PROFIL DAYA DUKUNG LINGKUNGAN BERBASIS JASA EKOSISTEM
2. Profil Distribusi Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Penyediaan Menurut Provins
Tabel 4.6 Distrbusi dan Luas Jasa Ekosistem Penyediaan Pangan
Provinsi Sangat Rendah- Rendah Sedang Tinggi-Sangat Tinggi Ha % Ha % Ha % ACEH 4.102.228,12 72,15 585.529,51 10,30 997.833,52 17,55 BENGKULU 1.231.992,34 62,04 273.584,76 13,78 480.098,69 24,18 JAMBI 2.142.156,22 43,57 1.085.775,68 22,08 1.688.690,23 34,35 KEP. BANGKA BELITUNG 1.614.999,73 97,40 36.095,12 2,18 6.991,19 0,42 KEP. RIAU 540.655,08 70,20 134.907,33 17,52 94.636,86 12,29 LAMPUNG 1.163.695,93 34,51 632.978,14 18,77 1.574.940,08 46,71 RIAU 5.747.768,60 64,34 1.860.068,09 20,82 1.325.467,05 14,84 SUMATERA BARAT 2.884.520,56 68,45 611.421,66 14,51 718.001,04 17,04 SUMATERA SELATAN 3.249.756,59 37,52 2.458.207,82 28,38 2.953.701,16 34,10 SUMATERA UTARA 3.736.438,89 51,68 1.514.625,92 20,95 1.979.409,82 27,38
Berdasarkan data pada tabel 4.6 dan gambar 4.1 dapat diketahui potensi penyediaan pangan pada masing-masing Provinsi yang terletak di Pulau Sumatera. Provinsi yang memiliki presentase paling besar lahan potensial atau paling tinggi dalam penyediaan pangan adalah Provinsi Lampung dengan presentase 46,71% atau 1.574.940,08 hektar. Provinsi kedua dan ketiga yang juga memiliki presentase lahan potensial atau paling tinggi dalam penyediaan pangan adalah Provinsi Jambi (34,35%) dan Provinsi Sumatera Selatan (34,10%). Masing-masing luasannya adalah 1.688.690,23 hektar dan 2.953.701,16 hektar. Bila dilihat dari tutupan lahan yang dominan, Provinsi Lampung didominasi oleh tutupan lahan berupa tanaman semusim lahan kering atau penggunaan lahannya adalah pertanian yang mencapai 47,66% dari keseluruhan penggunaan lahan di Provinsi Lampung. Hal yang sama juga nampak di
IV-9
Provinsi Jambi, dimana tutupan lahan berupa tanaman semusim lahan kering mencapai 38,31%. Sedangkan di Provinsi Sumatera Selatan tutupan lahan yang dominan berupa kebun dan tanaman campuran yang presentasenya mencapai 28,36% dari keseluruhan penggunaan lahan di Sumatera Selatan. Luasnya penggunaan lahan untuk perkebunan dan pertanian pada ketiga Provinsi tersebut merupakan faktor utama yang mendukung tingginya kemampuan penyediaan pangan pada ketiga Provinsi tersebut.
IV-10
IV-11
Selanjutnya, untuk Provinsi yang memiliki kemampuan penyediaan pangan yang rendah terletak pada Provinsi Kep. Bangka Belitung yang presentase lahan penyediaan pangan rendahnya mencapai 1.614.999,73 hektar atau sekitar 97,40% dari keseluruhan lahan yang tersedia. Bila dilihat dari ekoregian yang ada di wilayah ini, sebesar 90,68% adalah Ekoregion Pegunungan Denudasional. Material dominan ekoregion ini adalah batuan-batuan beku gunung berapi tua yang telah megalami pelapukan tingkat lanjut, dan batuan sedimen berupa batu gamping napal. Morfologi berbukit dengan lereng curam, dan proses denudasional yang dicirikan oleh tingkat pelapukan batuan yang telah berlanjut, erosi lereng, dan gerakan massa batuan sangat potensial terjadi. Tanah pada wilayah ekoregion ini adalah jenis tanah podsolik dan latosol yang mudah mengalami longsor ketika kejenuhan tanahnya sudah tinggi.
Tabel 4.7 Distrbusi dan Luas Jasa Ekosistem Penyediaan Air Bersih
Provinsi Sangat Rendah- Rendah Sedang Tinggi-Sangat Tinggi Ha % Ha % Ha % ACEH 1.564.139,18 27,51 3.236.827,53 56,93 884.624,44 15,56 BENGKULU 736.430,26 37,09 733.786,36 36,95 515.459,17 25,96 JAMBI 2.270.547,84 46,18 1.664.022,76 33,84 982.051,52 19,97 KEP. BANGKA BELITUNG 1.471.682,62 88,76 163.722,81 9,87 22.680,61 1,37 KEP. RIAU 477.768,26 62,03 237.917,59 30,89 54.513,42 7,08 LAMPUNG 1.294.719,29 38,40 1.205.193,78 35,75 871.701,08 25,85 RIAU 5.146.916,02 57,61 1.758.485,86 19,68 2.027.901,86 22,70 SUMATERA BARAT 1.485.269,06 35,25 2.110.058,55 50,07 618.615,65 14,68 SUMATERA SELATAN 3.742.491,41 43,21 2.022.342,38 23,35 2.896.831,78 33,44 SUMATERA UTARA 3.397.415,01 46,99 2.318.143,43 32,06 1.514.916,19 20,95
Air bersih merupakan kebutuhan dasar manusia, sehingga ketersediaannya menjadi penting. Ketersediaan recharge area di suatu daerah akan menjaga stabilitas pasokan air. Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu memiliki kawasan hutan yang cukup luas, meskipun hutan bukan merupakan penggunaan lahan yang dominan pada kedua Provinsi tersebut. Bila dilihat dari ekoregionnya, Provinsi Sumatera Selatan 17,32% wilayahnya adalah Ekoregion Dataran Kaki Gunung Api dan 15,87%
IV-12
IV-13
wilayahnya merupakan Ekoregion Dataran Fluvio Vulkan. Kedua ekoregion tersebut merupakan wilayah yang subur dengan hutan yang masih lebat. Sedangkan Provinsi Bengkulu, 31% wilayahnya merupakan pegunungan patahan yang juga memiliki kawasan hutan yang masih lebat. Meskipun begitu, Provinsi Bemgkulu juga memiliki cukup banyak wilayah yang penyediaan air bersihnya rendah.
Selanjutnya, untuk wilayah yang memilki potensi penyediaan air bersih rendah banyak tersebar di wilayah Sumatera bagian Barat, terutama di Provinsi Kep. Bangka Belitung. Presentase lahan yang berpotensi rendah pada Provinsi ini mencapai 88,76% atau seluas 1.471.682,62 hektar. Meskipun luasanya masih kalah disbanding Provinsi lainnya, namun hamper semua wilayah Kep. Bangka Belitung memiliki potensi yang rendah dalam penyediaan air bersih. Hal ini terutama disebabkan oleh wilayah Kep. Bangka Belitung yang sebagian merupakan Pegunungan Denudasional. Pada ekoregion ini air tanah cukup sulit didapatkan, kecuali pada lembah-lembah sempit yang ada itupun dalam jumlah yang sangat terbatas. Umumnya air tanah dijumpai dalam bentuk rembesan diantara lapisan batuan yang telah lapuk di bagian atas dan lapisan batuan yang masih padu dibagian bawah, atau dalam bentuk mata air kontak yang terpotong lereng pada tekuk-tekuk lereng atau lereng kaki, dengan debit aliran air yang umumnya relatif kecil.
Tabel 4.8 Distrbusi dan Luas Jasa Ekosistem Penyediaan Serat
Provinsi Sangat Rendah- Rendah Sedang Tinggi-Sangat Tinggi Ha % Ha % Ha % ACEH 1.576.108,02 27,72 466.811,76 8,21 3.642.671,36 64,07 BENGKULU 413.714,82 20,83 164.891,39 8,30 1.407.069,58 70,86 JAMBI 1.791.064,26 36,43 505.893,36 10,29 2.619.664,50 53,28 KEP. BANGKA BELITUNG 1.463.035,96 88,24 149.139,57 8,99 45.910,51 2,77 KEP. RIAU 430.464,25 55,89 46.383,34 6,02 293.351,68 38,09 LAMPUNG 1.283.426,84 38,07 465.839,74 13,82 1.622.347,56 48,12 RIAU 3.973.764,93 44,48 1.223.296,92 13,69 3.736.241,89 41,82 SUMATERA BARAT 759.710,51 18,03 788.776,83 18,72 2.665.455,92 63,25 SUMATERA SELATAN 3.793.493,85 43,80 466.282,11 5,38 4.401.889,61 50,82 SUMATERA UTARA 1.795.285,61 24,83 1.471.748,21 20,35 3.963.440,82 54,82
IV-14
IV-15
Berdasarkan data pada tabel dapat diketahui potensi penyediaan serat pada masing-masing Provinsi yang terletak di Pulau Sumatera. Provinsi yang memiliki presentase paling besar lahan potensial atau paling tinggi dalam penyediaan serat adalah Provinsi Bengkulu dengan presentase 70,86% atau lahan seluas 1.407.069,58 hektar. Provinsi berikutnya yang juga memiliki presentase besar lahan penyedia serat adalah Provinsi Aceh (64,0%) dan Provinsi Sumatera Barat (63,25%). Masing-masing luasannya adalah 3.642.671,36 hektar di Provinsi Aceh dan 2.665.455,92 hektar di Provinsi Sumatera Barat. Provinsi Bengkulu memiliki kawasan hutan yang cukup luas, meskipun hutan bukan merupakan penggunaan lahan yang dominan. Hutan merupakan salah satu sumber penyedia serat alami. Provinsi Aceh juga memiliki luasan hutan yang besar, yakni mencapai 53,51% (hutan lahan rendah dan hutan lahan tinggi). Dari keseluruhan penggunaan lahan di Aceh, hutan merupakan bentuk penggunaan lahan yang paling dominan. Hal yang sama juga nampak di Sumatera Barat yang juga memiliki potensi tinggi dalam penyediaan serat. Luas kawasan hutan lahan rendah dan lahan tinggi di Provinsi ini mencapai 45,19% dari keseluruhan penggunaan lahan yang ada di Provinsi Sumatera Barat.
Selanjutnya, untuk Provinsi yang memiliki presentase terbesar lahan potensi rendah dalam penyediaan serat adalah Provinsi adalah Kep. Bangka Belitung (88,24%). Sebagian besar lahan di Provinsi ini, yakni seluas 1.463.035,96 hektar berpotensi rendah dalam penyediaan serat. Luasan lahan hutan di Provinsi ini hanya sekitar 153.602,37 hektar saja. Jumlah ini cukup rendah jika dibandingkan dengan luasan hutan di sebagian besar Provinsi di Pulau Sumatera. Selain itu, seperti yang dijelaksan sebelumnya bahwa sebagian besar wilayah Kep. Bangka Belitung masuk dalam ekoregion Pegunungan Denudasional (90,68%). Provinsi lain yang memiliki luasan lahan berpotensi rendah cukup besar adalah Provinsi Riau. Luasan lahan berpotensi rendah di Provinsi ini mencapai 3.973.764,93 hektar (44,48%). Sebenarmya Provinsi Riau memiliki lahan berpotensi rendah dan tinggi yang cukup berimbang. Wilayah dengan lahan potensi rendah yang luas terutama terletak di Provinsi Riau bagian barat yang juga didominasi oleh kenampakan ekoregion Pegunungan Denudasional.
IV-16
IV-17
Tabel 4.9 Distrbusi dan Luas Jasa Ekosistem Penyediaan Energi
Provinsi Sangat Rendah- Rendah Sedang Tinggi-Sangat Tinggi Ha % Ha % Ha % ACEH 953.725,27 16,77 1.098.778,15 19,33 3.633.087,73 63,90 BENGKULU 373.070,80 18,79 515.468,54 25,96 1.097.136,45 55,25 JAMBI 1.516.176,63 30,84 1.590.012,24 32,34 1.810.433,25 36,82 KEP. BANGKA BELITUNG 835.931,41 50,42 780.263,99 47,06 41.890,63 2,53 KEP. RIAU 420.498,81 54,60 291.518,59 37,85 58.181,86 7,55 LAMPUNG 628.654,17 18,65 824.292,51 24,45 1.918.667,47 56,91 RIAU 2.152.267,25 24,09 4.389.024,18 49,13 2.392.012,31 26,78 SUMATERA BARAT 904.880,01 21,47 911.534,16 21,63 2.397.529,09 56,90 SUMATERA SELATAN 2.139.068,22 24,70 2.594.494,03 29,95 3.928.103,32 45,35 SUMATERA UTARA 2.157.997,07 29,85 2.185.278,80 30,22 2.887.198,77 39,93
Berdasarkan data pada tabel dapat diketahui potensi penyediaan energi pada masing-masing Provinsi yang terletak di Pulau Sumatera. Provinsi yang memiliki presentase paling besar lahan potensial atau paling tinggi dalam penyediaan energi adalah Provinsi Aceh dengan presentase 63,90% atau luasan 3.633.087,73 hektar. Sedangkan Provinsi berikutnya yang memiliki lahan potensi tinggi dalam penyediaan energi adalah Provinsi Lampung (56,91%) dan Provinsi Sumatera Barat (56,90%). Luasan lahan berpotensi tinggi di Lampung adalah 1.918.667,47 hektar dan di Provinsi Sumatera Barat mencapai 2.397.529,09 hektar. Provinsi Aceh memiliki luasan hutan yang besar, yakni mencapai 53,51% (hutan lahan rendah dan hutan lahan tinggi). Hal ini disebabkan karena kayu dan ranting dari kawasan hutan dapat menjadi sumber energi bagi kegiatan domestik masyarakat. Hal yang sama juga nampak di Provinsi Sumatera Barat. Luas kawasan hutan lahan rendah dan lahan tinggi di Provinsi ini mencapai 45,19% dari keseluruhan penggunaan lahan yang ada di Provinsi Sumatera Barat. Sedangkan Provinsi Lampung bila dilihat dari kondisi ekoregionnya didominasi oleh Dataran Kaki Gunung Api, yakni mencapai 46,94%. Secara genetik ekoregion ini memiliki bahan piroklastik yang dapat ditambang sebagai bahan galian golongan C.
Selanjutnya, Provinsi yang memiliki presentase lahan potensi rendah cukup besar adalah Provinsi Kep Riau dengan presentase 54,60% atau luasan 420.498,81 dan Kep. Bangka Belitung dengan presentase 50,42% dan luasan 835.931,41 hektar. Kedua Provinsi tersebut sebenarnya memiliki luasan yang kecil dibandingkan Provinsi lain. Namun, sebagian besar wilayahnya berpotensi rendah. Sedangkan Provinsi yang memiliki luasan lahan potensi rendah paling besar adalah Provinsi Sumatera Utara yang luasnya mencapai 2.157.997,07 hektar. Meskipun begitu lahan potensi rendah di
IV-18
Sumatera Utara ini hanya memilki presentase 29,85% dari keseluruhan luasan lahan di Sumatera Utara.
Tabel 4.10 Distrbusi dan Luas Jasa Ekosistem Penyediaan Sumber Daya Genetik
Provinsi Sangat Rendah- Rendah Sedang Tinggi-Sangat Tinggi Ha % Ha % Ha % ACEH 260.170,59 4,58 1.218.309,30 21,43 4.207.111,25 74,00 BENGKULU 111.692,13 5,62 402.265,80 20,26 1.471.717,86 74,12 JAMBI 445.213,13 9,06 2.388.775,86 48,59 2.082.633,13 42,36 KEP. BANGKA BELITUNG 171.357,30 10,33 1.220.857,52 73,63 265.871,22 16,03 KEP. RIAU 65.545,18 8,51 426.075,34 55,32 278.578,75 36,17 LAMPUNG 618.163,10 18,33 767.564,44 22,77 1.985.886,60 58,90 RIAU 964.546,75 10,80 3.774.080,32 42,25 4.194.676,66 46,96 SUMATERA BARAT 193.173,53 4,58 1.325.603,71 31,46 2.695.166,02 63,96 SUMATERA SELATAN 1.372.690,12 15,85 3.022.599,21 34,90 4.266.376,24 49,26 SUMATERA UTARA 709.333,82 9,81 2.871.732,92 39,72 3.649.407,89 50,47
Berdasarkan data pada tabel dapat diketahui potensi penyediaan sumber daya genetik pada masing-masing Provinsi yang terletak di Pulau Sumatera. Provinsi yang memiliki presentase paling besar lahan potensial atau paling tinggi dalam penyediaan sumber daya genetik adalah Provinsi Aceh dengan presentase 74% atau seluasr 4.207.111,25 hektar. Provinsi lain yang juga sebagian besar wilayahnya memiliki potensi tinggi dalam penyediaan sumber daya genetic adalah Provinsi Bengkulu dengan presentase 74,12% atau seluas 1.471.717,86 hektar. Luasan ini memang tidak terlalu besar, namun sebagian besar wilayah Provinsi Bengkulu memiliki potensi yang tinggi dalam penyediaan sumber daya genetik.
IV-19
IV-20
Sumberdaya genetik berhubungan erat dengan keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna, dimana keanekaragaman hayati yang tinggi akan diikuti dengan sumber daya genetik yang melimpah. Ketersediaan dan distribusi sumberdaya genetik ditentukan oleh tipe ekosistem, yaitu ekoregion bentangalam dan penutup lahan khususnya areal bervegetasi. Provinsi Aceh sebagai Provinsi yang memiliki luasan terbesar penyedia sumber daya genetik didukung oleh luasan kawasan hutan yang mencapai 3.042.159,64 hektar (hutan lahan tinggi dan lahan rendah). Kawasan hutan merupakan habitat bagi berbagai macam jenis flora dan fauna. Sedangkan Provinsi Bengkulu sebagian besar lahannya merupakan lahan bervegetasi baik berupa kawasan hutan yang mencapai 37,01% maupun perkebunan yang mencapai 24,41%.
Provinsi di Pulau Sumatera juga ada yang memiliki lahan potensi rendah dalam penyediaan sumber daya genetik. Diantaranya adalah Provinsi Lampung yang memiliki luasan lahan potensi rendah sebesar 618.163,10 hektar atau 18,33% dari keseluruhan wilayah Lampung serta Provinsi Sumatera Selatan yang memiliki luasan lahan potensi rendah sebesar 1.372.690,12 hektar atau mencapai 15,85% dari keseluruhan wilayahnya. Meskipun begitu kedua Provinsi ini masih didominasi oleh lahan berpotensi tinggi dalam penyediaan sumber daya genetik
3. Indeks Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Penyediaan Menurut