• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Pasangan Jusuf Kalla Dan Wiranto (JK-WIN)

Dalam dokumen PERSEPSI IKLAN POLITIK PADA PEMILIH PEMULA (Halaman 71-83)

BAB II PROFIL CALON PRESIDEN - WAKIL PRESIDEN, DAN DESKRIPSI

C. Profil Pasangan Jusuf Kalla Dan Wiranto (JK-WIN)

commit to user

Setelah resmi mendeklarasikan diri pada hari Jum’at, 1 Mei 2009 sebagai pasangan calon presiden-calon wakil presiden, Jusuf Kalla dan Wiranto melakukan “Proklamasi” pada hari Minggu, 10 Mei 2009 ini. Proklamasi ini bertempat di Tugu Proklamasi, jalan Proklamasi Jakarta. Di tempat inilah, yang dahulunya bernama jalan Pegangsaan Timur No. 56, Soekarno dan Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.

Cara pasangan JK-Wiranto yang didukung dari partai Golkar dan Hanura ini terinspirasi oleh kesederhanaan Soekarno-Hatta saat memproklamirkan kemerdekaan negeri Indonesia. Di samping itu juga mencerminkan tekad kuat untuk kembali ke cita-cita Proklamator untuk menegakkan harkat-martabat bangsa.

Visi pasangan calon presiden dan wakil presiden JK-Wiranto adalah INDONESIA YANG ADIL, MANDIRI, DAN BERMARTABAT. Visi ini didasari dari cita-cita utama pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang secara singkat dapat dicuplik dari Pembukaan UUD 1945, yaitu terwujudnya: (i) Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur; (ii) Perikehidupan kebangsaan yang bebas; dan (iii) Pemerintahan Negara Indonesia untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Secara jelas spirit Pembukaan UUD 1945 itu memuat tiga pilar penting bagi Indonesia, yakni menciptakan keadilan, membangun kemandirian, dan menjaga martabat bangsa.

commit to user

Keadilan akan menciptakan kesejahteraan dan keharmonisan antarwarga negara, kemandirian memberi ruang penyelenggara negara untuk memutuskan arah dan tujuan bangsa secara berdaulat, dan martabat akan mengantarkan bangsa ini berdiri tegak sejajar dengan bangsa lainnya. Tiga bangunan inilah yang mesti diperjuangkan dalam membangun Indonesia ke depan.

Sedangkan misi yang yang akan diperjuangkan adalah:

1. MEWUJUDKAN EKONOMI BANGSA YANG MANDIRI, BERDAYA SAING, DAN BERKEADILAN.

2. MEWUJUDKAN DEMOKRASI DAN OTONOMI DAERAH YANG SEHAT, EFESIEN DAN EFEKTIF.

3. MEWUJUDKAN KETAHANAN SOSIAL BUDAYA UNTUK

INTEGRASI NASIONAL YANG MENJAMIN

KEBHINNEKAAN.

4. MEWUJUDKAN PENEGAKAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA.

Agenda kebijakan yang akan ditetapkan oleh pasangan ini adalah:

1. Ekonomi: membangun ekonomi kerakyatan, membangun kadaulatan pangan dan energi, meningkatkan daya saing produk dalam negeri, menciptakan struktur ekonomi nasional yang adil. 2. Politik dan Hukum: memperkuat system presidensiil yang

didukung sistem kepartaian yang sederhana, menata kembali funsi-fungsi lembaga negara, reformasi birokrasi untuk

commit to user

mewujudkan penyelenggara Negara yang tangkas, tanggap dan cepat.

3. Pertahanan dan Keamanan: menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI, modernisasi alat utama system persenjataan TNI-Polri, peningkatan anggaran pertahanan dan keamanan.

4. Pendidikan: meningkatkan kualitas dan pemerataan pendidikan, meningkatkan penyediaan pendidikan yang terjangkau.

5. Sosial Budaya: meningkatkan solidaritas sosial kesetiakawanan dan memupuk semangat nasionalisme.

6. Kesehatan: meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana kesehatan dokter dan tenaga media yang memadai bagi daerah tertinggal.

7. Pemuda dan Olahraga: pengembangan kepeloporan pemuda, peningkatan prestasi olahraga.

Ø Jusuf Kalla

Jusuf Kalla lahir di Watampone, Bone, Sulawesi Selatan, 15 Mei 1942. Dunia politik sudah dirintisnya sejak menjadi mahasiswa Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar. Berbagai jabatan organisasi kemahasiswaan pernah

commit to user

disandangnya, dari Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Makassar, Ketua Dewan Mahasiswa Unhas, hingga Ketua Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia Ujung Pandang. Pengalaman organisasi semasa mahasiswa inilah yang memberi bekal putra pasangan Haji Kalla dan Athirah ini mengenal dunia politik.

Tahun 1965 sesaat setelah pembentukan Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar), M. Jusuf Kalla terpilih menjadi Ketua Pemuda Sekber Golkar Sulawesi Selatan dan Tenggara (1965-1968). Kemudian, terpilih menjadi Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan Periode 1965-1968 mewakili Sekber Golkar. Pada Musyawarah Nasional (Munas) Golkar di Bali, bulan Desember 2004 ia terpilih menjadi Ketua Umum Partai Golkar Periode 2004-2009. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Anggota Dewan Penasihat DPP Golkar, dan menjadi Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Utusan Golkar (1982-1987), serta Anggota MPR-RI Utusan Daerah (1997-1999).

Putra pasangan Hadji Kalla dan Hajjah Athirah ini sebelum terjun ke pemerintahan dikenal luas oleh dunia usaha sebagai pengusaha sukses. Usaha-usaha yang dirintis ayahnya, NV. Hadji Kalla, diserahkan kepemimpinannya sesaat setelah ia diwisuda menjadi Sarjana Ekonomi di Universitas Hasanuddin Makassar Akhir Tahun 1967.Di samping menjadi Managing Director NV. Hadji Kalla, juga menjadi Direktur Utama PT Bumi Karsa dan PT Bukaka Teknik Utama.

Usaha yang digelutinya, di samping usaha lama, ekspor hasil bumi, dikembangkan usaha yang penuh idealisme, yakni pembangunan infrastruktur

commit to user

seperti pembangunan jalan, jembatan, dan irigasi guna mendorong produktivitas masyarakat pertanian.

Anak perusahaan NV. Hadji Kalla antara lain; PT Bumi Karsa (bidang konstruksi) dikenal sebagai kontraktor pembangunan jalan raya trans Sulawesi, irigasi di Sulsel, dan Sultra, jembatan-jembatan, dan lain-lain. PT Bukaka Teknik Utama didirikan untuk rekayasa industri dan dikenal sebagai pelopor pabrik Aspal Mixing Plant (AMP) dan gangway (garbarata) di Bandara, dan sejumlah anak perusahaan di bidang perumahan (real estate); transportasi, agrobisnis dan agroindustri.

Atas prestasinya di dunia usaha, Jusuf Kalla dipilih oleh dunia usaha menjadi Ketua Kamar Dagang dan Industri Daerah (Kadinda) Sulawesi Selatan (1985-1997), Ketua Dewan Pertimbangan KADIN Indonesia (1997-2002), Ketua Umum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), Sulawesi Selatan (1985-1995), Wakil Ketua ISEI Pusat (1987-2000), dan Penasihat ISEI Pusat (2000-sekarang).

Di bidang pendidikan, Jusuf Kalla menjadi Ketua Yayasan Pendidikan Hadji Kalla yang mewadahi TK, SD, SLTP, SLTA Athirah, Ketua Yayasan Pendidikan Al-Ghazali, Universitas Islam Makassar. Selain itu, ia menjabat Ketua Dewan Penyantun (Trustee) pada beberapa universitas, seperti Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makassar; Institut Pertanian Bogor (IPB); Universitas Islam Negeri (UIN) Makassar; Universitas Negeri Makassar (UNM), Ketua Dewan Pembina Yayasan Wakaf Paramadina; Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) UNHAS.

commit to user

Di kalangan ulama dan pemuka masyarakat, nama Jusuf Kalla dikenal sebagai Mustasyar Nahdhatul Ulama Wilayah Sulawesi Selatan, melanjutkan tugas-tugas dan tanggung jawab ayahnya, Hadji Kalla, yang sepanjang hidupnya menjadi bendahara NU Sulsel juga menjadi bendahara Masjid Raya, Masjid Besar yang bersejarah di Makassar. Ketika akan membangun masjid bersama Alm. Jenderal M. Jusuf, Jusuf Kalla dipilih menjadi Ketua Yayasan Badan Wakaf Masjid Al-Markaz al-Islami (Masjid Jend. M. Jusuf). Sekarang, Masjid tersebut menjadi Masjid termegah di Indonesia Timur. Di kalangan agama-agama lain selain Islam, Jusuf Kalla dipilih menjadi Ketua Forum Antar-Agama Sulsel.

Pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Presiden RI ke-4), M. Jusuf Kalla dipercayakan selama kurang dari setahun (1999-2000) sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI merangkap Kepala Bulog. Pada masa Presiden Megawati Soekarnoputri (2001-2004) ia dipilih menduduki jabatan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat. Jusuf Kalla kemudian mengundurkan diri sebagai Menko Kesra RI sebelum maju sebagai calon wakil presiden, mendampingi calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla (SBY-JK) berhasil sebagai pemenang Pemilu 2004. SBY dilantik sebagai Presiden RI ke-6 dan M. Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden RI ke-10. Pasangan ini menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI yang pertama kali dipilih rakyat secara langsung.

Daftar Riwayat Hidup :

Nama :Drs. H. Muhammad Jusuf Kall Lahir :Watampone, 15 Mei 1942

commit to user Agama : Islam

Alamat Rumah:Jl. Denpasar Raya CIII/9 Kuningan Jakarta Pusat Isteri :Ny. Mufidah Jusuf

Anak-anak : 1. Muchlisa Jusuf 2. Muswirah Jusuf 3. Imelda Jusuf 4. Solichin Jusuf 5. Chaerani Jusuf

Cucu : (1). Ahmad Fikri; (2) Mashitah; (3) Jumilah Saffanah; (4) Emir Thaqib; (5) Rania Hamidah; (6) Aisha Kamilah; (7) Siti Safa; (8) Rasheed; dan (9) Maliq Jibran.

Pendidikan :

· Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin (1967)

· The European Institute of Business Administration, Perancis (1977) Karir :

· Agustus 2001 - 2004 : Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat

· 1999 - 2000 : Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI

· 1968 - 2001 : Direktur Utama NV. Hadji Kalla

· 1969 - 2001 : Direktur Utama PT. Bumi Karsa

· 1988 - 2001 : Komisaris Utama PT. Bukaka Teknik Utama

· 1988 - 2001 : Direktur Utama PT. Bumi Sarana Utama

commit to user

· 1995 - 2001 : Komisaris Utama PT. Bukaka Singtel International Organisasi :

· 2000 - sekarang : Anggota Dewan Penasehat ISEI Pusat

· 1985 - 1998 : Ketua Umum KADIN Sulawesi Selatan

· 1994 - sekarang : Ketua Harian Yayasan Islamic Center AI-Markaz

· 1992 - sekarang : Ketua IKA-UNHAS

· 1988 - 2001 : Anggota MPR-RI

· 2004-2009: Ketua Umum DPP Partai Golkar

Ø Wiranto

Wiranto dilahirkan pada 4 April 1947 di Yogyakarta, Ayahnya, RS Wirowijoto adalah seorang guru sekolah dasar, dan ibunya bernama Suwarsijah. Pada usia sebulan, Wiranto dibawa pindah oleh orang tuanya ke Surakarta akibat agresi Belanda yang menyerang kota Yogyakarta. Di Surakarta inilah ia kemudian bersekolah hingga menamatkan Sekolah Menengah Atas (SMA N 4 Solo). Sejak kecil, Wiranto sudah bercita-cita ingin menjadi tentara. Cita-cita itu diwujudkannya saat usia 18 tahun ketika ia masuk Akademi Militer Nasional di

commit to user

Magelang pada tahun 1965. Tiga tahun kemudian, ia berhasil lulus dari AMN untuk menapaki jalur militer.

Karier pertama ia tapaki di Gorontalo. Wiranto menemukan jodohnya ketika ia ditugaskan di sana pada tahun 1969 sebagai Komandan Peleton Batalyon Infanteri 713, Gorontalo. Di sana ia berkenalan dengan Rugaiya Usman, sosok gadis Gorontalo kelahiran Pauwo Kabila, putri seorang petani kelapa. Pada 22 Februari 1975, Wiranto dan Rugaiya menikah.

Namanya melejit setelah menjadi ajudan Presiden Suharto tahun 1987-1991. Setelah sebagai ajudan presiden, karir militer Wiranto semakin menanjak ketika tampil sebagai Kasdam Jaya, Pangdam Jaya, Pangkostrad, dan KSAD.

Selepas KSAD, ia ditunjuk Presiden Soeharto menjadi Pangab (sekarang Panglima TNI) pada Maret 1998. Pada masa itu terjadi pergantian pucuk kepemimpinan nasional. Posisinya yang sangat strategis menempatkannya sebagai salah satu pemain kunci bersama Wakil Presiden B.J. Habibie. Ia tetap dipertahankan sebagai Pangab di era Presiden Habibie.

Ketika menjabat sebagai Menteri Pertahanan Keamanan/Panglima ABRI (Menhankam/Pangab) inilah Wiranto menyatakan akan menarik seluruh pasukan militer nonorganik sekaligus mencabut status DOM (daerah operasi militer) di Aceh. Selain itu, ia juga mereformasi peran militer pascaberakhirnya era Orde Baru. Dalam tubuh militer, ia menelurkan kebijakan reformasi di internal. Salah satunya adalah mengganti peran ABRI dan mengembalikan namanya menjadi TNI. Ketika ia menjabat, berbagai peristiwa kerusuhan dan konflik tengah terjadi di negeri ini.

commit to user

Pengabdiannya di bidang militer berakhir pada 4 April 1999 pada usia 52 tahun. Saat itu ia menyatakan pensiun dari dinas aktif kemiliteran. Dasar utama keputusan tersebut adalah adanya peraturan bahwa setiap prajurit TNI yang bertugas di luar struktur TNI harus memilih pensiun atau alih status, atau kehilangan jabatan dan kembali ke TNI. Peraturan itu sendiri merupakan respons dari salah satu tuntutan reformasi, khususnya reformasi ABRI dan Polri.

Setelah pensiun dari militer, kariernya tetap berlanjut di jalur pemerintahan. Sejumlah posisi di kementerian yang pernah dipegangnya adalah Menteri Pertahanan dan Keamanan (Menhankam) dan Menteri Koordinator Politik dan Keamanan (Menko Polkam). Jabatan Menko Polkam diembannya saat pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid.

Dalam perjalanannya, rupanya terjadi ketidakharmonisan hubungan antara Wiranto dan Presiden Wahid. Setelah dinonaktifkan sebagai Menko Polkam pada 14 Februari 2000, selang beberapa bulan kemudian Wiranto resmi meminta berhenti. Meski demikian, ia tetap aktif di dunia politik bersama Partai Golkar.

Saat penjaringan calon presiden di Partai Golkar, Wiranto mengajukan diri bersama empat calon lainnya, yaitu Akbar Tandjung, Prabowo Subianto, Aburizal Bakrie, dan Surya Paloh. Namun, hanya Wiranto dan Akbar Tandjung yang berhasil masuk ke putaran kedua pada 20 April 2004. Akhirnya Wiranto pun berhasil mengalahkan Akbar Tandjung yang waktu itu masih menjabat sebagai Ketua Umum Golkar. Sebagai calon presiden, Ia lalu berpasangan dengan Salahuddin Wahid sebagai calon wakil presiden. Dalam pemilu presiden tahun 2004, pasangan ini ternyata tidak berhasil menembus putaran kedua dan gagal

commit to user

menjadi pemimpin negeri periode 2004-2009. Lepas dari kegagalan itu, Wiranto kembali ke panggung politik dengan mendirikan partai baru, yaitu Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura). Deklarasi partai dilakukan pada 21 Desember 2006. Partai Hanura ternyata sukses meraih simpati masyarakat. Terbukti dari 38 partai yang yang bersaing, Partai Hanura berhasil meloloskan wakilnya di DPR. Kini lewat partai itulah ia maju lagi dalam pemilu presiden dan wakil presiden 2009 berpasangan dengan Jusuf Kalla.

Daftar Riwayat Hidup :

Nama : H. Wiranto. SH.

Lahir : Yogyakarta, 4 April 1947 Agama : Islam

Isteri : Hj. Rugaiya Usman, SH

Anak : Amalia Sianti, Ika Mayasari, Zainal Rizky Pendidikan :

· Akademi Militer Nasional (AMN), 1968

· Universitas Terbuka, Jurusan Administrasi Negara, 1995

· Perguruan Tinggi Ilmu Hukum Militer, 1996 Karir Militer :

· Korps Kecabangan Infantri 1968

· Komandan Peleton Yonif 713 Gorontalo, Sulawesi Selatan

· Komandan Yonif 712 1982

· Karo Tiknik Dirbang 1983

commit to user

· Kepala Staf Brigade Infanteri IX, Jawa Timur 1985

· Wakil Asisten Operasi Kepala Staf Kostrad, Jakarta 1987

· Asisten Operasi Divisi II Kostrad, Jawa Timur

· Ajudan Presiden 1989-1993

· Kasdam Jaya 1993-1994

· Pangdam Jaya 1994-1996

· Panglima Kostrad 1996-1997

· Kepala Staf Angkatan Darat 1997-1998

· Panglima ABRI 1998-1999 Karir Menteri :

· Menhankam/Pangab 1998 (Kabinet Pembangunan VII)

· Menhamkan/Pangab/Panglima TNI 1998-1999 (Kabinet Reformasi Pembangunan-Habibie)

· Menko Polkam, 1999-2000 (Kabinet Persatuan Nasional-Gus Dur)

Dalam dokumen PERSEPSI IKLAN POLITIK PADA PEMILIH PEMULA (Halaman 71-83)

Dokumen terkait