Pengusaha Tahu
(Studi Deskriptif Terhadap Pengusaha Tahu
di Kecamatan Medan Selayang)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi syarat mendapat gelar Sarjana Ilmu Sosial dalam bidang Antropologi
Disusun Oleh :
Yenni Farida
NIM. 050905060
DEPARTEMEN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Halaman Persetujuan
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan :
Nama : Yenni Farida NIM : 050905060 Departemen : Antropologi
Judul : Pengusaha Tahu (Studi Deskriptif Terhadap Pengusaha Tahu di Kecamatan Medan Selayang)
Medan, Juni 2011
Dosen Pembimbing Ketua Departemen
Drs. Ermansyah, M.Hum Dr. Fikarwin Zuska
NIP. 19660304 199203 1 002 NIP. 19621220 198903 005
Dekan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
PERNYATAAN
PENGUSAHA TAHU
(Studi Deskriptif Terhadap Pengusaha Tahu di Kecamatan Medan Selayang)
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebut dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan disini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.
Medan, Juni 2011
Yenni Farida
ABSTRAK
Yenni Farida, 2011. Judul Skiripsi: PENGUSAHA TAHU (Studi Deskriptif Terhadap Pengusaha Tahu di Kecamatan Medan Selayang). Skiripsi ini terdiri dari 5 bab, 91 halaman, 12 daftar tabel, 4 daftar gambar, 2 halaman daftar pustaka, lampiran dan surat penelitian.
Terdapat banyak panganan yang baik untuk dikonsumsi, salah satunya adalah tahu. Tahu merupakan panganan yang telah dikenal oleh masyarakat. Kelezatannya yang dapat disantap mulai dari digoreng biasa hingga diolah menjadi sayur membuat banyak orang tertarik untuk mengkonsumsinya. Selain itu, tahu juga memiliki banyak manfaat lain. Terjadinya kenaikan harga kacang kedelai dan adanya isu formalin mengakibatkan produksi dan distribusi tahu menurun. Hal tersebut tentu merugikan pengusaha. Berbagai strategi pun dilakukan untuk tetap menstabilkan usahanya.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengusaha tahu dalam memproduksi dan memasarkan hasil produksi terkait dengan adanya kenaikan harga kacang kedelai dan isu formalin. Fokus penelitian ditujukan kepada pengusaha tahu yang berlokasi di Kecamatan Medan Selayang. Adapun metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bertipekan deskriptif, dengan teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara mendalam.
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya khususnya kepada Bapak Drs. Ermansyah, M.Hum., selaku dosen wali
sekaligus pembimbing skripsi. Terima kasih atas kesabaran dalam membimbing
saya menyelesaikan skripsi ini dan telah meluangkan waktu dalam memberikan
kritikan yang membangun, serta memberikan masukan-masukan untuk
penyempurnaan skripsi ini. Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada:
Bapak Prof. Badaruddin, selaku Dekan FISIP USU. Bapak Dr. Fikarwin
Zuska, selaku Ketua Departemen Antropologi FISIP USU. Bapak Drs.
Agustrisno, MSP., selaku Sekretaris Departemen Antropologi. Ibu Dra. Mariana
Makmur, MA., selaku Ketua Penguji. Ibu Dra. Nita Savitri, M.Hum., selaku
penguji I. Kepala dan Sekretaris Kecamatan Medan Selayang yang telah
memberikan izin penelitian dan bersedia untuk meluangkan waktunya bagi
peneliti, baik pada waktu wawancara maupun saat mengambil data di kantor
kecamatan.
Kedua orangtuaku tercinta, ananda haturkan sujud sembah dan ucapan
terima kasih yang sedalam-dalamnya. Semoga Allah SWT meridho’i dalam setiap
langkah. Keempat adik-adikku, Herri Gunawan, Pipin Adiani, Pandi Purnomo,
dan Intan Pandini. Kakak harap kelak bila kalian kuliah, kalian tidak mengikuti
jejak kakak yang salah karena terlalu lama selesai kuliah. Semoga kalian lebih
bisa menghargai waktu dan mampu memprioritaskan hal yang sepantasnya
Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada para pengusaha tahu,
khususnya di Kecamatan Medan Selayang. Kapada para pekerja dalam usaha
produksi tahu, para konsumen dan para agen yang mendistribusikan tahu. Terima
kasih atas waktu yang diberikan dan kemurahan hati dalam memberikan informasi
yang peneliti butuhkan.
Special thanks untuk Safia Chairisa, Vera Syahnidar, Adhietya, Rhd,
Frans, dan Hendri Ramadhan, terima kasih atas dukungan, motivasi, serta waktu
dan kesabaran yang pernah diberikan untuk menemani peneliti di lapangan.
Teman-temanku stambuk 2005, Fida, Tiqha, Wedari, Dani, Fitri, Sukma, Ria, Via,
Tuti, Wendy, Andri, Ozie, Ruzi, Darwin, Avien, dan teman-teman yang belum
peneliti sebutkan, semoga Tuhan memberikan rahmat-Nya kepada kalian semua.
Seniorku bang Sakti Antro ’04 yang sering meminjamkan netbook, meluangkan
waktunya dan juga memberikan semangatnya, terima kasih untuk itu semua.
Adik-adik kelasku, Danur, Mimi, Fauzy, Marta Fitri, Uthie, Umar, Zizah, Fizha,
Indri, Bitha, Beni, Dhavie, dan lainnya, terimakasih atas motivasinya.
Kepada teman-temanku alumni SMU Dharma Pancasila, Dora, Ime,
A’chai, Uchie, Bayu, Tyo, Panjie, Ricky, Rizky Kartika, Amel, Safira Frida, Juli
Rizkia, Asri Cipta Ningrum, si kembar Nina dan Nani, Nadra Armina, dan
sahabatku sejak kecil Sri Wahyuni. Kepada adindaku, Yunie yang telah
membantu mencari referensi skripsi dan kini masih kuliah sebagai salah satu
mahasiswi di UNIMED. Terima kasih atas kebaikan kalian yang tak mungkin
terlupakan. Semoga Tuhan membalas kebaikan dengan kebaikan yang jauh lebih
Salam rindu selalu untuk kak Yelmis Fetri Levi, kak Syarifa, dan semua
teman-temanku ketika di UKMI As-siyasah FISIP USU. Terima kasih atas
pengetahuan tentang agama yang pernah diberikan. Semoga perjuangan dalam
berdakwah mendapat rihdo Allah SWT, amin.
Terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Syamsuddin, Mpd. Guru
yang pantas di contoh karena ketaatannya beribadah. Shalat 5 (lima) waktu yang
tidak pernah ditinggalkan, bahkan shalat sunnah pun dikerjakan. Guru yang
menjadi inspirasiku untuk memilih jurusan Antropologi. Pemilik kesabaran ketika
mengajar, bersuara lembut dan berwajah tampan. Beliau lah guru terbaikku saat
duduk di bangku SMU. Semoga Allah Meridho’i dalam setiap langkah. Amin ya
Rabbal alamin.
Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
peneliti lainnya, khususnya bagi mahasiswa Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Medan, Juni 2011
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan anak
pertama dari lima bersaudara.
Lahir di kota Medan pada
tanggal 23 Maret 1986, dari
pasangan Bapak Miswanto
dan Ibu Farida Anim,
beragama Islam.
Penulis merupakan tamatan dari Sekolah Dasar Negeri Inpres No.064025
kota Medan pada tahun 1998. Kemudian, melanjutkan pendidikan Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama di Dharma Wanita Pemwildasu kota Medan dan tamat
pada tahun 2001. Pendidikan Sekolah Menengah Umum di tempuh di SMU
Dharma Pancasila dan tamat pada tahun 2004. Pada tahun 2005 peneliti lulus
Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru di Universitas Sumatera Utara. Jurusan yang
diambil adalah Antropologi Sosial (sekarang Departemen Antropologi) Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Pengalaman berorganisasi penulis diantaranya: menjadi anggota
tae-kwondo di SLTP pada tahun 2000, anggota Pramuka di SMU Dharma Pancasila
dengan GUDEP (Gugus Depan) 17557-17558 pada tahun 2001-2004, anggota
RM (Remaja Masjid) pada tahun 2003, dan anggota UKMI As-siyasah FISIP
USU pada tahun 2007-2008, menjadi anggota INSAN Antropologi FISIP USU
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puja, puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan
semesta alam, yang telah memberikan segala rahmat-Nya. Atas izin Allah,
pengetahuan yang hanya sedikit ini dapat diperoleh dan skripsi ini dapat
terselesaikan. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana ilmu sosial dalam bidang Antropologi dari Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Skripsi ini berjudul PENGUSAHA TAHU (Studi
Deskriptif Terhadap Pengusaha Tahu di Kecamatan Medan Selayang). Jenis
penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Penelitian sebagai studi deskriptif ini mendeskripsikan pengusaha tahu dalam
memproduksi dan memasarkan hasil produksi terkait dengan adanya kenaikan
harga kacang kedelai dan isu formalin.
Skripsi ini menggambarkan tentang bagaimana cara pengusaha tahu dalam
memproduksi, mendistribusikan, dan menghadapi hal-hal yang terkait dengan
usahanya. Terdapat kesamaan dan perbedaan antara proses produksi maupun
distribusi tahu Cina dengan tahu Sumedang. Selain itu, terdapat pula kesamaan
dalam mensiasati permasalahan yang timbul, baik itu ketika adanya kenaikan
harga kacang kedelai maupun isu formalin.
Dalam kamus Antropologi disebutkan bahwa antropologi adalah ilmu
yang membahas mengenai pengertian tentang manusia dengan mempelajari aneka
warna, bentuk fisik, kepribadian, masyarakat, serta kebudyaannya. Dapat
disimpulkan bahwa Antropologi merupakan suatu ilmu pengetahuan yang
salah seorang dosen ketika masa perkuliahan. Jadi, dapat dipahami bahwa isi
penelitian ini juga merupakan bagian dari Antropologi.
Skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan
keilmuan, khususnya Antropologi Ekonomi. Akhir kata, karena keterbatasan ilmu
pengetahuan dan sesuai dengan kata pepatah bahwa tak ada gading yang tak
retak, maka penulis menyadari akan kekurangan dari skripsi ini. Untuk itu, saran
dan kritikan yang membangun sangat dibutuhkan demi kesempurnaan isi skripsi
ini.
Medan, Juni 2011
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN...i
PERNYATAAN ORIGINALITAS... ii
ABSTRAK ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
RIWAYAT HIDUP ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I. PENDAHULUAN
BAB II. GAMBARAN UMUM KECAMATAN MEDAN SELAYANG 2.1. Sejarah Terbentuknya Kecamatan Medan Selayang ... 17
2.2. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Medan Selayang 19 2.3. Kependudukan ... 23
2.3.1. Jumlah Penduduk ... 23
2.3.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 24
2.3.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Status Pendidikan ... 25
2.3.4. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur ... 26
2.3.5. Berdasarkan Mata Pencaharian ... 27
2.3.6. Berdasarkan Status Perkawinan ... 30
2.3.7. Berdasarkan Agama ... 31
2.3.8. Berdasarkan Suku Bangsa ... 31
2.4. Sarana dan Prasarana ... 32
2.4.1. Sarana dan Prasarana Rumah Ibadah ... 32
2.4.2. Sarana dan Prasarana Olah Raga ... 34
2.4.3. Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 35
2.4.4. Sarana dan Prasarana Kebersihan ... 37
BAB III. POFIL PENGUSAHA TAHU
3.1. Profil Pengusaha Tahu ... 39
3.2. Alasan Memilih Pekerjaan Sebagai Pengusaha Tahu ... 47
3.3. Alat dan Bahan yang Diperlukan Dalam Produksi Tahu ... 49
3.4. Tenaga Kerja dan Modal Usaha ... 52
3.4.1. Pola Hubungan Antara Pekerja dengan Pengusaha ... 52
3.2.2. Modal Usaha ... 55
3.2.3. Sistem Pengupahan dalam Pabrik/Home Industry Tahu ... 57
BAB IV. USAHA TAHU, PROBLEM, DAN STRATEGI YANG DILAKUKAN 4.1. Proses Produksi ... 60
4.2. Proses Distribusi ... 71
4.3. Masalah yang Dihadapi Dalam Usaha Industri Tahu ... 75
4.3.1. Dampak dan Hal yang Dilakukan Ketika Terjadinya Kenaikan Harga Kacang Kedelai ... 76
4.3.2. Ketika Adanya Isu Penggunaan Bahan Formalin ... 80
4.4. Hal Lain yang Dilakukan Pengusaha Tahu untuk Mengembangkan Usahanya ... 82
BAB V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan... 85
5.2. Saran ... 91
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Luas Sawah di Kecamatan Medan Selayang ... 21
Tabel 2.1. Jumlah Penduduk, Luas Kelurahan, Kepadtan Penduduk per km² .... 23
Tabel 2.3. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin ... 24
Tabel 2.4. Jumlah Penduduk Usia 7-12 tahun berdasarkan Status Pendidikan ... 25
Tabel 2.5. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur 0-64 tahun ... 26
Tabel 2.6. Mata Pencaharian Penduduk ... 27
Tabel 2.7. Banyaknya Perusahaan Industri Bersar/Sedang, Kecil, dan Kerajinan Rumah Tangga ... 28
Tabel 2.8. Sarana Ibadah menurut Kelurahan ... 33
Tabel 2.9. Banyaknya Lapangan Olah Raga ... 34
Tabel 2.10. Jumlah Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 35
Tabel 2.11. Jumlah Sekolah Taman Kanak-kanak Negeri dan Swasta ... 36
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Pemotongan Tahu Sumedang dari Pencetakan ... 51
Gambar 4.1. Persediaan Kayu Bakar ... 60
Gambar 4.2. Perbedaan Kotak Pencetakan Tahu Cina dengan Tahu Sumedang .. 70
ABSTRAK
Yenni Farida, 2011. Judul Skiripsi: PENGUSAHA TAHU (Studi Deskriptif Terhadap Pengusaha Tahu di Kecamatan Medan Selayang). Skiripsi ini terdiri dari 5 bab, 91 halaman, 12 daftar tabel, 4 daftar gambar, 2 halaman daftar pustaka, lampiran dan surat penelitian.
Terdapat banyak panganan yang baik untuk dikonsumsi, salah satunya adalah tahu. Tahu merupakan panganan yang telah dikenal oleh masyarakat. Kelezatannya yang dapat disantap mulai dari digoreng biasa hingga diolah menjadi sayur membuat banyak orang tertarik untuk mengkonsumsinya. Selain itu, tahu juga memiliki banyak manfaat lain. Terjadinya kenaikan harga kacang kedelai dan adanya isu formalin mengakibatkan produksi dan distribusi tahu menurun. Hal tersebut tentu merugikan pengusaha. Berbagai strategi pun dilakukan untuk tetap menstabilkan usahanya.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengusaha tahu dalam memproduksi dan memasarkan hasil produksi terkait dengan adanya kenaikan harga kacang kedelai dan isu formalin. Fokus penelitian ditujukan kepada pengusaha tahu yang berlokasi di Kecamatan Medan Selayang. Adapun metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bertipekan deskriptif, dengan teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara mendalam.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial tentu berkeinginan untuk hidup rukun dan
damai. Kerukunan dan kedamaian tersebut akan tercapai bila manusia itu
memiliki jiwa yang kuat, jiwa yang mampu melahirkan fikiran positif terhadap
orang lain maupun budaya lain, budaya yang berbeda dari dirinya atau
kelompoknya. Untuk mewujudkan jiwa yang kuat tentu harus memiliki tubuh
yang sehat seperti statement yang menyatakan bahwa ‘dalam tubuh yang sehat
terdapat jiwa yang kuat’, sehingga tercapailah kerukunan dan kedamaian tersebut.
Pada dasarnya manusia pun ingin hidup sehat karena dengan begitu maka
akan mudah untuk melakukan segala aktivitas. Selain berolahraga, salah satu cara
untuk mendapatkan hidup sehat adalah dengan mengkonsumsi panganan yang
sehat. Ada banyak panganan yang baik untuk dikonsumsi, salah satunya adalah
tahu.
Tahu merupakan panganan yang telah dikenal oleh masyarakat khususnya
di Indonesia
panganan yang berasal dari negeri Cina, namun masyarakat Cina sendiri
menyebutnya doufu. Di Asia panganan ini dikenal dengan beragam nama, ada
yang menyebutnya tofu sedangkan masyarakat Indonesia, Malaysia dan Thailand
lebih suka menyebutnya sebagai tahu. Ada beragam jenis tahu di Indonesia
berwarna putih kecokelatan dan kosong melompong di bagian dalamnya, serta
tahu Bandung yang berwarna kuning dan terasa asin.
Dikatakan bahwa tahu memang lezat disantap, mulai dari digoreng biasa
hingga diolah menjadi sayur
kajian oleh tim medis dari Kanada yang membuktikan bahwa tahu dapat
menurunkan kolesterol jahat dalam tubuh
Selain menurunkan kolesterol, tahu juga terbukti dapat mencegah kanker
payudara. Dikatakan juga bahwa tahu dapat memperlambat proses penuaan pada
perempuan. Lebih dijelaskan bahwa telah dilakukan sebuah penelitian oleh Anna
H. Wu dan rekan-rekannya di University of Southern California, AS. Mereka
melakukan penelitian terhadap 144 perempuan sehat keturuna Cina di Singapura
dan hasil yang mereka peroleh adalah 25 persen lebih banyak mengalami
peningkatan pembentukan estrogen dan tekanan darah juga lebih rendah
dibandingkan dengan mereka yang tidak mengkonsumsi tahu. Dijelaskan juga
bahwa para wanita keturunan China di Singapura rata-rata mengkonsumsi tahu
dari yang biasa (yang masih mentah/belum digoreng) sampai yang sudah
digoreng, bahkan ada yang dicampur dengan sirop maupun yang berbentuk
minuman ringan sampai 157 gram setiap harinya. Disebutkan bahwa rahasia
khasiat tahu ternyata ada pada kandungan isoflavon yang mengandung hormon
estrogen. Kandungan isoflavon tersebutlah yang dapat mencegah kanker payudara
dan memperlambat proses penuaan pada perempuan.
Panganan yang sangat bermanfaat bagi tubuh ini, terbukti juga memiliki
daging atau ikan. Tahu merupakan panganan yang cukup ekonomis bila
dibandingkan daging atau ikan sehingga tahu dapat dijadikan sebagai pengganti
daging atau ikan. Pada beberapa waktu yang lalu, terjadi kenaikan harga kedelai
sehingga mengakibatkan para pengusaha tahu resah bahkan banyak yang gulung
tikar (bangkrut)
Melonjaknya harga kedelai hingga 100 persen tersebut terjadi sejak
pertengahan tahun 2007 lalu
(http://www.wawasandigital.com/index.php?option=com_content&task=view&id
=16836&Itemid=61). Disebutkan bahwa sedikitnya 65 persen pengrajin
tahu-tempe yang tergabung dalam Primer Koperasi Pengrajin Tahu-Tempe Indonesia
(Primkopti) Kota Magelang, mengalami kebangkrutan. Budi Cahyono selaku
Manajer Primkopti Kota Magelang menyebutkan, 150 pengrajin tahu-tempe
Indonesia di Kota Magelang mati suri sejak kenaikan harga kedelai. Budi
mengatakan bahwa dari 65 persen pengrajin yang bangkrut adalah pengrajin tahu
dan tempe yang omsetnya di bawah 30 kg/hari, sedangkan pengrajin yang
beromset besar masih dapat bertahan ketika itu. Ia mencontohkan, dari 14
pengrajin tahu yang diberi fasilitas perumahan Primkopti di Kampung Tidar
Sawe, Kecamatan Magelang Selatan, ketika itu yang bertahan hanya empat
pengrajin saja.
Kedelai yang merupakan bahan utama dalam produksi tahu mengalami
kenaikan hingga 100 persen yakni mencapai Rp.7400,- (tujuh ribu empat ratus
rupiah) perkilogram bahkan harga kacang kedelai di pasaran mencapai Rp.7600,-
(tujuh ribu enam ratus rupiah) perkilogram dari semula yang hanya Rp.4000,-
(http://www.indosiar.com/fokus/67253/pengusaha-tahu-dan-tempe-resah). Lebih
dijelaskan, karena harga kedelai mengalami kenaikan maka para pengusaha tahu
menyiasatinya dengan memperkecil ukuran tahu dan mengurangi hasil
produksinya. Hal ini tentu menjadi dampak tersendiri bagi orang-orang yang tidak
mampu membeli daging atau ikan tersebut.
Selain kenaikan harga kacang kedelai, pada beberapa tahun yang lalu juga
muncul isu formalin yang mengakibatkan penjualan/produksi tahu menurun
dalam beberapa waktu. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM),
Surya Darma Ali, mengatakan akibat adanya isu penggunaan formalin pada bahan
makanan, banyak KUKM di Indonesia, yakni pengusaha tahu mengalami
penurunan omset penjualannya 40 persen hingga 50 persen
(http://www.kapanlagi.com/h/0000099220.html). Lebih dijelaskan bahwa menurut
Surya, akibat isu penggunaan formalin itu banyak KUKM pengusaha tahu yang
`terpukul`, baik pengusaha yang menggunakan formalin maupun yang tidak. Hal
tersebut mengakibatkan omset penjualannya menurun drastis, bahkan ada yang
sampai tidak memproduksi lagi. Disebutkan juga yaitu pengusaha tahu di
Tangerang, Banten, dari 200 pegawai yang ada, sekitar 100 orang pegawai
dirumahkan dan juga pengusaha tahu di Karawang, Jawa Barat yang memiliki 450
pegawai, sekitar 200 orang pegawai dirumahkan. Kenyataan itu membuat
pengusaha tahu harus memiliki cara-cara tertentu dalam menstabilkan usahanya.
Dengan demikian kehidupan sebagai pengusaha tahu terus berjalan dan tetap
dapat memberikan pekerjaan bagi banyak orang.
Adanya produksi dan distribusi tahu dapat menyelamatkan beberapa orang
bagi mereka, baik itu bagi pengusaha tahu itu sendiri, orang yang bekerja sebagai
distributor dan bagi pekerja yang memproduksi tahu, bahkan bagi konsumen
kreatif yang mengolah tahu menjadi berbagai varian panganan. Penjelasan diatas
dapat disimpulkan bahwa cukup banyak manfaat tahu.
Salah satu faktor bagi seseorang menjadi pengusaha tahu adalah karena
adanya anggapan bahwa tahu merupakan panganan rakyat. Disebut sebagai
panganan rakyat karena panganan ini dapat dikonsumsi oleh masyarakat kelas
bawah, sehingga panganan ini mudah untuk dipasarkan. Panganan ini cukup
ekonomis serta bergizi, sehingga pengusaha tertarik untuk memproduksi dan
mendistribusikannya. Adapun faktor lain bagi seseorang menjadi pengusaha tahu
adalah karena faktor turun temurun, yaitu bahwa pengusaha/pemilik pabrik home
industri tahu biasanya mempekerjakan orang yang masih bagian dari anggota
keluarganya dalam memproduksi tahu sehingga pengetahuan (cara memproduksi
tahu) yang diperoleh selama bekerja dapat dimanfaatkan untuk membuat usaha
sendiri. Dengan begitu, seseorang tersebut menjadi pengusaha di pabrik yang ia
dirikan.
1.2. Tinjauan Pustaka
Manusia sebagai makhluk yang berbudaya, memerlukan kebutuhan yang
bersifat hayati dan manusiawi. Kebutuhan yang bersifat manusiawi adalah lebih
ditujukan untuk meningkatkan martabat dan status mereka ditengah-tengah
kehidupan masyarakat. Oleh karenanya, kebutuhan yang bersifat manusiawi tidak
hanya bersifat material semata, melainkan juga berkaitan dengan pendidikan,
Secara sederhana Malinowski (dalam Sjairin, 2002:1-2) menyatakan
bahwa kebutuhan hidup manusia itu dapat dibagi pada tiga kategori besar yaitu :
a. Kebutuhan alamiah-biologi (manusia harus makan dan minum untuk
menjaga kestabilan temperatur tubuhnya agar tetap berfungsi dalam
hubungan harmonis secara menyeluruh dengan organ-organ tubuh
lainnya).
b. Kebutuhan kejiwaan (manusia membutuhkan perasaan tenang yang jauh
dari perasaan takut, keterpencilan, gelisah, dan lain-lain).
c. Kebutuhan sosial (manusia membutuhkan hubungan untuk dapat
melangsungkan keturunan, untuk tidak merasa dikucilkan, dapat belajar
mengenai kebudayaannya, untuk dapat mempertahankan diri dari serangan
musuh dan lain-lain).
Untuk memenuhi kebutuhannya maka manusia membutuhkan
kegiatan-kegiatan yang menyangkut atas kebutuhan, kegiatan-kegiatan tersebut disebut juga sebagai
kegiatan ekonomi (Putong 2002:16). Adanya kebutuhan inilah maka manusia
tidak pernah terlepas dari kegiatan ekonomi. Sebagaimana yang didefinisikan oleh
ahli antropologi ekonomi yang dikemukakan oleh Karl Polanyi bahwa ekonomi
adalah upaya yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup di
tengah lingkungan alam dan lingkungan sosialnya (Polanyi dalam Sjairin,
2002:16-17).
Dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia hendaknya bekerja,
melakukan suatu kegiatan. Seperti yang dikatakan Karl Marx, yang membedakan
manusia dengan makhluk lain adalah kerja karena hanya manusialah, makhluk
yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti halnya berdagang
atau membuat usaha sendiri, sebagai contoh adalah pengusaha tahu. Membuat
tahu sebagai mata pencaharian tentu terkait dengan kegiatan produksi dan
pemasaran.
Membahas mengenai kegiatan produksi maka disini peneliti paparkan
terlebih dahulu pengertian produksi yang dikemukakan oleh Damsar (2009:67)
”Kata produksi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, yaitu
production. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata produksi
yaitu hasil dan pembuatan. Pengertian produksi tersebut mencakup segala kegiatan, termasuk prosesnya, yang dapat menciptakan hasil, penghasilan dan pembuatan. Kegiatan produksi adalah suatu produk. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, produk didefinisikan sebagai : satu, barang atau jasa yang dibuat ditambah gunanya atau nilainya dalam proses produksi dan menjadi hasil akhir dari proses produksi itu. Dua, benda atau yang bersifat kebendaan seperti barang, bahan, atau bangunan yang merupakan hasil konstruksi. Tiga, hasil; hasil kerja. Dari ketiga definisi dari produk tersebut dapat dipahami bahwa produk berkait dengan suatu proses yang barnama kerja.”
Menurut Assauri (1993:11) pengertian produksi dalam ekonomi adalah
merupakan kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk menciptakan dan
menambah kegunaan atau utilitas suatu barang atau jasa. Setelah dilakukannya
proses produksi maka tahap selanjutnya adalah pendistribusian. Distribusi berakar
dari bahasa Inggris distribution, yang berarti penyaluran sedangkan kata dasarnya
to distribute, berdasarkan Kamus Inggris Indonesia John M, Echols dan Hasan
Shadilly bermakna membagikan, menyalurkan, menyebarkan, mendistribusikan,
dan mengageni (Damsar, 2009:93). Kamus Besar Bahasa Indonesia
menterjemahkan kata distribusi sebagai penyaluran (pembagian, pengiriman)
kepada beberapa orang atau ke beberapa tempat. Jadi, berdasarkan rujukan
tersebut, Damsar memahami distribusi sebagai proses penyaluran barang atau jasa
Menurut Sunarto (2006:4) kegiatan pemasaran adalah proses sosial yang
didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang
bernilai bagi pihak lain. Agar kegiatan pemasaran berjalan dengan baik maka
pengusaha maupun distributor tahu haruslah memiliki strategi tertentu, baik itu
ketika harga kedelai mengalami kenaikan maupun adanya isu formalin yang
mengakibatkan hilangnya rasa percaya konsumen bahwa tidak semua hasil
produksi tahu menggunakan bahan tersebut.
Strategi yang dimiliki merupakan suatu proses bertahan hidup. Strategi
bertahan hidup adalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan (Iwan,
2009:22). Lebih dijelaskan oleh Edi Suharno bahwa definisi dari strategi bertahan
hidup (coping strategies) adalah kemampuan seseorang dalam menerapkan
seperangkat cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi
kehidupannya. Jadi, dalam penelitian ini strategi dilakukan agar pengusaha tahu
dapat menstabilkan usahanya.
Adanya strategi tentu tidak terlepas dari pengetahuan yang diperoleh.
Berbagai pengetahuan yang dimiliki oleh para pengusaha tahu merupakan bagian
dari kebudayaan yang mereka miliki. Manusia dan kebudayaan merupakan
kesatuan yang tidak dapat terpisahkan, sementara itu pendukung kebudayaan
adalah makhluk manusia itu sendiri.
Koentjaraningrat (1990:180) mendefinisikan kebudayaan sebagai
keseluruhan system gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
kebudayaan yang dikemukakan oleh Spradley (1997:19-20) yaitu kebudayaan
sebagai sebuah sistem pengetahuan yang diperoleh manusia dengan proses
belajar, yang mereka gunakan untuk menginterpretasikan dunia sekeliling mereka
dan sekaligus untuk menyusun strategi perilaku dalam menghadapi dunia
sekeliling mereka. Dalam penelitian ini, maka pemahaman budaya atas perilaku
dalam menjalankan usahanya menjadi sangatlah penting.
Kebudayaan yang dimiliki manusia tentu dapat diterapkan dalam berbagai
tindakan demi keperluan hidupnya. Kebudayaan juga disebut sebagai suatu
pedoman atau pegangan yang operasional, yang dipunyai oleh warga masyarakat
dalam menghadapi lingkungan tertentu (sosial, fisik, alam dan kebudayaan) agar
masyarakat tersebut dapat tetap melangsungkan kehidupannya dan untuk dapat
hidup lebih baik lagi (Suparlan 1984:14-15). Secara keseluruhan kebudayaan
manusia itu terbagi atas tiga wujud kebudayaan yaitu : sistem budaya, sistem
sosial dan kebudayaan fisik (Koentjaraningrat 1974:15).
Sistem budaya mencakup ide-ide, gagasan yang mengkonsepkan hal-hal
yang bernilai, yang hidup dalam pikiran manusia. Gagasan yang berlangsung
membentuk pola pikir seorang individu dan terlihat dalam mata pencahariannya,
dalam hal ini misalnya pengusaha tahu. Seseorang menjadi pengusaha tahu karena
adanya ide ataupun gagasan dalam pikirannya sehingga seseorang itu menjadi
pengusaha tahu. Ketika seseorang tersebut telah menjadi pengusaha tahu maka ia
pun harus memiliki ide-ide atau gagasan. Dalam hal ini, yang peneliti maksud
adalah gagasan atau ide yang menjadi strategi pengusaha tahu untuk tetap
kestabilan usahanya. Terkait dengan penelitian ini adalah ketika adanya isu
formalin yang berkembang di masyarakat dan kenaikan harga kedelai.
Adam Smith (dalam Fukuyama, 2002:17) menyatakan bahwa kehidupan
ekonomi tertanam secara mendalam pada kegiatan sosial, dan ia tidak bisa
dipahami terpisah dari adat, moral, dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat dimana
proses ekonomi itu terjadi. Singkatnya, ia tidak bisa dipisahkan dari kebudayaan.
Dalam kehidupan ekonomi yang tertanam secara mendalam pada kegiatan sosial,
pasti lah terjadi interaksi sosial.
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang
menyangkut hubungan antar orang-perorangan, antara kelompok-kelompok
manusia, maupun antara orang-perorangan dengan kelompok-kelompok manusia
(Soejono, 1987). Pendapat lain menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
interaksi sosial adalah proses dimana antara individu dengan individu, individu
dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok berhubungan satu dengan
yang lain (Narwoko dan Suyanto, 2007:20).
Dalam lingkungan kerja, interaksi sosial yang terjadi adalah antara
pengusaha, distributor (orang yang menjualkan hasil produksi) dan pekerja (orang
yang memperoduksi). Sedangkan diluar lingkungan kerja, interaksi sosial yang
terjadi adalah antara orang-orang yang berada dalam lingkungan kerja dengan
masyarakat sekitar, distributor dengan konsumen dan konsumen dengan
1.3. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan yang diajukan
adalah bagaimanakah cara pengusaha tahu dalam memproduksi,
mendistribusikan, dan menghadapi hal-hal yang terkait dengan usahanya?
Permasalahan penelitian ini diuraikan ke dalam 4 pertanyaan penelitian yaitu:
1. Apa alasan mendasar untuk menjadi pengusaha tahu?
2. Bagaimana proses produksi dan distribusi tahu?
3. Bagaimana pengusaha tahu dalam pencarian tenaga kerja?
4. Hal apa saja yang dilakukan pengusaha tahu dalam menghadapi kenaikan
harga kedelai dan isu formalin?
1.4. Kerangka Konsep
Konsep-konsep yang terkandung dalam penelitian ini perlu dijelaskan agar
tidak menimbulkan persepsi dan pemahaman yang berbeda pada tulisan ini.
Pengusaha tahu terdiri dari dua kata yaitu pengusaha dan tahu. Pengusaha adalah
seseorang yang memiliki usaha dan memperkerjakan orang lain dalam proses
produksi maupun distribusi demi keberlangsungan usahanya, sedangkan tahu
adalah kata benda. Jadi pengusaha tahu adalah seseorang yang memiliki usaha
dan mempekerjakan orang lain dalam proses produksi maupun distribusi terhadap
usaha tahu.
Kegiatan ekonomi dalam tulisan ini menjelaskan tentang aktifitas manusia
yang meliputi aspek produksi, distribusi maupun konsumsi suatu barang, tentu
saja dalam tulisan ini yang dimaksudkan adalah tahu. Dalam penelitian ini,
saja. Pola produksi adalah bentuk, sifat dan cara yang ditempuh oleh manusia
untuk menghasilkan sesuatu barang. Pola distribusi adalah bentuk, sifat dan cara
yang dijalankan oleh manusia untuk membagi hasil produksi.
1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengusaha tahu dalam
memproduksi dan memasarkan hasil produksi terkait dengan adanya kenaikan
harga kedelai dan isu formalin. Secara akademis, penelitian ini dapat bermanfaat
untuk menambah wawasan keilmuan, khususnya antropologi ekonomi. Secara
praktis, penelitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak terkait, seperti halnya dapat
membantu Pemerintah Kota Medan maupun Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) dalam mensosialisasikan bahwa tahu adalah panganan yang baik untuk
dikonsumsi dan tidak semua pengusaha menggunakan formalin karena terbukti
masih ada pengusaha yang tidak menggunakan bahan tersebut. Penelitian ini juga
diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam menentukan
kebijaksanaannya terkait dengan industri kecil.
1.6. Metode Penelitian
1.6.1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai pendekatan yang dapat
menghasilkan data, tulisan, tingkah laku yang didapat dari apa yang diamati
(Nawawi, 1994:203). Berkenaan dengan penelitian ini sebagai studi deskriptif
memproduksi dan memasarkan hasil produksi terkait dengan adanya kenaikan
harga kedelai dan isu formalin.
1.6.2. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Loflan dan Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif
ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumentasi
dan lain-lain (Moleong, 2006:157). Data dalam penelitian ini dikategorikan atas 2
(dua) jenis data yakni data primer dan data skunder.
Data primer merupakan data utama yang diperoleh melalui observasi
(pengamatan) dan interview (wawancara):
i. Observasi (pengamatan) merupakan salah satu metode yang peneliti
gunakan dalam penelitian ini. Observasi (pengamatan) yang peneliti
lakukan adalah observasi partisipasi tapi tidak penuh. Observasi
partisipasi tapi tidak penuh yang peneliti maksudkan adalah selain
mengamati proses produksi dan pemasarannya, disini peneliti juga ikut
terjun langsung dalam menjual hasil produksi yaitu tahu kepada
konsumen. Peneliti melakukan observasi (pengamatan) terhadap proses
produksi dan pemasaran hasil produksi. Setelah melakukan observasi
(pengamatan) maka hasil observasi (pengamatan) kemudian dituangkan ke
dalam catatan pengamatan lapangan. Hal tersebut dimaksudkan agar dapat
memudahkan peneliti untuk mengingat kembali hasil pengamatan.
ii. Interview (wawancara) yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara mendalam (in-depth interview) yaitu berdialog langsung (face
mendalam dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara
(interview guide). Interview Guide adalah pedoman wawancara
berdasarkan poin-poin penting yang akan ditanyakan kepada informan.
Pertanyaan tersebut akan berkembang lebih luas ketika dalam proses
wawancara. Proses wawancara dibantu dengan alat rekam (tape recorder).
Hasil wawancara dituangkan ke dalam catatan wawancara.
Sebelum melakukan interview (wawancara), peneliti terlebih dahulu
melakukan pendekatan terhadap orang yang terpilih sebagai informan.
Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan pokok atau informan
kunci (key informant), informan biasa dan informan pangkal. Bernard
(1994:165) menyatakan bahwa informan kunci (key informant) yang baik
adalah informan yang mudah untuk dimintai informasi (diwawancarai),
memahami informasi yang dibutuhkan peneliti dan dapat bekerjasama
dengan peneliti dengan baik. Sedangkan informan biasa adalah
orang-orang yang memberikan informasi mengenai suatu masalah sesuai dengan
pengetahuannya dan bukan merupakan ahlinya dan informan pangkal
adalah informan yang pertama sekali ditemui. Dalam penelitian ini yang
menjadi informan kunci adalah pengusaha maupun distributor. Sedangkan
yang menjadi informan biasa adalah pekerja yang ada di pabrik dan
konsumen, dan yang menjadi informan pangkal adalah Instansi yang
berada di Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag).
Interview (wawancara) yang ditujukan kepada informan kunci (key
informant) adalah untuk memperoleh informasi tentang produksi dan
distribusi tahu agar tetap dapat berjalan normal ditengah adanya
pemberitaan mengenai penggunaan bahan formalin yang berkembang saat
itu dan hal-hal yang mereka lakukan ketika harga kedelai mengalami
kenaikan, kerugian yang dicapai akibat adanya pemberitaan mengenai
bahan formalin dan kerugian akibat kenaikan harga kedelai. Sedangkan
interview (wawancara) yang ditujukan kepada informan biasa yaitu
pekerja dan konsumen adalah untuk mengetahui informasi tentang
pengaruh kenaikan harga kedelai dan adanya pemberitaan bahan formalin
tersebut terhadap pekerja dan konsumen. Sedangkan interview
(wawancara) yang ditujukan kepada Instansi yang berada di Kantor Dinas
Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) adalah untuk mengetahui
salah satu lokasi yang banyak melakukan produksi tahu di Kota Medan. Data skunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek
penelitian. Pengumpulan data skunder dalam penelitian ini dilakukan
dengan studi pustaka dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berasal
dari buku, juga dari sumber lainnya seperti surat kabar, koran, dokumen,
majalah, jurnal dan internet yang berkaitan dengan masalah penelitian dan
dianggap relevan dengan penelitian ini.
1.6.3. Analisa Data
Analisa data merupakan suatu upaya untuk mencari benang merah antara
masalah-masalah yang ada dalam topik penelitian dengan dasar teoritis yang ada
ataupun isu-isu yang berkembang berkenaan dengan permasalahan pengusaha
data perlu dilakukan secara continue atau terus menerus dan berkelanjutan
sepanjang proses penelitian. Peneliti akan menganalisa data yang sudah didapat
dari lapangan dengan mengumpulkan data yang sejenis kedalam kategori-kategori
yang telah ditentukan. Setelah itu, peneliti akan memeriksa ulang data untuk
melihat kelengkapan data. Data yang diperoleh dari lapangan kemudian di analisis
sesuai metode yang digunakan yaitu metode kualitatif. Data-data yang akan ditulis
akan diperkuat dengan data kepustakaan yang berupa teori-teori. Dalam menulis
dan menganalisis, peneliti juga menambahkan data-data berupa hasil pengamatan
(observasi) sebagai penguat data hasil wawancara yang telah dikategorikan tadi.
1.7. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di beberapa tempat pembuatan tahu (pabrik/home
industri tahu) di kota Medan, namun peneliti lebih memfokuskan di Kecamatan
Medan Selayang, dan yang menjadi alasan pemilihan lokasi ini adalah :
Peneliti merasa akan lebih mudah untuk mendapatkan data karena menurut
data yang peneliti peroleh melalui Kantor Disperindag (Dinas
Perindustrian dan Perdagangan), Kecamatan Medan Selayang merupakan
salah satu Kecamatan yang banyak melakukan produksi tahu di kota
Medan.
Ada 4 (empat) pabrik tahu di Kecamatan Medan Selayang dan dari
keempat pabrik ini terdapat dua jenis tahu diantaranya yaitu 2 (dua) pabrik
yang memproduksi jenis tahu Cina dan 2 (dua) pabrik lagi memproduksi
BAB II
GAMBARAN UMUM KECAMATAN MEDAN SELAYANG
2.1. SejarahTerbentuknya Kecamatan Medan Selayang
Menurut data yang diperoleh melalui kantor Kecamatan Medan Selayang
disebutkan bahwa Kecamatan Medan Selayang adalah salah satu dari 21
kecamatan yang berada di bagian Barat Daya Wilayah Kota Medan yang memiliki
luas dengan perkiraan sekitar 23,89 km2 atau 4,83% dari seluruh luas wilayah
Kota Medan. Kecamatan ini berada pada ketinggian 26-50 meter di atas
permukaan laut. Kecamatan Medan Selayang merupakan pecahan dari Kecamatan
Medan Baru, Medan Sunggal dan Medan Tuntungan.
Sebelum menjadi kecamatan defenitif (kecamatan yang berdiri sendiri),
maka terlebih dahulu diproses melalui Kecamatan Perwakilan. Sesuai dengan
Keputusan Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor : 138/402/K/1991
tentang Penetapan dan Perubahan 10 Perwakilan Kecamatan yang merupakan
pemekaran wilayah Kecamatan Medan Baru, Medan Sunggal dan Medan
Tuntungan dengan nama “Perwakilan Kecamatan Medan Selayang” dengan 5
(lima) kelurahan. Ketika itu, kantor masih menyewa bangunan rumah berukuran
6x12 m di Jalan Bunga Cempaka Kelurahan Padang Bulan Selayang II.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.50 Tahun 1991
tentang pembentukan beberapa kecamatan di Sumatera Utara termasuk 8
(delapan) Kecamatan Pemekaran di Kota Medan maka secara resmi Perwakilan
Kecamatan Medan Selayang menjadi kecamatan defenitif yaitu Kecamatan
luas tanah lebih kurang 2000 m2 dan luas bangunan 396 m2 dan dibangun atas
adanya bantuan masyarakat. Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Gubernur
Sumatera Utara Nomor : 146.1/1101/k/1994 tentang Pembentukan 7 (tujuh)
Kelurahan Persiapan di Kota Medan maka Kecamatan Medan Selayang
berkembang dari 5 (lima) kelurahan menjadi 6 (enam) kelurahan yaitu: Kelurahan
Beringin, Kelurahan Padang Bulan Selayang I, Kelurahan Padang Bulan Selayang
II, Kelurahan Tanjungsari, Kelurahan Swasembada dan yang terakhir adalah
Kelurahan Sempakata.
Sejak terbentuknya Perwakilan Kecamatan Medan Selayang dari tahun
1991 sampai sekarang, wilayah ini telah dipimpin oleh beberapa Camat.
Berdasarkan data yang diperoleh melalui kantor Kecamatan Medan Selayang,
terdapat 5 (lima) kali pergantian camat yang terhitung sejak tahun 1991 hingga
tahun 2007 bahkan hingga sekarang. Adapun daftar nama camat tersebut
diantaranya adalah :
1. OK Lailan Zaitun merupakan camat yang pertama menjabat di Kecamatan
Medan Selayang sejak terbentuknya Perwakilan Kecamatan Medan
Selayang dengan masa bakti sejak tahun 1991 hingga tahun 1993.
2. Drs. Farit Wajedi, M.Si., menduduki jabatannya dengan masa bakti sejak
tahun 1993 hingga tahun 1998.
3. Drs. Parluhutan Hasibuan menduduki jabatannya dengan masa bakti sejak
tahun 1998 hingga tahun 2000.
4. H. Syarifuddin, SH., menduduki jabatannya dengan masa bakti sejak
5. M. Reza Hanafi S.STP. M.AP., menduduki jabatannya pada Desember
2006 hingga sekarang.
2.2. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Medan Selayang
Secara geografis, kondisi fisik Kecamatan Medan Selayang berada di
wilayah Barat Daya Kota Medan yang secara spasial merupakan dataran
kemiringan antara 0-5% (profil Kecamatan Medan Selayang). Wilayah-wilayah
yang berdekatan dan berbatasan langsung dengan Kecamatan Medan Selayang
adalah :
- Sebelah Utara : Kecamatan Medan Baru dan Medan Sunggal
- Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Tuntungan dan Medan Johor
- Sebelah Timur : Kecamatan Polonia
- Sebelah Barat : Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang
Luas wilayah Kecamatan Medan Selayang adalah lebih kurang 2.379 Ha.
Disebutkan bahwa Kecamatan Medan Selayang terbagi menjadi 6 (enam)
kelurahan dan 63 lingkungan dengan status Kelurahan Swasembada. Kelurahan
yang terluas di kecamatan ini adalah Kelurahan Padang Bulan Selayang II dengan
luas 700 Ha dan memiliki 17 lingkungan. Adapun kelurahan yang lain adalah
Kelurahan Tanjung Sari 510 Ha dan memiliki 14 lingkungan, Sempakata dengan
luas 510 Ha dan memiliki 6 (enam) lingkungan, Asam Kumbang dengan luas 400
Ha dan memiliki 10 lingkungan, Padang Bulan Selayang I dengan luas 180 Ha
dan memiliki 10 lingkungan, kemudian yang terakhir adalah Kelurahan Beringin
sebagai Kelurahan terkecil dengan luas yang hanya 79 Ha dan memiliki 6
Secara garis besar, kawasan Medan Selayang merupakan pemukiman.
Namun masih ada kawasan pertanian yang terdapat di Kelurahan Tanjung Sari,
Asam Kumbang, dan Padang Bulan Selayang II, yang masih memiliki peluang
untuk mengembangkan kawasan agrobisnis yang bernilai ekonomis, apalagi jika
dapat dikembangkan secara professional. Salah satu faktor penting di wilayah
Kecamatan Medan Selayang ini adalah tingkat kesuburan tanahnya. Hal ini
dikarenakan tanah tersebut merupakan tanah yang berjenis tanah andosol. Jenis
tanah andosol ini memiliki tingkat kesuburan yang tinggi serta dilewati sungai,
sehingga wilayah ini menjadi daerah yang subur bagi pertanian.
Daerah yang subur bagi pertanian ini ternyata tidak dibarengi dengan
tingkat pertanian yang semakin tinggi, namun justru lahan pertanian banyak yang
dijadikan sebagai komplek/perumahan. Hal ini terbukti dengan banyaknya
komplek/perumahan yang telah berdiri di Kecamatan Medan Selayang seperti
Taman Setia Budi Indah, Graha Tanjung Sari, Villa Malina Indah, Taman Asoka
dan lain-lain. Adapun jenis pemukiman perumahan yang berkembang tersebut
yaitu perumahan/komplek berjumlah 13 unit, asrama 1 (satu) unit, rumah sehat
16.816 unit dan rumah sederhana 924 unit (Profil Kelurahan, tahun 2006). Sejak
tahun 2006 hingga tahun 2010 lahan pertanian semakin berkurang karena
fungsinya telah berubah menjadi komplek/perumahan.
Perubahan lahan pertanian menjadi komplek/perumahan tentu
menimbulkan dampak tersendiri karena pada setiap perubahan tentu dapat
memunculkan hal yang positif maupun negatif. Hal positif yang terjadi akibat
perubahan lahan pertanian menjadi komplek/perumahan yaitu lokasi tersebut
komplek/perumahan. Adanya komplek/perumahan menjadikan lokasi tersebut
terlihat mewah karena bangunan komplek/perumahan itu sendiri adalah bangunan
yang dapat dikatakan mewah bagi masyarakat pada umumnya. Di dalam
komplek/perumahan terdapat kolam renang yang disediakan untuk umum
sehingga kolam renang tersebut tidak hanya dipakai oleh mereka yang tinggal di
komplek/perumahan. Adapun hal negatif yang terjadi akibat dari perubahan lahan
pertanian menjadi komplek/perumahan yaitu berkurangnya hasil pertanian. Lahan
yang subur karena memiliki jenis tanah andosol seperti yang telah dituliskan di
atas seharusnya dapat menjadikan hasil pertanian yang berkualitas, namun dengan
adanya perubahan fungsi lahan maka hasil pertanian yang seharusnya berkualitas
itu menjadi tidak terwujud dan bahkan hasil pertanian pun menjadi berkurang.
Berdasarkan data luas sawah di Kecamatan Medan Selayang menunjukkan
bahwa telah terjadi pengurangan lahan yang rata-rata mencapai 0,5% per tahun.
Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini :
Tabel 2.1
Luas Sawah di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2002 - 2006
Sumber Data : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kota Medan
Dari tabel 2.1 di atas dapat dilihat jumlah luas sawah ketika tahun 2002
adalah 515 Ha dan di tahun 2006 mengalami penurunan hingga menjadi 398 Ha
maka dengan begitu telah terjadi penurunan sawah wilayah sejumlah 117 Ha.
Tidak hanya kebutuhan pokok seperti penyediaan lahan yang telah disebutkan
ada pula kebutuhan sekunder masyarakat yang harus terpenuhi. Untuk itu dalam
menunjang kebutuhan sekunder masyarakat maka di Kecamatan Medan Selayang
telah disediakan penyediaan air bersih dengan jumlah 56,44%, listrik berjumlah
99%, telepon 28,15%, lapangan olahraga 24 persil, rumah ibadah 60 unit, rumah
sakit 1 (satu) unit, dan terdapat 3 (tiga) unit puskesmas yang sudah tersedia
dengan baik.
Pada tahun 2008 penyediaan listrik dari PLN (Pembangkit Listrik Negara)
dan penyediaan air bersih dari PAM (Perusahaan Air Minum) sudah lebih
membaik. Tercatat sebanyak 32.210 rumah tangga yang berlangganan listrik PLN
dan sebanyak 16.547 rumah tangga yang berlangganan air PAM di Kecamatan
Medan Selayang. Di Kecamatan Medan Selayang ini juga terdapat beberapa jenis
pelayanan untuk masyarakat yang membutuhkan antara lain yaitu: KTP dan KK
Surat Keterangan Pindah
Kartu Nomor Induk Kependudukan (Kartu NIK) Kartu Identitas Penduduk Musiman (KIPEM) Surat Izin Menetap (SIM)
Surat Keterangan Kelahiran dan Surat Keterangan Lahir Mati Surat Keterangan Kematian
2.3. Kependudukan
2.3.1. Jumlah Penduduk
Kecamatan Medan Selayang dihuni oleh 84.913 jiwa. Diantara keenam
kelurahan yang berada di Kecamatan Medan Selayang, kelurahan yang terbanyak
penduduknya yaitu Kelurahan Tanjung Sari dengan jumlah 29.319 jiwa dan
kelurahan yang paling sedikit penduduknya yaitu Kelurahan Beringin dengan
jumlah 7.662 jiwa.
Tabel 2.2
Jumlah Penduduk, Luas Kelurahan, Kepadatan Penduduk per km² Tahun 2008
Kelurahan Jumlah Penduduk Luas Wilayah Kepadatan Penduduk per
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan
Data pada tabel 2.2 di atas adalah data pada tahun 2008. Telah terjadi
peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Berdasarkan pada hasil
registrasi penduduk kelurahan disebutkan bahwa pada tahun 2000 penduduk di
Kecamatan Medan Selayang berjumlah 73.500 jiwa, kemudian mengalami
peningkatan pada tahun 2001 dengan jumlah jumlah 77.783 jiwa, dan pada tahun
2004 berjumlah 84.304, hingga tahun 2008 peningkatan jumlah penduduk tersebut
2.3.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Berdasarkan data jumlah penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat
perbandingannya antara jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki dan
perempuan pada Kecamatan Medan Selayang. Jumlahnya cukup jauh berbeda
yaitu terpaut 833 orang lebih banyak perempuan. Hal ini dapat dilihat pada tabel
2.3 di bawah ini:
Tabel 2.3 Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin Kelurahan Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan
Berdasarkan data pada tabel 2.3 di atas dapat dilihat bahwa untuk se
Kecamatan Medan Selayang yang menjadi penduduk terbanyak adalah yang
berjenis kelamin perempuan yaitu dengan jumlah 42.873 jiwa, sedangkan laki-laki
berjumlah 42.040 jiwa. Jika dihitung berdasarkan per kelurahan maka terdapat
perbandingan 50:50 yaitu 3 (tiga) kelurahan yang berjenis kelamin laki-laki
terbanyak, diantaranya adalah Kelurahan Sempakata, Kelurahan PB Selayang I,
dan Kelurahan Tanjung Sari dan 3 (tiga) kelurahan lagi berjenis kelamin
perempuan terbanyak, diantaranya yaitu: Kelurahan Beringin, Kelurahan PB
Selayang II, dan Kelurahan Asam Kumbang. Jumlah penduduk terbanyak di
Kecamatan Medan Selayang berada di Kelurahan Tanjung Sari dengan jumlah
29.319 jiwa, sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit berada di Kelurahan
salah satu kelurahan yang termasuk lebih banyak penduduk yang berjenis kelamin
laki-laki daripada perempuan, sedangkan Kelurahan Beringin adalah salah satu
kelurahan yang lebih didominasi oleh penduduk yang berjenis kelamin perempuan
dari pada laki-laki.
2.3.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Status Pendidikan
Jumlah penduduk Kecmatan Medan Selayang berdasarkan status
pendidikannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.4
Jumlah Penduduk Usia 7-12 tahun berdasarkan Status Pendidikan Tahun 2008
Kelurahan Sekolah Tidak Sekolah Jumlah
1. Sempakata 1241 0 1241 Sumber: kantor Lurah se-Kecamatan Medan Selayang
Dapat dilihat pada tabel 2.4 di atas bahwa seluruh penduduk Kecamatan
Medan Selayang yang berusia 7-12 tahun adalah berstatus bersekolah dan tidak
ada 1 (satu) orang pun yang tidak bersekolah. Hal ini menunjukkan bahwa
tingginya kesadaran penduduk akan pentingnya pendidikan. Kelurahan Tanjung
Sari yang merupakan kelurahan terbanyak penduduknya bila dibandingkan
dengan kelurahan lainnya yaitu dengan jumlah penduduk 29.319 jiwa maka
dengan begitu generasi penerusnya atau angka kelahirannya tentu juga lebih
banyak dari pada angka kelahiran penduduk di kelurahan lainnya. Hal ini dapat
dilihat pada tabel 2.4 di halaman sebelumnya yaitu penduduk yang berusia 7-12
2.3.4. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Jumlah penduduk Kecamatan Medan Selayang menurut kelompok umur
dan jenis kelaminnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.5
Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur 0-65 tahun Di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2008 Kelompok
Umur
Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan
Data pada tabel 2.5 di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk
kelompok umur 15-44 tahun dengan jumlah 45.624 jiwa adalah yang
mendominasi dari kelompok umur lainnya. Hal ini dikarenakan berdasarkan
kelompok umur, selisih umur 15-44 tahun adalah selisih umur yang paling jauh
dari pada kelompok umur lainnya yaitu 29 tahun banyaknya selisih umur tersebut.
Data pada tabel menunjukkan bahwa umur 15-44 tahun adalah usia produktif
maka kelompok umur ini di dasarkan atas kelompok usia produktif.
2.3.5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Terdapat beberapa mata pencaharian bagi penduduk Kecamatan Medan
Selayang. Diantaranya yaitu Pegawai Negeri, Pegawai Swasta, ABRI, Petani,
Pedagang, Pensiunan dan lainnya. Untuk lebih jelasnya maka dapat dilihat pada
Tabel 2.6 Sumber: kantor Lurah se-Kecamatan Medan Selayang
Data pada tabel 2.6 di atas menunjukkan bahwa yang mendominasi mata
pencaharian penduduk terbanyak adalah berada di Kelurahan Asam Kumbang
dengan jumlah 6.055 jiwa, sedangkan yang paling sedikit adalah berada di
Kelurahan PB Selayang I dengan jumlah 2.641 jiwa. Hal tersebut menunjukkan
bahwa banyaknya penduduk dengan status bekerja terdapat di Kelurahan Asam
Kumbang daripada kelurahan lainnya bila dilihat melalui se Kecamatan Medan
Selayang dan hal itu berarti bahwa lebih sedikit penduduk yang berstatus tidak
bekerja (pengangguran).
Selain beberapa mata pencaharian yang tersebut pada tabel 2.6 di atas
terdapat pula mata pencaharian lainnya, salah satu diantaranya adalah usaha
industri. Terdapat beberapa perusahaan industri di Kecamatan Medan Selayang,
baik itu industri besar/sedang, kecil dan kerajinan rumah tangga. Untuk lebih
Tabel 2.7
Banyaknya Perusahaan Industri Besar/Sedang, Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga
Tahun 2008
Kelurahan Besar/Sedang Kecil Rumah Tangga
1. Sempakata 1 3 0
Sumber: kantor Lurah se-Kecamatan Medan Selayang
Data pada tabel 2.7 di atas menunjukkan bahwa keseluruhan jumlah
perusahaan industri Kecamatan Medan Selayang adalah 98 perusahaan industri,
baik itu industri besar/sedang, kecil maupun industri rumah tangga. Perusahaan
industri di Kecamatan Medan Selayang sudah mulai bermunculan. Perusahaan
industri di Kecamatan Medan Selayang lebih didominasi oleh industri rumah
tangga. Tercatat pada tahun 2008 terdapat 6 (enam) industri besar, 23 industri
kecil dan 69 industri rumah tangga. Adapun salah satu industri yang terdapat di
Kecamatan Medan Selayang yaitu pabrik/home industry tahu. Terdapat 4 (empat)
pabrik/home industry tahu di Kecamatan Medan Selayang (data kantor
Disperindag). Ada 2 (dua) jenis tahu yang diproduksi diantaranya yaitu 2 (dua)
pabrik/home industry tahu memproduksi jenis tahu Cina dan 2 (dua) pabrik/home
industry tahu memproduksi jenis tahu Sumedang.
Jika dalam bidang pertanian dibutuhkan lahan untuk pertanian, maka pada
industri tahu, selain dibutuhkan lahan untuk pembangunan pabrik industrinya, hal
lain yang juga dibutuhkan adalah adanya aliran sungai. Di Kecamatan Medan
Selayang terdapat aliran sungai yang cukup panjang. Aliran sungai ini melintasi
Kelurahan Tanjung Sari kemudian menuju ke Kelurahan Selayang I, lalu dari
Kelurahan Selayang I kemudian menuju ke Kecamatan Medan Sunggal yang
mengalir dari Selatan ke Utara. Menurut sejarahnya sungai ini adalah sungai yang
digunakan masyarakat sekitar untuk air bersih dan memancing. Hingga kini pun
sungai tersebut masih digunakan untuk memancing.
Pada umunya, lokasi usaha pabrik/home industry tahu di Kecamatan
Medan Selayang berada tidak jauh dari aliran sungai. Hal tersebut dikarenakan
aliran sungai dijadikan sebagai tempat pembuangan limbah dari produksi tahu.
Limbah dari produksi tahu tentu mengganggu penduduk sekitar pabrik/home
industry tahu apabila pembuangannya tidak diatur dengan baik. Untuk itulah
sebelum membangun pabrik sebagai tempat produksi tahu, terlebih dahulu
pengusaha tahu memikirkan dampak negatif yang kemungkinan akan timbul dari
penduduk sekitarnya terkait dengan usahanya, khususnya dalam hal pembuangan
limbah produksi. Aliran sungai adalah solusi bagi pengusaha tahu agar
pembuangan limbah produksi tidak mengganggu penduduk sekitarnya, sehingga
dengan begitu maka proses produksi tahu dapat berjalan dengan lancar. Penduduk
tidak merasa terganggu dengan adanya pembuangan limbah ke sungai karena
penduduk tidak memanfaatkan air sungai untuk air bersih
Limbah yang dihasilkan melalui produksi tahu bukanlah limbah yang
berbahaya karena limbah berasal dari sisa saripati kacang kedelai yang tidak
bermanfaat dalam produksi tahu. Limbah tersebut dibuang melalui saluran
pembuangan yaitu pipa air yang mengarah ke aliran sungai. Panjang pipa tersebut
tentu disesuaikan dengan panjangnya jarak antara tempat produksi ke arah sungai.
pabrik industri sederhana atau disebut sebagai home industry tahu. Dari keempat
pabrik home industry tahu tersebut, 3 (tiga) diantaranya berada tidak jauh dari
rumah si pengusaha (pemilik home industry tahu) dan yang satu lagi cukup jauh
dengan rumah si pemilik home industry tahu, hal tersebut dikarenakan akibat
lokasi yang tidak sesuai apabila home industry dibangun di areal rumahnya.
2.3.6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Status Perkawinan
Dalam setiap tahunnya tentu terdapat beberapa penduduk yang berubah
statusnya dari lajang (belum menikah) menjadi sudah menikah (menikah) dan
terdapat beberapa penduduk pula yang bercerai, baik itu yang bercerai mati
maupun yang bercerai hidup. Data jumlah penduduk berdasarkan status
perkawinan di Kecamatan Medan Selayang hingga 02 Juli 2007 adalah berjumlah
116.184 jiwa. Berdasarkan data, terdapat 4 (empat) status yang dijabarkan.
Adapun penjabaran status tersebut adalah belum kawin, kawin, cerai hidup dan
cerai mati. Jumlah yang berstatus belum kawin yaitu 66.548 jiwa, diantaranya
adalah 35.181 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 31.367 berjenis kelamin
perempuan. Mereka yang berstatus kawin berjumlah 46.357 jiwa, diantaranya
adalah 23.285 yang berjenis kelamin laki-laki dan 23.072 berjenis kelamin
perempuan. Untuk yang berstatus cerai hidup berjumlah 115 jiwa, diantaranya
adalah 25 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 90 jiwa berjenis kelamin perempuan,
sedangkan untuk yang berstatus cerai mati berjumlah 3.164 jiwa, diantaranya 419
jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 2.745 jiwa berjenis kelamin perempuan.
Jumlah keseluruhan dalam status perkawinan adalah 116.184 jiwa.
Dari penjabaran tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah status penduduk
dengan status cerai hidup berjumlah 115 jiwa. Hal tersebut menunjukkan bahwa
hingga 02 Juli 2007 banyak pasangan yang saling setia hingga kematian yang
menceraikan mereka. Berdasarkan pada penjabaran tersebut pula dapat
disimpulkan bahwa hingga 02 Juli 2007 jenis kelamin laki-laki lebih banyak
daripada jenis kelamin perempuan berdasarkan status perkawinan.
2.3.7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
Penduduk di Kecamatan Medan Selayang memeluk agama yang berbeda
namun saling menghargai perbedaan tersebut sehingga dapat terwujud lingkungan
yang tenteram dan damai, bahkan hingga kini tidak pernah terjadi
perselisihan/pertengkaran antaragama. Terdapat lima agama yang terdata di
Kecamatan Medan Selayang sesuai dengan agama yang disahkan pemerintah
yakni Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Budha dan Hindu. Mayoritas
penduduk di Kecamatan Medan Selayang pada tahun 2005 beragama Islam
dengan jumlah 57.398 jiwa (60,53%), sedangkan Protestan 29.771 jiwa (31,40%),
Katolik 5.488 jiwa (5,79%), Budha 1.119 jiwa (1,18%), dan Hindu 1.049 jiwa
(1,11%).
2.3.8. Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa
Disebutkan bahwa penduduk Kecamatan Medan Selayang cukup
heterogen. Hal ini dikarenakan terdapat banyaknya suku bangsa yang hidup dan
tinggal di wilayah ini. Berdasarkan data pada tahun 2006 disebutkan bahwa suku
bangsa yang terbesar adalah suku bangsa Jawa dengan jumlah penduduk 35.463
jiwa (30%), kemudian suku bangsa Karo dengan jumlah 31.909 jiwa (27,00%),
Mandailing dengan jumlah 11.768 jiwa (10.00%), suku bangsa Simalungun
dengan jumlah 3.735 jiwa (3,22%), suku bangsa Minang Kabau dengan jumlah
3.474 jiwa (3,00%), suku bangsa Pakpak dengan jumlah 3.213 jiwa (2,78%), dan
suku bangsa yang terkecil yaitu suku bangsa Nias dan lainnya dengan jumlah
2.289 (2,00%).
2.4. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam
kehidupan bermasyarakat. Sarana fisik merupakan sarana umum yang digunakan
oleh suatu masyarakat untuk melakukan aktifitas sehari-hari, khususnya yang
berhubungan dengan kepentingan umum. Di Kecamatan Medan Selayang terdapat
sarana dan prasarana fisik antara lain yaitu : a) sarana dan prasarana rumah
ibadah, b) sarana dan prasarana olahraga, c) sarana dan prasarana pendidikan, d)
kebersihan, dan e) sarana dan prasarana wisata.
2.4.1. Sarana dan Prasarana Rumah Ibadah
Bagi yang beragama Islam hampir setiap tahun, Kecamatan Medan
Selayang mengadakan MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur’an) tingkat kecamatan
sekaligus menjadi seleksi bagi peserta MTQ Tingkat Kota Medan. Pelaksanaan
MTQ tingkat kecamatan setiap tahun dilakukan secara bergiliran di setiap
kelurahan. Pada tahun 2007 diadakan di Kelurahan Padang Bulan Selayang II di
mssjid Nurussalam di Jalan Bunga Cempaka. Suksesnya pelaksanaan MTQ
Nasional ke 40 Tahun 2007 tingkat kecamatan adalah karena adanya peran serta
masyarakat, instansi pemerintah maupun swasta, serta lembaga pengembangan
Pada data tahun 2008 disebutkan bahwa mayoritas penduduk di
Kecamatan Medan Selayang adalah beragama Islam maka jenis rumah ibadah
yang sangat menonjol adalah masjid dan langgar. Terdapat 41 buah bangunan
masjid dan terdapat 14 buah bangunan langgar. Begitu juga agama lain seperti
Agama Kristen Protestan dan Kristen Katolik. Mereka membangun gereja di
berbagai tempat. Terdapat 34 buah bangunan gereja yang tersebar di Kecamatan
Medan Selayang, sedangkan agama Buddha hanya satu buah. Tidak banyak
penduduk yang beragama Buddha, sehingga rumah ibadah bagi mereka hanya
terdiri satu buah saja. Untuk lebih jelasnya, hal ini dapat dilihat melalui tabel di
bawah ini:
Tabel 2.8
Sarana Ibadah menurut Kelurahan Tahun 2008
Kelurahan Masjid Langgar Gereja Kelenteng Jumlah
1. Sempakata 4 0 6 0 10 Sumber: KUA (Kantor Urusan Agama) Kecamatan Medan Selayang
Dapat dilihat pada tabel 2.8 di atas bahwa masjid adalah tempat ibadah
yang paling banyak di Kecamatan Medan Selayang. Hal tersebut di karenakan
agama Islam mengungguli sebagai agama yang mendominasi di Kecamatan
Medan Selayang. Kelurahan Tanjung Sari adalah kelurahan yang mendominasi
sarana ibadah, hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduk adalah yang terbanyak
di kelurahan ini maka fasilitas sarana ibadahnya pun menjadi lebih banyak dari
2.4.2. Sarana dan Prasarana Olah Raga
Seiring dengan perkembangan kemajuan teknologi dan informasi pada saat
ini maka hampir setiap rumahtangga di Kecamatan Medan Selayang telah
memiliki media elektronik seperti televisi dan radio, sehingga setiap
perkembangan dari luar maupun dalam negeri telah dapat disaksikan secara
langsung melalui siaran televisi, dan tidak terkecuali siaran olahraga. Hal ini tentu
dapat mendorong masyarakat untuk meningkatkan gairah berolahraga. Adapun
fasilitas sarana olah raga yang ada di Kecamatan Medan Selayang dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 2.9
Banyaknya Lapangan Olah Raga Tahun 2008
Kelurahan Banyaknya Lapangan Futsal Bola
Kaki
Bola Volly
Bulutangkis Tenis Meja
1. Sempakata 0 1 1 3 0
Sumber: kantor Lurah se-Kecamatan Medan Selayang
Dapat dilihat pada tabel 2.9 di atas bahwa sarana olah raga di Kecamatan
Medan Selayang sudah cukup banyak. Terdapat 38 unit sarana olah raga di
kecamatan ini. Dapat disimpulkan bahwa penduduk di kecamatan ini menggemari
olah raga. Kelurahan yang memiliki sarana olah raga terbanyak yaitu Kelurahan
Tanjung Sari dengan jumlah 13 unit, sedangkan kelurahan yang paling sedikit
2.4.3. Sarana dan Prasarana Pendidikan
Sarana dan prasarana pendidikan sangatlah perlu bagi masyarakat agar
terwujud SDM (Sumber Daya Manusia) yang bermutu dan berkualitas. Dalam
mewujudkan dan meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya manusia di
Kecamatan Medan Selayang agar tercipta tenaga terampil, handal dan yang
berwawasan iman dan taqwa (Imtaq) serta Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi
(Iptek) yang berdaya guna dan berhasil guna maka Pemerintah Kota Medan dan
Yayasan Pendidikan Swasta berupaya menyediakan sarana pendidikan untuk
kebutuhan masyarakat, antara lain dapat dilihat pada tabel 2.10 di bawah ini:
Tabel 2.10
Jumlah Sarana dan Prasarana Pendidikan Tahun 2006
Sumber Data : Profil Kelurahan Tahun 2006
Berdasarkan tabel 2.10 di atas dapat diketahui bahwa Kecamatan Medan
Selayang memiliki sarana pendidikan mulai dari tingkat TK hingga perguruan
tinggi. Kelurahan Tanjung Sari memiliki sarana pendidikan yang terbilang
lengkap karena terdapat sarana pendidikan dari tingkat TK (taman kanak-kanak)
sampai pada tingkat perguruan tinggi, meskipun Kelurahan Tanjung Sari ini tidak
memiliki sarana pendidikan di tingkat Akademi namun terlihat jelas pada tabel
bahwa Tanjung Sari adalah satu-satunya Kelurahan yang memiliki sarana