• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Provinsi Sulawesi Selatan

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Wilayah Penelitian

1. Profil Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Provinsi Sulawesi Selatan

Jumlah kekerasan terhadap perempuan yang tercatat ditangani lembaga pengadaan layanan meningkat dalam satu dekade terakhir. Pola kekerasan yang cukup menonjol pada tahun ini adalah kekerasan psikis dan seksual yang terjadi di tiga ranah, yaitu keluarga atau relasi, personal, komunitas dan negara. Korban perempuan yang cukup menonjol terdapat pada kasus kekerasan seksual yang bahkan tidak tanggung-tanggung merenggut nyawa korban dan kekerasan dalam rumah tangga dan usia korban yang masih cenderung muda ( dari kelompok usia 13-18 tahun). Karakteristik usia pelaku rata-rata masih cenderung muda bahkan sampai di bawah umur.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2008, yang dimaksud dengan pelayanan terpadu adalah “serangkaian kegiatan untuk melakukan perlindungan bagi saksi dan atau korban tindak pidana kekerasan perempuan dan anak yang dilaksanakan secara bersama-sama oleh instansi atau lembaga terkait sebagai suatu kesatuan penyelenggaraan rehabilitasi kesehatan, rehabilitasi sosial, pemulangan, reintegrasi sosial dan bantuan hukum bagi saksi dan atau korban tindak kekerasan perempuan dan anak.”

Pada tahun 2005 Bidang Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMKB) Provinsi Sulawesi Selatan membuat kajian

41

li

kerentanan perempuan dan anak menjadi korban kekerasan dan menemukan bahwa perempuan dan anak di Provinsi Sulawesi Selatan rentan terhadap kekerasan. Kemudian pada tahun 2007-2008 dilakukan kajian dan studi banding perlunya pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak dan hasil studi menyatakan perlunya dibentuk Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak di Provinsi Sulawesi Selatan.

Salah satu program yang telah dijalankan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Provinsi Sulawesi Selatan adalah pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan Dan Anak tingkat provinsi yang menjadi pusat koordinasi Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak tingkat Kabupaten/kota di Sulawesi Selatan.

Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak ini dibentuk pada tahun 2009 yang merupakan tindak lanjut dari Surat Kesepakatan Bersama antara Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan RI, dan Kepala Kepolisian Negara RI dengan nomor 14 / Men PP / Dep. V / X / 2002, 1329 / MENKES / SKB / X / 2002, 75 / HUK / 2002 / B / 3048 / X / 2002 tentang Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak. Menindaklanjuti pembentukan kelembagaan tersebut, maka pada tahun 2010 Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak bersama dengan stakeholder lainnya membuat Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang layanan terpadu bagi perempuan dan anak korban kekerasan.

Secara umum Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Provinsi Sulawesi Selatan bertujuan untuk melakukan pelayanan bagi

42

lii

perempuan dan anak tindak kekerasan dan berupaya memberikan kontribusi terhadap pemberdayaan perempuan dan anak dalam rangka terwujudnya kesetaraan dan kestabilan gender

Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Provinsi Sulawesi Selatan merupakan pusat kegiatan terpadu yang menyediakan pelayanan bagi masyarakat di Provinsi Sulawesi Selatan terutama perempuan dan anak korban tidak kekerasan melalui wahana operasional pemberdayaan perempuan untuk mewujudukan kesetaraan dan keadilan gender yang dikelola oleh masyarakat dengan pemerintah melalui pelayanan fisik, informasi, rujukan, konsultasi dan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh perempuan dan anak.

Pertimbangan pembentukan pusat pelayanan ini karena perempuan dan anak merupakan kelompok yang selama ini tersisih karena konteks sosial budaya masyarakat yang patriarkal. Hal ini menyebabkan mereka kurang memiliki keberdayaan dalam berbagai hal. Perempuan dan anak juga merupakan kelompok yang secara sosial, budaya, ekonomi, mengalami kekerasan. Di sisi lain, anak-anak juga merupakan kelompok masyarakat yang rentan mengalami eksploitasi dan kekerasan. Dalam perjalanan waktu ada kesadaran masyarakat bahwa diperlukan pemberdayaan dan perlindungan perempuan dan anak untuk mengatasi hal tersebut.

Baso dkk (2011:59) “Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan Dan Anak adalah suatu unit kesatuan yang menyelenggarakan pelayanan terpadu bagi perempuan dan anak korban kekerasan.”

43

liii

Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) merupakan salah satu bentuk wahana pelayanan bagi perempuan dan anak dalam upaya pemenuhan informasi dan kebutuhan di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, hukum, perlindungan dan penanggulangan tindak kekerasan serta perdagangan terhadap perempuan dan Anak.

Tahap upaya penyelamatan setelah diketahuinya suatu kasus tindak kekerasan pada perempuan dan anak adalah :

a. Investigasi, berupa serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengumpulkan fakta-fakta dalam mencari kebenaran informasi.

b. Penjemputan atau penyelamatan korban, merupakan tindakan yang perlu segera dilakukan (dalam hal korban belum kembali dan telah diketahui alamatnya), apabila pelaku atau korban telah kembali maka upaya ini dianggap tidak perlu dilakukan.

c. Pemeriksaan kondisi korban, yakni melakukan langkah medis untuk menyelamatkan korban dan membuat rekaman medik korban

d. Konseling atau pemberian bimbingan psikologis kepada korban, termasuk mempertanyakan keinginan korban terhadap kasus yang sedang dialaminya, apakah korban setuju kasusnya diproses secara hukum atau tidak, tujuannya adalah meyakinkan korban pada pilihannya untuk tidak kembali ke tempat semula dan yakin dalam menjalankan kehidupan yang selanjutnya.

e. Pelaporan/pengaduan, dalam hal ini kepada pihak yang berwajib tentang tindak kekerasan yang dialami oleh korban. Pendampingan hukum dan

44

liv

bantuan litigasi terhadap korban perlu dilakukan tidak hanya pada saat pelaporan di kepolisisan tetapi sampai pada proses penuntutan di pengadilan

f. Proses perlindungan berupa serangkaian tindakan yang harus diberikan kepada korban yang tujuannya semata-mata untuk melindungi dan memberi rasa aman bagi korban, dari intimidasi maupun ancaman yang datang dari pelaku/keluarga pelaku, keluarga korban atau pihak ketiga yang sengaja ingin mengambil keuntungan atau mengeksploitasi korban.

Pada saat yang sama muncul paradigma baru di era reformasi, bahwa upaya pemberdayaan perempuan merupakan kewajiban semua pihak, termasuk pemerintah. Pemerintah harus bertindak pro-aktif, baik sebagai fasilitator, regulator maupun operator dalam hal pemberdayaan perempuan dan perlindungan perempuan dan anak. Pemerintah juga harus mengikutsertakan partisipasi masyarakat karena masyarakat yang lebih mengetahui dan memahami apa yang mereka butuhkan.

2. Visi dan Misi