• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini merupakan pembahasan tingkat partisipasi, hasil penelitian akan menunjukkan pengaruh dari tingkat keberdayaan pada tingkat partisipasi program CSR PT Pertamina Desa Binaan Perikanan Tangkap. Tingkat Keberdayaan masyarakat dianggap sebagai salah satu jalan untuk mewujudkan partisipasi pada masyarakat Nasdian (2006). Konsep partisipasi sendiri dimaknai oleh Nasdian (2006) sebagai proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Kemudian terdapat empat tahapan yang disebutkan oleh Uphoff (1979) dalam konsep partisipasi, diantaranya: tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi, dan tahap berbagi hasil.

Program CSR Desa Binaan Perikanan Tangkap telah memberikan bantuan yang telah berlangsung selama dua tahun, tingkat partisipasi menjadi salah satu variabel yang diteliti karena dapat melihat sejauhmana keikutsertaan peserta program dalam upaya mencapai tujuan bersama stakeholders, yaitu peningkatan taraf hidup masyarakat peserta program dan terciptanya suasan kondusif.

Tahap Pengambilan Keputusan

Pada tahapan partisipasi ini stakeholders diperlukan dalam proses pengambilan keputusan, khususnya pengamatan pada tahap perencanaan program, sebagai awal sebelum program dilaksanakan. Dari hasil penelitian, perencanaan yang dimaksud adalah pelaksanaan program CSR terkait awalan susunan kepengurusan organisasi, visi, misi, target capaian, output, anggaran dasar, dan anggaran rumahtangga, serta proses administrasi lainnya. Hasil wawancara pada salah seorang informan terkait pengambilan keputusan, sebagai berikut :

“ Saya ndak ngerti mba soal peraturan-peraturan atau dokumen-dokumen, semuanya yang ngurus ketua, sekretaris, bendahara, dan pendamping lapang, kami hanya ikut serta saat rapat atau diminta pendapatnya saja

untuk tujuan bersama “ Bapak SM

Begitulah informasi yang diberikan oleh salah seorang informan yang menjelaskan bahwa pengambilan keputusan, hanya dilakukan oleh susunan inti kepengurusan, sangat jarang diketahui dan dikerjakan bersama oleh para anggota. Pada tahap perencanaan, masyarakat khususnya peserta program tidak terlalu dilibatkan dalam hal ini, disebabkan telah diberikan wewenang pada lembaga tertentu untuk menyusun perencanaan, melihat kondisi masyarakat yang belum berpengalaman dalam menjalankan suatu program. Berbeda halnya dengan sudut pandang perusahaan, menurut salah seorang karyawan perusahaan, bahwa perencanaan haruslah dimulai dari lembaga yang memiliki kompetensi terlebih dahulu, agar program tidak disalahgunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masayarakat hanya berpartisipasi rendah pada tahapan pengambilan keputusan, karena keterbatasan mereka dalam memperoleh kekuasaan untuk mengambil suatu keputusan perencanaan, yang semuanya telah bergantung dan diserahkan pada lembaga independent mitra perusahaan. Pada pengambilan keputusan,

perusahaan berkontribusi dalam hal memberikan persetujuan anggaran dana yang akan dikeluarkan, memberikan informasi karakteristik program yang sebelumnya telah dijalankan kepada LPPM IPB. Lembaga mitra, bertindak sebagai penentu program yang dilaksanakan, macamnya, tujuannya, capaiannya, dan input yang digunakan. Pemerintah tidak terlalu terlibat dalam tahapn ini, sebagian besar keterlibatan berada pada lembaga mitra yaitu LPPM IPB.

Tahap Implementasi

Implementasi yang dimaksud pada pembahasan ini mengenai proses pelaksanaan program yang dibuat dalam berbagai macam kegiatan program CSR Desa Binaan Perikanan Tangkap Pertamina, Implementasi menjelaskan mengenai keikutsertaan masyarakat peserta program dengan turut langsung berkerja pada kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya. Adapun contoh beberapa kegiatan dalam CSR Desa Binaan Perikanan Tangkap yaitu rapat rutin bulanan yang dilaksanakan minimal satu kali, arisan bulanan untuk peserta program, program menabung, pembagian alat tangkap ikan, pembagian alat keselamatan, dan pembagian alat pendukung. Contoh ini merupakan program yang menjadi kegiatan rutinan yang dilakukan oleh CSR untuk mengembangkan masyarakat disekitar daerah perusahaan.

Beberapa hal yang dilakukan pada tahapan implementasi mencakup kesesuaian rencana awal dengan kegiatan yang dilaksanakan yang akan sangat berpengaruh terhadap kesiapan para anggota dalam melaksanakan kegiatan, lalu frekuensi kehadiran peserta program yang turut serta dalam semua kegiatan, mencerminkan afeksi yang cukup baik dari peserta dalam pelaksanaan kegiatan. Selain itu, saling membantu sesama anggota apabila mengalami kesulitan dalam pelaksanaan, dan menjadikan kegiatan yang dilakukan dalam program CSR sebagai salah satu alternatif penyelesaian masalah yang mereka miliki. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil paling tinggi pada seluruh aspek penilaian tingkat partisipasi pada tahapan implementasi, hal ini disebabkan, lebih mudah bagi peserta program untuk terjun langsung dalam pelaksanaan, tidak perlu memikirkan bagaimana cara menyusun laporan, menulis dan membuat kata-kata dengan menggunakan teknologi seperti komputer. Hal ini disebabkan ketidakpercayaan diri peserta program bila diminta untuk belajar hal-hl baru yang tidak pernah mereka lakukan, seperti keterampilan dalam bidang teknologi.

Hal ini juga disebabkan karena kemampuan baca tulis nelayan yang sangat minim, sehingga mereka lebih tertarik dalam melakukan suatu tindakan yang berkaitan dengan profesi mereka. Pelatihan alat tangkap ikan juga diberikan kepada masyarakat penerima program, hal ini diupayakan untuk melatih masyarakat agar mandiri dalam mengelola alat tangkap mereka, mulai dari merawat, memperbaiki, dan membantu teman lain saat mesin kapal mereka sedang rusak. Biaya untuk perbaikan mesin dapat dihemat apabila nelayan dapat mengelola alat tangkap mereka sendiri, khususnya mesin. Keterampilan ini sangat berguna bagi masayrakat, untuk menambahkan pengetahuan dan keterampilan nelayan bagi perlatan mereka sendiri.

Gambar 5 Pelatihan Perbaikan Mesin Alat Tangap Ikan

Pelatihan mesin sebagai penunjang keterampilan nelayan, juga diperlukan sosialisasi untuk penggunaan alat tangkap ikan, bila peelatihan perbaikan menonjol pada tahap keterampilan, sosialisasi alat tangkap ikan yang dilakukan oleh petugas penyuluh juga sangat berpengaruh pada perubahan pengetahuan nelayan. Antusias nelayan sangat baik dalam mengikuti sosialisasi alat tangkap ikan.

Gambar 6 Sosialisasi Alat Tangkap Ikan

Hal lain yang harus diperhatikan dalam program ini selain meningkatkan keterampilan mereka dalam hal perikanan, kemampuan pengetahuan juga menjadi salah satu faktor pendukung dalam melancarkan kegiatan lainnya.

Partisipasi pemerintah pada tahap implementasi hanya memastikan keadaan yang kondusif pada saat berjalannya program, sedangkan perusahaan hanya memonitoring proses pelaksanaan program, pada tahapan ini sangat terlihat antusiasme warga, warga memiliki tingkat partisipasi yang tinggi pada tahap pelaksanaan tahapan implementasi didukung oleh kontribusi pendamping lapang.

Tahap Evaluasi

Pada tahapan ini, masyarakat khususnya peserta program ikut serta dalam menilai keberhasilan kegiatan yang telah mereka lakukan, mampu memberikan masukan atau saran dalam perbaikan kegiatan kedepannya. Penilaian berarti mampu menghitung untung rugi, dan mampu memberikan kritik terhadap

program yang telah berjalan. Evaluasi memerlukan pengetahuan peserta program dari awal program berjalan hingga program sedang atau telah selesai dilaksanakan. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat partisipasi masyarakat pada tahap evaluasi berada pada tingkat yang rendah, hal ini disebabkan oleh minimnya pengetahuan masyarakat dalam manajemen organisasi. Kelompok Usaha Bersama Nelayan “ Sumber Laut” masih menjadi organisasi awam yang sangat bergantung pada pendamping lapang, pada tahap perencanaan, pembukuan, dan evaluasi, masih sangat membutuhkan fasilitator dalam prosesnya, oleh sebab itu tahap evaluasi masih belum menunjukkan partisipasi masyarakat yang tinggi.

Evaluasi secara keseluruhan masih dilakukan oleh pihak LPPM IPB, Pendamping Lapang, PT Pertamina, dan tidak melibatkan masyarakat. Hal inilah yang menjadi sorotan, bahwa masalah awal masyarakat adalah tingkat pendidikan yang rendah, salah satu cara yang dilakukan adalah dengan membuat suatu kesadaran melalui strategi pemberdayaan, pendidikan. Masyarakat tidak akan bisa berkembang bila yang dilibatkan hanya sebagai pendengar dan menjalankan program yang telah ada tanpa menyesuaikan dengan kebutuhan mereka. Evaluasi akan memberikan hasil maksimal jika tidak dinilai oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan saja, namun juga sentralnya melibatkan masyarakat yang telah mengalaminya. Tahapan evaluasi belum sepenuhnya melibatkan masyarakat, keterlibatan LPPM IPB dan perusahaan lebih banyak dibandingkan masyarakat dalam menilai keberhasilan program CSR Desa Binaan Perikanan Tangkap itu sendiri, perusahaan melaporkan hasil kegiatan tersebut dan diperlukan untuk proses pembuatan annual report tahunan PT Pertamina.

Tahap Pelaporan

Tahap pelaporan merupakan tahapan akhir, sebagai bukti berbagi hasil. Pelaporan lebih pada pembuktian tertulis yang dilakukan oleh peserta program untuk mengetahu perkembangan program yang mereka lakukan, rincian secara detail terkait keuangan, administratif, permasalahan, dan capaian program dapat terlihat di laporan. Tahap pelaporan sangat identik dengan kemampuan peserta untuk mengelola data-data yang mereka miliki, oleh sebab itu berdasarkan hasil penelitian, tingkat partisipasi masyarakat pada tahap pelaporan masih sangat rendah. Keseluruhan tahapan inilah yang menjadi tahapan dengan skor terendah pada tingkat partisipasi.

Permasalahan yang sama dialami warga yang termasuk dalam peserta program adalah pendidikan yang tidak memungkinkan mereka untuk menyusun laporan tanpa adanya bimbingan dari pendamping lapang, ketidakpastian waktu yang mereka miliki, mobilitas kerja mereka yang sangat bergantung pada musim, membuat mereka sangat sulit dalam mendapatkan informasi agar mampu membuat suatu laporan. Menurut para peserta program bahwa pelaporan bukanlah bagian yang seharusnya mereka lakukan, karena program ini datangnya dari PT Pertamina, maka sepenuhnya mereka menyerahkan pelaporan ini pada pihak perusahaan.

Bukanlah menjadi suatu kendala bagi nelayan, bila anak-anaknya yang tidak suka sekolah, dapat diberikan pengajaran untuk membantu mereka dalam proses penyusunan laporan individu yang pada akhirnya dapat dijadikan laporan secara keseluruhan. Tujuan pemberdayaan adalah menciptakan kemandirian bagi

masyarakat bukan sebaliknya bergantung pada program yang ada. Berbagi hasil dapat dilakukan pula dalam tahapan ini, seperti memberikan hal-hal yang telah mereka miliki, setidaknya informasi terkait sosialisasi alat tangkap ikan, kemudian mengajak rekan seprofesinya untuk mengerjakan laporan secara bersama-sama.

Partisipasi dari stakeholder lainnya, seperti pendamping lapang dan LPPM IPB pihak yang sangat berkontribusi pada tahapan pelaporan, pemerintah memiliki tingkat keterlibatan rendah sedangkan perusahaan memiliki data dari pendamping lapang untuk membuat laporan sehingga tingkat keterlibatannya juga masih rendah pada tahap pelaporan.

Tingkat Partisipasi Stakeholder Lainnya (PT Pertamina, LPPM IPB, Aparat Desa)

Penelitian mengenai tingkat partisipasi tidak hanya terbatas hanya pada masyarakat, namun juga melihat tingkat partisipasi stakeholder yaitu pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap program CSR. Hasil identifikasi melalui wawancara mendalam diperoleh pihak-pihak utama yang terlibat. Adapun gambaran partisipasi dari masing-masing stakeholders sebagai berikut:

Tabel 8 Keterlibatan Stakeholder dalam Tahapan Penyelenggaraan CSR Desa Binaan Perikanan Tangkap Desa Majakerta Tahun 2013

Tahap Penyelenggaraan Stakeholder yang Terlibat dalam Masing-masing Tahapan Penyelenggaraan beserta Bentuk Keterlibatannya

Tahap Perencanaan 1. Perusahaan: Menentukan besarnya anggaran perusahaan yang dapat diberikan untuk program CSR, Menyetujui rencana program dari mitra perusahaan, Memberikan gambaran tentang masyarakat terhadap mitra perusahaan.

2. LPPM IPB dan Pendamping Lapang : Melakukan penjajagan kepada masyarakat, mengumpulkan data potensi desa, melakukan

social mapping, membuat program yang sesuai dari hasil social mapping, menyusun proposal kegiatan, menjalin jejaring dengan

opinion leader

3. Aparat Desa (Kepala Desa) : Memberikan data-data sekunder tentang Desa Majakerta dan Informasi mengenai sosial budaya masyarakat

4. Tokoh Masyarakat : Memberikan masukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, menuntut kesesuaian dengan dampak yang ditimbulkan perusahaan terhadap program yang akan dijalankan Tahap Pelaksanaan 1. Perusahaan : Mencairkan dana yang telah disepakati untuk

program CSR

2. Masyarakat Peserta Program: Mengikuti pelatihan dan sosialisasi, mencatat buku harian, melakukan arisan bulanan, mendapatkan bantuan alat tangkap ikan, alat pendukung keselamatan, dan alat keselamatan.

3. Pendamping Lapang: Melaksanakan pendampingan harian, menjadi fasilitator dalam setiap kegiatan, memberikan pengetahuan dan sebagai distributor program kepada masyarakat, mengadakan pengawasan program harian

4. Aparat Desa dan Tokoh Masyarakat: Mendukung suasana kondusif dalam masyarakat

Tahap Evaluasi 1.LPPM IPB dan Pendamping Lapang : Menyusun indikator keberhasilan program, menilai target pencapaian, menyusun laporan bulanan, mempersiapkan perbaikan untuk kegiatan selanjutnya.

2. Perusahaan: Mengadakan kajian perkembangan program CSR, memberikan masukan untuk perbaikan program

Tahap Pelaporan 1. Pendamping Lapang dan LPPM IPB: Menyusun hasil

perkembangan program, membuat laporan hasil, mempresentasikan hasil program

2. Perusahaan : Mengumpulkan data untuk Annual Report tahunan perusahaan

Tabel 9 Kategori Keterlibatan Stakeholder Pada Setiap Tahapan Partisipasi Penyelenggaraan CSR Desa Binaan Perikanan Tangkap di Desa Majakerta Tahun 2013 Stakeholder Tahap Perencanaan Tahap Pelaksa- naan Tahap Evaluasi Tahap Pelaporan Tipe Partisipasi Menurut Tangga Partisipasi Arnstein Masyarakat Peserta Program Terlibat (Rendah) Terlibat (Tinggi) Terlibat (Rendah) Tidak Terlibat Pemberi- tahuan (Informing) Pemerintah (Aparat Desa dan Dinas Perikanan) Terlibat (Rendah) Terlibat (Rendah) Terlibat (Rendah) Tidak Terlibat Terapi (Therapy) Mitra Perusahaan (LPPM IPB dan Pendam- ping Lapang) Terlibat (Tinggi) Terlibat (Tinggi) Terlibat (Tinggi) Terlibat (Tinggi) Pendelegasi -an Kekuasaan (Delegated Power) Perusahaan Terlibat (Tinggi) Terlibat (Rendah) Terlibat (Rendah) Terlibat (Rendah) Pemberi- tahuan (Informing)

Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa tingkat partisipasi yang paling tinggi yaitu pada pendamping lapang karena pada semua tahapan ia terlibat dengan kategori tinggi, sedangkan masyarakat paling tinggi terlibat pada tahap pelaksanaan. Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat pastisipasi ini, salah satunya yang paling mendasar adalah tingkat pendidikan yang membuat nelayan kuran percaya diri dalam hal lain kecuali pada tahap pelaksanaan.

Hasil Penelitian Tingkat Partisipasi

Berikut hasil penelitian tingkat parisipasi masyarakat penerima program CSR Desa Binaan Perikanan Tangkap, setelah melakukan penelitian untuk mengetahui jumlah dan presentase tingkat partisipasi masyarakat.

Tabel 10 Jumlah dan persentase penerima program CSR Desa Binaan Perikanan Tangkap berdasarkan tingkat partisipasi masyarakat PT Pertamina RU IV Tahun 2013 Tingkat Partisipasi Masyarakat Partisipasi Masyarakat n % Tinggi 10 33 Rendah 20 67 Total 30 100

Gambar 7 Presentase responden berdasarkan tingkat partisipasi di Desa Majakerta Kabupaten Indramayu Tahun 2013

Berdasarkan pada tabel dan data diatas, diperoleh data bahwa tingkat partisipasi masyarakat lebih banyak berada pada kategori rendah, hal ini disebabkan secara keseluruhan, masyarakat lebih berkontribusi hanya pada tahap pelaksanaan pada partisipasi, sedangkan tahapan lain seperti perencanaan dan pelaporan masih sangat minim dan bahkan tidak terlibat sama sekali, kendala ini disebabkan oleh pengetahuan kelembagaan yang belum terorganisir, minimnya keterampilan dalam mengolah administrasi organisasi, dan lebih mempercayai tindakan real pada tahap pelaksanaan.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 Tinggi Rendah P e rc e n t

Hubungan Tingkat Keberdayaan dan Tingkat Partisipasi

Tingkat keberdayaan dan tingkat partisipasi merupakan dua variabel yang saling berpengaruh, setelah melakukan penelitian dengan mengumpulkan data secara kualitatif dan kuantitatif diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 11 Jumlah dan persentase penerima program CSR Desa Binaan Perikanan Tangkap berdasarkan tingkat keberdayaan masyarakat kemitraan dan tingkat partisipasi masyarakat PT Pertamina RU IV tahun 2013

Tingkat Keberdayaan

Tingkat Partisipasi

Tinggi Rendah Total n % n % n % Tinggi 9 53 8 47 17 100 Rendah 1 7 12 93 13 100

Berdasarkan hasil tabel silang diatas, maka tolak Ho bahwa tingkat keberdayaan mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat. Semakin tinggi tingkat keberdayaan maka tingkat partisipasi masyarakat semakin tinggi pula, begitupula semakin rendah tingkat keberdayaan masyarakat maka tingkat partisipasi masyarakat juga semakin rendah. Pada tingkat keberdayaan rendah ditunjukkan dengan tingkat partisipasi masyarakat yang rendah pula yaitu sebesar 93 %, sedangkan pada tingkat keberdayaan tinggi ditunjukkan dengan tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi pula yaitu sebesar 53 %.

Hubungan tingkat keberdayaan dan tingkat partisipasi dapat diuji Melalui perhitungan statistika dengan uji korelasi rank spearman dan menggunakan alat bantu mini tab, didapatkan angka korelasi antara variabel tingkat keberdayaan dan variabel tingkat partisipasi adalah sebesar 0.008. Karena p-value (Sig.(2-tailed)) < alpha (0.1=10 persen) maka tolak Ho, artinya ada korelasi antara variabel tingkat keberdayaan dan variabel tingkat partisipasi. Sehingga semakin tinggi tingkat keberdayaan masyarakat maka semakin tinggi pula tingkat partisipasi masyarakat dalam program CSR, begitupula sebaliknya semakin rendah tingkat keberdayaan masyarakat maka semakin rendah pula tingkat partisipasi masyarakat. Tingkat keberdayaan masyarakat yang tinggi terutama dalam hal kebebasan mobilitas, kemampuan mengambil keputusan untuk membeli komoditas kecil, keterlibatan dalam keputusan Rumahtangga menyumbangkan angka yang relatif besar dalam kesadaran mereka untuk berpartisipasi dalam program CSR. Selain itu keterbatasan pengetahuan mereka terhadap hukum mendorong mereka untuk dapat berpartisipasi lebih banyak. Tetapi partisipasi yang paling banyak mereka ikuti terbatas pada tahap pelaksanaan program saja, sedangkan pada tahapan yang lain masih sangat minim.

Ikhtisar

Program CSR PT Pertamina, Desa Binaan Perikanan Tangkap memiliki gambaran khas tentang tingkat keberdayaan masyarakat khususnya peserta

program CSR. Tingkat keberdayaan memiliki pengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat, tingkat keberdayaan yang tinggi berkorelasi pula pada tingkat partisipasi yang tinggi, begitupula sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, namun hal paling dominan berkaitan dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki masyarakat, khususnya mengenai cara mengelola organisasi dan administrasi. Tingkat keberdayaan paling tinggi terdapat pada kebebasan mobilitas dan tingkat partisipasi paling tinggi terdapat pada tahapan pelaksanaan.

Tingkat partisipasi tidak hanya dilihat dari sudut pandang masyarakat, secara kualitatif tingkat partisipasi stakeholder lain juga memiliki sumbangsih. Kontribusi paling besar dalam hal perencanaan hingga tahap pelaporan dilakukan oleh pendamping lapang dan pihak LPPM IPB, sedangkan untuk pendanaan dan perencanaan dibantu paling besar oleh PT Pertamina sebagai perusahaan yang menjalankan program CSR. Aparat Desa dan pemerintah hanya membantu dalam menciptakan suasana kondusif dalam masyarakat, sesekali dinas perikanan dan kelautan memberikan sosialisasi, yaitu mengirimkan penyuluh untuk menyampaikan materi tentang penggunaan alat tangkap ikan pada nelayan penerima program.

Tingkat keberdayaan merupakan salah satu jalan untuk mewujudkan partisipasi masyarakat telah terbukti secara teoritis dan statistik. Oleh sebab itu, masyarakat yang memiliki tingkat keberdayaan tinggi dalam beberapa indikator menunjukkan tingkat partisipasi yang cukup baik pula dalam kasus program CSR PT Pertamina, Desa Binaan Perikanan Tangkap di Desa Majakerta.

HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT