• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III M. QURAISH SHIHAB DAN BUYA HAMKA

A. Biografi M. Quraish Shihab dan Profil Kitab al- Misbah

2. Profil Kitab al-Misbah

Kitab Tafsir al-Misbah adalah salah satu karya tulis monumental Quraish Shihab diantara sekian banyak karya-karya tulis lainnya. Upaya penulisan Tafsir al-Misbah dimulai pada hari Jumat 4 Rabi‟ul Awal 1420 H / 18 Juni 1999 M di Cairo Mesir dan diselesaikan pada hari Jumat 8 Rajab 1423 H / 5 September 2003. Karya ini mencapai lima belas volume. Dalam penulisan Tafsir al-Misbah ini, ia sambil mengemban tugas dari Bapak Bahruddin Yusuf Habibi yang menawari beliau sebagai Duta Besar dan berkuasa penuh di Mesir, djibouti, Somalia.8 Sebelum menulis Tafsir al-Misbah, Ia juga pernah menulis kitab tafsir yaitu Tafsir al-Qur‟an al-Karim yang diterbitkan oleh penerbit Pustaka Hidayah pada tahun 1997. Ada sekitar 24 surat yang disajikan disana, namun Quraish Shihab masih belum puas dan merasa banyak kekurangan dan kelemahan dalam penyajian di dalam kitab tersebut. Oleh karena itu, kitab Tafsir al-Misbah merupakan penyempurna dari kitab tafsir sebelumnya.

Quraish Shihab mengamati masyarakat muslim Indonesia bahwa mereka sangat mencintai al-Qur‟an dan mengagumi al-Qur‟an, namun sebagian dari mereka hanya mengagumi al-Qur‟an dari segi gaya bacaan dengan melantunkan suara merdu. Hal ini seolah-olah mengindikasikan bahwa

8 Lihat kata penutup M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, vol. 15, cetakan 5 (Jakarta: Lentera Hati, 2006).

37

Qur‟an hanya sekedar untuk dibaca saja.9 Pada hakikatnya, bacaan dan lantunan al-Qur‟an harus disertai dengan pemahaman dan penghayatan dengan menggunakan akal dan hati untuk menggungkap pesan-pesan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Tradisi qira‟ah, tilawah, dan tadabbur al-Qur‟an adalah upaya dalam memahami dan mengamalkan al-Qur‟an.

Adapun tujuan Quraish Shihab menulis Tafsir al-Misbah ialah:10Pertama, memberikan kemudahan kepada umat Islam dalam memahami isi dan kandungan ayat-ayat al-Qur‟an dengan menjelaskan secara rinci tentang nilai-nilai dan pesan-pesan yang dibawa oleh al-Qur‟an, dan menjelaskan tema-tema yang berkaitan dengan perkembangan kehidupan Manusia. Menurut Quraish Shihab walaupun banyak orang yang ingin memahami pesan-pesan dalam al-Qur‟an, namun pasti ada kendala baik dari segi keilmuan, keterbatasan waktu, dan keterbatasan referensi sebagai bahan acuan. Kedua, kekeliruan umat Islam dam memaknai fungsi al-Qur‟an. Misal, tradisi membaca surah Yasin berkali-kali, akan tetapi tidak memahami apa yang mereka baca tersebut. Indikiasi tersebut dapat dilihat dengan banyaknya buku-buku keutamaan membaca surah-surah dalam al-Qur‟an. Oleh karena itu, pentingnya memberikan buku bacaan baru yang menjelaskan tema-tema atau pesan-pesan al-Qur‟an pada ayat-ayat yang mereka baca. Ketiga, kekeliruan terhadap masyarakat terpelajar di dunia studi al-Qur‟an, banyak diantara mereka yang tidak mengetahui bahwa sitematika dalam penulisan al-Qur‟an mempunyai aspek pendidikan yang sangat menyentuh. Keempat, banyaknya dorongan dari umat Islam Indonesia yang membulatkan tekad Quraish Shihab dalam menulis karya tafsir.

b. Metode Penafsiran Kitab al-Misbah

Metode tulisan Quraish Shihab dalam tafsirnya yaitu Tafsir al-Misbah, lebih condong kepada tafsir tahlīli. Ia menjelaskan al-Qur‟an dengan ketelitian

9 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, Vol I (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 4.

10 Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, 4.

redaksi kemudian menyusun kandungannya dengan gaya bahasa indah yang menonjolkan petunjuk dan nilai-nilai dalam al-Qur‟an bagi kehidupan masyarakat dan menghubungkan pesan ayat-ayat al-Quran dengan hukum-hukum alam yang terjadi pada masyarakat. Saat mempaparkan uraian-uraian, ia sangat memperhatikan kosa kata atau ungkapan al-Qur‟an dengan menyajikan pandangan para pakar bahasa, kemudian menjelaskan bagaimana ungkapan itu dipakai dalam al-Qur‟an.11

Dalam karya lainnya, Quraish Shihab lebih memilih menggunakan metode mauḍū’ī dalam menyajikan pemikirannya pada penafsiran ayat-ayat al-Qur‟an. Hal ini dilakukannya, karna dengan menggunakannya metode mauḍū’ī (tematik) ia dapat memaparkan pendapat-pendapat al-Qur‟an tentang berbagai masalah kehidupan serta menjadi bukti bahwa ayat-ayat al-Qur‟an sejalan dengan perkembangan dan kemajuan peradaban masyarakat. Berbeda dengan hasil karyanya yang menggunakan metode tahlili yaitu Tafsir al-Misbah.

Quraish Shihab mempunyai beberapa prinsip yang ia pegang dalam karya tafsirnya, baik tahlīli maupun mauḍū’ī, salah satunya adalah al-Qur‟an merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Dalam menafsirkan al-Qur‟an beliau tidak pernah lupa dari pembahasan ilmu al-munasabah ayat yang tercermin dalam enam perkara ini:

a. Keserasian kandungan ayat dengan penutup ayat.

b. Keserasian kata demi kata dalam satu surah.

c. Keserasian tema surah dengan nama surah.

d. Keserasian uraian awal satu surah dengan penutupnya.

e. Keserasian hubungan ayat dengan ayat berikutnya.

f. Keserasian penutup surah dengan uraian awal surah sesudahnya.

11 Mahmud Yunus, Tafsir al-Qur’an al-Karim (PT Hidakarya Agung, 2004), 4.

39

c. Corak dan Sistematika Penulisan Tafsir al-Misbah

Quraish Shihab dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur‟an lebih condong menggunakan corak al-Adabi al-Ijtimā‘ī (sosial kemasyarakatan). Yaitu corak tafsir yang berusaha memahami ayat-ayat al-Qur‟an dengan cara mempaparkan ungkapan-ungkapan al-Qur‟an secara teliti. Kemudian menjelaskan tujuan dan makna yang dimaksud dengan gaya bahasa yang indah dan menarik. Ia menggunakan corak tersebut karena penafsiran al-Qur‟an dari zaman ke zaman selalu ada perubahan tergantungan dengan perkembangan dan kondisi pada zaman tersebut. Corak ini ditekankan bukan hanya ke dalam tafsir fiqh, tafsir isyarī, tafsir lugawī maupun tafsir „ilmī, akan tetapi arah penafsiran ini lebih ditekankan pada kebutuhan masyarakat dan sosial kemasyarakatan yang disebut corak al-Adabi al-Ijtima„ī.12

Corak tafsir al-Misbah merupakan salah satu daya tarik pembaca yang dapat menumbuhkan kecintaan kepada al-Qur‟an dan memotivasi untuk mendalami pemahaman makna-makna dan rahasia-rahasia al-Qur‟an. Menurut Muhammad Husein al-Dzahabi, corak penafsiran ini jauh dari kekurangan berusaha mengemukakan dari segi keindahan bahasa dan kemukjizatan al-Qur‟an, membantu segala masalah yang terjadi pada umat Islam khususnya dan umat manuia pada umumnya, menjelaskan makna-makna dan sasaran-sasaran yang dituju oleh al-Qur‟an, mengungkapkan hukum-hukum alam yang agung dan tatanan kemasyarakatan yang di kandung, menjalankan petunjuk dan ajaran al-Qur‟an untuk mendapatkan keselamatan di dunia dan di akhirat dan berusaha menghubungkan antara al-Qur‟an dengan teori-teori ilmiah yang benar. Di dalam al-Qur‟an berusaha menjelaskan kepada umat manusia bahwa al-Qur‟an adalah kitab suci yang kekal, yang mampu bertahan sepanjang masa dan mampu menmgikuti perkembangan zaman dan kebudayaan manusia

12 Fajrul Munawwir, Pendekatan Kajian Tafsir, dalam M. Alfatih Suryadilaga (dkk), Metodologi Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Teras 2005), 138.

hingga akhir masa, yang berusaha mengungkap kebohongan dan keraguan terhadap al-Qur‟an dengan argumen yang kuat dan mampu melawan segala kebatilan, sehingga sangat jelas bagi mereka bahwa al-Qur‟an itu benar.13

Sebuah karya tafsir yang bercorak sastra budaya dan kemasyarakatan mempunya tiga karakter yang harus dimiliki. Pertama, menjelaskan bahwa al-Qur‟an adalah kitab suci yang kekal sepanjang masa dan menjelaskan petunjuk ayat-ayat al-Qur‟an yang berhubungan langsung dengan kehidupan masyarakat. Kedua, penjelasan-penjelasannya lebih cenderung pada penanggulangan penyakit dan solusi-solusi pada masalah-masalah yang sedang terjadi pada masyarakat. Ketiga, menyajikan ke dalam bahasa yang mudah dipahami dan indah didengar.

Tafsir Misbah terdiri dari 15 volume, mencakup keseluruhan al-Qur‟an sebanyak 30 juz. Dari setiap kelima belas volume kitab tersebut mempunyai ketebalan halaman yang berbeda-beda, dan jumlah surah di dalamnya pun berbeda.14 Cetakan pertama (Volume I) adalah pada tahun 2000 yang diterbitkan oleh Penerbit Lentera Hati, Jakarta. Kemudian cetakan Pertama (Volume XV) tertera pada tahun 2003. Menurut pengakuan Quraish Shihab, ia menyelesaikan karya tafsirnya itu selama empat tahun lama. Dimulai di Mesir pada hari Jumat 4 Rabi‟ul Awwal 1420 H / 18 Juni 1999 dan diselesaikan di Jakarta pada hari Jum‟at 5 September 2003. Setiap hari rata-rata ia menghabiskan waktu kurang lebih 7 jam untuk menyelesaikan karya tafsirnya.

Quraish Shihab menyampaikan uraian dalam tafsir al-Misbah menggunakan tartib mushafi, yaitu menafsirkan seluruh ayat-ayat al-Qur‟an secara berurutan sesuai dengan susunan mushaf dalam al-Qur‟an. Ayat demi

13 Abdul Hayy al-Farmawy, Metode Tafsir dan Cara Penerapannya (Bandung:

Pustaka Setia, 2002), 71-72.

14 Mahfudz Masduki, Tafsir al-Misbah M. Quraish Shihab, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), 20.

41

ayat, surat demi surat, dimulai dari surah al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Nas.15 Sebelum masuk ke Surah, terdapat pendahuluan yang memapaparkan tentang: jumlah ayatnya, tempat diturunkan surah tersebut, pengambilan nama surah, surah yang diturunkan sebelum surah tersebut, redaksi yang berhubungan dengan surah lain, serta gambaran tentang isi kandungan surah tersebut dan asba>bu al-nuzu>l nya.

B. Biografi Buya Hamka dan Profil Tafsir al-Azhar

Dokumen terkait