• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.2. Profil Informan

1. Nama : Dapot Nababan Umur : 60 Tahun Jenis kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Kepala desa

Bapak Dapot Nababan adalah kepala desa Sitabotabo kecamatan Siborongborong kabupaten Tapanuli Utara periode kelima dan telah menjabat sebagai kepala desa Sitabotabo selama 4 Tahun. Ia mengatakan bahwa batas desa Sitabotabo yaitu sebelah Utara berbatasan dengan Lumban Tongatonga, sebelah

Selatan berbatasan dengan Paniaran, sebelah Timur berbatasan dengan Sitabotabo Toruan, dan sebelah Barat berbatasan dengan Lumban Tongatonga. Ia mengatakan bahwa penduduk di Desa Sitabotabo ini yang tersebar ke dalam VII dusun bermata pencaharian sebagai petani. Wilayah ini terbagi menjadi VII dusun yaitu dusun I yaitu Banjar Nahor, Pangkirapan, dan Sibuntuon. Dusun II dan dusun III yaitu Tapian Nauli, Sipiuon, Sitapongan ,Bulu Duri. Dusun VI yaitu Haumpea, Pearaja, Dusun V yaitu Kompleks SMA Negeri 1 Siborongborong, Jalan Tarutung. Dusun VI yaitu Sitabotabo Dolok, dan dusun VII yaitu Lopian. Penduduk desa Sitabotabo bermata pencaharian utama sebagai petani dan bekerja di sektor jasa atau dagang.

Bapak ini mengatakan bahwa luas lahan pertanian di Desa Sitabotabo ini seluas 659 ha dan termasuk di dalamnya luas perkebunan kopi seluas 210 ha, luas sawah irigasi 25 ha, luas tadah hujan adalah 3 ha. Bapak ini juga mengatakan bahwa petani di Desa Sitabotabo melakukan diversifikasi di lahan sawah dengan beranekaragam jenis tanaman yang ditanam di lahan sawah.

Menurut bapak Dapot bahwa terdapat perbedaan petani yang melakukan kegiatan diversifikasi dengan petani yang tidak melakukan diversifikasi, kepemilikan kekayaan bagi petani kaya dan petani miskin. Hal ini dapat dilihat dari bentuk rumah, kepemilikan kendaraan, pakaian, dan lainnya. Namun petani kaya dan petani miskin tetap saling berhubungan baik dan melakukan interaksi dengan baik, hanya saja petani yang memiliki lahan luas dan bisa melakukan diversifikasi di lahan sawah lebih dihormati dan disegani dibanding petani yang memiliki lahan sempit.

3. Nama : Ibu Rosida Umur : 53 Tahun Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Petani (melakukan diversifikasi)

Ibu Rosida merupakan seorang petani yang melakukan diversifikasi di lahan sawah. Ibu ini telah bertani sejak tahun 1980 sampai saat ini (32 tahun). Tetapi ibu ini mulai memanfaatkan lahan sawah sejak tahun 2008 sampai saat ini (4 tahun). Ibu ini melakukan diversifikasi hanya di lahan sawah yang bisa dikeringkan saja. Tetapi dulu sebelum melakukan diversifikasi di lahan sawah, ibu ini melakukan diversifikasi di lahan kering saja, tetapi setelah masyarakat sudah banyak mengenal kopi, maka para petani mulai beralih ke kopi. Setelah bertani cukup lama, ibu ini mengatakan bahwa pendapatan dari kopi kurang untuk memenuhi kebutuhan setiap hari, dan menanam sayuran tidak bisa ditanami lahi karena lahan yang sedikit. Untuk itulah ibu ini memanfaatkan lahan sawah untuk menanam tanaman.

Dalam melakukan pengelolaan pemanfaatan lahan sawah, ibu ini dibantu petani upahan untuk melakukan pengolahannya. Petani upahan biasanya dipakai hanya untuk mengolah lahan sawah dan menanam tanaman saja. Ibu ini menggunakan petani upahan bebas artinya bebas mempekerjakan petani tanam dan petani olah manapun yang sesuai tarif upah dan yang memiliki waktu untuk bekerja di lahan Ibu ini. Upah yang diberikan untuk menanam dan mengolah sawah berbeda, biasanya upah untuk m,engolah sawah lebih tinggi di bandingkan petani upah menanam, karena yang mengolah sawah untuk melakukan

diversifikasi adalah laki-laki yang menggunakan Hand Tractor (jetor). Upah yang diberikan kepada laki-laki sebesar Rp. 50.000,00 dan upah yang diberikan kepada perempuan sebesar Rp. 30.000,00 dan makanan di tanggung oleh ibi Rosida.

Ibu ini mengatakan bahwa tanaman yang di tanam di lahan sawah hanya tanaman kacang saja. Karena untuk mengurus tanaman kacang lebih nudah di bandingkan tanaman cabai, dan sayuran. Ibu ini ini juga mengatakan lebih untung menanam kacang karena tidak perlu di pupuk, disemprot tetapi hanya mengambil rumputnya saja. Dan lebih baik menanam kacang di sawah di bandingkan di lahan kering karena sawah akan lebih mudah di olah lagi untuk menanam padi, dan padi juga akan lebih subur, karena sisa daun-daunan kacang bisa menjadi pupuk dan baik untuk padi.

4. Nama : Op. Toba Sihombing Umur : 57 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Petani (melakukan diversifikasi)

Op Toba merupakan seorang petani yang melalakukan diversifikasi di lahan sawah. Op Toba bertani sejak dinikahi Pak B. Nababan pada tahun 1979 sampai sekarang (33 Tahun), dan telah melaklukan diversifikasi mulai tahun 2007 sampai sekarang. Ibu ini melakukan diversifikasi dilahan sawah untuk menanam cabai dan sayuran. Di desa Sitabotabo terdapat petani yang menggunakan lahan sawah sebagai tempat menanam tanaman muda. Bergabagi jenis tanaman yang

ditanam di lahan sawah, ada petani yang menanam sayuran seperti sayur pahit, buncis, dan bayam, ada petani yang memanfaatkan lahan sawah untuk menanam cabai merah dan cabai rawit, petani yang menanam kacang dan jagung, petani yang menanam ubi jalar, petani yang menanam daun sop (seledri), dan petani yang memanfaatkan lahan sawah unutk beternak ikan mujair.

Ibu ini mengatakan, setelah memanfaatkan lahan sawah untuk menanam tanaman lebih terbantu dibandingkan sebelum memanfaatkan lahan sawah. Karena sekarang setelah melakukan diversifikasi lebih terbantu untuk menyekolahkan anak sampai tamat SMA. Ibu ini mengatakan untuk mengolah lahan sawah sebagai tempat menanam tanaman di bantu oleh anaknya yang memilih untuk bertani saja dan tidak pergi untuk merantau. Cara yang dilakukan untuk mengolah lahan sawah yaitu, mengeringkan lahan sawah, membuang gabah padi, menghaluskan lahan dan siap untuk ditanami tanaman. Ibu ini mengatakan bahwa setelah petani di desa Sitabotabo melakukan diversifikasi di lahan sawah hubungan dan interaksi lebih baik dan lebih dekat karena di dalam melakukan pekerjaan diversifikasi para petani saling bertukar pikiran, saling bertanya bagaimana tanaman yang ditanam di lahan sawah, saling bertukar bibit tanaman. Ibu ini mengatakan bahwa di dalam mengolah lahan sawah untuk dimanfaatkan dalam nenanam tanaman muda, pertama karena coba-coba saja, apa yang dilakukan masyarakat, itu yang dilakukan selagi tidak merugikan. Pertama sekali ibu ini melakukan diversifikasi sedikit ragu, tetapi karena ada anaknya yang meyakinkan dan membantu, maka ibu ini berani untuk menanam cabai dan sayur

di lahan sawah. Setiap tahunnya ibu ini akan rutin dalam memanfaatkan lahan sawahnya untuk ditanami cabai dan sayuran.

5. Nama : Ibu Lintas Sihombing Umur : 58 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Petani (melakukan diversifikasi)

Ibu ini seorang petani yang melakukan diversifikasi di lahan sawah dengan tujuan menambah pendapatan untuk menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah yang lebih tinggi lagi.. ibu ini bertani sejak tahun 1976 sampai sekarang, dan mulai aktif melaklukan diversifikasi di lahan sawah sejak tahun 2009 sampai sekarang. Ibu ini mengatakan bahwa suaminya sudah lama meninggal, dan hanya ibu ini yang berjuang untuk menyekolahkan anak-anaknya, kalau tidak ada usaha tambahan di sawah pendapatan dari ladng tidak cukup membutuhi kehidupan sehari-hari. Setelah melakukan diversifikasi di lahan sawah banyak sekali yang berunah, ibu lebih bisa menyekolahkan anak sampai SMA, dan mudah-mudahan anak saya yang paling kecil ini bisa di kuliahkan.

Ibu Lintas ini mengatakan bahwa melakukan diversifikasi di lahan sawah banyak yang berubah, salah satunya anak-anak di desa Sitabotabo ini sudah mulai ada yang orang tuanya menyekolahkan anaknya ke jenjang perkuliahan. Ada juga petani yang mulai mampu membeli kendaraan pribadi dan angkutan umum.

Untuk menambgah penghasilan setia hari selasa ibu ini berjualan tahu dan sayuran.

Ibu Lintas ini juga mengatakan bahwa menanam sayuran di lahan sawah sudah lama di kenalnya, tetapi ibu ini tidak berani melakuikannya sendiri karena tidak mampu melakukannya sendirian. Karena petani yang lainnya belum ada yang melakukan penanaman tanamana di lahan sawah. Ibu ini mengatakan bahwa berani menanam tanaman di lahan sawah ketika anaknya yang ke 7 tamat sekolah SMA , memilih untuk membantu ibu ini di kampung saja. Ibu ini mengatakan, bahwa tidak takut lagi untuk menguliahkan anaknya ke perkuliahan, karena sudah siap untuk melakukannya, apalagi tanaman yang ditanam selalu berhasil. Ibu ini mengatakan bahwa ketika anak saya bisa sekolah, pada saat itulah saya merasa kehidupan saya sejahtera, dan saya sudah merasakan hal demikian.

Menurut Ibu ini bahwa interaksi antar petani lebih baik dan sering terjadi ketika proses diversifikasi dilakukan, banyak petani yang saling bertanya tentang pupuk apa yang digunakan, kapan panen cabai dan bisa saling bertukar bibit-bibit tanaman. Interaksi yang dilakukan ibu ini lebih sering dengan para petani dan para tengkulak. Para tengkulak yang ada di desa adalah petani yang melakukan diversifikasi di lahan sawah juga. Tetapi ketika para petani sedang panen hasil tanaman dari sawah mereka seperti sayur, para tengulak turun untuk memborong hasil tanamannya. Dengan begitu interaksi para petani lebih baik dan berjalan dengan lancar.

6. Nama : T. Nababan Umur : 56 Tahun Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Petani( melakukan diversifikasi)

Bapak T. Nababan adalah seorang petani yang melakukan diversifikasi di lahan sawah dan sekaligus raja adat dan parhata dalam paradatan bisa dibilang tokoh masyarakat di desa Sitabotabo. Bapak ini sangat aktif dalam adat Batak yang ada di desa Sitabotabo. Bapak ini sudah tua, tetapi kelihatannya masih sehat dan semangat dalam menjalani kehidpannya. Bapak ini mempunyai 8 anak, 4 anak laki-laki dan 4 anak perempuan. Menurut bapak T. Nababan, sangat sulit untuk menyekolahkan anak-anaknya sampai SMA, meskipun istri saya berjualan selasa, jumat, dan sabtu itu hanya cukup untuk membeli garam saja, untuyk keperluan sekolah masih harus dari hasil ladang. Padahal hasil ladang pada saat itu tidak begitu bagus dan tidak rutin hasilnya.

Menurut bapak T. Nababan para petani adalah orang-orang yang tidak mampu untuk menyekolahkan anak-anaknya, karena hasil dari sawah dan ladang hanya cukup untuk makan saja dan susah untuk menabung. Tetapi pada 2007 bapak ini mulai melakukan perubahan pada pola kerja bertaninya, yaitu melakukan diversifikasi pada lahan sawah irigasi. Hal itu dilakukan untuk merubah pola hidup yang lebih sejahtera lagi. Menurut bapak ini jika anak-anaknya bisa sekolah minimal tamat SMA itu merupakan kekayaan dan kesejahteraan keluarganya. Banyak hal yang dilakukan untuk mengubah hidup yang lebih baik lagi. Bapak ini mulai menekuni pekerjaannya sebagai petani yang

menanam sayur dan cabai di lahan sawah. Setelah bapak ini memutuskan untuk bertani menanam cabai di lahan sawah, istrinya T. Lumban Toruan berhenti berjualan dan ikut membantu suaminya menekuni pekerjaanya, karena bapak ini sangat sibuk mengurus ternak kerbaunya.

Bapak ini mengatakan bahwa beternak kerbau bisa membantu menambah pupuk untuk tanamannya, dan menambah keperluan anak-anak yang masih sekolah. Apa yang diharapkan bapak ini ternyata terwujud, pada 2008 bapak ini mulai menyekolahkan anaknya ke Perguruan Tinggi karena bapak ini yakin bahwa dengan adanya pemanfaatan di lahan sawah bisa meringankan bebannya dan akan terbantu memenuhi kebutuhannya.

Bapak ini mengatakan bahwa tanaman yang biasa ditanami hanya cabai merah, cabai rawit dan sayur pahit aja, dan setiap tahunnya hal itu rutin dilakukan dan tidak pernah berubah. Pernah sekali bapak ini mencoba menanam tomat, tetapi tanaman bapak ini tidak berhasil. Oleh karena itu bapak T. Nababan ini tidak pernah menanam tanaman lainnya selain tanaman cabai dan sayuran saja.

Bapak ini juga mengatakan bahwa mereka hanya melakukan diversifikasi hanya di lahan sawah saja, karena tidak bisa di lahan darat, karena darat sebagian digunakan untuk menanam kopi, dan sebagiab lagi digunakan untuk menanam ubi. Lahan untuk menanam cabai itu sudah tidak ada, tetapi untuk memenuhi kebutuhan tiap harinya kita harus berusaha unutk menanam tanaman dimanapun lahan yang ada. Bapak ini juga mengatakan bahwa dilakukannya diversifikasi

dapat meningkatkan taraf hidup yang lebih baik, sejahtera karena semua anak-anaknya dapat sekolah sampai tingkat SMA.

Menurut bapak ini semakin aktif para petani unutk melakukan diversifikasi semakin sering para petani melakukan interaksi, karena kebutuhan masing-masing petani tidak selalu terpenuhi tentang diversifikasi tersebut, ada saja alas an petani untuk mel;akukan diversifikasi, salah satunya menyapa petani yang sedang bekerja di ladang dengan menanyakan bibit apa yang ditanam, ke pada siapa dijual, berapa harga cabainya, berapa modalnya, dan masih banyak lagi yang dibicarakan para petani untuk selalu melakukan diversifikasi. Bapak ini juga menyatakan bahwa petani juga lebih aktif di bidang pertanian setelah kelompok tani Sinur Gabe hadir di Desa Sitabotabo, yang menjadikan petani lebih mudah utuk menanyakan kesulitan-kesulitan yang ada di dalam melakukan pekerjaanya.

Menurut bapak T. Nababan ada perubahan yang terjadi pada kebiasaan atau tradisi bertani mereka yaitu mengolah lahan ketika melakukan diversifikasi ataupun pada saat menanam padi, hal itu terjadi karena Hand Tractor telah masuk ke desa Sitabotabo pada tahun 2008. Adanya Hand Tractor atau jetor ini yaitu

berasal dari kelompok tani Sinur Gabe yang artinya “Tumbuh dan Berkembang” ,

menurut bapak ini memang pekerjaan mengolah lahan lebih mudah dilakukan tetapi tradisi kearifan lokal itu telah berkurang. Tetapi ada juga tradisi lokal yang masih bertahan yaitu, pada saat menanam padi dan memanen padi masih ada yang namanya marsiadapari / tidak mengharapkan imbalan atau yang artinya gotong royong. Misalnya pada hari Senin si A bekerja memanen padinya si B, dan hari Selasa si B marsiadapari ke sawah si A.

Menurut bapak T. Nababan di dalam mengolah lahannya ketika melakukan diversifikasi tidak menggunakan hand tractor karena jalan menuju ke sawah berbukit dan tidak bagus. Jadi untuk mengolah lahan sawahnya, bapak ini mengupah para anak dewasa untuk mengolah lahan. Biasanya bapak ini langsung memborongkan lahannya kepada pekerja. Bapak ini biasanya memperkerjakan 2 orang unutk mengolah lahannya, dan bapak ini akan memberikan upah Rp.300.000,00 sampai siap ditanami. Bapak ini memanfaatkan lahan sawah tidak begitu luas, karena tidak semua jenis tanah bisa dimanfaatkan untuk menanam tanaman muda, dan sawah yang digunakan adalah sawah irigasi, dimana sawah tersebut dapat dikeringkan dan dapat diairi.lahan sawah yang dimanfaatkan untuk menanam tanaman muda, tidaklah luas hanyya saja cukup untuk menanam cabai 1000 pokok cabai, dan 1000 pokok sayuran.

7. Nama : Togu Hutasoit Umur : 45 tahun Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Petani, Tengkulak

Bapak Togu Hutasoit biasanya dipanggil dengan sebutan Pak Kosmar, karena anaknya yang paling besar bernama Kosmar. Pak Kosmar adalah petani yang melakukan diversifikasi di lahan sawah. Pekerjaan sampingan bapak ini adalah seorang tengkulak , dimana bapak ini bertugas untuk mengumpulkan hasil sayuran dan menyerahkan kembali ke pada tokenya. Pak Kosmar sudah 23 tahun bertani sampai sekarang, dan bapak ini mulai menekuni kegiatan taninya di lahan

sawah pada tahun 2008, ketika penduduk Desa Sitabotabo mulai melakukan pemanfaatan lahan sawah sebagai tempat menanam sayur-sayuran di dalam memperbaiki ekonominya.

Menurut pak Kosmar kegiatan diversifikasi di lahan sawah dapat meningkatkan taraf hidup yang lebih sejahtera, itu terlihat dari pendidikan anak yang semakin membaik, meskipun tidak menyekolahkan ke luar daerah tetapi mereka mampu menamatkan pendidikan anak-anaknya sampai tamat SMA. Harapan pak Kosmar adalah, jika anaknya dapat disekolahkan ke tingkat Perguruan Tinggi itu merupakan bukti bahwa kehidupannya makin sejahtera. Hal itu dibuktikan oleh Pak Kosmar sekarang anaknya yang paling besar kuliah di Perguruan Tinggi di Medan.

Pak Kosmar juga mengatakan bahwa semakin tingginya kesejahteraan penduduk, maka akan semakin baiknya hubungan kekeluargaan, interaksi di antara masyarakat tani. Bapak ini juga mengatakan bahwa interaksi antar petani sering terjadi karena saling membutuhkan. Apalagi bapak ini adalah seorang tengkulak, para petani yang hendak memasarkan hasil taninya melalui pak Kosmar, jadi interaksi setiap harinya semakin membaik. Jika interaksi di dalam Desa membaik, maka hal itu dapat meningkatkan kesejahteraan sosial.

Menurut pak Kosmar, ketika beliau belum memanfaatkan lahan sawahnya untuk menambah pendapatan hidupnya sangat pas-pasan, hanya cukup untuk makan, kadang kebutuhan sekolah susah untuk dipenuhi, tetapi ketika mencoba melakukan diversifikasi, sudah bisa bergerak lebih tenang lagi. Bapak Kosmar ini menanami lahan sawahnya dengan sayur dan cabai. Alas an bapak Kosmar

melakukan diversifikasi di lahan sawah adalah karena lahan sawah itu tanahnya lembab dan baik untuk tanaman, jadi meskipun musim kem,arau tanaman tidak akan cepat rusak. Alas an lain karena lahan keringnya tidaklah luas, hanya cukup dimanfaatkan untuk menanam kopi saja. Sebenarnya masih ada lahan kering untuk tempat menanam tanaman muda, tetapi karena air saaangat susah untuk didapatkan, maka bapak Kosmar melakukan kegiatannya di lahan sawah, dan sampai saat ini masih ditekuninya.

Menurut pak Kosmar, ketika mengolah lahan sawah untuk menanami tanaman muda hanya di bantu oleh anak-anaknya, dan marsiadapari dengan pak Jeba Laia, karena lahan mereka untuk digunakan diversifikasi berdampingan, cara kerja mereka hanya marsiadapari atau gotong-royong, jika pekerjaan di tempat pak Kosmar selesai, maka mereka akan bekerja lagi di tempat pak Jeba Laia.

Marsiadapari yang dilakukan bapak Kosmar tidaklah pada saat melakukan

diversifikasi pada lahan sawah, tetapi juga pada saat menanam padi. Tetapi yang marsiadapari adalah hanya istri-istrinya saja.

8. Nama : Jeba Laia Umur : 35 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Petani

Bapak Jeba Laia adalah seorang petani di desa Sitabotabo, ketika mereka pindah dan menetap di Desa Sitabotabo ini. Pak Jeba telah bertani mulai tahun

1998 sampai sekarang, dan menekuni diversifikasi di lahan sawah pada tahun 2008 sampai sekarang. Sebelum pak Jeba menikah dan masih tinggal di Nias, bapak ini adalah nelayan, tetapi karena istrinya meminta untuk tinggal di Desa Sitabotabo, bapak Jeba harus belajar untuk bertani seperti halnya penduduk boiasanya, sehingga dapat untuk bertahan hidup.

Menurut bapak ini setelah mereka menetap tinggal di desa ini, lahan yang diberikan mertuanya sangatlah sedikit, sedangkan kebutuhan tiap hari semakin meningkat. Cara yang dilakukan pak Jeba untuk memperbaiki ekonomi keluarganya adalah dengan mengolah semaksimal mungkin lahan yang ada. Lahan yang mereka miliki hanya lahan sawah saja, apapun caranya mereka harus tetap bertahan untuk kelangsungan hidupnya. Di dalam memanfaatkan lahan sawah yang ada, pak Jeba mulai bertani tanaman muda di lahan sawah. Awalnya hanyalah coba-coba saja, tetapi lama-kelamaan pekerjaannya makin sukses dan membaik. Adapun tanaman muda yang sering di tanam di lahan sawahnya adalah, sayur pahit, cabai merah, cabai rawit, jagung, kacang, bawang pre, dan ubi jalar.

Pak Jeba mengatakan bahwa dengan bertani di lahan sawah, dengan menggunakan diversifikasi sedikit membantu, dan sudah mulai bisa untuk bergerak di dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk mengolah lahan pak Jeba kerja sama dengan pak Kosmar, mereka selalu kerja sama di dalam mengolah lahan sawah untuk dijadikan tempat menanam tanaman muda, bukan hanya untuk menanam tanaman muda saja, tetapi pada saat menanam padi, dan memanen padi.

Menurut pak Jeba dengan dilakukannya kegiatan diversifikasi interaksi antar petani lebih meningkat, karena bukan hanya waktu menanam padi saja mereka melakukan komunikasi, tetapi dengan adanya diversifikasi ini mereka lebih sering melakukan interaksi.

9. Nama : Masro Umur : 42 Tahun Jenis kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Petani

Bapak ini merupakan seorang petani yang melakukan diversifikasi di lahan sawah. Bapak Masro ini bertani sejak tahun 1987 sampai sekarang (25 tahun). Bapak ini mulai menekuni kegiatannya di bidang diversifikasi pada lahan sawah pada tahun 2008 sampai sekarang (4 tahun). Bapak ini memiliki anak 9 Orang, anak pertama dan kedua bekerja di Malaysia, anak ketiga sedang kuliah, sedangkan anak-anaknya yang 6 orang lagi sedang sekolah.

Bapak ini mengatakan bahwa menjadi petani itu sangatlah susah, bapak ini tidak mau jika anak-anaknya sama nasibnya dengan orang tuanya. Jika hanya mengharapkan dari sawah saja tidaklah cukup. Adapun sawah hanya menghasilkan padi saja, padi dipanen hanya 1 kali dalam setahun, untuk dimakan saja tidak cukup. Jika bulan Mei panen padi, beras akan habis bulan Desember, terpaksa akan membeli beras untuk kebutuhan sehari-hari. Jika hal seperti itu yang terjadi setiap tahunnya petani tidaklah mampu, apapun akan diusahan supaya dapat tambahan.

Bapak Masro mengatakan bahwa cara yang dilakukan hanyalah memanfaatkan lahan yang ada. Lahan sawah yang biasanya hanya ditanami padi, sekarang menjadi tempat menanam berbagai jenis tanaman muda lainnya. Jika

Dokumen terkait