang galah dan padi, serta meningkatkan kesejahteraan petani.

(6)

diterapkan dan direkomendasikan kepada Kelompok Tani Mina Bakti untuk mengembangkan ugadi. Penelitian dilakukan sejak bulan Maret hingga April 2013 yang berlokasi di Desa Pasir Doton, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi. Penentuan responden dengan menggunakan metode purposive sampling. Jumlah responden yang dipilih sebanyak 5 orang, yakni ketua kelompok, kepala seksi tanaman pangan, petani pelaku ugadi, penyuluh perikanan, dan kepala BP3K (Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan) Kecamatan Cidahu. Data-data yang diperlukan untuk menunjang penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur-literatur yang menunjang penelitian ini, seperti hasil penelitian terdahulu berupa jurnal, skripsi, thesis, Laporan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Badan Pusat Statistik (BPS), serta sumber informasi lainnya seperti majalah dan internet.

Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Identifikasi faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi Kelompok Tani Mina Bakti sebagai dasar perumusan strategi. Tahapan yang perlu dilakukan sebanyak 3 tahap yakni tahap pengumpulan input (input stage), tahap pencocokan (matching stage), dan tahap keputusan (decision stage). Tahap pertama, yakni pengumpulan input pada lingkungkan internal menghasilkan 9 kekuatan dan 3 kelemahan. Kekuatan utama yang dimiliki Kelompok Tani Mina Bakti adalah sudah memiliki pelanggan tetap untuk udang galah dan padi dengan nilai tertimbang 0.484 sedangkan yang menjadi kelemahan utama adalah sistem manajemen Kelompok Tani Mina Bakti yang belum berjalan dengan optimal dengan nilai tertimbang 0.072. Analisis lingkungan eksternal menghasilkan 8 peluang dan 5 ancaman. Peluang utama yang potensial adalah adanya Dana Alokasi Khusus (DAK) dari pemerintah setempat untuk pengembangan ugadi dengan nilai tertimbang 0.392 sedangkan ancaman utama adalah perubahan harga input produksi dengan nilai tertimbang 0.156.

(7)

DESA PASIR DOTON, KEC. CIDAHU, KAB. SUKABUMI

AGUSTIANITA DAMAYANTI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Nama : Agustianita Damayanti

NIM : H34114016

Disetujui oleh Pembimbing

Siti Jahroh, Ph.D 19771126 200812 2 001

Diketahui oleh

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS. 19580908 198403 1 002

(9)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat, karunia, dan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Strategi Pengembangan Usaha Ugadi pada Kelompok Tani Mina Bakti Desa Pasir Doton, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi. Shalawat serta salam semoga selalu tetap tercurahkan kepada panutan kita Nabi Muhammad SAW, beserta sahabatnya, keluarganya, serta pengikutnya hingga akhir masa.

Penelitian ini dilakukan untuk membantu Kelompok Tani Mina Bakti dalam mengembangkan ugadi, sehingga penelitian ini penting untuk dilakukan mengingat Kelompok Tani Mina Bakti merupakan satu-satunya kelompok tani yang dipilih untuk mengembangkan ugadi di wilayah Jawa Barat. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi Kelompok Tani Mina Bakti, serta merumuskan dan memprioritaskan strategi yang dapat direkomendasikan dan diterapkan oleh Kelompok Tani Mina Bakti dalam mengembangkan ugadi.

Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan sebagai bahan rujukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

Bogor, Juni 2013

(10)

Penulis lahir di Sukabumi, sebuah kota di Provinsi Jawa Barat pada tanggal 25 Agustus 1990 dengan nama Agustianita Damayanti. Penulis merupakan anak pertama dari 5 bersaudara dari pasangan Bapak Adhi dan Ibu Ade Tuti. Masa pendidikan penulis dilakukan di kota yang berbeda dengan kota kelahiran penulis. Penulis mengikuti pendidikan dasar di SD Negeri 2 Wonomarto dan lulus pada tahun 2002. Pendidikan tingkat menengah pertama dapat diselesaikan penulis pada tahun 2005 di SMP Negeri 6 Kotabumi. Masih di kota yang sama, penulis melanjutkan sekolah di jenjang selanjutnya. Penulis melanjutkan di SMA Negeri 2 Kotabumi, pada saat masuk SMA Negeri ini penulis dapat masuk melalui jalur khusus, yakni tanpa tes. Jalur khusus ini diperoleh dengan berdasarkan peringkat yang diperoleh penulis selama sekolah di SMP Negeri sebelumnya. Penulis dapat menyelesaikan pendidikan di SMA pada tahun 2008. Masih di tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Keahlian Manajemen Agribisnis, Diploma III Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selama menjalani pendidikan di Diploma III IPB, penulis aktif di beberapa organisasi. Penulis tergabung dalam organisasi DKM Al-Ghifari, LBM (Laboraturium Bisnis Mahasiswa), BIM (Badan Informasi Mahasiswa), dan menjadi panitia pada acara-acara yang diselenggarakan BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa). Penulis dapat menyelesaikan pendidikan Diploma III pada tahun 2011 dan mendapat gelar Ahli Madya. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan kembali pada Alih Jenis Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama kuliah, penulis ikut serta dalam penyusunan buku kumpulan cerita pendek yang

diadakan Faster (Forum Agribussines Students Transfer Program) dengan

(11)

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari peran serta berbagai pihak yang membantu penyusunan skripsi hingga tuntas. Sebagai bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Siti Jahroh, Ph.D selaku dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan arahan,

meluangkan waktu, serta memberikan dukungan moril kepada penulis selama penyusunan skripsi.

2. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen evaluator dan dosen penguji utama, serta Arif Karyadi Uswandi, SP selaku dosen penguji komisi akademik yang telah memberikan banyak masukan demi kesempurnaan skripsi.

3. Dra. Yusalina, MSi selaku dosen pembimbing akademik atas saran dan dukungan moril yang diberikan.

4. Bapak Irwan, Bapak H. Mahfud dan Kelompok Tani Mina Bakti atas waktu, kesempatan, dan informasi yang diberikan.

5. Kedua orang tua atas doa yang tulus dan kasih sayang, serta dukungan moril maupun materil yang diberikan dalam penyelesaian skripsi. Adik-adik tercinta Desyana Dwi Astuti, Mayrani Tri Pratiwi, Elvira Farhatunnisa, dan Elvina Farhatunnisa atas dorongan semangat yang diberikan.

6. Keluarga besar Bapak Amil yang sudah memberikan tempat tinggal selama

penelitian berlangsung.

7. Staf Kecamatan Cidahu dan BP3K Kecamatan Cidahu atas informasi yang

diberikan.

8. Seluruh dosen dan staf sekretariat Program Studi Penyelenggaraan Khusus (Alih Jenis Agribisnis) yang telah memberikan pengetahuan dan bantuan selama masa perkuliahan.

9. Nunut Amalia, Dewi Puspitasari, Arfiati Addienta M., Yudithia Lisanti, Primalia Arwita, Mega Devita, Era Purnamasari, Wawan Hernawan, Aditya Dwi Nugraha, Keisti Law P., dan Ferdhy Firdaus atas bantuan dan dukungan moril yang diberikan. 10.Seluruh teman-teman Penyelenggaraan Khusus 7, Alih Jenis 1, Alih Jenis 2, dan Alih Jenis 3 atas semangat, dukungan dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi.

11.Teman-teman alumni SMA N 2 Kotabumi 2008, alumni DIII Manajemen

Agribisnis angkatan 45 Institut Pertanian Bogor, dan Kosan Sanggabuana atas dukungan yang diberikan.

12.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.

Bogor, Juni 2013

(12)

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Ruang Lingkup Penelitian 7

Tujuan Penelitian 7

Manfaat Penelitian 8

TINJAUAN PUSTAKA 8 Program Ugadi 8

Analisis Ekonomi Budidaya Udang Galah dan Padi 9

Strategi Pengembangan Udang Galah dan Padi 10

KERANGKA PEMIKIRAN 13 Kerangka Pemikiran Teoritis 13

Kerangka Pemikiran Operasional 22

METODE PENELITIAN 25 Tempat dan Waktu Penelitian 25

Jenis dan Sumber Data 25

Penentuan Responden 26

Metode Pengolahan Data 26

HASIL DAN PEMBAHASAN 32 Gambaran Umum Kelompok Tani Mina Bakti 32

Analisis Lingkungan Internal 37

Analisis Lingkungan Eksternal 46

Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal 50

Tahap Pengumpulan Input (Input Stage) 53

Tahap Pencocokan (Matching Stage) 56

Tahap Keputusan (Decision Stage) 63

SIMPULAN DAN SARAN 64 Simpulan 64

Saran 65

(13)

2 Penilaian bobot faktor strategis internal 27

3 Penilaian bobot faktor strategis eksternal 27

4 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) 28

5 Matriks External Factor Evaluation (EFE) 28

6 Matriks Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats (SWOT) 30

7 Matriks Quantitative Strategic Planning (QSPM) 31

8 Data jumlah penduduk Desa Pasir Doton tahun 2011 berdasarkan mata pencaharian 32

9 Anggota Kelompok Tani Mina Bakti berdasarkan tingkat pendidikan 36

10 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan laju pertumbuhan

Kota Sukabumi, tahun 2007-2011 46

11 Kekuatan dan kelemahan Kelompok Tani Mina Bakti 51

12 Peluang dan ancaman Kelompok Tani Mina Bakti 52

13 Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Kelompok Tani Mina Bakti 54

14 Matriks EFE (External Factor Evaluation) Kelompok Tani Mina Bakti 55

15 Keterkaitan Strategi pada Matriks IE dengan Matriks SWOT pada

Kelompok Tani Mina Bakti 58

16 Urutan alternatif strategi berdasarkan TAS pada Kelompok Tani Mina Bakti 63

DAFTAR GAMBAR

1 Grafik pertumbuhan penduduk Indonesia tahun 1971-2010. Indonesia 1

2 Perkembangan produksi beras nasional tahun 2009-2011. Jawa,

Luar Jawa, Indonesia 2

3 Kerangka kerja analitis untuk perumusan strategi 15

4 Hubungan antara kekuatan-kekuatan eksternal utama dengan organisasi 18

5 Model 5 kekuatan dari kompetisi 19

6 Diagram alur kerangka pemikiran operasional strategi pengembangan usaha ugadi pada Kelompok Tani Mina Bakti Desa Pasir Doton, Kecamatan Cidahu,

Kabupaten Sukabumi 24

7 Matriks Internal-External (IE) 29

8 Struktur organisasi Kelompok Tani Mina Bakti 35

9 Tahapan proses ugadi pada Kelompok Tani Mina Bakti 41

10 Pola lahan sawah ugadi pada Kelompok Tani Mina Bakti 42

(14)

1 Daftar pertanyaan wawancara 70

2 Kuesioner penentuan bobot dan peringkat/rating 75

3 Kuesioner penentuan skor daya tarik 83

4 Matriks perbandingan berpasangan dan peringkat/rating faktor internal

(responden 1/ ketua Kelompok Tani Mina Bakti) 86 5 Matriks perbandingan berpasangan dan peringkat/rating faktor internal

(responden 2 / kepala seksi tanaman pangan Kelompok Tani Mina Bakti) 86

6 Matriks perbandingan berpasangan dan peringkat/rating faktor internal

(responden 3 / petani pelaksana ugadi) 87

7 Matriks perbandingan berpasangan dan peringkat/rating faktor internal

(responden 4 / penyuluh perikanan) 87

8 Matriks perbandingan berpasangan dan peringkat/rating faktor internal

(responden 5 / kepala BP3K Kecamatan Cidahu) 88

9 Matriks perbandingan berpasangan dan peringkat/rating faktor internal

rata-rata dari kelima responden 88

10 Matriks perbandingan berpasangan dan peringkat/rating faktor eksternal

(responden 1/ ketua Kelompok Tani Mina Bakti) 89

11 Matriks perbandingan berpasangan dan peringkat/rating faktor eksternal

(responden 2 / kepala seksi tanaman pangan Kelompok Tani Mina Bakti) 89

12 Matriks perbandingan berpasangan dan peringkat/rating faktor eksternal

(responden 3 / petani pelaksana ugadi) 90

13 Matriks perbandingan berpasangan dan peringkat/rating faktor eksternal

(responden 4 / penyuluh perikanan) 90

14 Matriks perbandingan berpasangan dan peringkat/rating faktor eksternal

(responden 5 / kepala BP3K Kecamatan Cidahu) 91

15 Matriks perbandingan berpasangan dan peringkat/rating faktor eksternal

rata-rata dari kelima responden 91

16 Analisis matriks SWOT pada Kelompok Tani Mina Bakti 92

17 Matriks perencanaan strategi kuantitatif (Quantitative Strategic Planning

Matrix-QSPM) 93

18 Analisa usaha ugadi 95

19 Foto-foto kegiatan ugadi 96

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jumlah penduduk Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Gambar 1 menunjukkan jumlah penduduk Indonesia mengalami peningkatan dimulai dari tahun 1971 hingga 2010. Berdasarkan data sensus penduduk, jumlah penduduk Indonesia meningkat sebesar 99.34% dari tahun 1971 hingga 2010. Pada tahun 1971, penduduk Indonesia hanya berkisar 110 juta jiwa dan kemudian meningkat semakin bertambah tahun. Jumlah penduduk Indonesia yang terakhir tercatat pada tahun 2010 mencapai 237 641 326 jiwa. Peningkatan jumlah penduduk akan mempengaruhi meningkatnya pembangunan dan kebutuhan pangan dalam negeri. Pembangunan yang semakin meningkat akan mengancam penggunaan lahan pertanian sebagai media tanam untuk memenuhi kebutuhan pangan.

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 2012

Gambar 1 Grafik pertumbuhan penduduk Indonesia tahun 1971-2010. Indonesia

Lahan pertanian memiliki peran yang sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat. Sebagian besar pangan penduduk Indonesia merupakan komoditas pertanian, oleh karena itu lahan pertanian sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat, lahan pertanian justru semakin berkurang luasannya. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa pada tahun 2012, Indonesia masih kekurangan lahan seluas 8.2 juta hektar untuk mengatasi kekurangan pangan yang terjadi. Luas lahan pertanian yang menurun juga dipengaruhi oleh pembangunan yang banyak terjadi saat ini. Penurunan luas lahan pertanian berdampak pada penurunan produksi salah satu pangan utama Indonesia, yakni beras.

0 50 100 150 200 250

1971 1980 1990 1995 2000 2010

J

um

lah

Pendu

du

k

( ju

ta

jiw

a

)

(16)

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 2012

Gambar 2 Perkembangan produksi beras nasional tahun 2009-2011. Jawa, Luar Jawa, Indonesia

Produksi beras nasional mengalami penurunan pada tahun 2010 hingga 2011. Gambar 2 menunjukkan bahwa produksi beras nasional menurun sebesar 0.71 juta ton. Pulau Jawa yang merupakan pemasok 60% dari produksi beras nasional juga mengalami penurunan produksi sebesar 1.97 juta ton pada tahun 2010 sampai 2011. Penurunan produksi beras dalam negeri sangat disayangkan karena beras merupakan komoditas pangan utama bagi penduduk Indonesia. Kondisi tersebut akan menimbulkan beberapa permasalahan, seperti kerawanan pangan dan peningkatan jumlah impor beras. Peningkatan jumlah impor beras akan berpengaruh pada kesejahteraan petani Indonesia. Kualitas produk impor yang lebih baik dengan harga yang lebih murah, akan meningkatkan persaingan antar produk lokal.

Komoditas lainnya yang mengalami penurunan produksi adalah udang galah. Udang galah merupakan komoditas ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan permintaan udang galah berasal dari pasar domestik dan internasional. Permintaan pasar udang galah yang besar tidak didukung dengan peningkatan jumlah produksi udang galah. Produksi udang galah di Indonesia mengalami penurunan sebesar 53.54%. Pada tahun 2010 produksi udang galah nasional sebesar 1 328 ton, sedangkan tahun 2011 produksi udang galah hanya sebesar 617 ton.1

Kondisi penurunan produksi beras dan produksi udang galah memicu Dinas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggalakkan program “Ugadi” sejak tahun 2012. Ugadi merupakan singkatan dari udang galah dan padi. Program ini merupakan inovasi di bidang agribisnis, yakni kolaborasi antara pertanian dengan perikanan air tawar. Ugadi tidak berbeda jauh dengan minapadi, jika kegiatan

1

(17)

minapadi biasanya memanfaatkan lahan sawah untuk budidaya padi dan ikan, sedangkan ugadi memanfaatkan lahan sawah untuk menanam padi dan budidaya udang galah. Program KKP ini bertujuan untuk meningkatkan semangat petani agar tetap membudidayakan padi dengan tidak menjual lahan sawah untuk pembangunan, serta untuk memberikan nilai tambah bagi petani, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. KKP menargetkan akan mengembangkan program ugadi ini seluas 2 000 ha lahan sawah untuk meningkatkan produksi udang galah dan padi. Selain itu juga untuk dapat meningkatkan pendapatan petani dari usahatani di lahan sawah.

Uji coba ugadi pertama kali dilakukan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi untuk melihat keberhasilannya. Hasil yang diperoleh adalah 100 kg untuk udang galah dan 700 kg padi dari 1 000 m2 sawah. Sehingga hasil dari produksi padi yang diperoleh sebesar 7 ton/ha, sedangkan jika hanya menanam padi hanya menghasilkan antara 6 sampai 6.5 ton padi. Udang galah yang dihasilkan per hektarnya adalah 1 ton dengan survival rate mencapai 90%, sedangkan survival rate untuk budidaya udang galah di kolam hanya mencapai 70%. Keunggulan ugadi bukan hanya optimalisasi penggunaan input produksi saja, tetapi juga dapat memberikan keuntungan antara 2 komoditas. Sebelumnya kelompok tani yang berada di wilayah Ciamis dan Garut juga sudah mengembangkan minapadi udang galah dan dapat berjalan dengan baik, sehingga berdampak pada peningkatan jumlah pendapatan yang diperoleh petani. Harapannya lokasi-lokasi lain yang mengembangkan ugadi ini tentu dapat berjalan lebih baik dan optimal lagi.

Lokasi yang dipilih untuk mengembangkan program ugadi pertama kali adalah Pulau Jawa. Pulau Jawa dipilih karena mampu memasok 60% produksi pangan nasional. Luasan lahan sawah yang dimiliki Pulau Jawa hanya 40% dari total luas lahan sawah nasional2. Pengembangan ugadi di Pulau Jawa dibagi menjadi 4 titik, yakni Jawa Timur, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Barat. Lokasi di Jawa Barat yang dipilih adalah Kabupaten Sukabumi. Sukabumi memiliki wilayah seluas 4 800 ha, lahan sawah seluas 1 751 ha atau sekitar 36.48% dari total wilayah keseluruhan. Sisanya yakni sebesar 63.52% atau seluas 3 049 ha merupakan lahan kering. Luasan lahan sawah tersebut juga telah mengalami penurunan. Penurunan yang terjadi terlihat antara tahun 2010 dan 2011, sebesar 5.04%. Penurunan luasan sawah tersebut juga berdampak pada hasil produksi padi yang juga mengalami penurunan sebesar 7.05%. Produksi padi pada tahun 2010 sebesar 27 920.94 ton, sedangkan pada tahun 2011 menurun menjadi 27 652.00 ton (Sukabumi dalam Angka 2012). Penurunan jumlah produksi padi di Sukabumi tentu sangat disayangkan, karena Sukabumi juga penyumbang produksi padi. Program ugadi yang dilakukan di Sukabumi tentunya juga berguna untuk meningkatkan semangat petani untuk tetap mengolah lahan sawah dan menekan jumlah penjualan lahan sawah.

2 Kementerian Pertanian, Ketersediaan Lahan Pertanian dan Air untuk Mencapai Kedaulatan Pangan.

(18)

Lokasi pengembangan ugadi di Kabupaten Sukabumi yang dipilih oleh KKP tepatnya pada Kelompok Tani Mina Bakti yang berada di Kecamatan Cidahu seluas 8 000 m2, dan 2 000 m2 berada di Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi. Kelompok Tani Mina Bakti dipilih oleh KKP karena sebelumnya telah membudidayakan udang galah pada kolam budidaya, yakni pada tahun 2001 hingga 2006. Kelompok Tani Mina Bakti juga sudah sering mendapatkan bantuan dari pemerintah setempat, seperti bantuan pupuk, benih, handtractor, dan bantuan lainnya berupa modal usaha. Aktifnya ketua dan anggota Kelompok Tani Mina Bakti dalam berbagai kegiatan yang diadakan oleh pemerintah setempat, menyebabkan Kelompok Tani Mina Bakti dipandang memiliki semangat yang tinggi dalam mengembangkan pertanian. Oleh sebab itu, Kelompok Tani Mina Bakti terpilih untuk mengembangkan ugadi di wilayah Cidahu.

Program ugadi disambut dengan baik oleh anggota Kelompok Tani Mina Bakti, terutama setelah mengetahui keunggulan dari ugadi. Budidaya udang galah di sawah ternyata berlangsung lebih singkat jika dibandingkan dengan budidaya udang galah di kolam. Sehingga dalam 1 kali musim tanam, petani dapat memanen udang galah dan padi. Oleh karena itu, banyak anggota kelompok tani yang menginginkan untuk melakukan ugadi pada lahan sawah yang dimiliki anggota. Pengembangan usaha ugadi pada Kelompok Tani Mina Bakti sangat dibutuhkan untuk inovasi usaha yang dijalankan oleh anggota kelompok. Kelompok tani memiliki peran yang penting dalam membantu mengembangkan pertanian, karena kelompok tani merupakan wadah bagi petani-petani kecil yang memiliki keinginan besar dalam mengembangkan pertanian, tetapi terbatas dengan modal usaha dan akses pengetahuan di bidang pertanian. Begitu juga dengan Kelompok Tani Mina Bakti yang memiliki anggota berupa petani kecil tetapi memiliki keinginan besar dalam mengembangkan pertanian.

(19)

Perumusan Masalah

Program ugadi yang dikembangkan oleh KKP bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan dan mengefisiensikan penggunaan lahan sawah. Metode ugadi sudah lama dikenal dengan minapadi udang galah, akan tetapi belum banyak petani yang mengembangkan secara intensif. Budidaya ugadi merupakan budidaya terpadu yang dapat meningkatkan produktivitas lahan sawah, yakni tidak mengurangi produksi padi dan juga dapat menghasilkan udang galah yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Adanya program ugadi, diharapkan petani dapat memperoleh tambahan pendapatan dan juga dapat menekan jumlah penjualan lahan pertanian. Sehingga KKP menargetkan ugadi dapat dikembangkan seluas 2 000 ha pada lahan sawah yang ada di Indonesia.

Program ugadi ini dilakukan pertama kali dengan memberikan pakan udang galah, benih udang galah, dan dana untuk biaya tambahan pembuatan parit dan pembelian paralon kepada petani pelaku ugadi. Bantuan tersebut merupakan bantuan hibah yang diberikan tanpa memerlukan pengembalian, hanya diperlukan laporan pertanggungjawaban dari petani yang terpilih untuk mengembangkan ugadi. Akan tetapi, petani pelaku ugadi pada Kelompok Tani Mina Bakti hanya menerima bantuan berupa pakan dan benih udang galah untuk lahan seluas 8 000 m2 saja, sedangkan dana untuk biaya pembuatan parit dan pembelian paralon tidak diterima oleh petani pelaku ugadi. Kondisi tersebut membebankan petani yang melaksanakan ugadi, karena harus mengeluarkan biaya produksi tambahan. Petani tidak mengetahui mengapa dana tersebut tidak sampai diturunkan kepada petani pelaksana ugadi pada Kelompok Tani Mina Bakti. Niat yang besar untuk mengembangkan ugadi menjadikan petani pelaksana ugadi pada Kelompok Tani Mina Bakti tetap melaksanakan ugadi hingga panen, bahkan kini petani tersebut tetap mengembangkan ugadi. Petani tidak mempermasalahkan dana bantuan yang tidak diperoleh. Petani pelaksana ugadi mengatakan bahwa ilmu lebih penting dibandingkan dana, karena jika ilmu mengenai ugadi telah diperoleh maka petani dapat mengembangkan lebih lanjut dan tentu nantinya akan memperoleh tambahan keuntungan.3

Kelompok Tani Mina Bakti yang merupakan kelompok tani pelaksana ugadi pertama kali di Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi memiliki potensi yang dapat digunakan untuk mengembangkan pertanian, seperti lahan pertanian yang luas, sumber pengairan yang tersedia dengan baik, dan anggota kelompok yang memiliki semangat tinggi untuk mengembangkan pertanian. Pengembangan pertanian yang sudah dilakukan Kelompok Tani Mina Bakti seperti melakukan minapadi ikan konsumsi, membudidayakan sayuran pada lahan sawah ketika hama padi banyak menyerang, dan juga melakukan penjualan hasil panen sayuran langsung ke pasar bukan kepada tengkulak lagi. Kelompok Tani Mina Bakti sebagai sebuah unit bisnis yang dapat membantu anggota dalam menjalankan usaha pertanian. Peran sebuah kelompok tani sangat terlihat ketika membantu petani sebagai anggota dalam menyelesaikan kendala ketika menjalankan aktivitas bisnisnya dan saling

(20)

membahu dalam mengembangkan usaha yang dijalankan. Kelompok Tani Mina Bakti sering mengadakan pertemuan antar anggota untuk memperkuat silaturahmi dan menyampaikan segala hal yang berkaitan dengan usaha yang dijalankan. Sebagian besar anggota kelompok melakukan usaha budidaya padi. Hasil penjualan dari usahatani padi yang dijalankan anggota merupakan pendapatan yang diperoleh petani.

Program ugadi yang dikembangkan oleh KKP ini dapat memberikan keuntungan bagi petani, karena adanya tambahan komoditas yang dapat dipanen oleh petani dalam 1 kali musim tanam, yakni udang galah. Harga jual udang galah yang lebih besar dibandingkan ikan konsumsi lainnya dapat memberikan pendapatan yang lebih besar bagi petani. Akan tetapi harga udang yang tinggi tersebut menyebabkan tidak semua orang mampu untuk membeli, sehingga segmentasi udang galah adalah kalangan menengah ke atas. Oleh sebab itu, setiap pengusaha udang galah harus memiliki pasar yang pasti untuk memasarkan udang galah. Kelompok Tani Mina Bakti sudah memiliki pelanggan tetap untuk udang galah yakni rumah makan yang berada di Sukabumi. Kondisi tersebut menjadi kekuatan bagi Kelompok Tani Mina Bakti dalam mengembangkan ugadi.

Kelompok Tani Mina Bakti memiliki 43 ha lahan sawah yang dapat digunakan untuk pengembangan ugadi. Ugadi yang sudah dijalankan oleh Kelompok Tani Mina Bakti pertama kali hanya seluas 8 000 m2. Hasil panen yang diperoleh yakni sebanyak 5 040 kg gabah basah dan 305 kg udang galah. Hasil panen tersebut belum sesuai dengan target yang sudah ditetapkan oleh BBPBAT Sukabumi yakni untuk 1 ha lahan sawah dapat menghasilkan 7 ton gabah basah dan 1 ton udang galah. Sedangkan jika hasil panen dari Kelompok Tani Mina Bakti disetarakan dalam 1 ha menghasilkan hanya 6.3 ton gabah basah dan 382 kg udang galah. Tidak tercapainya target panen dari ugadi yang dilakukan oleh Kelompok Tani Mina Bakti adalah perbedaan teknis untuk ugadi dengan usahatani padi yang biasa dilakukan petani sehingga petani memerlukan penyesuaian terlebih dahulu, dan faktor lingkungan sekitar lahan sawah.

Kelompok Tani Mina Bakti ingin mengembangkan budidaya ugadi pada lahan sawah yang dimiliki anggota kelompok, karena pendapatan yang diperoleh dari usahatani padi saja terkadang tidak memberikan keuntungan bagi petani. Sehingga petani berharap dengan budidaya ugadi ini dapat memberikan keuntungan yang lebih baik bagi petani.4 Selain itu, Kelompok Tani Mina Bakti juga ingin meningkatkan jumlah padat tebar benih udang galah. KKP melakukan ugadi dengan padat tebar benih udang galah 5 sampai 10 ekor/m2, sedangkan Kelompok Tani Mina Bakti ingin meningkatkan jumlah padat tebar hingga mencapai titik optimal jumlah padat tebar. Pengembangan yang diharapkan Kelompok Tani Mina Bakti untuk memperluas lahan ugadi tersebut masih terkendala dengan persediaan benih udang galah yang siap dibesarkan di lahan sawah. Udang galah ukuran Tokolan I atau udang galah berumur sekitar 2 sampai 2.5 bulan merupakan udang yang ditebar pada lahan sawah. Benih udang galah hanya di-supply oleh BBPBAT Sukabumi, dan itupun persediaannya

(21)

tidak selalu ada. Masalah lainnya yang dihadapi oleh Kelompok Tani Mina Bakti adalah terbatasnya ketersediaan modal usaha dari masing-masing anggota sedangkan harga input produksi pertanian selama ini sering mengalami kenaikan. Kenaikan harga input produksi tidak dapat dihindari oleh petani sehingga banyak petani yang mengalami kerugian. Kerugian tersebut juga dipengaruhi dengan ancaman lainnya yakni serangan hama.

Berdasarkan uraian di atas, maka Kelompok Tani Mina Bakti perlu merumuskan strategi usaha yang tepat dengan mengenali lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi usaha ugadi untuk mencapai tujuan usaha. Adapun permasalahan yang akan dianalisis adalah sebagai berikut:

1) Faktor-faktor internal dan eksternal apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta ancaman dan peluang apa yang akan dihadapi oleh Kelompok Tani Mina Bakti dalam mengembangkan ugadi?

2) Bagaimana strategi usaha ugadi yang tepat dan dapat diterapkan oleh Kelompok Tani Mina Bakti dan bagaimana prioritas strategi yang dapat direkomendasikan kepada Kelompok Tani Mina Bakti untuk mengembangkan ugadi?

Ruang Lingkup Penelitian

Kelompok Tani Mina Bakti memiliki usaha di bidang pertanian, seperti padi, palawija, sayuran, ikan konsumsi, dan juga Kelompok Tani Mina Bakti memiliki Koperasi Mitra Tani. Kegiatan di sawah juga tidak semata-mata hanya menanam padi saja, anggota kelompok juga melakukan minapadi, dan sekarang berkembang menjadi ugadi. Penelitian ini difokuskan pada pengembangan ugadi yang dilakukan anggota Kelompok Tani Mina Bakti dengan menganalisis lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi usaha ugadi pada Kelompok Tani Mina Bakti. Selain itu juga merumuskan alternatif strategi yang disesuaikan dengan kondisi Kelompok Tani Mina Bakti dan menetapkan strategi prioritas yang dapat dilakukan oleh Kelompok Tani Mina Bakti.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1)Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta ancaman dan peluang yang akan dihadapi oleh Kelompok Tani Mina Bakti dalam mengembangkan ugadi.

2)Merumuskan dan memprioritaskan strategi terbaik yang dapat diterapkan dan

direkomendasikan kepada Kelompok Tani Mina Bakti dalam

(22)

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait, antara lain:

1) Kelompok Tani Mina Bakti dan lembaga yang terlibat, sebagai bahan informasi untuk melaksanakan kerjasama yang saling menguntungkan dalam pengembangan usaha ugadi. Selain itu juga dapat berguna sebagai bahan masukan strategi-strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan usaha ugadi.

2) Pemerintah daerah setempat, yaitu digunakan untuk bahan masukan dalam menetapkan dan menerapkan kebijaksanaan untuk mengembangkan usaha ugadi.

3) Penulis, yaitu digunakan untuk sarana latihan penerapan ilmu atau teori yang telah didapat selama masa perkuliahan dan menambah pengalaman agar dapat diterapkan ditengah masyarakat.

TINJAUAN PUSTAKA

Program Ugadi

Ugadi merupakan singkatan dari udang galah dan padi. Program ini mulai digalakkan oleh KKP sejak tahun 2012, yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani yang diperoleh dari hasil usahatani di sawah. Kegiatan ugadi merupakan pembesaran udang galah di sawah, atau dengan kata lain minapadi udang galah. Pembesaran udang galah di sawah ini bukan merupakan kegiatan pertama kali dilakukan. Kawasan Ciamis sebelumnya sudah mengembangkan minapadi udang galah, terlihat dari hasil penelitian Fitriyanti (2004) yang menyatakan bahwa komoditas udang galah dapat memberikan keuntungan yang lebih baik karena sumber penghasilan dari usahatani padi yang bersifat subsistem tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan hidup keluarga petani. Usahatani padi yang dilakukan oleh petani selama ini masih belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan hidup petani. Melalui minapadi udang galah dapat meningkatkan pendapatan petani. Nisa (2006) menyatakan bahwa minapadi udang galah memberikan keuntungan yang lebih besar jika dibandingkan dengan minapadi dengan ikan konsumsi lainnya. Hal ini dilihat dari harga jual udang galah yang lebih besar dibandingkan dengan harga jual ikan konsumsi lainnya. Dengan demikian program ugadi ini sangat baik untuk dikembangkan karena dapat memberikan keuntungan bagi petani lebih besar.

(23)

sebesar 617 ton. Pulau Jawa mampu memproduksi sebanyak 616 ton, sedangkan sisanya sebesar 1 ton diproduksi oleh Provinsi Nusa Tenggara Barat. Produksi terbesar udang galah di Pulau Jawa adalah Provinsi Jawa Barat, yakni sebesar 336 ton, kemudian Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 258 ton, dan sisanya sebesar 22 ton diproduksi oleh Provinsi Jawa Timur (BPS, 2012). Oleh karena itu KKP berharap program ugadi ini dapat meningkatkan jumlah produksi udang galah dan padi, agar masalah krisis pangan di Indonesia dapat sedikit teratasi.

Ugadi dapat memberikan keuntungan bagi padi dan udang galah, atau dapat dikatakan dengan kegiatan simbiosis mutualisme. Padi dapat memperoleh tambahan unsur hara dari kotoran udang galah, sedangkan udang dapat memanfaatkan tanaman padi untuk tempat berlindung dari sinar matahari dan mangsa ketika pergantian kulit atau molting. Pada saat molting, udang berbau amis sehingga memungkinkan antara udang satu dengan lainnya dapat menjadi mangsa. Tempat berlindung atau shelter

ketika budidaya di sawah adalah tanaman padi, sehingga tidak memerlukan penambahan shelter lagi seperti budidaya udang di kolam. Oleh sebab itu pola tumpang sari dengan udang galah ini tidak mengganggu produktivitas padi, justru dapat meningkatkan produktivitas padi dan mempercepat waktu budidaya udang galah. jika budidaya udang galah di kolam membutuhkan waktu selama 7 bulan untuk mencapai ukuran 30 gr/ekor atau ukuran siap konsumsi, sedangkan budidaya udang di sawah hanya membutuhkan waktu selama 5 bulan hingga mencapai ukuran siap konsumsi. Jarak panen udang galah yang berdekatan dengan jarak panen padi dapat menguntungkan bagi petani. Udang galah dapat dipanen setelah 90 hari tebar, sedangkan padi dapat dipanen setelah 100 hari tanam. Sehingga dalam 1 kali musim tanam, petani dapat memanen sebanyak 2 kali. Tambahan keuntungan lainnya dari ugadi ini adalah efisiensi penggunaan input produksi seperti pestisida dan pakan, karena hama dari padi seperti penggerek batang akan dimakan oleh udang.

Analisis Ekonomi Budidaya Udang Galah dan Padi

Budidaya udang galah sudah cukup banyak dibudidayakan di wilayah Pulau Jawa, dilihat dari hasil produksi udang galah terbesar dihasilkan di Pulau Jawa. Hanya saja masih banyak kendala yang dialami oleh pengusaha budidaya udang galah. Zepriana (2010) mengatakan bahwa efisiensi penggunaan faktor produksi masih kurang tepat dan optimal. Sehingga produksi udang galah di Ciamis masih lebih rendah dibandingkan dengan udang windu dan vaname. Padahal udang galah memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dan memiliki potensi pasar yang luas. Oleh sebab itu dibutuhkan pembinaan atau penyuluhan agar dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pembudidaya untuk meningkatkan hasil produksi udang galah.

(24)

udang galah layak untuk dilaksanakan jika dipandang dari sudut pandang ekonomi karena udang galah memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan menduduki posisi pertama dalam pengelompokkan produk berdasarkan selera pasar serta digemari oleh konsumen. Usaha budidaya udang galah cenderung memberikan keuntungan lebih besar kepada pengusaha dan usaha ini lebih peka terhadap perubahan harga output dibandingkan perubahan harga input produksi.

Perkembangan usaha udang galah mempunyai 2 dimensi, yaitu dimensi teknologi dan dimensi masalah ekonomi. Berdasarkan dimensi teknologi adalah dengan menentukan teknologi yang dapat menghasilkan udang galah yang maksimal. Sedangkan berdasarkan dimensi ekonomi menentukan bentuk usaha yang dipilih yang dapat menguntungkan atau meningkatkan pendapatan pembudidaya udang galah (Suparmono, 2008). Salah satu program yang diupayakan oleh KKP dan bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan adalah mengembangkan ugadi. Ugadi merupakan bentuk usaha yang dapat memberikan keuntungan bagi petani yang memiliki lahan sawah. Petani dapat tetap menanam tanaman padi, dan juga dapat membudidayakan udang galah pada lahan sawah yang dimiliki. Sehingga ugadi dapat membantu petani untuk memberikan pendapatan yang lebih baik, karena jika hanya mengandalkan dari hasil panen padi saja masih belum dapat memenuhi kebutuhan keluarga petani.

Usahatani padi di sawah yang dilakukan oleh petani di Indonesia selama ini masih terbilang sederhana. Petani masih banyak yang belum menggunakan peralatan modern. Selain itu juga masih banyaknya penggunaan input produksi yang tidak optimal. Sehingga hasil produksi padi pun tidak sebanding dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Muzdalifah (2011) menyatakan salah satu sumberdaya yang penggunaannya tidak efisien adalah lahan sawah. Selama ini petani belum mampu mengoptimalkan penggunaan lahan sawah untuk usahatani padi. Sehingga pendapatan yang diperoleh pun masih terbilang rendah, dan menyebabkan petani banyak menjual lahan sawah yang dimiliki. Sudaryanto (2006) menuliskan hasil penelitiannya dalam sebuah jurnal yang menyatakan bahwa usahatani tanaman pangan seperti padi memiliki peranan multifungsi yang besar. Keberhasilan pengembangan usahatani padi akan memberikan pengaruh yang nyata terhadap pencapaian ketahanan pangan dan kesejahteraan petani. Upaya mempertahankan eksistensi lahan sawah dan peningkatan pendapatan petani akan sangat ditentukan oleh keberhasilan program diversifikasi usahatani. Inilah salah satu pentingnya pengembangan program ugadi, yakni untuk meningkatkan semangat petani dalam mengolah lahan sawah agar dapat memanfaatkan penggunaan sawah seoptimal mungkin, dan juga menekan penjualan lahan sawah. Sehingga petani dapat memperoleh pendapatan lebih besar dan ketahanan pangan pun akan terjamin.

Strategi Pengembangan Udang Galah dan Padi

(25)

komoditas tersebut sangat diperlukan, salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui program ugadi. Hadie (2010) menyatakan bahwa berdasarkan kajian sosial dan ekonomi mengenai usaha budidaya udang galah pada sentra produksi udang di Yogyakarta, Bali, Jawa Timur, dan Jawa Barat memiliki peluang usaha masih terbuka luas. Peluang pasar bagi pengembangan budidaya udang galah masih besar. Penelitian mengenai strategi pengembangan juga dilakukan oleh Rahman (2009) yang menyatakan bahwa udang galah menduduki posisi pasar pertama dalam pengelompokkan produk berdasarkan selera pasar. Akan tetapi penggunaan lahan untuk budidaya udang galah masih belum optimal. Sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan efisiensi penggunaan lahan untuk buidaya udang galah.

Hadie (2010) dan Rahman (2009) sama-sama meneliti mengenai strategi pengembangan udang galah, akan tetapi keduanya menggunakan alat analisis yang berbeda. Hadie (2010) menggunakan alat analisis Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Metode MPE merupakan suatu tipe alat analisis yang berguna untuk menentukan urutan prioritas alternatif kepuasan dengan kriteria jamak (Marimin dalam Hadie 2010). Tahapan analisis adalah:

1)Penyusunan-penyusunan alternatif keputusan 2)Penentuan kriteria untuk dievaluasi

3)Penentuan tingkat kepentingan relatif

4)Penilaian terhadap semua alternatif dan kriteria 5)Perhitungan skor pada setiap alternatif

6)Pembuatan urutan skala prioritas

Jadi metode MPE ini dirancang dengan sistem piramida yakni membagi beberapa lokasi menjadi 3 kelompok. Kelompok ini terdiri kelompok utama yakni penghasil induk, kelompok ke-2 yakni penghasil benih, dan kelompok ke-3 adalah pembudidaya. Ketiga kelompok tersebut berada di beberapa daerah, yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali.

Rahman (2009) menggunakan analisis kualitatif untuk menjelaskan secara menyeluruh visi, misi dan tujuan organisasi serta mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis lingkungan makro dan mikro diperlukan dalam penentuan posisi bertahan yang terbaik bagi organisasi untuk merumuskan strategi jangka panjang. Alat analisis yang digunakan yakni mengacu pada teori David (2006) yakni Internal Factor Evaluating

(IFE), External Factor Evaluating (EFE), Internal-External (IE), Strengths– Weaknesses–Opportunities-Threats (SWOT), dan Quantitative Strategic Planning Matriks (QSPM). Analisis ini berusaha untuk menentukan tindakan alternatif yang paling baik dalam membantu perusahaan mencapai misi dan tujuannya. Strategi alternatif menunjukkan langkah yang membawa perusahaan dari posisi saat ini ke posisi masa depan yang diinginkan.

(26)

memberikan strategi prioritas yang harus dilakukan perusahaan terlebih dahulu yang berdasarkan input dari tahap pengumpulan input dan pencocokan. Metode analisis David dapat digunakan untuk semua ukuran dan jenis organisasi serta dapat membantu para penyusun strategi mengidentifikasi, mengevaluasi, dan memilih strategi.

Penelitian strategi pengembangan usaha ugadi ini mencakup hanya sebatas lingkungan internal Kelompok Tani Mina Bakti dan lingkungan eksternal yang mempengaruhi kelompok tani, dan penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lingkungan internal dan eksternal Kelompok Tani Mina Bakti serta memberikan alternatif strategi untuk pengembangan usaha ugadi pada Kelompok Tani Mina Bakti. Sehingga metode penelitian yang sesuai untuk penelitian ini adalah metode yang mengacu pada teori David karena kesesuaian dengan tahapan penelitian yang akan dilakukan serta tujuan akhir dari penelitian ini. Alat analisis IFE, EFE, IE, SWOT, dan QSPM juga lebih umum digunakan untuk topik penelitian strategi pengembangan dibandingkan dengan metode MPE.

Pengembangan usaha yang dilakukan oleh kelompok tani berbeda dengan pengembangan usaha yang dilakukan oleh sebuah perusahaan. Pengembangan usaha yang dilakukan oleh sebuah perusahaan biasanya dipengaruhi oleh adanya sebuah peluang usaha yang besar dan perusahaan memiliki potensi yang cukup besar untuk mengembangkan usaha tersebut, sehingga pengambil keputusan dapat dengan langsung untuk merencanakan pengembangan usaha yang akan dilakukan tersebut. Sedangkan pengembangan usaha pada sebuah kelompok tani adalah dengan memperhatikan potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap anggota kelompok untuk dapat menangkap sebuah peluang usaha. Fungsi kelompok tani itu sendiri menurut (Direktorat Jendral Pertanian dalam Rahman, 2009) adalah:

1) Tempat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani.

2) Menggerakan para petani untuk mampu menerima inovasi baru.

3) Mendorong para petani untuk mampu bekerjasama dan meningkatkan produksi dan pendapatan.

Pengembangan usaha yang dilakukan oleh kelompok tani merupakan bagian dari kegiatan untuk meningkatkan pendapatan petani dan juga untuk melakukan sebuah inovasi di bidang pertanian yang sesuai dengan fungsi kelompok tani tersebut.

(27)

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis 1. Konsep Manajemen Strategi

Suatu perusahaan dapat mengembangkan strategi untuk mengembangkan usaha yang dijalankannya. Pengertian strategi dikemukaan oleh beberapa ahli. Menurut Chandler dalam Rangkuti (2009), strategi merupakan tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan, serta pendayagunaan dan alokasi semua sumberdaya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut. Konsep strategi dibagi menjadi 2, yaitu distinctive competence dan competitive advantage. Umar (2008) juga mendefinisikan strategi merupakan tindakan yang bersifat

incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh pelanggan di masa depan. Strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competence). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi merupakan rencana jangka panjang yang disusun oleh sebuah perusahaan atau organisasi untuk mencapai tujuan perusahaan dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada. Perumusan strategi juga merupakan bagian dari persiapan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghadapi perkembangan pasar yang terjadi dan juga sebagai proyeksi pengembangan usaha yang dijalankan. Setelah mengetahui pengertian strategi, maka dibutuhkan juga pemahaman mengenai manajemen strategi. David (2009) mendefinisikan bahwa manajemen strategi merupakan sebagian dari seni dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas-fungsional yang memampukan sebuah organisasi mencapai tujuannya. Manajemen strategi berfokus pada usaha untuk mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi manajemen untuk

mencapai keberhasilan organisasional. Manajemen strategi bertujuan untuk

mengeksploitasi dan menciptakan berbagai peluang baru.

Manajemen strategi dapat dilakukan perusahaan dalam hal merumuskan strategi, mengimplementasikan strategi, dan mengevaluasi hasil dari strategi yang telah dilakukan. Manajemen strategi sangat perlu dilakukan agar tahap-tahap dari kegiatan untuk mengembangkan suatu perusahaan dapat berjalan sesuai dengan strategi yang telah diproyeksikan. Manajemen strategi juga bermanfaat untuk membantu organisasi merumuskan strategi-strategi yang lebih baik melalui penggunaan pendekatan terhadap pilihan strategi yang lebih sistematis, logis, dan rasional.

2. Proses Manajemen Strategi

(28)

1) Perumusan Strategi

Perumusan strategi mencakup pada pengembangan visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal suatu organisasi, kesadaran akan kekuatan dan kelemahan akan internal, penetapan tujuan jangka panjang, pencarian strategi-strategi alternatif, dan pemilihan strategi tertentu untuk mencapai tujuan. Setiap perusahaan memiliki sumberdaya yang terbatas, oleh karena itu strategi yang dirumuskan dan diprioritaskan adalah alternatif strategi yang paling menguntungkan perusahaan. Strategi yang ditetapkan juga sangat menentukan keunggulan kompetitif perusahaan dalam jangka panjang.

2) Penerapan Strategi

Penerapan strategi mencakup pengembangan budaya yang suportif pada strategi, penciptaan struktur organisasional yang efektif, pengerahan ulang upaya-upaya pemasaran, penyiapan anggaran, pengembangan serta pemanfaatan sistem informasi, dan pengaitan kompensasi karyawan dengan kinerja organisasi. Penerapan strategi juga mengharuskan perusahaan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumberdaya, sehingga strategi-strategi yang telah dirumuskan dapat dijalankan.

3) Penilaian Strategi

Penilaian strategi merupakan tahap akhir dari proses manajemen strategi. Penilaian strategi diperlukan karena keberhasilan saat ini belum tentu menjadi keberhasilan kembali pada masa yang akan datang. Penilaian yang mendasar terdiri dari 3 aktivitas yakni:

a) Peninjauan ulang faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi landasan strategi yang dirumuskan.

b) Pengukuran kinerja.

c) Pengambilan langkah korektif.

3. Formulasi Strategi

(29)

TAHAP 1 : TAHAP PENGUMPULAN INPUT (INPUT STAGE)

TAHAP 2 : TAHAP PENCOCOKAN (MATCHING STAGE)

Matriks Faktor

TAHAP 3: TAHAP KEPUTUSAN (DECISION STAGE)

Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix-QSPM)

Sumber: David, 2009

Gambar 3 Kerangka kerja analitis untuk perumusan strategi

1) Tahap Pengumpulan Input (Input Stage)

Tahap input pada kerangka kerja perumusan strategi terdiri dari 3 macam matriks, yaitu matriks EFE, matriks IFE, dan matriks CP. Ketiga matriks tersebut masuk pada tahap pengumpulan input karena matriks-matriks tersebut berguna untuk menyimpulkan informasi pasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi. Alat-alat input tersebut juga berguna bagi penyusun strategi untuk mengukur subyektivitas selama tahap awal proses perumusan strategi. Membuat berbagai keputusan kecil dalam matriks input menyangkut signifikansi relatif faktor-faktor eksternal dan internal memungkinkan penyusun strategi untuk secara lebih efektif dalam menciptakan serta mengevaluasi strategi alternatif.

2) Tahap Pencocokan (Matching Stage)

Tahapan pencocokan berfokus pada perumusan strategi alternatif yang dapat dilaksanakan melalui penggabungan faktor eksternal dan internal yang utama. Tahapan ini mencakup matriks SWOT, matriks SPACE, matriks BCG, matriks IE, dan matriks Strategi Besar. Alat analisis tersebut sangat bergantung pada informasi yang diperoleh dari tahap input untuk memadukan peluang dan ancaman eksternal dengan kekuatan dan kelemahan internal. Mencocokkan faktor-faktor keberhasilan penting eksternal dan internal merupakan kunci untuk menciptakan strategi alternatif yang relevan.

3) Tahap Keputusan (Decision Stage)

(30)

4. Analisis Lingkungan

Lingkungan bisnis merupakan salah satu bagian dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi arah dan kebijakan perusahaan dalam mengelola bisnis. Analisis lingkungan dapat membantu perusahaan untuk memposisikan dirinya dalam perkembangan lingkungan secara kontinyu. Lingkungan bisnis dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal.

I. Lingkungan Internal

Analisis lingkungan internal perusahaan membutuhkan pengumpulan dan pencocokan informasi mengenai manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi manajemen perusahaan. Analisis lingkungan internal berguna untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat berguna bagi perusahaan untuk mengetahui sejauh mana setiap divisi dalam organisasi dapat berfungsi dengan baik, (David, 2009).

1) Manajemen

Fungsi manajemen terdiri atas 5 aktivitas pokok, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penempatan staf, dan pengontrolan staf.

a) Perencanaan

Perencanaan merupakan proses dari penentuan sebuah usaha akan dijalankan, mencari cara paling efektif untuk mencapai tujuan perusahaan, dan mempersiapkan untuk menghadapi beragam kesulitan yang tidak diharapkan dengan sumberdaya yang memadai. Perencanaan juga membantu perusahaan untuk mencapai pengaruh maksimal dari suatu usaha.

b)Pengorganisasian

Pengorganisasian bertujuan untuk mencapai upaya yang terkoordinasi dengan cara menentukan tugas dan hubungan otoritas. Pengorganisasian berarti menentukan siapa yang melakukan apa, dan siapa yang harus memberikan tanggung jawab kepada siapa. Fungsi pengorganisasian dalam manajemen dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: pemecahan tugas ke dalam pekerjaan (spesialisasi kerja), penggabungan pekerjaan ke dalam departemen (departemenisasi), dan pendelegasian otoritas.

c) Pemotivasian

Pemotivasian merupakan proses mempengaruhi orang lain untuk melakukan suatu hal tertentu. Fungsi dari pemotivasian terdiri dari 4, yaitu:

kepemimpinan, dinamika kelompok, komunikasi, dan perubahan

organisasional. d)Penempatan Staf

(31)

e) Pengontrolan

Fungsi pengontrolan adalah mencakup segala aktivitas yang dilakukan untuk memastikan bahwa operasi aktual sejalan dengan operasi yang telah direncanakan. Fungsi ini sangat berguna untuk melakukan evaluasi strategi.

2) Pemasaran

Pemasaran dapat dideskripsikan sebagai proses pendefinisian, pengantisipasian, penciptaan, serta pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen akan produk dan jasa. Pemasaran memiliki 7 fungsi pokok, yakni: analisis konsumen, penjualan produk/jasa, perencanaan produk/jasa, penetapan harga, distribusi, riset pasar, dan analisis peluang. Fungsi pemasaran tersebut dapat membantu penyusun strategi untuk mengidentifikasi serta mengevaluasi kekuatan dan kelemahan pemasaran.

3) Keuangan/Akuntansi

Analisis keuangan merupakan metode yang paling luas digunakan untuk menentukan kekuatan dan kelemahan suatu organisasi dalam area investasi, pembiayaan, dan dividen. Fungsi keuangan/investasi menurut Horne dalam David (2009) terdiri dari 3 keputusan, yakni: keputusan investasi, keputusan pembiayaan, dan keputusan deviden.

4) Produksi/Operasi

Fungsi produksi/operasi dalam bisnis mencakup semua aktivitas yang mengubah input menjadi barang atau jasa. Manajemen produksi menangani input, transformasi, dan output yang beragam dari suatu industri dan pasar ke industri dan pasar lain. Aktivitas produksi/operasi sering kali merepresentasikan bagian terbesar dari aset manusia dan modal suatu organisasi.

5) Penelitian dan Pengembangan

Saat ini banyak perusahaan yang tidak memiliki divisi penelitian dan pengembangan (litbang), tetapi banyak perusahaan lain yang bergantung pada aktivitas litbang yang berhasil untuk tetap bertahan. Perusahaan yang menjalankan strategi pengembangan produk perlu memiliki orientasi litbang yang kuat. Investasi litbang sangat berguna untuk menghasilkan produk dan jasa yang superior dan dapat menjadikan perusahaan memiliki keunggulan kompetitif.

6) Sistem Informasi Manajemen

Informasi menghubungkan semua fungsi bisnis dan menyediakan landasan bagi semua keputusan manajerial. Tujuan sistem informasi manajemen adalah meningkatkan kinerja sebuah bisnis dengan cara meningkatkan kualitas keputusan manajerial. Sistem informasi yang efektif dapat mengumpulkan, mengodekan, menyimpan, menyintesis, dan menyajikan informasi sedemikian rupa sehingga mampu menjawab berbagai pertanyaan operasi dan strategi.

II. Lingkungan Eksternal

(32)

hukum; kekuatan teknologi; serta kekuatan kompetitif. Hubungan antara kekuatan-kekuatan tersebut dengan organisasi dapat digambarkan pada Gambar 4.

Sumber: David, 2009

Gambar 4 Hubungan antara kekuatan-kekuatan eksternal utama dengan organisasi

Perubahan dalam lingkungan eksternal dapat mempengaruhi perubahan permintaan konsumen akan produk dan jasa. Kekuatan eksternal mempengaruhi jenis produk yang dikembangkan, strategi segmentasi pasar, jenis jasa yang ditawarkan, dan pilihan bisnis yang akan dibeli atau dijual. Secara langsung, kekuatan eksternal mempengaruhi baik pemasok maupun distributor. Mengidentifikasi dan mengevaluasi peluang dan ancaman eksternal membantu perusahaan untuk mengembangkan misi yang jelas, merancang strategi untuk mencapai tujuan jangka panjang, dan mengembangkan berbagai kebijakan untuk mencapai tujuan tahunan.

1) Kekuatan Ekonomi

Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi iklim berbisnis suatu perusahaan. Semakin buruk kondisi ekonomi, semakin buruk juga iklim berbisnis. Oleh karena itu, pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat hendaknya bersama-sama mempertahankan atau bahkan meningkatkan kondisi ekonomi daerahnya menjadi lebih baik lagi agar perusahaan dapat bergerak maju dalam usahanya. Faktor ekonomi juga memiliki dampak langsung terhadap daya tarik potensial dari beragam strategi.

2) Kekuatan Sosial, Budaya, Demografis, dan Lingkungan

(33)

konsumen yang berbeda, dan konsekuensinya adalah menciptakan kebutuhan akan produk, jasa, dan strategi yang berbeda pula.

3) Kekuatan Politik, Pemerintah, dan Hukum

Faktor-faktor politik, pemerintahan, dan hukum dapat menimbulkan peluang dan ancaman utama baik bagi usaha kecil maupun besar. Arah, kebijakan, dan stabilitas politik pemerintah menjadi faktor penting bagi para pengusaha untuk menjalankan usahanya. Situasi politik yang tidak kondusif akan berdampak negatif bagi dunia usaha, begitu pula sebaliknya.

4) Kekuatan Teknologi

Perubahan dan penemuan teknologi yang revolusioner memiliki dampak yang signifikan bagi organisasi. Kekuatan teknologi merepresentasikan peluang dan ancaman besar yang harus dipertimbangkan dalam perumusan strategi. Kemajuan teknologi dapat menciptakan pasar baru, mengembangkan produk yang lebih berkualitas, mengefisiensikan penggunaan biaya, dan memberikan keunggulan kompetitif yang lebih baik.

5) Kekuatan Kompetitif

Intensitas persaingan antar perusahaan sangat beragam dari satu industri ke industri lain. Dampak kolektif dari kekuatan kompetitif sangat terasa bagi perusahaan yang menyebabkan pasar menjadi “tidak menarik” dari sudut pandang pencari laba. Persaingan antar perusahaan yang sudah ada sangat ketat, pesaing-pesaing baru bisa masuk ke industri dengan relatif mudah dan baik pemasok maupun konsumen dapat memiliki daya tawar yang sangat besar. Michael E. Porter dalam David (2009) mengemukakan konsep strategi kompetitif yang menganalisis persaingan bisnis berdasarkan 5 aspek utama yang disebut 5 kekuatan bersaing. Gambar 5 merupakan gambar model 5 kekuatan bersaing menurut Porter.

Sumber: Porter dalam David, 2009

Gambar 5 Model 5 kekuatan dari kompetisi

a) Persaingan antar perusahaan pesaing biasanya merupakan faktor yang paling kuat dari 5 kekuatan kompetitif. Strategi yang dijalankan oleh sebuah perusahaan dapat berhasil jika perusahaan mampu menciptakan keunggulan kompetitif dari strategi yang dijalankan perusahaan pesaing.

Potensi pengembangan produk-produk pengganti

Persaingan antar industri Daya tawar konsumen Daya Tawar Pemasok

(34)

b)Masuknya pesaing baru dengan mudah dalam suatu industri tertentu maka akan mengakibatkan intensitas persaingan antar perusahaan meningkat. Perusahaan baru juga terkadang masuk ke industri dengan produk berkualitas tinggi, harga lebih rendah, dan sumberdaya pemasaran yang substansial. c) Perusahaan berkompetisi ketat dengan produsen produk-produk pengganti di

industri lain. Hadirnya produk-produk pengganti tersebut akan meletakkan batas atas untuk harga yang dapat dibebankan sebelum konsumen beralih ke produk pengganti. Batas tertinggi harga setara dengan batas tertinggi laba dan kompetisi yang lebih tinggi antar pemain.

d)Daya tawar pemasok mempengaruhi intensitas persaingan di suatu industri, khususnya ketika terdapat sejumlah besar pemasok, atau ketika hanya terdapat sedikit bahan mentah pengganti yang bagus, atau ketika biaya peralihan ke bahan mentah lain sangat tinggi.

e) Ketika konsumen berbelanja dalam jumlah yang sangat besar, maka daya tawar mereka dapat mempresentasikan kekuatan besar yang mempengaruhi intensitas persaingan di suatu industri. Daya tawar konsumen dapat menjadi kekuatan terpenting yang mempengaruhi keunggulan kompetitif.

5. Matriks IFE, Matriks EFE, Matriks IE, Matriks SWOT, dan QSPM

Matriks Internal Factor Evolution (IFE) digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Data dan informasi aspek internal perusahaan dapat digali dari beberapa fungsional perusahaan, (David, 2009).

Matriks External Factor Evolution (EFE) digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal perusahaan. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal yang menyangkut persoalan ekonomi; sosial, budaya, demografis, dan lingkungan; politik, pemerintahan, dan hukum; teknologi; dan persaingan di pasar industri dimana perusahaan berada, serta data eksternal relevan lainnya. Hal ini penting karena faktor eksternal berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap perusahaan (David, 2009).

Matriks Internal-External (IE) digunakan untuk memposisikan perusahaan pada tampilan 9 sel. Matriks IE membutuhkan banyak informasi dari IFE dan EFE. Matriks IE dapat dibagi menjadi 3 bagian besar yang mempunyai implikasi strategi berbeda-beda. Strategi tersebut adalah strategi tumbuh dan membangun (grow and build), strategi menjaga dan mempertahankan (hold and maintain), dan strategi panen atau diverstasi (harvest or divest) (David, 2009).

Matriks Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats (SWOT) (Tabel 1)

(35)

Tabel 1 Matriks SWOT

Internal Eksternal

Kekuatan (S)

Kelemahan (W)

Peluang (O) Strategi SO Strategi WO

Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT

Sumber: David, 2009

1) Strategi SO merupakan strategi yang memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal. Pengambil kebijakan tentunya menginginkan dapat memperoleh keuntungan dari tren dan kejadian eksternal. 2) Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan cara

mengambil keuntungan dari peluang usaha yang berasal dari lingkungan eksternal perusahaan. Terkadang peluang yang ada sangat besar bagi perusahaan untuk memperoleh keuntungan, akan tetapi terhalangi dengan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Oleh karena itu strategi ini digunakan untuk memperbaiki kelemahan perusahaan.

3) Strategi ST merupakan strategi yang menggunakan kekuatan perusahaan untuk mengurangi ataupun menghindari dampak ancaman dari lingkungan eksternal perusahaan. Hal ini bukan berarti bahwa suatu perusahaan yang kuat harus selalu menghadapi ancaman secara langsung di dalam lingkungan eksternal.

4) Strategi WT merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal. Sebuah perusahaan yang memiliki banyak kelemahan dan juga dihadapi dengan berbagai ancaman eksternal, tentunya berada pada kondisi yang membahayakan. Oleh karena itu, strategi ini digunakan untuk mengurangi kelemahan yang dimiliki perusahaan dan juga untuk menghindari ancaman yang mempengaruhi perusahaan.

Gambar

Gambar 1 menunjukkan jumlah penduduk Indonesia mengalami peningkatan dimulai Jumlah penduduk Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun
Gambar 2 menunjukkan bahwa produksi beras nasional menurun sebesar 0.71 juta Produksi beras nasional mengalami penurunan pada tahun 2010 hingga 2011
Gambar 3 Kerangka kerja analitis untuk perumusan strategi
Gambar 5 Model 5 kekuatan dari kompetisi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perkembangan dari faktor penentu internal bank pada variabel Risiko Pada tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 45% keadaan tersebut mencerminkan bahwa tingkat

Salah satu prinsip pelayanan publik berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M-PAN/2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan

Banyak faktor yang menjadi penyebab kerusakan jalan salah satunya adalah berkurang kemampuan struktur perkerasan jalan dalam menjalankan fungsinya sebanding dengan

Perbedaan tersebut terjadi pada karakter jumlah tanaman yang tumbuh mengalami penurunan setelah diberi perlakuan kolkisin, terjadi pemendekan tinggi tanaman, lingkar

Tuturan yang bervariasi tersebut juga ditemukan dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya tindak tutur dalam kegiatan pembelajaran berdiskusi tentang pengertian

Hasil simulasi rectifier satu fasa, hasil simulasi dc-dc konverter, hasil simulasi Inverter satu fasa dan hasil simulasi keseluruhan untuk mendapatkan tegangan

Dalam menjamin kualitas farmasetik, sediaan yang dibuat harus memenuhi beberapa parameter fisik yang meliputi daya sebar, viskositas, dan daya lekat Uji sifat fisik repelan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa anti nyamuk elektrik yang dibuat dari ekstrak kulit buah langsat dengan beberapa konsentrasi ternyata mampu