• Tidak ada hasil yang ditemukan

Informan pada penelitian ini terdiri dari satu pengurus Komisi Penanggulangan AIDS Kota (KPAK) Jakarta Selatan, tiga ODHA dengan cakupan wilayah Jakarta Selatan, tiga orang perwakilan dari keluarga ODHA, satu tokoh agama, satu perwakilan dari masyarakat wilayah Jakarta Selatan. Berikut pemaparannya:

4.1.1 Profil Informan Ke-1

Drs. Tri Witjaksono Sridadi, M.Si adalah perwakilan dari pihak Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Jakarta Selatan. Beliau berusia 60 tahun, kelahiran Jakarta, 30 November 1960. Saat ini beliau tinggal di Kelurahan Srengseng Sawah, Jakarta Selatan. Kesehariannya beliau menjabat sebagai Kepala Seksi bidang Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan di Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Jakarta Selatan.

4.1.2 Profil Informan Ke-2

WL merupakan sosok wanita berusia 36 tahun, kelahiran Jakarta, 07 November 1984. saat ini WL tinggal di daerah Pancoran, Jakarta Selatan. Lingkungan tempat tinggal WL, merupakan wilayah yang padat penduduk dan masyarakatnya cenderung lebih kondusif dibandingkan tempat tinggal yang sebelumnya di daerah Cipinang. WL memiliki 4 orang anak, belum lama ini WL melahirkan anaknya yang keempat.

WL pertama kali terpapar HIV/AIDS melalui transmisi seksual dengan suami dari pernikahan pertamanya. Pada tahun 2009, WL baru mengetahui status positifnya, setelah suami dari pernikahan pertamanya sakit berkepanjangan yang megharuskan suaminya ini dirawat di RSPAD Gatot Subroto, namun tidak bisa diselamatkan. Setelah hasil positif HIV/AIDS milik suaminya dipaparkan dokter, keluarga juga disarankan untuk melakukan tes HIV/AIDS. Hasil dari tes tersebut, menyatakan bahwa WL dan dua anaknya, positif TB HIV. Hal ini diperjelas oleh WL sebagai berikut:

“Aku pertama kali tau dari dokter, karena posisinya di tahun 2009 itu kan suami ku sakit berkepanjangan, udah coba beberapa pengobatan yah, tapi engga membaik. Akhirnya, dibawa ke RSPAD Gatot Subroto. Kurang lebih seminggu setelah dirawat itu, dokter bilang kalo suami ku itu positif HIV. Suami ku sempet koma, terus meninggal. Jadinya dua atau tiga hari setelah suami ku meninggal, kita keluarganya disaranin

untuk periksa juga. Hasilnya aku, sama dua anak-anak aku ini positif HIV. Aku sama anak ku yang pertama positif TB HIV. Karena dari suami ku juga setelah dirawat itu statusnya TB HIV”.

WL saat ini mengonsumsi ARV jenis TLD, terdiri dari Tenofovir, Lamivudine dan Dolutegravir, dengan efek samping yang lebih ringan. Hal ini disesuaikan dengan kondisi WL yang hamil dan akan menyusui secara langsung. Kesibukan WL ditengah pandemi ini hanya sebagai Ibu Rumah Tangga, sebelumnya WL aktif di beberapa organisasi yang bergerak pada isu HIV/AIDS. saat ini tergabung menjadi anggota dan pengurus di Ikatan Perempuan Positif Indonesia (IPPI), selain itu tergabung menjadi Fokal Poin Organisasi Perubahan Sosial Indonesia (OPSI) untuk wilayah Jakarta Selatan. WL juga memiliki dampingan di Puskesmas Mampang, Jakarta Selatan. Hal ini dipertegas oleh WL sebagai berikut:

“…untuk sementara sih ya, karena lagi pandemi dan hamil besar juga, aku membatasi pekerjaan aku, karena aku khawatir juga sama kesehatan aku dan bayi aku. Aku punya dampingan di Puskes Mampang, tapi kita by phone aja, karena lagi kaya gini. Kalau ngga pandemi, aku seneng sih dampingi mereka untuk check up. Banyak meeting sama temen-temen juga sekarang ya online aja, lewat zoom atau telepon. Kalau di OPSI ini, aku sebagai focal poin. Disini aku sebagai penyambung lidah temen-temen komunitas ke pihak-pihak terkait. Kita ada program dari OPSI namanya BL atau Budget Line, biasanya kita ajak temen-temen komunitas, media, dan KPA untuk sosialisasi kaya gitu-gitu…”.

4.1.3 Profil Informan Ke-3

EP merupakan seorang Ibu dari dua orang anak, berusia 34 tahun, kelahiran Sragen, 29 Januari 1986. Saat ini EP dan anak-anaknya tinggal di wilayah Tebet Barat. Lingkungan tempat tinggal EP, merupakan wilayah pemukiman padat penduduk. EP pertama kali terpapar dari transmisi seksual oleh suaminya. Hal ini menyebabkan EP dan anaknya yang kedua memiliki status positif HIV di tahun 2013, seperti suaminya. Hal ini diperjelas oleh EP sebagai berikut:

“Jadi kalo pertama kali aku tau itu di tahun 2013, bulan berapanya aku lupa. Aku tau pertama kali dari dokter. Jadi, di 2013 itu ketahuannya, anak aku yang kecil yang tadi itu, itu dia 5-6 kali keluar masuk rumah sakit, yang terakhir itu, akhirnya ketemu sama dokter di RS Budi Asih, dia minta evaluasi ulang. Tapi, dia engga ada minta persetujuan minta cek HIV, atau apa gitu, yang jelas dia ini ngecekin itu. Karena kondisi anak aku yang kecil ini kaya anak gizi buruk. Sampai akhirnya, selang beberapa hari, ya seminggu lah, hasilnya anakku keluar, terus kita semua,anak aku yang pertama, aku sama suamiku dikumpulin, ya hari itu kita di tes. Hasilnya anak aku yang pertama itu negatif. Aku, anak aku yang kecil, sama suamiku positif..”.

EP mengonsumsi ARV jenis FDC TLE, yang terdiri dari Tenofovir, Lamivudine, dan Efavirenz. Efek samping yang dirasakan oleh EP adalah kelelahan, dan ngefly. Kesibukan EP saat ini sebagai Ibu Rumah Tangga, berdagang online seperti makanan ringan, dan frozen food. Selain itu EP juga menerima pesanan snack box untuk acara-acara

pertemuan. EP aktif membantu di organisasi HIV/AIDS seperti Yayasan Syair Sahabat di Lebak Bulus, Ikatan Perempuan Positif Indonesia (IPPI), Yayasan Pelita Ilmu (YPI) di Tebet. Di lingkungan masyarakat, EP juga aktif terlibat di RSUK Tebet, RS Budi Asih, Posyandu, PKK, dan jumantik. Hal ini diperjelas oleh EP sebagai berikut:

“...mereka disini taunya aku ini sibuk bantu di rumah sakit, kayak aku kan kadang suka ke RSUK Tebet atau RS Budi Asih. Baru mulai turun ke PKK, Posyandu, sampai ke Jumantik. Jadi merembet lah kita. Aku mulai terbuka lagi sama masyarakat, tapi bukan open status. Aku cuma pelan-pelan kembali lagi ke masyarakat, aku juga pengen bermanfaat di masyarakat kaya teman-teman aku lainnya di LSM itu”.

4.1.4 Profil Informan ke-4

TH merupakan sosok pria berusia 49 tahun, kelahiran Jakarta, 15 April 1971. Saat ini TH tinggal sendiri di rumah milik orang tuanya di daerah Tebet Dalam. Lingkungan tempat tinggal TH di perumahan yang cukup strategis. TH pertama kali terpapar melalui transmisi seksual. TH adalah LSL atau gay¸ hal ini dirasakan oleh TH sejak ia lulus SMA. Mulai saat itu, TH gemar berkumpul di tempat-tempat yang menjadi titik kumpul LSL pada masanya seperti Taman Suropati. Ia mengetahui status positifnya di tahun 2011. Hal ini dipertegas oleh TH sebagai berikut:

“….Kejadiannya itu di tahun 2011, setelah gejala itu kakak perempuanku yang pertama bawa aku ke UGD

suatu rumah sakt dan divonis menderita TBC, saat itu pemeriksaan HIV masih terbatas sehingga aku tidak diberikan tesnya..”.

TH mengonsumsi ARV yang terdiri dari Tenofovir, Lamivudine, dan Nevirapine. Saat ini kesibukan TH adalah bekerja di Yayasan Pesona Jakarta di Tebet. Yayasan Pesona Jakarta (YPJ) adalah yayasan yang bergerak dalam isu pencegahaan dan penanggulangan HIV/AIDS terutama di komunitas LSL. TH juga bekerja di program Global Fund untuk wilayah Jakarta Selatan. Tugasnya adalah pendampingan, pencatatan dan penjangkauan. Hal ini dipertegas oleh TH sebagai berikut:

“…Aku di Jakarta selatan di program Global Fund (GF), kalo pasangan LSL aku ini di Linkages. Posisi aku adalah supervisor dengan anak buah 6 orang, tugasnya pelayanan maupun pendampingan termasuk pencatatan dan penjangkauan dari sosial media...” 4.1.5 Profil Informan ke-5

RK merupakan putra pertama dari WL yang berusia 16 tahun, kelahiran Jakarta, 11 Januari 2005. RK mengenyam pendidikan di salah satu SMK Pariwisata, jurusan tata boga. RK adalah informan perwakilan dari keluarga WL, karena anak-anaknya adalah penyemangat WL untuk bertahan sampai saat ini. RK juga berstatus positif, bahkan ia melakukan pengobatan TB HIV sejak usianya 4 tahun. Hal ini ditegaskan oleh WL sebagai berikut:

“Pas di 2009, aku tau status positif aku, aku mikirin anak-anak yang masih kecil. Yang pertama umur 4 tahun, yang kecil baru umur 2 tahun, dua-duanya positif HIV, apalagi yang pertama juga TBC. Aku bertahan mikirin kesehatan aku sama anak-anak dulu yang utama, jadi aku fokus di perawatan TBC selama 6 bulan, rutin minum obat yang diresepin dokter buat aku sama anak aku yang pertama.”

4.1.6 Profil Informan ke-6

AS merupakan putra pertama dari EP, yang berusia 14 tahun, kelahiran Sragen, 6 September 2006. Saat ini AS mengenyam pendidikan di salah satu SMP Negeri di Jakarta Selatan. AS menjadi perwakilan keluarga EP, karena AS penguat untuk EP dalam menjalani kehidupan pasca terpapar HIV. AS menjadi satu-satunya yang tidak terpapar, saat itu EP, suami EP, dan anaknya yang kedua yang positif terpapar HIV. Hal ini ditegaskan oleh EP sebagai berikut:

“Sampai akhirnya, selang beberapa hari, ya seminggu lah, hasilnya anakku keluar, terus kita semua,anak aku yang pertama, aku sama suamiku dikumpulin, ya hari itu kita di tes. Hasilnya anak aku yang pertama itu negatif. Aku, anak aku yang kecil, sama suamiku positif”.

4.1.7 Profil Informan ke-7

AD merupakan sosok pria berusia 38 tahun, kelahiran Raha, 18 April 1982. AD adalah teman TH di Yayasan Pesona Jakarta (YPJ). Saat ini AD, tinggal di daerah Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. AD merupakan perwakilan dari keluarga TH, karena TH di Jakarta Selatan tinggal sendiri, salah satu penguat setelah keluarga kandungnya, adalah teman. AD pernah terlibat satu tim dengan TH dalam program penanggulangan dan pencegahan HIV/AIDS, namun saat ini dibawah funding yang berbeda. Kesibukan AD saat ini selain bekerja di Yayasan Pesona Jakarta (YPJ), melakukan pendampingan di Puskesmas Setiabudi, Jakarta Selatan. AD sering mendapatkan pelatihan-pelatihan dari berbagai pihak untuk menangani isu-isu HIV, dari konseling sampai advokasi. Hal ini ditegaskan AD sebagai berikut:

“Dulu aku sama dia pernah satu tim juga, tapi sekarang kita beda project, aku Linkages, si “TH” ini Global Fund, asik sih orangnya, wilayah kerja kita sama-sama di Jakarta Selatan. Kadang dia ke Puskes Setiabudi, kadang juga ke Puskes Tebet”.

4.1.8 Profil Informan ke-8

Tatang Suhendar sosok pria berusia 50 tahun, kelahiran Jakarta, 06 Januari 1971. Beliau adalah tokoh agama yang direkomendasikan untuk wilayah Jakarta Selatan. Saat ini beliau tinggal di daerah Tebet Barat. Beliau bekerja sebagai karyawan swasta, menjabat Wakil Sekretaris MUI Tebet, dan

Wakil Sekretaris Badan Koordinasi Silaturahmi dan Sholat Subuh Berjamaah (BKS3B) Kecamatan Tebet. Selain itu, beliau juga menjadi tokoh agama di perumahan tempat tinggalnya. Pada tahun 2019, beliau pernah bekerjasama dengan WL, dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS mewakili tokoh agama setempat.

4.1.9 Profil Informan ke-9

NS adalah perwakilan dari masyarakat Jakarta Selatan yang berusia 43 tahun. Seorang ibu dari tiga orang anak yang tinggal di daerah Cilandak, Jakarta Selatan. Beliau lahir di Magetan, 3 Januari 1978. Kesibukannya saat ini adalah mengurus ketiga anaknya yang masih sekolah. NS tinggal di perumahan biasa yang lokasinya bersebrangan langsung dengan pemukiman padat penduduk. NS juga aktif dalam kegiatan sosial-keagamaan bersama ibu-ibu setempat.

Dokumen terkait