Pada bab ini diuraikan mengenai profil lokasi penelitian yang terbagi ke dalam beberapa sub bab. Sub bab yang pertama mengenai kondisi geografis Desa Majakerta. Sub bab kedua membahas mengenai struktur sosial di Desa Majakerta, yang terbagi dalam uraian mengenai pendidikan, ekonomi, kependudukan dan mobilitas penduduk. Pada sub bab ketiga diuraikan mengenai pola-pola kebudayaan. Terakhir, dibahas mengenai pola adaptasi ekologi di Desa Majakerta.
Kondisi Geografis
Desa Majakerta merupakan desa yang terletak di Kabupaten Indramayu Jawa Barat, desa ini merupakan salah satu desa yang menjadi binaan PT PERTAMINA RU VI di bawah pengawasan PT PERTAMINA. Secara administratif adapun batasan wilayah ini antara lain :
Sebelah utara : Berbatasan dengan Laut Jawa Sebelah selatan : Desa Tegal Sembadra
Sebelah timur : Desa Limbangan Sebelah barat : Pertamina RU VI
Desa ini dapat dijangkau dengan menggunakan alat transportasi yang biasa disebut oleh masyarakat sekitar dengan elf, kemudian kita dapat langsung berhenti tepat berada di depan Kantor Kuwu (Kepala Desa) Majakerta. Desa ini sangat dekat dengan kantor dan pabrik pengolahan minyak PT Pertamina RU VI. Pabrik pengolahan dapat dijangkau dengan jarak sekitar 200 meter dari Desa Majakerta. Jarak yang sangat dekat inilah yang membuat beberapa masyarakat di Desa ini bekerja sebagai buruh di perusahaan tersebut.
Luas wilayah Desa Majakerta yaitu 214,0 umumnya lahan digunakan sebagai lahan persawahan, berikut data luas wilayah menurut penggunaan
Tabel 3 Luas wilayah menurut penggunaan
No Penggunaan Luas (ha)
1 Luas Pemukiman 16,5 2 Luas Persawahan 180,0 3 Luas Kuburan 0,5 4 Luas Pekarangan 16,5 5 ra Perkantoran 0,5 Total Luas 214,0
Sumber : Potensi Desa dan Kelurahan (2012)
Luas wilayah persawahan yang tedapat di desa ini sangat besar, hanya saja luas tersebut sebesar 75 % bukan dimiliki oleh warga sekitar, sedangkan milik warga hanya sebesar 25 %. Perusahaan di sekitar desa ini seperti PT Pertamina RU VI dan PT Polimer yang paling banyak menguasai lahan, penduduk sekitar hanya bekerja sebagai buruh dengan sistem bagi hasil. Selain itu, Desa Majakerta berada di bibir laut Jawa yang menyebabkan sebagian besar masyarakat bermata
pencaharian sebagai nelayan. PT Pertamina juga mendirikan jetty terdekat di Desa Majakerta untuk mengangkut hasil pengiriman minyak untuk diolah, pada proses pengolahan jarak Pabrik Pertamina dan perumahan warga sangat dekat sehingga sering menimbulkan bau menyengat dan bunyi bising yang sangat mengganggu masyarakat Desa Majakerta.
Kondisi Ekonomi
Masyarakat Desa Majakerta memiliki lahan persawahan yang sangat luas, hanya saja berdasarkan informasi dari kepala desa, bahwa persawahan di daerah tersebut bukanlah hak milik masyarakat lagi namun sudah berpindah tangan kepada perusahaan. Hal ini bukan menjadi persoalan utama yang dihadapi masyarakat, selebihnya seperti wilayah tempat tinggal mereka yang sangat dekat dengan Laut Jawa membuat mayoritas penduduk bekerja di sektor perikanan, sebanyak 670 orang dengan pendapatan perkapita dari sektor perikanan untuk setiap Rumahtangga sebesar Rp. 750.000,00 . Tidak hanya perikanan, namun juga masyarakat pada sektor Pertanian juga menjadi alternatif kedua yaitu sebanyak 357 orang dengan jumlah pendapatan perkapita dari sektor pertanian untuk setiap keluarga pertanian sebesar Rp. 1.250.000,00. Pendapatan yang diperoleh oleh warga sehari-hari hanya digunakan untuk mencukupi kebutuhan pokok hidup, sepeti pangan. Terlihat dari pengakuan warga yang sangat jarang pergi ke pasar swalayan terdekat, banyak yang hanya menggunakan uangnya hanya untuk membayar listrik dan melunasi hutang barang. Pola konsumsi masyarakat yang hanya terkonsenterasi pada kebutuhan pangan mencerminkan keadaan masyarakat dengan berada pada tingkat taraf hidup yang cukup rendah. Selain itu, adapula masyarakat yang menjalankan usaha peternakan, pembudidayaan lele, dan warung makan. Kepemilikan alat transportasi masyarakat diantaranya adalah perahu dan sepeda motor, hanya sedikit sekali yang memiliki mobil, hanya orang yang memiliki taraf hidup tinggi seperti nelayan besar dan kepala desa. Cerminan khas masyarakat Desa Majakerta khusunya bagi kaum perempuan lebih banyak memilih menjadi Tenaga Kerja Wanita yang pendapatannya lebih manjanjikan bagi mereka
Kondisi Pendidikan
Kondisi infrastruktur jalan dan gedung yang dapat digunakan sebagai fasilitas umum masih sangat minim jumlahnya di desa ini, sehingga dapat berimbas pula pada tingkat pendidikan masyarakat, mayoritas pendidikan masyarakat hanya mengenyam bangku SD dan banyak pula yang tidak berhasil menamatkannya, hal ini terjadi pula pada masyarakat dengan tingkat pendidikan SMP, adapun tingkat pendidikan masyarakat majakerta antara lain:
Tabel 4 Tingkat Pendidikan dan Jumlah Penduduk Majakerta
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang)
1 Penduduk buta aksara dan huruf latin 82
2 Penduduk usia 3-6 Tahun yang masuk TK 40 3 Anak dan penduduk cacat fisik atau mental 4 4 Sedang SD/sederajat 463 5 Tamat SD/sederajat 37 6 Sedang SMP 31 7 Tamat SMP 62 8 Sedang SMA 545 9 Tamat SMA 42 10 Sedang D1 276 11 Tamat D1 4 12 Sedang D2 6 13 Tamat D2 4 14 Sedang S1 4 15 Sedang S1 2 16 Tamat S1 5
Sumber : Potensi Desa dan Kelurahan (2012)
Tingkat pendidikan masyarakat sangat rendah, hal ini juga disebabkan karena gedung atau infrastruktur untuk kegiatan belajar mengajar hanya tersedia dibangku SD. Masyarakat rata-rata lebih memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan karena faktor biaya dan kepastian akan masa depan yang belum mereka yakini. Hanya orang-orang tertentu yang mengenyam bangku pendidikan hingga bangku SMA.
Karakteristik Penduduk
Masyarakat Desa Majakerta memiliki jumlah penduduk perempuan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki, selain itu jumlah kepala keluarga laki-laki dan perempuan berdasarkan perbandingan tahun meningkat pada tahun 2012 dan jumlah KK laki-laki jauh lebih banyak dibandingkan KK perempuan. Berikut Tabel 6 Jumlah penduduk dan Jumlah Keluarga menurut Potensi Desa dan Kelurahan tahun 2012.
Tabel 5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No Kategori Jenis Kelamin
Laki-laki (Orang) Perempuan (Orang) 1 Jumlah penduduk tahun
2012
1772 1732
2 Jumlah penduduk tahun 2011
1884 1957
Tabel 6 Jumlah Kepala Rumahtangga Berdasarkan Jenis Kelamin No Jumlah Laki-laki (KK) Perempuan (KK) Jumlah Total (KK) 1 Jumlah KK 2012 1208 225 1433 2 Jumlah KK 2011 1096 195 1291 3 Perkembangan Keluarga 112 30 142
Mobilitas penduduk juga tidak terlalu banyak, lebih banyak arus masuk penduduk dari daerah lain dan menjadi penduduk Desa Majakerta.
Struktur Sosial Masyarakat
Agama Islam di Desa Majakerta merupakan agama satu-satunya di desa ini, tidak ditemukan masyarakat dengan agama lain, sehingga dapat dikatakan masyarakat Desa ini mono-religi, begitupula dengan etnik dominan yaitu masyarakat Indramayu, Suku Jawa-Cirebon yang melebur dapat disebut dengan mono-etnik. Opinion Leader yang terdapat di desa ini cukup beragam, dimulai dari tokoh masyarakat, alim ulama, dan pegawai pemerintahan, salah satu contohnya adalah Bapak Asmuni yang sangat disegani oleh masyarakat sekitar, sehingga semua perkataannya selalu dituruti oleh masyarakat, begitupula alim ulama dan Kuwu Desa Majakerta. Pelapisan sosial dalam masyarakat Desa Majakerta dapat dilihat dari aset kepemilikan perahu, seperti nelayan pengusaha atau besar yang memiliki perahu ukuran besar dan buruh nelayan dapat dikatakan sebagai masyarakat golongan atas, kemudian masyarakat dengan kepemilikan perahu sedang dan dengan jumlah minimal dua perahu dapat dikatakan masyarakat lapisan kedua dan terakhir sebagai masyarakat dengan kepemilikan perahu kecil berjumlah satu buah yang dapat dipergunakan untuk mencari ikan disekitar laut yang tidak terlalu jauh dikatakan sebagai masyarakat golongan bawah. Penggolongan ini berdasarkan pada mata pencaharian masyarakat yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan.
Masyarakat Majakerta sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan, bukan hanya itu saja, saat musim tangkap ikan dinilai sepi yaitu sekitar bulan Maret-Juli menurut nelayan sekitar, masyarakat melakukan pekerjaan lain seperti menjadi buruh tani pada suatu lahan yang dimilikki oleh PT Pertamina. Lahan yang dimiliki masyarakat hanya merupakan lahan garapan yang sebagian besar status kepemilikannya berada pada pihak perusahaan atau swasta. Nelayan kecil dengan mesin perahu berkekuatan 5 GT, hanya cukup untuk menangkap ikan kecil ataupun kepiting dan rajungan, sehingga mereka membutuhkan sumber mata pencaharian lain apabila musim tangkap ikan buruk. Anggota keluarga lain juga memiliki peran seperti menjadi buruh TKI atau TKW demi membantu pemasukan keuangan keluarga, meskipun tidak seberapa.
Pada masalah pendidikan Desa Majakerta masih terbilang desa dengan tingkat pendidikan rendah, hal ini disebabkan masyarakat yang enggan untuk menempuh pendidikan mengingat, infrastruktur sekolah yang belum memadai.
Faktor lain seperti opini yang berkembang dengan atau tanpa menempuh pendidikan masa depan keluarga mereka juga tidak berubah, lebih baik langsung bekerja untuk menambah pundi-pundi ekonomi keluarga, ketimbang menempuh pendidikan formal. Akses menuju Desa Majakerta sudah cukup baik, terlihat dari badan jalan yang keseluruhan telah diaspal, kendala berikutnya adalah jumlah angkutan umum yang belum banyak tersedia untuk menuju desa ini, sehingga akses untuk masuk ke dalam Desa Majakerta cukup sulit. Perbaikan infrastruktur akan sangat bermanfaat bila dikoordinasikan dengan pihak PT Pertamina yang memiliki jarak operasi sangat dekat dengan Desa Majakerta.
Pola Kebudayaan Masyarakat
Beberapa hal khas dari kebudayaan masyarakat Desa Majakerta terlihat pada saat diadakannya upacara pernikahan ataupun upaya penjemputan calon orang baru yang akan tinggal di lingkungan mereka, namun biasanya kegiatan ini hanya dapat dilakukan oleh masyarakat yang dikategorikan cukup mampu. Selain itu, masyarakat Desa Majakerta belakangan ini berusaha untuk melestarikan beberapa kebudayaan seperti Kibuyet Sepan dan Sedekah Bumi sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat kepada sang pencipta. Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa Indramayu. Media massa sudah masuk dalam kehidupan masyarakat seperti televisi dan membuat beberapa perubahan pada masyarakat yang menuju ke arah modernisasi terlihat dari cara berpakaian yang sudah tidak tradisional lagi. Gotong royong pun sudah sangat jarang dilakukan sehingga interaksi kemudian berkurang. Kebudayaan seperti sedekah bumi dilakukan biasanya saat musim panen ataupun saat hasil tangkapan nelayan berada pada puncaknya, masyarakat dengan rasa suka cita dan sukarela memberikan barang yang menurut mereka berharga untuk dipersembahkan kepada bumi, kemudian mereka menyantapnya bersama-sama sebagai bentuk kepedulian dan rasa berbagi satu dengan lainnya, beberapa belakangan ini kebudayaan ini nyaris hilang, namun atas permintaan warga sejak tahun 2012 kemarin adat ini dilestarikan kembali.
Interaksi sosial yang terjadi pada masyarakat Desa Majakerta biasanya hanya sebatas pada tegur sapa saat melakukan ibadah di Masjid, ataupun mengikuti kepanitiaan dari acara hajatan antar tetangga, sehingga interaksi diantara warga tidak terlalu erat, laki-laki biasanya melaut dan meladang sehingga jarang bertemu dalam keadaan santai bersama keluarga, perempuan biasanya menjadi TKI atau TKW. Anak-anak biasanya melakukan main bersama pada waktu tertentu setelah pulang sekolah, gotong royong yang dibangkitkan kembali oleh kepala desa diharapkan telah mampu meningkatkan kembali interaksi sosial antar warga. Kekerabatan dalam masyarakat sebenarnya masih tinggi, disebabkan jarak rumah yang berdekatan satu dengan lainnya memiliki hubungan keluarga, tetapi masing-masing orang memiliki peranan yang berbeda, sehingga tidak jarang mereka baru dapat berinteraksi akrab pada acara-acara besar seperti hari raya keagamaan. Masyarakat nelayan memiliki ciri yang sangat khas, biasanya mereka sangat jarang menabung, hal ini disebabkan selain karena faktor ekonomi yang
kurang, mereka juga tidak terbiasa untuk menyusun rencana keuangan untuk hari selanjutnya khususnya pada masa paceklik penangkapan ikan.
Masyarakat Desa Majakerta khususnya yang bermatapencaharian sebagai nelayan, memiliki kebiasaan melaut dengan menggunakan alat tangkap seperti jaring kejer, jaring rampus, jaring kantong dan perahu yang mereka miliki. Waktu melaut mereka biasanya dimulai pada pagi hari untuk menebar jaring hingga pukul 12.00 kemudian pada pukul 16.00 mereka kembali untuk melihat hasil tangkapan mereka pada hari yang sama.
Pola Adaptasi Ekologi
Berdasarkan data dari Potensi Desa dan Kelurahan Desa Majakerta bahwa masyarakat paling banyak bermata pencaharian sebagai nelayan yang berorientasi pada keberlangsungan hidup mereka atau dapat dikatakan subsisten. Pengolahan minyak bumi dengan cara mendirikan pabrik pengolahan ternyata memiliki beberapa pengaruh baik dan buruk. Dilihat dari tingkat perekonomian masyarakat awalnya hanya ingin menjadi nelayan biasa, namun setelah adanya PT Pertamina banyak masyarakat yang beralih menjadi buruh kontrak di pabrik pengolahan tersebut. Kemudian hal ini menyebabkan peningkatan perekonomian sementara tetapi setelah kontrak habis mereka akan menjadi pengangguran karena aset sebagai nelayan telah mereka jual. Aktivitas pengolahan minyak bumi juga sangat berpengaruh terhadap lingkungan, kebocoran pipa minyak PT Pertamina pada tahun 2012 yang terletak di tengah laut tentunya telah mencemari lingkungan dan mengurangi pendapatan yang dimiliki oleh masyarakat khususnya nelayan, karena ikan yang seharusnya mereka tangkap mati. Disisi lain seperti kebisingan suara pabrik dan bau tidak sedap membuat masyarakat lebih banyak membuat rumah dengan tembok yang setidaknya dapat mengurangi tingginya bunyi kebisingan tersebut.
Sebelum adanya pabrik pengolahan PT Pertamina, lahan masyarakat Desa Majakerta sangat luas, namun setelah didirikannya pabrik pengolahan terjadilah pembebasan lahan yang menyebabkan lahan masyarakat berkurang, status kepemilikan yang sah telah dipegang oleh PT Pertamina sebagai milik negara. Hal ini menyebabkan perubahan adaptasi ekologi warga yang sebelumnya sangat besar untuk mengelola lahan mereka untuk bertani kemudian beralih pada perikanan dengan membeli perahu untuk berlayar. Selebihnya lahan garapan tersebut hanya dijadikan sebagai sampingan untuk membantu pemasukan pendapatan ekonomi keluarga. Masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka walnya secara subsisten namun setelah lahan pertanian berkurang kemudian mereka beralih untuk memenuhi kebutuhan hidup dari laut, terkadang saat hasil tangkapan ikan tidak terlalu banyak, mereka menyantapnya sendiri untuk keperluan pangan mereka, bila hasil tangkapan banyak mereka akan segera menjualnya pada Bakul untuk mendapatkan uang yang cukup memnuhi kebutuhan masyarakat Desa Majakerta.