• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL PENGUSAHA TAHU

3.1. Profil Pengusaha Tahu 1. Bapak Dharmadi

Pak Dharmadi lahir di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Kota Medan pada tahun 1964 yang lalu. Pak Dharmadi menikah dengan wanita yang bernama Yusrirayani. Ibu Yusrirayani adalah seorang sarjana lulusan IAIN (Institut Agama Islam Negeri) di Kota Medan, sedangkan Pak Dharmadi adalah seorang lulusan universitas swasta yang juga di Kota Medan dengan jurusan D3 akuntansi.

Pak Dharmadi adalah laki-laki yang baik dan bertanggung jawab bagi istri dan keempat anaknya. Keempat anaknya tersebut terdiri dari 3 (tiga) orang anak laki-laki dan 1 (satu) orang anak perempuan. Ketiga anak laki-lakinya tinggal bersamanya, namun anak perempuannya tinggal bersama adiknya sejak masih kecil.

Hal tersebut terjadi dikarenakan adiknya tidak mempunyai seorang anak, sehingga mengadopsi anaknya. Pak Dharmadi awalnya tidak menyetujui namun pada akhirnya ia luluh juga dan menyerahkan anak perempuan satu-satunya itu kepada adiknya, karena ia pun tahu bahwa adiknya sangat menyayangi putrinya itu. Keluluhan hatinya juga didasarkan atas adanya izin dari istrinya sehingga ia pun mampu mengizinkan putri tunggalnya diadopsi oleh adiknya.

Istri Pak Dharmadi yang seorang sarjana lulusan IAIN dahulunya adalah seorang guru, namun ketika terjadi krisis moneter di negeri ini maka istrinya

memutuskan untuk membantu usahanya. Pak Dharmadi adalah seorang pengusaha yang memproduksi tahu. Terjadinya krisis moneter tersebut membuat mereka berfikir untuk tetap menstabilkan usahanya sekaligus mengendalikan keuangan rumah tangga mereka. Dalam situasi seperti itu maka muncul ide untuk menambah penghasilan yaitu dengan cara menjadi seorang pembuat tahu goreng.

Tahu yang digoreng oleh Ibu Yusrirayani adalah tahu yang dihasilkan

melalui pabrik suaminya sendiri, sehingga biaya pengeluaran yang mereka hadapi tidaklah besar. Selain membuat tahu goreng, Pak Dharmadi juga memproduksi tempe, sehingga mereka mampu mengatasi krisis moneter ketika itu. Beliau menjadi seorang pengusaha tahu sejak tahun 1989 yang lalu hingga sekarang di tahun 2011 ini dengan usia yang sudah 46 tahun.

Dahulunya usaha ini di bantu oleh ayahnya yaitu Bapak M. Yasin. Bantuan yang diberikan orangtuanya adalah berupa uang sebagai modal usahanya. Modal usaha itu dimanfaatkan olehnya untuk membangun pabrik serta pembelian bahan-bahan maupun alat-alat untuk proses produksi tahu. Pak Dharmadi sama sekali tidak mengetahui cara memproduksi tahu. Pengetahuan Pak Dharmadi dalam memproduksi tahu diperoleh dari anggota (pekerja).

Anggota (pekerja) yang sengaja didatangkan oleh Pak Dharmadi adalah mereka yang sudah mengatahui cara memproduksi tahu. Pada awalnya anggota (pekerja) Pak Dharmadi terdiri dari enam orang. Namun, setelah beliau mengetahui cara memproduksi tahu, maka beliau mengurangi jumlah anggota (pekerja). Hal ini dilakukan agar beliau dapat menghemat pengeluaran karena biaya pengeluaran untuk kebutuhan rumah tangganya semakin bertambah seiring dengan bertambahnya biaya pendidikan untuk anak-anak.

Jenis tahu yang diproduksi Pak Dharmadi adalah jenis tahu Sumedang. Kini beliau hanya memiliki satu orang anggota (pekerja) yang memproduksi tahu dan empat orang anggota yang memasarkan hasil produksinya tersebut. Seorang anggotanya adalah laki-laki bernama Rudi. Rudi berumur 26 tahun, dia merupakan saudara Pak Dharmadi yang berasal dari Pematangsiantar. Rudi dijadikan anggota oleh Pak Dharmadi karena selain masih tergolong sebagai keluarganya, Rudi juga masih pengangguran di kampungnya.

Proses produksi tahu dimulai sejak pukul 07:00 WIB hingga berakhir pada pukul 16:00 WIB. Pak Dharmadi dan seorang anggotanya itulah yang memproduksi tahu. Sebelum ikut terjun langsung dalam memproduksi tahu, beliau terlebih dahulu memasarkan (mendistribusikan) tahunya ke pasar yang sudah menjadi langganannya (pembeli tetap). Beliau memasarkan tahu pada pukul 04:00 WIB (dini hari), dengan menggunakan mobil pick-up (mobil yang terbuka bagian belakangnya). Beliau tidak sendirian karena dibantu oleh anak pertamanya.

Sepulang dari mengantarkan tahu ke tempat langganannya, beliau istirahat sejenak dirumah untuk sarapan pagi. Setelah istirahat dan sarapan pagi, beliau langsung menuju pabriknya. Jarak antara pabrik dan rumahnya cukup jauh, maka hal tersebut mengharuskannya untuk tetap menggunakan mobilnya agar cepat sampai.

3.1.2. Bapak Suwardi

Pak Suwardi berusia 46 tahun, beliau lahir di Jawa Timur. Pak Suwardi memiliki seorang istri yang bernama Erni. Ibu Erni lahir di Kota Medan dan beliau berusia 42 tahun. Pak Suwardi dan Ibu Erni memiliki 3 (tiga) orang anak. Ketiga anaknya masih sekolah, diantaranya yaitu: anak pertama berusia 17 tahun

dan duduk di kelas 2 (dua) SMA, anak kedua berusia 13 tahun dan duduk di kelas 1 SMP, dan anak ketiganya berusia 7 (tujuh) tahun yang sekarang masih duduk di kelas 2 (dua) SD.

Pak Suwardi memulai usaha pada tahun 1993. Usaha yang dijalankannya adalah produksi dan distribusi tahu Sumedang. Beberapa bulan kemudian, beliau juga membuat usaha tempe sebagai penambah penghasilannya. Hal tersebut dilakukan karena pembuatan tempe dirasakan tidaklah sulit untuk diproses karena bahan baku utamanya sama dengan produksi tahu yaitu kacang kedelai. Kedua usaha tersebut dilakukan secara sejalan. Dengan begitu beliau dapat menambah penghasilan untuk keluarganya. Namun usaha ini ternyata tidak berjalan dengan baik hingga akhirnya beliau mengganti produksi tahu Sumedang menjadi tahu Cina.

Produksi tahu Cina dimulai pada tahun 1995. Sejak beralihnya produksi

tahu Sumedang menjadi tahu Cina pada tahun 1995 itu maka berangsur-angsur

penghasilan yang beliau dapatkan semakin membaik. Beralihnya beliau dari produksi dan distribusi tahu Sumedang menjadi tahu Cina adalah karena usaha

tahu Sumedang yang dijalankannya tidak berjalan dengan baik. Usaha produksi

dan distribusi tahu Sumedang yang dijalankannya tidak mendapatkan laba (untung) yang cukup memuaskan (sering terjadi balik modal). Hal tersebut dikarenakan sedikitnya konsumen yang minat pada tahu Sumedang yang dihasilkan melalui pabriknya. Keadaan tersebut membuatnya harus mengganti usaha.

Usaha produksi dan distribusi tahu sudah dipahami olehnya sehingga hal tersebut membuatnya tetap menjadi pengusaha tahu, hanya saja jenis tahu yang

dirubahnya yaitu dengan menggantinya pada tahu Cina. Beralihnya usaha tahu Sumedang menjadi tahu Cina ternyata membuahkan hasil. Hal tersebutlah yang membuatnya tetap menjalankan usaha itu hingga sekarang.

Jika pada sebelumnya beliau memproduksi tahu Sumedang dan juga sekaligus memproduksi tempe sebagai penambah penghasilan maka kini beliau memproduksi tahu Cina dan juga sebagai perental mobil. Rental mobil bukanlah mata pencaharian utama baginya karena rental mobil hanyalah sebagai penambah penghasilan saja. Mata pencaharian utama baginya tetaplah produksi dan distribusi tahu Cina.

Beliau memiliki 2 (dua) buah mobil untuk direntalkan. Hal ini dilakukan karena anak-anaknya semakin besar yang akhirnya akan semakin membutuhkan biaya yang cukup besar pula khususnya dalam fasilitas pendidikan. Pak Suwardi menginginkan agar anak-anaknya mendapat pendidikan yang layak dan berharap agar ketika mereka dewasa kelak, mereka dapat menjadi anak-anak yang berguna dan membanggakan kedua orangtuanya.

Dalam produksi dan distribusi tahu Cina sebagai mata pencaharian utama baginya maka usaha ini lebih mendapat perhatian khusus. Untuk pekerjanya saja terdiri dari 8 (delapan) orang anggota (pekerja) dan semuanya berjenis kelamin laki-laki. Mereka adalah pemuda dengan usia produktif yaitu usia 18 tahun hingga 27 tahun.

3.1.3. Bapak Anto

Pak Anto adalah seorang laki-laki berusia 46 tahun. Beliau lahir di Kecamatan Limapuluh pada tahun 1964. Beliau mempunyai seorang istri bernama Anim. Ibu Anim lahir di Kota Medan pada tahun 1971. Pak Anto dan ibu Anim

memiliki 5 (lima) orang anak. Dari kelima orang anaknya tersebut diantaranya adalah 2 (dua) orang anak laki-laki dan 3 (tiga) orang anak perempuan. Kelima orang anaknya masih sekolah, diantaranya yaitu 3 (tiga) orang mahasiswa dan 2 (dua) orang anaknya masih duduk di bangku sekolah. Anak pertama berusia 25 tahun dan berstatus mahasiswi, anak kedua berusia 23 tahun dengan status mahasiswa, dan anak ketiga berusia 19 tahun dengan status yang juga mahasiswi, sedangkan anak keempat berusia 14 tahun sedang duduk di kelas 3 (tiga) SMP dan anak kelima berusia 8 tahun dan masih duduk di kelas 3 (tiga) SD.

Pak Anto memulai usaha pada tahun 1995. Usaha yang dijalankannya adalah produksi dan distribusi tahu Sumedang. Beberapa tahun kemudian beliau juga membuat usaha tempe untuk menambah penghasilannya. Usaha tempe yang dilakukan adalah berbahan baku kacang kedelai, sehingga pembuatan tempe dirasakan tidaklah sulit karena bahan bakunya sama dengan produksi tahu. Kedua usaha tersebut dilakukan secara sejalan. Dengan begitu beliau dapat menambah penghasilan untuk keluarganya.

Usaha tempe hanyalah sebagai usaha tambahan, sedangkan yang menjadi usaha pokoknya adalah produksi dan distribusi tahu Sumedang. Dalam memproduksi tahu Sumedang beliau hanya memilki 1 (satu) orang pekerja, sedangkan untuk pendistribusiannya dilakukan olehnya seorang diri. Hal tersebut dikarenakan produksi tahu Sumedang yang dihasilkan tidaklah banyak, sehingga tidak membutuhkan banyak pekerja.

Produksi tahu Sumedang dimulai pada pagi hari yaitu pada pukul 6:00 WIB dan selesai pada pukul 12:00 WIB. Untuk proses produksi tempe dilakukan pada pukul 13:00 WIB. Hal tersebut dikarenakan tempat proses produksi tempe

adalah satu wadah (tempat) dengan produksi tahu, sehingga proses produksinya dilakukan secara bergantian. Kedua usaha ini masih dijalankan hingga sekarang.

3.1.4. Bapak R. Silitonga

Bapak R. Silitonga adalah seorang laki-laki berusia 56 tahun. Beliau lahir di Aceh Tenggara pada tahun 1955. Bapak R. Silitonga memiliki seorang istri bernama Sumarni. Ibu Sumarni berusia 48 tahun, beliau lahir di Aceh Tenggara pada tahun 1963. Bapak R. Silitonga dengan Ibu Sumarni memiliki 5 (lima) orang anak. Dari kelima orang anaknya tersebut, diantaranya adalah 2 (dua) orang anak laki-laki dan 3 (tiga) orang anak perempuan. Adapun usia anak Pak R. Silitonga yaitu anak pertama beliau berusia 29 tahun, anak keduanya 27 tahun, anak ketiga 24 tahun, anak keempat 22 tahun, dan anak kelima berusia 20 tahun.

Bapak R. Silitonga memulai usaha pada tahun 1978. Usaha yang dijalankannya adalah produksi dan distribusi tahu Cina. Selain menjalankan usaha tersebut, Bapak R. Silitonga juga memiliki usaha lain yaitu beternak babi. Ternak babi yang dimilikinya tidak di tempatkan di lokasi pabriknya. Hal tersebut dikarenakan lokasi pabrik berada di lingkungan masyarakat yang mayoritas beragama Islam. Beliau mengetahui bahwa hewan babi diharamkan umat Islam. Untuk itulah beliau tidak menempatkan ternaknya pada lokasi tersebut.

Tidak hanya beternak babi, beliau juga memiliki usaha lainnya yaitu produksi tempe. Produksi tempe yang menjadi usaha tambahan ternyata tidak berjalan sesuai harapannya. Pada beberapa bulan yang lalu usaha produksi tempe terpaksa di hentikan. Produksi tempe hanya berjalan selama 2 (dua) hingga 3 (tiga) tahun saja. Hal tersebut dikarenakan kacang kedelai yang menjadi bahan

baku dalam produksi tempe sering mengalami masalah. Tempe yang dihasilkan menjadi tidak baik yaitu terjadinya pembusukan. Jika hal itu terjadi maka tempe tidak dapat didistribusikan dan terpaksa di buang.

Hingga saat ini usaha yang masih ditekuni oleh bapak R. Silitonga adalah produksi sekaligus distribusi tahu Cina dan beternak babi. Beternak babi dipilihnya sebagai usaha sampingan karena dianggapnya mendapatkan untung (laba) yang cukup memuaskan. Selain hal tersebut, makanan yang dikonsumsi oleh ternaknya itu adalah berasal dari limbah produksinya yaitu ampas dari tahu Cina.

Produksi dan distribusi tahu Cina adalah usaha pokok baginya. Hal tersebut dikarenakan dalam usaha ini penghasilannya lebih banyak dari pada beternak. Terdapat 10 orang pekerja namun yang aktif hanya 8 (delapan) orang sedangkan yang 2 (dua) orang lagi sebagai cadangan atau untuk pergantian pekerja. Adanya pergantian pekerja dikarenakan dalam produksi dan distribusi

tahu Cina tidak terdapat hari libur. Hari libur hanya pada hari-hari besar saja

misalnya natal dan tahun baru. Agar tidak terjadi kejenuhan pada pekerja maka hal tersebut dilakukan sebagai solusinya.

Produksi tahu Cina dilakukan pada malam hari yaitu pada pukul 08:00 WIB hingga pukul 04:30 WIB. Pada pukul 05:00 WIB tahu yang sudah siap untuk di distribusikan segera dinaikkan ke dalam mobil pick up miliknya. Tahu tersebut tidak lagi dijual secara eceran, akan tetapi langsung di antar kerumah pelanggannya.

Pendistribusian dilakukan oleh bapak R. Silitonga beserta istri dan anak pertamanya. Beliau tidak memerlukan pekerja dalam pendistribusian. Hal tersebut

dikarenakan agar lebih menghemat biaya dan juga adanya kekhawatiran akan kecurangan dalam ’menarik’ pelanggan. Beliau khawatir bila suatu saat orang yang ditunjuk sebagai distribotor tersebut akan menjadi pengusaha dan ’menarik’ pelanggannya, sehingga pelanggannya beralih darinya.

Dokumen terkait