Berdasarkan hasil penelitian tentang resiliensi ODHA di Jakarta Selatan dalam menghadapi stigma dan diskriminasi, maka peneliti dapat memberikan beberapa saran kepada pihak-pihak terkait, yaitu:
1. Untuk Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Jakarta Selatan, peningkatan kualitas dan kuantitas dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS melalui sosialisasi untuk memberikan pemahaman yang tepat tentang HIV/AIDS di level mikro, mezzo, dan makro.
2. Untuk ODHA, agar selalu semangat dalam menjalani kesehariannya. Jangan malu dengan status ODHA yang dimilikinya, tetap berusaha merangkul teman-teman komunitas ODHA untuk menjadi individu yang lebih baik lagi kedepannya. 3. Untuk peneliti selanjutnya, penelitian ini hanya
memfokuskan pada proses resiliensi yang dilewati ODHA, peneliti berharap peniliti selanjutnya dapat mengkaji secara lebih mendalam tentang resiliensi ODHA.
4. Untuk masyarakat, berusaha untuk terbuka, menoleransi, dan mendukung keberadaan teman-teman komunitas ODHA yang ada. Selain itu, masyarakat diharapkan memiliki resiliensi yang baik dalam menghadapi adversity yang menimpanya.
Daftar Pustaka Buku
Aminah, S., dan Roikan.(2019). Pengantar Metode Penelitian Kualitatif Ilmu Politik. Jakarta: Prenadamedia Grup.
Darmadi, Dadi dan Jajang Jahroni. (2002). Menjadi Muslim di Dunia Modern. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Fitrah, Muh., dan Luthfiyah. (2017). Metodologi Penelitian; Penelitian Kualitatif, Tindakan Kelas, dan Studi Kasus. Jawa Barat: CV Jejak.
Fonny, Fidelis E. Waruwu, dan Lianawati. (2006).Resiliensi dan Prestasi Akademik pada Anak Tuna Rungu. Dalam Jurnal Provitae Volume 2, No.1. Mei 2006. Jakarta
Ghoni, M. Djunaedi dan Fauzan Almashur. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Helaluddin, dan Hengki Wijaya. (2019). Analisis Data Kualitatif: Sebuah Tinjauan Teori & Praktik. Jakarta: Sekolah Tinggi Teologi Jaffray.
Hendriani, Wiwin. (2018). Resiliensi Psikologis Sebuah Pengantar. Jakarta: Prenadamedia Group.
Heriyanto, M. (2020).Aku Bisa, Temukan Potensi dan Kehebatan Diri. Jogjakarta: Moeh Media Digital.
Madyan, Ahmad Shams. (2009). AIDS dalam Islam: Krisis Moral ata Krisis Kemanusiaan?. Bandung: Mizan Pustaka.
Mamik. (2015). Metodologi Kualitatif. Jawa Timur: Zifatama Publisher.
Morissan. (2017). Metode Penelitian Survei. Jakarta: Kencana.
Muhadi, dan Muadzin. (2009). Semua Penyakit ada Obatnya. Jogjakarta: Mutiara Media.
Nursalam, dan Kurniawati, Ninuk Dian. (2007) Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Media.
Samad, Mukhtar. (2016). Merangkai Musibah sebagai Suatu Pembelajaran. Jogjakarta: Sunrise.
Sianturi, Efendi, Maida Pardosi, dan Elisabeth Surbakti. (2019). Kesehatan Masyarakat. Sidoarjo:Zifatama Jawara.
Sobo, Elisa J. (1995). Choosing Unsafe Sex: AIDS-Risk Denial Among Disadvantaged Women. Amerika Serikat: Universitas Pennsylvania Press.
Susanto, Ahmad. (2018). Bimbingan dan Konseling di Sekolah: Konsep, Teori, dan Aplikasinya. Jakarta: Prenadamedia Group.
Yayasan Spiritia. (2014). Lembaran Informasi tentang HIV/AIDS untuk Orang Yang Hidup Dengan HIV (ODHA). Dalam
Rukajat, Ajat. (2018). Pendekatan Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Deepublish.
Wello, M. Basri. (2021). Developing Interpersonal Skills: Mengembangkan Keterampilan Antar Pribadi. Jawa Timur: Beta Askara.
Jurnal
Anggraeni, Anggi Asri Pinkan dan Hedi Wahyudi. (2018). Studi Deskriptif: Resiliensi pada ODHA di Komunitas KDS Puzzle Club Bandung. Jurnal Psikologi Universitas Islam Bandung Vol.4 No. 2. Diakses pada 14 Maret 2021.
http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/psikologi/article/view/ 11528
Ardianti, Anis. (2017). Stigma pada Masyarakat “Kampung Gila” di Desa Paringan Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo. Jurnal Sosiologi Universitas Airlangga. Diakses pada 20 Agustus 2020. http://repository.unair.ac.id/
Ardana, Eva dan Yulia Sholichatun. (2014). Resiliensi Orang dengan HIV/AIDS. Jurnal Psikologi Islam Universitas Islam Negeri Malik Ibrahim Malang Vol. 11 No. 1. Diakses pada 14 Maret
2021.
Purnama, Gilang et al. (2016). Gambaran Stigma Masyarakat terhadap Klien Gangguan Jiwa di RW 09 Desa Cilieces Sumedang. Jurnal Pendidikan Keperawatan Universitas Padjajaran Vol. 2 No. 1. Diakses pada 15 Oktober 2020.
http://ejournal.upi.edu/index.php/JPKI
Savitri, Anna Dian dan Purwaningtyastuti. (2019). Resiliensi pada Remaja yang Terinfeksi HIV/AIDS. Jurnal Psikologi Universitas Semarang Vol. 3 No. 2. Diakses pada 14 Maret 2021.
https://journals.usm.ac.id/index.php/philanthropy/article/view/17 24
Shaluhiyah, Zahroh et al. ( 2015). Stigma Masyarakat pada Orang dengan HIV/AIDS. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Universitas Diponegoro Vol. 9 No.4. Diaskes pada 13
September 2020.
https://journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/view/740
Varamitha, Sukmawati et al. (2014). Stigma Sosial pada Keluarga Miskin dari Pasien Gangguan Jiwa. Jurnal Ecopsy Psikologi Universitas Lambung Mangkurat Vol. 1 No. 3. Diakses pada 20
September 2020 .
https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/ecopsy/article/view/498 Verawati, Nur Kholiva Tri. (2017). Hubungan Status HIV/AIDS dengn
Resiliensi Individu yang Melakukan VCT di Puskesmas Puger Kecamatan Jember. Jurrnal Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jember. Diakses pada 17 Maret 2020.
Skripsi dan Tesis
Ginting, Sri Handayani BR. (2018). Hubungan Self Esteem dengan Resiliensi pada Penderita HIV di Puskesmas Kabupaten Karo. Tesis Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Gustyawan, Arif. (2019). Gambaran Resiliensi Pada Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) Yang tergabung Dalam Supporting Group Di Kabupaten Jember. Skripsi Fakultas Keperawatan Universitas Negeri Jember.
Hakim, Naufal. (2019). Pengaruh Resiliensi dan Dukungan Sosial terhadap Quality of Life Orang dengan HIV/AIDS. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Nurahan, Titin. (2020). Resiliensi Ibu Rumah Tangga Terinfeksi HIV/AIDS. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Nurwahyudi. (2019). Resiliensi Penyandang Disabilitas dalam Menghadapi Stigma dan Diskriminasi. Skripsi Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Muhammadiyah Malang. Wardoyo, Candra Hedi. (2017). Purpose in Life pada Penderita
HIV/AIDS. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.
LAMPIRAN Lampiran 1
PEDOMAN WAWANCARA
Informan : Pengurus Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Jakarta
Nama Informan : Topik Wawancara : Tempat Wawancara : Hari/Tgl Wawancara :
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana sejarah berdirinya Komisi Penanggulangan AIDS Kota (KPAK) Jakarta Selatan?
2. Berapa jumlah anggota yang tergabung di Komisi
Penanggulangan AIDS Kota (KPAK) Jakarta Selatan? 3. Bagaimana strategi
pemerintah melalui Komisi Penanggulangan AIDS Kota (KPAK) Jakarta Selatan dalam upaya mencegah dan menaggulangi HIV/AIDS? 4. Program apa saja yang ada di
AIDS Kota (KPAK) Jakarta Selatan?
5. Siapa saja pihak lainnya yang terlibat dalam pelaksanaan program yang ada di Komisi Penanggulangan AIDS Kota (KPAK) Jakarta Selatan? 6. Berasal darimana pendanaan
Komisi Penanggulangan AIDS Kota (KPAK) Jakarta Selatan untuk menjalankan program yang ada?
7. Bagaimana alur pelayanan pelaksanaan program di Komisi Penanggulangan AIDS Kota (KPAK) Jakarta Selatan?
8. Apa program unggulan yang ada di Komisi
Penanggulangan AIDS Kota (KPAK) Jakarta Selatan? 9. Berapa jumlah penerima
manfaat dari program yang diselenggarakan oleh Komisi Penanggulangan AIDS Kota (KPAK) Jakarta Selatan?
10. Bagaimana situasi dan perkembangan ODHA saat ini yang ada di Jakarta Selatan?
11. Berapa jumlah kasus
kumulatif ODHA di Jakarta Selatan saat ini?
12. Bagaimana pemetaan wilayah persebaran HIV/AIDS di Jakarta Selatan? 13. Bagaimana tanggapan Komisi Penanggulangan AIDS Kota (KPAK) Jakarta Selatan mengenai stigma dan diskriminasi terhadap
ODHA?
14. Bagaimana bentuk stigma dan diskriminasi yang ada di masyarakat Jakarta Selatan terhadap ODHA?
15. Siapa saja pelaku stigma dan diskriminasi terhadap ODHA di Jakarta Selatan?
16. Bagaimana upaya Komisi Penanggulangan AIDS Kota
(KPAK) Jakarta Selatan dalam mengatasi stigma dan diskriminasi terhadap ODHA?
17. Apa saja faktor pendukung dalam upaya mengatasi stigma dan diskriminasi terhadap ODHA?
18. Bagaimana kendala dalam upaya mengatasi stigma dan diskriminasi terhadap ODHA di masyarakat?
19. Bagaimana dampak stigma dan diskriminasi terhadap ODHA di Jakarta Selatan? 20. Apakah melibatkan Pekerja
Sosial dalam menjalankan program yang ada?
21. Bagaimana peran Pekerja Sosial dalam menjalankan program?
22. Bagaimana tingkat resiliensi ODHA di Jakarta Selatan? 23. Bagaimana keterlibatan
Komisi Penanggulangan AIDS Kota (KPAK) Jakarta
Selatan dalam upaya
meningkatkan resiliensi diri ODHA?
24. Bagaimana pendapat Anda mengenai sejauh mana keberhasilan Komisi
Penanggulangan AIDS Kota (KPAK) Jakarta Selatan dalam mengatasi stigma dan diskriminasi terhadap ODHA?
Lampiran 2 PEDOMAN WAWANCARA Informan: ODHA Nama Informan : Tempat Wawancara : Hari/Tgl Wawancara : Waktu Wawancara :
No. Pertanyaan Jawaban
A. Tahap mengalah (succumbing) 1. Siapa yang pertama kali
menyatakan Anda memiliki status positif HIV/AIDS?
2. Bagaimana perasaan Anda pertama kali setelah mengetahui status positif HIV/AIDS?
3. Bagaimana Anda menyikapi perasaan
tersebut ketika pertama kali mengetahui status positif HIV/AIDS?
4. Bagaimana dampak yang Anda rasakan dari perasaan pertama kali mengetahui status positif HIV/AIDS?
B. Tahap bertahan (survival) 5. Siapa orang yang pertama
kali Anda beri tau tentang status positif yang Anda miliki?
6. Siapa yang menguatkan Anda setelah mengetahui status positif HIV/AIDS? 7. Bagaimana upaya Anda
mempertahankan kondisi psikis dan emosi positif yang Anda miliki setelah mengetahui status positif HIV/AIDS?
8. Bagaimana cara orang lain membantu Anda dalam mempertahankan kondisi psikis dan emosi positif yang Anda miliki setelah mengetahui status positif HIV/AIDS?
9. Apa yang menguatkan Anda sampai menerima kondisi dan status positif yang Anda miliki?
10. Bagaimana upaya Anda dalam memanfaatkan potensi diri Anda untuk menghadapi situasi tersulit yang sedang Anda alami? 11. Bagaimana cara Anda
untuk keluar dari
permasalahan dan kembali beraktivitas seperti sedia kala?
12. Bagaimana perasaan Anda setelah bisa bangkit dan beraktivitas seperti sedia kala dengan status positif yang dimiliki?
D. Tahap berkembang (thriving) 13. Bagaimana perubahan
yang terjadi pada diri dan kehidupan Anda, selama hidup dengan status positif yang Anda miliki?
14. Bagaimana kendala yang Anda alami dalam upaya beradaptasi pada situasi tersulit yang Anda hadapi? E. Stigma dan Diskriminasi
15. Bagaimana Anda menyikapi stigma dan diskriminasi yang pernah Anda alami?
Lampiran 3
PEDOMAN WAWANCARA Informan: Keluarga ODHA
Nama Informan : Tempat Wawancara : Hari/Tgl Wawancara : Waktu Wawancara :
No. Pertanyaan Jawaban
1. Kapan Anda pertama kali mengetahui status positif Ibu/Rekan Anda?
2. Bagaimana peran Anda dalam membantu ODHA keluar dari permasalahan yang sedang dihadapinya? 3. Bagaimana Anda
mendapatkan informasi tentang HIV/AIDS? 4. Bagaimana Anda
menyikapi stigma dan Diskriminasi terhadap ODHA?
Lampiran 4
PEDOMAN WAWANCARA Informan: Tokoh Agama dan Masyarakat Nama Informan :
Tempat Wawancara : Hari/Tgl Wawancara : Waktu Wawancara :
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah Anda memiliki tetangga atau kerabat yang berstatus positif
HIV/AIDS? 2. Bagaimana Anda
menyikapi ODHA dalam kehidupan sehari-hari? 3. Bagaimana Anda
mendapatkan informasi mengenai HIV/AIDS? 4. Bagaimana Anda
menyikapi stigma dan Diskriminasi terhadap ODHA?
TRANSKRIP WAWANCARA KPAK KOTA JAKSEL
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana sejarah berdirinya Komisi Penanggulangan AIDS Kota (KPAK) Jakarta Selatan?
komisi penanggulangan AIDS adalah lembaga non struktural dan independen yang bertujuan untuk meningkatkan upaya pencegahan pengendalian dan penanggulangan AIDS di Indonesia yang dibentuk tahun 1994. Keputusan Presiden Nomor 36 tahun 1994 menjadi dasar terbentuknya komisi penanggulangan AIDS di Indonesia. Sejalan dengan ditemukannya kasus pertama HIV AIDS di Indonesia yaitu di Bali pada tahun 2006, komisi
penanggulangan AIDS diubah menjadi komisi penanggulangan AIDS nasional melalui keputusan
presiden nomor 75 tahun 2016 bersamaan dengan dibentuknya komisi penanggulangan AIDS Provinsi dan Kabupaten/Kota termasuk KPAK Jakarta Selatan. Peraturan tahun 2006 menugaskan KPAN antara lain untuk membentuk dan mengkoordinasikan
kebijakan dan rencana kegiatan pencegahan pengendalian dan
penanggulangan AIDS di Indonesia serta melakukan sosialisasi kepada media massa dan mengadakan kerjasama antar daerah maupun internasional. Peraturan tahun 2006 menugaskan KPAN antara lain untuk membentuk dan mengkoordinasikan
kebijakan dan rencana kegiatan pencegahan
pengendalian dan
penanggulangan AIDS di Indonesia serta melakukan sosialisasi kepada media massa dan mengadakan kerjasama antar daerah maupun internasional. Pelaksanaan tugas KPAN juga dibentuk oleh
kelompok kerja dan panel ahli. KPAN juga bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat dan organisasi internasional dalam melaksanakan kegiatannya. Selain itu KPAN juga memberikan dukungan untuk penelitia-penelitian akademik terkait HIV/Aids dan menerbitkan laporan berkala tentang kegiatannya.
di Provinsi DKI Jakarta hingga kini KPA Provinsi Kabupaten atau Kota masih tetap eksis dan berjalan
berdasarkan Peraturan Daerah DKI Jakarta nomor 5 tahun 2008 tentang penanggulangan HIV/AIDS di DKI Jakarta dan
Peraturan Gubernur nomor 231 tahun 2015 tentang Komisi Penanggulangan AIDS provinsi dan kota kabupaten administrasi yang dapat dukungan dana dari APBD Provinsi DKI Jakarta.
2. Berapa jumlah anggota yang tergabung di Komisi
Penanggulangan AIDS Kota (KPAK) Jakarta Selatan?
saat ini KPA kota Jakarta Selatan memiliki 26 orang sebagai anggota dan 7 orang di sekretariat KPA Kota administrasi Jakarta Sel saat ini KPA kota Jakarta Selatan memiliki 26 orang sebagai anggota dan 7 orang di sekretariat KPA Kota administrasi Jakarta Selatan. atan.
pemerintah melalui Komisi Penanggulangan AIDS Kota (KPAK) Jakarta Selatan dalam upaya mencegah dan menaggulangi HIV/AIDS?
hiv-aids dilakukan melalui pencegahan, p KIE
terintegrasi seperti pojok infomarsi, sosialisasi HIV. perawatan, dukungan pengobatan, mitigasi dampak, dan penciptaan lingkungan hidup yang kondusif melalui program three zero ( zero infeksi baru, zero kematian akibat HIV/AIDS, zero
diskriminasi) dan program fast track (90% orang mengetahui status HIVnya, 90% orang yang tau bisa mengakses ARV, 90% yang tau dan sudah akses ARV virusnya tersupresi).
4. Program apa saja yang ada di Komisi Penanggulangan AIDS Kota (KPAK) Jakarta Selatan?
KIE terintegrasi seperti pojok infomarsi, sosialisasi HIV.
5. Siapa saja pihak lainnya yang terlibat dalam pelaksanaan
Dalam pelaksanaan program yang dicanangkan oleh
program yang ada di Komisi Penanggulangan AIDS Kota (KPAK) Jakarta Selatan?
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Jakarta Selatan, didalamnya melibatkan beberapa unsur masyarakat, diantaranya : 1.Unsur Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Peduli HIV/AIDS, yaitu Yayasan Srikandi Sejati, Yayasan Pesona Jakarta, Yayasan Kusuma Buana, Gema Indonesia, Yayasan Inter Medika, Kotex Mandiri, Kios Atmajaya, dan STIGMA.
2.Unsur pemerintahan,yaitu Sudin Kesehatan, Sudin Sosial, Sudin Pariwisata, Sudin Nakertrans, Sudin Pendidikakn I & II, Satpol PP, Sudin PPAPP, Polres Metro, Bapas Kementerian Agama.
3.Unsur Masyarakat umum yaitu tokoh masyarakat dan tokoh agama.
4.Unsur Tenaga Medis yaitu RSUP, RSUD, RS Swasta, Puskesmas Kecamatan, Klinik Angsa Merah, dan Klinik Globalindo. 5.Unsur pengelola tempat hiburan yaitu karaoke, panti pijat, spa, dan hotel.
6.Unsur perusahaan konstruksi yaitu PT. MRT Jakarta, PT. Waskita Karya, dan PT. Jaya Konstruksi. 7.Unsur pendidikan yaitu siswa dan guru tingkat SD, SMP, SMA serta Pondok Pesantren.
8.Unsur komunitas yaitu komunitas IDU, WPS, LSL, Transpuan, dan organisasi jaringan seperti Organisasi Perubahan Sosial Indonseia (OPSI) dan Ikatan
Perempuan Positif Indonesia (IPPI). 6. Berasal darimana pendanaan
Komisi Penanggulangan
pendanaan komisi
AIDS Kota (KPAK) Jakarta Selatan untuk menjalankan program yang ada?
administrasi Jakarta Selatan berasal dari APBD Provinsi DKI Jakarta dan lembaga donor Mitra Internasional, seperti dana hibah.
7. Bagaimana alur pelayanan pelaksanaan program di Komisi Penanggulangan AIDS Kota (KPAK) Jakarta Selatan?
pelayanan pelaksanaan program dikoordinasikan oleh Sekretaris yang membawahi 3 seksi dan 1 sub bagian yaitu Seksi Promosi dan Pencegahan, Seksi Lauanan, Seksi Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan, serta Sub Bagian Umum.
dengan alur pelayanan mulai dari sub bagian umum diteruskan ke sekretaris kemudian didistribusikan ke masing-masing seksi sesuai dengan bidangnya.
kemudian didistribusikan ke masing-masing seksi sesuai dengan bidangnya.
8. Apa program unggulan yang ada di Komisi
Penanggulangan AIDS Kota (KPAK) Jakarta Selatan?
komunikasi informasi dan edukasi (KIE) terintegrasi dengan pelaksanaan VCT. kegiatan yang dilakukan seperti penyuluhan
informasi dan bekerjasama dengan Puskesmas dan rumah sakit untuk testing. 9. Berapa jumlah penerima
manfaat dari program yang diselenggarakan oleh Komisi Penanggulangan AIDS Kota (KPAK) Jakarta Selatan?
Jumlah penerima manfaat dari program yang telah dilakukan oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Jakarta Selatan sebanyak 41.572 orang yang terdiri dari:
1.Wanita Pekerja Seks (WPS) 689 orang
2.Lelaki Seks Lelaki (LSL) 2891 orang 3.Penasun 79 orang 4.Pasien TB 1149 orang 5.Waria 218 orang 6.Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) 10 orang 7.Lain-lain 22409 orang
10. Bagaimana situasi dan perkembangan ODHA saat ini yang ada di Jakarta Selatan?
cukup banyak ada sekitar 800 orang yang terus memerlukan ARV,
dukungan kesehatan mental dukungan pekerjaan
dukungan pendidikan dan dukungan ekonomi, serta masih cukup banyak ODHA yang Lost to Follow Up (putus obat setelah 3 bulan akses ARV).
11. Berapa jumlah kasus
kumulatif ODHA di Jakarta Selatan saat ini?
ada penambahan kasus kumulatif sebanyak 778 kasus sampai dengan bulan Juli tahun 2020. 12. Bagaimana pemetaan wilayah persebaran HIV/AIDS di Jakarta Selatan? Pemetaan wilayah populasi kunci dilakukan setiap dua tahun sekali. Pemetaan populasi kunci per tahun 2018, diperoleh hasil : WPS TL : 112 hotspot dan 1913 populasi WPS L : 3 hotspot dan 58 populasi LSL : 40 hotspot dan 446
populasi
Waria : 19 hotspot dan 115 populasi
Penasun : 18 hotspot dengan 1149 populasi
Adapun beberapa hotspot atau titik populasi kunci WPS TL di daerah Melawai, WPS L di daerah Blok M, Penasun di daerah Kebayoran Lama dan Lebak Bulus
13. Bagaimana tanggapan Komisi Penanggulangan AIDS Kota (KPAK) Jakarta Selatan mengenai stigma dan diskriminasi terhadap
ODHA?
karena masih kurangnya pemahaman masyarakat terhadap informasi dasar HIV AIDS, mulai dari pengertian, cara penularan, cara pencegahan, dan cara pengobatannya
menyebabkan masih terjadinya stigma dan diskriminasi terhadap odha. Sebagian besar masyarakat masih khawatir tertular virus.
dan diskriminasi yang ada di masyarakat Jakarta Selatan terhadap ODHA?
kegiatan masyarakat, dipisahkan dengan orang lain dalam setiap kegiatan, diguncing oleh lingkungan, dipandang sebelah mata, dan dijauhi oleh teman-temannya.
15. Siapa saja pelaku stigma dan diskriminasi terhadap ODHA di Jakarta Selatan?
Tetangga, teman sekolah, teman main, teman kantor.
16. Bagaimana upaya Komisi Penanggulangan AIDS Kota (KPAK) Jakarta Selatan dalam mengatasi stigma dan diskriminasi terhadap ODHA?
menggugah kesadaran masyarakat untuk bisa menerima dan
memperlakukan odha selayaknya manusia yang lain melalui pemberian informasi yang baik dan benar dengan cara sosialisasi, penyampaian brosur, leaflet, booklet media massa cetak maupun elektronik kepada seluruh lapisan masyarakat, dunia pendidikan, dunia industri, dan dunia pekerja.
dalam upaya mengatasi stigma dan diskriminasi terhadap ODHA?
teman kerja, teman sekolah, tokoh masyarakat, tokoh agama yang memahami HIV AIDS yang bisa menguatkan odha untuk tetap optimis dan tidak putus asa dan dapat menghadapi stigma dan diskriminasi.
18. Bagaimana kendala dalam upaya mengatasi stigma dan diskriminasi terhadap ODHA di masyarakat?
Masih banyak masyarakat atau keluarga yang merasa malu dan berusaha
menutupi kalau ada anggota keluarganya atau anggota masyarakatnya yang terinfeksi HIV AIDS sehingga udah tersebut semakin terpuruk pesimis dan putus asa.
19. Bagaimana dampak stigma dan diskriminasi terhadap ODHA di Jakarta Selatan?
ODHA merasa terpuruk putus asa merasa tidak berharga dan tidak layak hidup, dan depresi.
Sosial dalam menjalankan program yang ada?
sosial yang memiliki disiplin ilmu social worker baru bisa melibatkan petugas lapangan, peer educator, LSM peduli HIV AIDS, yang sudah dilatih untuk melakukan
penjangkauan, rujukan dan pendampingan untuk ODHA.
21. Bagaimana peran Pekerja Sosial dalam menjalankan program?
Belum melibatkan pekerja sosial yang memiliki disiplin ilmu social worker baru bisa melibatkan petugas lapangan, peer educator, LSM peduli HIV AIDS, yang sudah dilatih untuk melakukan
penjangkauan, rujukan dan pendampingan untuk ODHA.
22. Bagaimana tingkat resiliensi ODHA di Jakarta Selatan?
tingkat resiliensi odha di Jakarta Selatan cukup baik, mereka memiliki
situasi sesulit apapun, mereka cukup optimis memiliki pengendalian emosi pengendalian amarah, dan pengendalian empati, serta keyakinan akan kemampuan dirinya dalam memecahkan
permasalahan.
23. Bagaimana keterlibatan Komisi Penanggulangan AIDS Kota (KPAK) Jakarta Selatan dalam upaya
meningkatkan resiliensi diri ODHA?
Membantu dalam bentuk menjembatani antara ODHA dengan pihak-pihak terkait antara RS, KDS, danlain-lain
24. Bagaimana pendapat Anda mengenai sejauh mana keberhasilan Komisi
Penanggulangan AIDS Kota (KPAK) Jakarta Selatan dalam mengatasi stigma dan diskriminasi terhadap ODHA?
walaupun stigma dan diskriminasi sudah mulai berkurang sejalan dengan gencarnya penyampaian informasi tentang HIV AIDS yang benar namun KPAK Jakarta Selatan masih harus bekerja keras dengan berkolaborasi bersama dengan LSM
peduli HIV AIDS, tokoh masyarakat, tokoh agama, para pendidik, SKPD dan UKPD terkait, untuk terus berusaha mengurangi stigma dan diskriminasi di masyarakat di dunia pekerja dunia industri dan dunia pendidikan.
TRANSKRIP WAWANCARA KLIEN “EP”
No. Pertanyaan Jawaban
A. Tahap mengalah (succumbing) 1. Siapa yang pertama kali
menyatakan Anda memiliki status positif HIV/AIDS?
Jadi kalo pertama kali aku tau itu di tahun 2013, bulan berapanya aku lupa. Aku tau pertama kali dari dokter. Jadi, di 2013 itu ketahuannya, anak aku yang kecil yang tadi itu, itu dia 5-6 kali keluar masuk rumah sakit, yang terakhir itu, akhirnya ketemu sama dokter di RS Budi Asih, dia minta evaluasi ulang. Tapi, dia engga ada minta persetujuan minta cek HIV, atau apa gitu, yang jelas dia ini ngecekin itu. Karena kondisi anak aku yang kecil ini kaya anak gizi buruk. Sampai akhirnya, selang beberapa hari, ya seminggu lah, hasilnya anakku keluar, terus kita semua,anak aku yang pertama, aku sama suamiku
dikumpulin, ya hari itu kita di tes. Hasilnya anak aku yang pertama itu negatif. Aku, anak