• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono (SBY-Boediono)

Dalam dokumen PERSEPSI IKLAN POLITIK PADA PEMILIH PEMULA (Halaman 60-71)

BAB II PROFIL CALON PRESIDEN - WAKIL PRESIDEN, DAN DESKRIPSI

B. Profil Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono (SBY-Boediono)

Pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urutan kedua adalah pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono. Pendeklarasian SBY Berbudi, begitu slogan yang digunakan pasangan ini, dilakukan secara gegap gempita di Gedung Sabuga, Bandung pada 15 Mei 2009. Prosesi atau tata cara deklarasi pada pasangan SBY-Boediono meniru pendeklarasian calon presiden Amerika Barack Husein Obama dan calon wakil presiden Joe Biden, yang dilaksanakan di Illionis, 23 Agustus 2008. Deklarasi mewah ini dinilai terlalu berlebihan karena diperkirakan menghabiskan dana hingga miliaran rupiah.

commit to user

Visi SBY-Boediono dalam rencana pemerintahan 2009-2014 adalah Secara ringkas, kerangka visi Indonesia 2014 dapat dirumuskan dengan kalimat singkat, padat, jelas, dan visioner, yakni: TERWUJUDNYA INDONESIA YANG SEJAHTERA, DEMOKRATIS, DAN BERKEADILAN. Penjelasannya sebagai berikut:

1. Kesejahteraan Rakyat. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat, melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing, kekayaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan budaya bangsa. Tujuan penting ini dikelola melalui kemajuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Demokrasi. Terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang demokratis, berbudaya, bermartabat dan menjunjung tinggi kebebasan yang bertanggung jawab serta hak asasi manusia

3. .Keadilan. Terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang dilakukan oleh seluruh masyarakat secara aktif, yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia.

Sedangkan Misi yang diusung SBY-Boediono 2009-2014: MEWUJUDKAN INDONESIA YANG LEBIH SEJAHTERA, AMAN DAN DAMAI DAN MELETAKKAN FONDASI YANG LEBIH KUAT BAGI INDONESIA YANG ADIL DAN DEMOKRATIS.

Usaha-usaha Perwujudan visi Indonesia 2014 akan dijabarkan dalam misi pemerintah tahun 2009-2010 sebagai berikut.

1. Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera 2. Memperkuat Pilar-Pilar Demokrasi

commit to user

3. Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang

Pasangan Capres-Cawapres SBY-Boediono telah merancang 5 Strategi Pokok sebagai berikut:

1. Melanjutkan Pembangunan Ekonomi Indonesia untuk mencapai Kesejahteraan bagi seluruh Rakyat Indonesia.

2. Melanjutkan upaya menciptakan Good Government dan Good Corporate Governance.

3. Demokratisasi Pembangunan dengan memberikan ruang yang cukup untuk partisipasi dan kreativitas segenap komponen Bangsa. 4. Melanjutkan penegakan hukum tanpa pandang bulu dan

memberantas korupsi.

5. Belajar dari pengalaman yang lalu dan dari negara-negara lain, maka Pembangunan Masyarakat Indonesia adalah pembangunan yang inklusif bagi segenap komponen bangsa.

Ø Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)

Di antara tiga calon presiden yang maju bertarung dalam Pemilu Presiden 2009, Susilo Bambang Yudhoyono adalah contoh kegigihan anak desa tanpa modal nama besar keluarga meraih mimpinya. Muhammad Jusuf Kalla

commit to user

menyandang nama besar ayahnya, Hadji Kalla, saudagar sukses. Megawati Soekarnoputri menyandang nama besar ayahnya, Soekarno, Presiden RI pertama.

SBY lahir di lingkungan Pondok Pesantren Tremas, Pacitan, Jawa Timur pada 9 September 1949. SBY adalah anak tunggal dari pasangan R Soekotjo dan Siti Habibah. Ayahnya R Soekotjo adalah seorang Bintara Angkatan Darat, sementara ibunya, Siti Habibah, putri salah seorang pendiri pondok pesantren Tremas.

R Soektotjo memberi nama Susilo Bambang Yudhoyono karena penuh makna. Susilo berarti orang yang santun dan penuh kesusilaan. Bambang artinya ksatria. Yudho bermakna perang dan Yono berarti kemenangan. Jadi Susilo Bambang Yudhoyono berarti seorang yang santun, penuh kesusilaan, ksatria dan berhasil memenangkan setiap peperangan.

Seperti ayahnya, Soekotjo, seorang tentara, Yudhoyono bercita-cita menjadi tentara. Karena terlambat mendaftar, Yudhoyono ”terasing” nyaris dua tahun sebelum masuk Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri). Lulus dari Sekolah Menengah Atas 1 Pacitan tahun 1968, Yudhoyono pergi ke Surabaya, Jawa Timur. Di Surabaya, Yudhoyono diterima sebagai mahasiswa Teknik Mesin Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS). Tak sampai setahun di ITS, Yudhoyono ke Malang, Jawa Timur, masuk pendidikan guru sekolah lanjutan pertama.

Sambil menempuh pendidikan guru, Yudhoyono menyiapkan diri masuk Akabri. Cita-cita masa kecilnya menjadi tentara terus memanggil. Dari Malang, cita-cita menjadi tentara itu dirintis dan dibukakan pintunya di Bandung, Jawa

commit to user

Barat. Setelah dinyatakan lulus ujian akhir penerimaan di Bandung, Yudhoyono menuju Megelang, Jawa Tengah.

SBY meraih lulusan terbaik AKABRI Darat tahun 1973, dan terus mengabdi sebagai perwira TNI sepanjang 27 tahun. Beliau meraih pangkat Jendral TNI pada tahun 2000. Sepanjang masa itu, beliau mengikuti serangkaian pendidikan dan pelatihan di Indonesia dan luar negeri, antara lain Seskoad di mana pernah pula menjadi dosen, serta Command and General Staff College di Amerika Serikat. Dalam tugas militernya, beliau menjadi komandan pasukan dan teritorial, perwira staf, pelatih dan dosen, baik di daerah operasi maupun markas besar. Penugasan itu diantaranya, Komandan Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kostrad, Panglima Kodam II Sriwijaya dan Kepala Staf Teritorial TNI.

Karier militer Yudhoyono berakhir sesaat setelah ABRI direformasi dan diubah menjadi TNI. Saat itu Yudhoyono menjadi Kepala Staf Teritorial TNI (1999). Presiden Abdurrahman Wahid meminta Yudhoyono menjadi Menteri Pertambangan dan Energi Kabinet Persatuan Nasional.

Lepas dari karier militer, Yudhoyono mulai menatapi karier politiknya. Di bawah pemerintahan Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri, Yudhoyono melihat peluang menjadi wakil presiden dan presiden. Untuk karier politik itu, anak desa yang sudah tinggal di Puri Cikeas Indah, Bogor, Jawa Barat, itu mengubah nama panggilannya menjadi SBY.

Pengalaman kalah dalam pemilihan wakil presiden mendampingi Presiden Megawati dalam Sidang Istimewa MPR (2001) menjadi titik awal karier politik SBY. Setelah mengakui kekalahan dan mendukung Hamzah Haz sebagai wapres,

commit to user

SBY menyusun langkah menuju Istana. Langkah awal yang dibuatnya adalah mendirikan Partai Demokrat.

Menjelang kampanye Pemilu 2004, SBY mundur dari kabinet dengan drama yang membuat penonton televisi memihak kepadanya. Demokrat meraih 7,4 persen suara. Modal suara ini dipakai untuk Pilpres 2004 bersama Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI).

Berpasangan dengan Jusuf Kalla yang keluar dari konvensi capres Partai Golkar, SBY berhasil lolos ke putaran kedua Pilpres 2004. Saat berhadap-hadapan dengan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi, SBY-JK berhasil memenanginya. Peraih gelar doktor di bidang manajemen ekonomi pertanian dari Institut Pertanian Bogor itu akhirnya terpilih menjadi Presiden RI pada pemilu yang dipilih langsung oleh rakyat.

Daftar Riwayat Hidup:

Nama : Susilo Bambang Yudhoyono

Lahir : Pacitan, Jawa Timur, 9 September 1949 Agama : Islam

Istri : Kristiani Herrawati

Anak : Agus Harimurti Yudhoyono Edhie Baskoro Yudhoyono Pendidikan :

· Akademi Angkatan Bersenjata RI (Akabri) tahun 1973

· American Language Course, Lackland, Texas AS, 1976

commit to user

· Infantry Officer Advanced Course, Fort Benning, AS, 1982-1983

· On the job training di 82-nd Airbone Division, Fort Bragg, AS, 1983

· Jungle Warfare School, Panama, 1983

· Kursus Senjata Antitank di Belgia dan Jerman, 1984

· Kursus Komando Batalyon, 1985

· Sekolah Komando Angkatan Darat, 1988-1989

· Command and General Staff College, Fort Leavenworth, Kansas, AS

· Master of Art (MA) dari Management Webster University, Missouri, AS

· Doktor dalam bidang Ekonomi Pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB), tahun 2004.

Karir :

· Dan Tonpan Yonif Linud 330 Kostrad (1974-1976)

· Dan Tonpan Yonif 305 Kostrad (1976-1977)

· Dan Tn Mo 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977)

· Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad (1977-1978)

· Dan Kipan Yonif Linud 330 Kostrad (1979-1981)

· Paban Muda Sops SUAD (1981-1982)

· Komandan Sekolah Pelatih Infanteri (1983-1985)

· Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana (1986-1988)

· Paban Madyalat Sops Dam IX/Udayana (1988)

· Dosen Seskoad (1989-1992)

· Korspri Pangab (1993)

commit to user

· Asops Kodam Jaya (1994-1995)

· Danrem 072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro (1995)

· Chief Military Observer United Nation Peace Forces (UNPF) di Bosnia-Herzegovina (sejak awal November 1995)

· Kasdam Jaya (1996-hanya lima bulan)

· Pangdam II/Sriwijaya (1996-) sekaligus Ketua Bakorstanasda

· Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Istimewa MPR 1998)

· Kepala Staf Teritorial (Kaster ABRI (1998-1999)

· Mentamben (sejak 26 Oktober 1999)

· Menko Polsoskam (Pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid)

· Menko Polkam (Pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri) mengundurkan diri 11 Maret 2004

· Presiden Republik Indonesia (2004-2009)

Ø Boediono

Prof. Dr. Boediono, MEc lahir 25 Februari 1943 di Kampung Kepanjen Lor, Blitar, Jawa Timur, dari pasangan Ahmad Siswo Harjono (pedagang batik) dengan Samilah. Sulung dari tiga bersaudara ini berasal dari keluarga sederhana.

commit to user

Pendapatan dari berdagang batik tidak mencukupi kebutuhan sehari- hari sehingga Samilah, ibunya, membantu dengan berjualan perhiasan.

Selepas SMA dengan berbekal beasiswa dari Colombo Plan, ia merantau ke Negara Kanguru untuk meneruskan pendidikannya. Bekal beasiswa sepertinya tidak cukup. Di sela-sela kuliah, ia bekerja paruh waktu di Central Bureau of Census and Statistics, Commonwealth of Australia, Canberra, tahun 1964. Pada 1967, ia berhasil mengantongi gelar Bachelor of Economics (Hons.) dari Universitas Western Australia.

Tidak puas dengan gelar S-1 yang disandangnya, ia melanjutkan master di Universitas Monash, Melbourne. Lima tahun kemudian, gelar master of economics berhasil disandang. Lalu, pada tahun 1979, ia mendapatkan gelar PhD di bidang ekonomi dari Wharton School, Universitas Pennsylvania, salah satu perguruan tinggi terbaik di dunia.

Boediono memulai karier akademisnya sebagai guru di Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tahun 1974. Pak Boed demikian panggilan di kampusnya termasuk dosen yang rajin mengajar.

Suami Herawati ini pada 24 Februari 2007 dikukuhkan sebagai guru besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. Pidato pengukuhannya yang bertema ”Dimensi Ekonomi-Politik Pembangunan Indonesia” memberikan sinyal kuat bahwa belakangan tumbuh minat terhadap disiplin ilmu lain selain ekonomi, yaitu politik. Pidatonya tersebut mempertautkan kinerja ekonomi Indonesia dengan kinerja demokrasi.

commit to user

Pada tahun 1990 salah satu artikelnya mengenai pembangunan Indonesia sempat dibaca JB Sumarlin yang saat itu menjabat Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional masa pemerintahan Presiden Soeharto. Tidak berapa lama, Boediono ditawari Kepala Biro Ekonomi. Inilah awal masuknya Boediono di jajaran birokrasi.

Ia kemudian masuk ke Bank Indonesia pada tahun 1993 sebagai salah satu direktur BI sampai tahun 1998. Pada masa pemerintahan BJ Habibie di Kabinet Reformasi Pembangunan, ia dipercaya sebagai Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional. Setahun kemudian, ketika terjadi peralihan kabinet dan kepemimpinan dari Presiden BJ Habibie ke Abdurrahman Wahid, posisinya digantikan oleh Kwik Kian Gie.

Ketika Abdurrahman Wahid tergusur diganti oleh Presiden Megawati Soekarnoputri, ia dipercaya sebagai Menteri Keuangan pada 2001 dalam Kabinet Gotong Royong menggantikan Rizal Ramli sampai 2004. Menjelang jabatan berakhir, ia membawa Indonesia lepas dari bantuan Dana Moneter Internasional dan mengakhiri kerja sama dengan lembaga tersebut. Tak heran bila Business Week memberi predikat sebagai salah seorang menteri yang paling berprestasi dalam kabinet tersebut.

Di kabinet ini, ia bersama Dorodjatun Kuntjoro-Jakti (Menko Perekonomian), Kwik Kian Gie (Menteri Bappenas), dan Bank Indonesia dijuluki ”The Dream Team”. Mereka dinilai berhasil menguatkan stabilitas makroekonomi Indonesia yang belum sepenuhnya pulih dari krisis moneter 1998. Salah satunya adalah berhasil menstabilkan kurs rupiah di angka kisaran Rp 9.000 per dollar AS

commit to user

setelah sempat menembus lebih dari Rp 17.000 menjelang kejatuhan Presiden Soeharto.

Ketika Yudhoyono terpilih sebagai presiden pada Pemilu 2004, ia tidak masuk jajaran kabinet. Boediono lebih memilih kembali mengajar di UGM. Kala kondisi ekonomi tidak menentu akibat tingginya inflasi menyusul kenaikan harga BBM, 1 Oktober 2005, Presiden Yudhoyono melakukan perombakan (reshuffle) kabinet pada 5 Desember 2005. Boediono akhirnya bersedia kembali masuk kabinet menggantikan Aburizal Bakrie sebagai Menko Perekonomian.

Ketika jabatan Gubernur BI kosong, presiden pun mencalonkan dirinya. DPR pun menyetujui dan mengesahkannya sebagai Gubernur Bank Indonesia pada 9 April 2008, menggantikan Burhanuddin Abdullah. Ia merupakan calon tunggal yang diusulkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Genap setahun menjabat sebagai Gubernur BI, Boediono akhirnya dipinang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajukan diri lagi dalam pemilihan umum presiden 8 Juli 2009 untuk menjadi wakilnya. Dan ia menerima pinangan itu setelah mempertimbangkan dengan saksama.

Daftar Riwayat Hidup:

Nama : Prof. Dr. Boediono

Lahir : Blitar, Jawa Timur, 25 Februari 1943 Agama : Islam

Istri : Herawati

Anak : Ratriana Ekarini dan Dios Kurniawan Pendidikan :

commit to user

· S1 : Bachelor of Economics (Hons.), University of Western Australia (1967)

· S2 : Master of Economics, Monash University, Melbourne, Australia (1972)

· S3 : Doktor Ekonomi Bisnis Wharton School University of Pennsylvania, Amerika Serikat (1979)

Karir :

· Menteri Koordinator Perekonomian Kabinet Indonesia Bersatu (2005-2009)

· Menteri Keuangan Kabinet Gotong Royong (2001-2004)

· Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas Kabinet Reformasi Pembangunan (1998-1999)

· Direktur I Bank Indonesia Urusan Operasi dan Pengendalian Moneter (1997-1998)

· Direktur III Bank Indonesia Urusan Pengawasan BPR (1996-1997)

· Dosen Fakultas Ekonomi UGM

Dalam dokumen PERSEPSI IKLAN POLITIK PADA PEMILIH PEMULA (Halaman 60-71)

Dokumen terkait