• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dan Corporate Social Rescponsibility (CSR) PT Indocement di Citeureup. Selain itu, dibahas juga 2 program besar CSR yaitu program 5 pilar dan Sustainable Development Program (SDP). Kemudian dibahas juga profil program pengelolaan sampah rumah tangga dan pendampingan dalam program pengelolaan sampah rumah tangga CSR PT Indocement di Desa Gunungsari.

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk1

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (PT ITP) merupakan salah satu produsen semen di Indonesia yang saat ini memiliki 12 pabrik di Citeureup, Palimanan, dan Tarjun. Wilayah Citeureup memiliki 9 pabrik dan merupakan salah satu kompleks pabrik semen terbesar di dunia. Palimanan memiliki 2 pabrik dan 1 buah di Tarjun.

Perusahaan pengelola tambang agregat dan trass ini merupakan gabungan dari 6 perusahaan semen. Pada tahun 1973 perusahaan semen ini masih menggunakan nama PT Distinct Indonesia Cement Enterprise (DICE) dan baru pada tahun 1985 berubah menjadi PT Indocement Tunggal Prakarsa. Kemudian sejak tahun 2001 sebagian besar saham perseroan ini dimiliki oleh perusahaan semen Jerman bernama Heidelberg Cement Group.

Visi PT ITP adalah “pemain utama dalam bisnis semen dan beton siap-pakai, pemimpin pasar di Jawa, pemain kunci di luar Jawa, memasok agregat dan pasir untuk bisnis beton siap-pakai secara mandiri”. Misinya antara lain “berkecimpung

dalam bisnis penyediaan semen dan bahan bangunan berkualitas dengan harga

kompetitif dan tetap memperhatikan pembangunan berkelanjutan”. Selain itu, moto perusahaan ini adalah “turut membangun kehidupan bermutu”.

Struktur organisasi PT ITP yang paling atas adalah dewan komisaris. Kemudian turun kepada komite kompensasi dan komite audit, direksi, internal audit services dan corporate secretary, dan barulah wewenang diberikan kepada general manager (GM) operation di Citeureup, Palimanan, dan Tarjun.

Saat ini PT ITP telah memberikan pemahaman lebih besar pada konsep pembangunan berkelanjutan. Konsep tersebut menekankan pada triple bottom line, yaitu pertumbuhan ekonomi, pembangunan sosial, dan pelestarian lingkungan. Praktik dari konsep tersebut diantaranya, upaya menghasilkan produk, jasa, pesan, serta manfaat bagi seluruh stakeholder dengan cara lebih baik dengan biaya tepat guna. Selain itu, PT ITP juga berupaya menciptakan lingkungan kerja yang memotivasi karyawannya untuk memiliki prestasi tinggi.

1Catatan gambaran umum ini berdasarkan halaman website PT Indocement (2014) berjudul “Sekilas Indocement”

Perusahaan ini dalam Indocement (2014) juga telah banyak menerima

penghargaan, diantaranya Indonesia’s Most Admired Companies (IMAC) Award pada tahun 2008 dengan predikat “The Best Performance Company Image”.

Kemudian masih di tahun yang sama mendapat predikat sebagai “Seven Best Managed Companies in Indonesia” oleh majalah Finance Asia, Hongkong. Selain itu

masih di tahun 2008, memenangkan 3 penghargaan di “Indonesia CSR Award”, yaitu

penghargaan emas dalam kategori sosial dan lingkungan, dan masih banyak lagi prestasi-presatasi yang telah dicapai. Selain itu PT ITP telah memiliki beberapa sertifikat, seperti ISO-9001, ISO-14001, OHSAS-18001, dan Standar Nasional Indonesia.

CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Citeureup2 Sejarah CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Citeureup

Sejak PT ITP di Citeureup berdiri pada tahun 1974 sampai tahun 1990 belum ada pembinaan lingkungan, hanya ada bantuan seperti donasi atau chartity. Bentuknya adalah bantuan untuk perayaan hari kemerdekaan yang dilaksankan oleh HR-GAD. Baru pada tahun 1990 diadakan pembinaan masyarakat bersama keamanan dengan dibentuknya Bina Lingkungan (BILIK) di bawah sub security department. Pembinaan yang bertujuan mengamankan lingkungan ini berlangsung pada tahun 1990-2001.

Memasuki tahun 2002, kesadaran tanggung jawab sosial PT ITP semakin berkembang. Pada tahun tersebut BILIK berubah menjadi sub departemen Communnity Development Organization (CDO). Saat itu mulailah dilakukan program pengembangan masyarakat. Kemudian pada tahun 2006-2008 CDO bahkan menjadi sub departemen terpisah dari SSCD. Terakhir, departemen yang mengurusi tanggung jawab sosial ini berubah menjadi departemen Corporate Social Responsibility (CSR) pada tahun 2009. Perusahaan ini telah memiliki komitmen untuk turut serta dalam pembangunan berkelanjutan. Salah satu wujudnya adalah pelaksanaan CSR melalui pembinaan 12 desa binaan di Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor.

Kebijakan Departemen Corporate Social Responsibility (CSR) PT ITP

berlandaskan 3 hal. Pertama, filosofi perusahaan adalah “sebagai sebuah perusahaan yang berorientasi lingkungan, Indocement mempunyai tanggung jawab moral dan sosial (CSR) sesuai kemampuan perusahaan dalam mendukung kualitas kesejahteraan masyarakat sehingga masyarakat merasakan manfaatnya dari kehadiran perusahaan di

lingkungannya”. Misinya “menjalankan seluruh kegiatan usaha dengan tetap

memperhatikan kesejahteraan komunitas dan dengan menerapkan konsep ramah lingkungan dengan tetap memperhatikan pengembangan perusahaan yang

berkelanjutan”.

2Catatan gambaran umum CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (2012) berjudul “Pengenalan

21

Selain itu, visi Departemen CSR PT ITP adalah “menjalin hubungan saling

mendukung antara perusahan dan masyarakat, khususnya masyarakat dimana unit operasional perusahaan berdiri melalui keterlibatan yang intens dalam peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat dan secara khusus masyarakat lokal, menjadi

masyarakat yang mandiri sehingga dapat tercipta hubungan yang harmonis”.

Departemen CSR PT ITP memiliki sarana komunikasi antara perusahaan, masyarakat, dan pemerintah desa yaitu Bina Lingkungan Komunikasi (Bilikom). Tujuan dari Bilikom adalah menjaring aspirasi masyarakat, membahas perencanaan program, mengetahui permasalah, dan mengetahui keberhasilan program. Selain itu program Departemen CSR PT ITP terdiri atas dua program besar yaitu program 5 pilar dan Sustainable Development Program (SDP).

Program Departemen CSR- Program Community Development (5 Pilar)

Program lima pilar departemen CSR berkaitan dengan Millenium

Develompment Goal’s (MDG’s) yang terdiri atas pendidikan, kesehatan, ekonomi,

sosbudagor, dan kemanan. Kegiatan bidang pendidikan yang telah dijalankan adalah bantuan pembangunan sekolah, program beasiswa, bantuan sarana pendidikan, pendidikan keterampilan praktis untuk usaha kecil, dan perpustakaan mandiri. Selain itu ada juga kegiatan pendidikan operator truk dan alat berat untuk meningkatkan kualitas SDM di desa binaan. Program ini bersifat on the job training yang telah menghasilkan 49 lulusan sampai tahun 2011.

Selain itu, terdapat 7 kegiatan di bidang kesehatan, diantaranya puskesmas keliling dan penyuluhan kesehatan, pemberian makanan tambahan (PMT), operasi katarak, khitanan masal, pembangunan sarana air bersih (SAB), pembangunan sarana MCK, dan kampanye HIV/ AIDS dan narkoba. Selanjutnya kegiatan bidang ekonomi terdiri atas, pemberian modal kerja bergulir, pemberdayaan tenaga kerja, pemberdayaan UMKM, dan Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL). PKBL merupakan program pengembangan UMKM dengan bantuan kredit mikro serta membuat keterhubungan antar UMKM desa binaan untuk membantu pemasarannya.

Keempat adalah kegiatan di bidang sosbudagor yang terdiri atas pembangunan sarana dan prasarana umum, pembinaan olahraga, pembangunan sarana ibadah, program rumah tidak layak huni (Rutilahu). Terakhir adalah kegiatan di bidang kemanan, yang telah menjalankan 3 program. Program tersebut, diantaranya program pembinaan SDM kemanan lingkungan, program pembangunan pos keamanan lingkungan, dan program bantuan seragam dan kelengkapan SDM keamanan lingkungan.

Program Departemen CSR- Sustainable Development Program

Sustainable Development Program (SDP) terdiri atas 6 program, yaitu Pusat Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat (P3M), Biogas, Flora Energy Crops, Pengelolaan Sampah Rumah Tangga, Bengkel Motor Terpadu (BMT), dan rumah seni dan budaya (RSB). Program P3M memiliki tujuan untuk memberdayakan masyarakat di bidang pertanian, perikanan darat, dan peternakan.

Program ini berada di atas lahan eks-tambang dan bekerjasama dengan institusi pendidikan serta dinas terkait. Selain itu, fasilitas yang ada di sana, diantaranya demplot pertanian dan perikanan, greenhouse, gudang dan peralatan, biogas, dan sarana pelatihan. Program kedua adalah pemanfaatan kotoran sapi menjadi biogas. Program ini sebagai alternatif energi bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Kemudian, flora energy crops adalah program yang memanfaatkan tanah marjinal bekas tambang dengan menanami tanaman yang dapat menjadi energi alternatif untuk produksi semen. Beberapa tanaman tersebut diantaranya jarak pagar, trambesi, dan rumput gajah. Selain itu, program ini bertujuan meningkatkan kesuburan tanah, memperluas area resapan air, dan menyerap CO2.

Program lainnya adalah pengelolaan sampah rumah tangga produktif. Program ini fokus pada pengelolaan sampah untuk meningkatkan nilai ekonominya. Produk yang dihasilkan adalah kompos organik, pupuk cair, dan RDF. Khusus untuk RDF dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif untuk produksi semen. Selain itu, di RW 04 Desa Gunungsari, Kecamatan Citeureup terdapat pengeloaan sampah anorganik oleh perempuan melalui bank sampah dan produk kerajinan daur ulang. Program kelima adalah BMT. Program ini merupakan pelatihan yang bersifat on the job training untuk meningkatkan kemampuan masyarakat di bidang perbengkelan. Harapannya masyarakat yang mengikuti pelatihan ini dapat diserap sebagai tenaga kerja bengkel atau dapat mendirikan usaha bengkel sendiri. Terakhir adalah program RSB. RSB dilakukan sebagai wujud komitmen PT ITP untuk melestarikan budaya setempat. Kegiatan yang telah dilakukan di RSB ini, diantaranya program budaya lokal, program budaya pop, drama, dangdut, program senam kesehatan, program minat baca masyarakat, partisipasi HUT PT ITP, dan lainnya.

Struktur Organisasi Departemen CSR PT ITP Citeureup

Departemen CSR PT ITP Citeureup dipimpin oleh seorang kepala departemen yang bertugas mengkoordinasikan semua kegiatan CSR di 12 desa binaan. Tugas kepala departemen ini dibantu oleh seorang petugas komunikasi CSR. Selain itu, gambar 3 menunjukkan terdapat 2 divisi dalam departemen CSR yaitu divisi perencanaan dan pengontrolan CSR serta divisi implementasi CSR.

Tugas dari divisi perencanaan dan pengontrolan adalah membuat perencanaan program CSR serta melakukan pengontrolan secara berkala. Pada divisi ini terdapat 4 peran yang terdiri atas perencana CSR (kepala divisi), petugas perencana CSR (pembuat perencanaan), inspektur pengembangan masyarakat (petugas kontrol) dan sekretaris (pencatat administratif).

Sementara itu, tugas dari divisi implementasi CSR adalah menjalankan program yang telah direncanakan oleh divisi perencanaan dan pengontrolan CSR. Terdapat 2 peran di divisi ini, yaitu petugas senior CSR yang terdiri atas 3 orang, masing-masing orang menjadi penanggung jawab CSR di 4 desa binaan. Selain itu, koordinator desa yang terdiri atas 10 orang berperan sebagai pendamping masyarakat dan bertanggung jawab untuk beberapa desa. Kemudian satelit adalah seorang pendamping program dari masyarakat desa itu sendiri.

23

Gambar 3 Struktur organisasi CSR PT ITP Citeureup

Profil Program Pengelolaan Sampah Rumah Tangga CSR PT ITP Latar Belakang Program

Salah satu program dari SDP yang dilakukan oleh pendamping CSR PT ITP Citeureup adalah pengelolaan sampah rumah tangga. Program pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Gunungsari ini dilakukan oleh warga RW 04 dan Unit Pelayanan Kebersihan (UPK).

Program yang telah berjalan selama 5 tahun ini merupakan inisiasi pendamping CSR PT ITP. Daerah RW 04 Desa Gunungsari dipilih karena kebanyakan warganya masih karyawan PT ITP dan partisipasi serta antusiasme masyarakat khususnya perempuan juga tinggi. Setelah didiskusikan dengan istri ketua RW 04 yang dibantu oleh istri-istri RT yang berjumlah 9 orang, mereka sangat tertarik terhadap program tersebut.

Tujuan dari program antara lain meningkatkan kesadaran warga terhadap lingkungan dan mengelola sampah menjadi produk yang bermanfaat. Kemudian memberikan penghasilan tambahan bagi masyarakat yang terlibat langsung dalam pengelolaan sampah tersebut dan membantu menjalankan program pemerintah untuk mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat.

Kepala Departemen CSR Citeureup

Petugas Komunikasi CSR Perencanaan & Pengontrolan CSR - Perencana CSR - Petugas Perencana CSR - Inspektur Junior Pengembangan Masyarakat - Sekretaris Implementasi CSR - Petugas Senior CSR - Koordinator Desa 1. Desa Hambalang 2. Desa Puspanegara 3. Desa Pasirmukti 4. Desa Tajur 5. Desa Lulut 6. Desa Nambo 7. Desa Bantarjati 8. Desa Gunungsari 9. Desa Tarikolot 10. Desa Leuwikolot 11. Desa Gunung Putri 12. Desa Citeureup Satelit

Tujuan tersebut, terkait dengan kondisi lingkungan RW 04 yang awalnya kotor dan berantakan. Akhirnya, pada tahun 2009 pendamping CSR PT ITP melakukan kegiatan untuk memperbaiki lingkungan di RW 04 Desa Gunungsari. Sasaran Program

Sasaran program adalah rumah tangga di wilayah RW 04 Desa Gunungsari. Namun yang menjadi peserta program pengelolaan sampah di wilayah ini seluruhnya adalah perempuan. Hal ini karena, para laki-laki di RW 04 sibuk bekerja, sedangkan perempuan lebih banyak memiliki waktu di rumah dan memiliki antusiasme tinggi terhadap program ini. Penjaringan peserta dilakukan oleh satelit atau pendamping masyarakat. Akhirnya, dari hasil penjaringan tersebut didapatkan 30 orang peserta yang merupakan perwakilan dari 9 RT.

Deskripsi Program

Pada awal program, tahun 2009 pendamping CSR PT ITP memberikan penyuluhan tentang pengelolaan sampah rumah tangga. Pada penyuluhan tersebut dijelaskan bahaya dan manfaat sampah. Ternyata sampah dapat didaur ulang menjadi barang yang lebih bernilai. Setelah itu, pendamping CSR PT ITP memberi bantuan berupa tong sampah organik dan anorganik untuk wilayah RW 04. Mereka mengedukasi masyarakat agar peduli terhadap lingkungan serta mulai membiasakan masyarakat untuk memisahkan sampah organik dan anorganik.

Setelah itu, pendamping lebih fokus kepada perempuan untuk mengikuti program pengelolaan sampah. Pendamping mengajak para perempuan di RW 04 terutama para kader untuk melihat pengelolaan sampah yang sudah baik di daerah Jakarta. Mereka yang ikut belajar bagaimana pengelolaan sampah dapat membuat lingkungan lebih bersih dan sehat.

Selanjutnya, mereka juga belajar bahwa pemanfaatan sampah dapat menambah penghasilan. Selain itu, para kader dan peserta lain yang ikut mendapat pelatihan membuat kerajinan tangan dari sampah plastik. Hasil dari kegiatan itu, peserta mendapat pengetahuan tentang manfaat dari pengelolaan sampah yang baik, seperti bank sampah dan mendapat keterampilan membuat kerajinan tangan, seperti dompet dan tas dari sampah plastik.

Para peserta beserta pendamping berusaha mengembangkan pembuatan kerajinan tangan dari sampah plastik dengan mengajarkan perempuan-perempuan lain di RW 04 yang tidak mengikuti pelatihan. Hingga ada 30 orang peserta, mereka akhirnya tidak hanya membuat kerajinan, tapi juga membuat bank sampah di masing-masing wilayahnya. Sebanyak 30 orang perempuan bertugas mengelola sampah untuk masing-masing RT tempat mereka tinggal.

Bank sampah kemudian mulai memberikan hasil dari penjualan setelah selama 1 sampai 2 minggu mengumpulkan sampah. Selain itu, produk kerajinan dari limbah juga banyak dibeli pada saat pameran yang difasilitasi oleh pendamping CSR PT ITP ataupun hasil usaha menjual sendiri.

25

Pada tahun 2009, dibentuklah kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) sebagai wadah untuk memasarkan produk kerajinan daur ulang sampah. Selain itu, CSR PT ITP membantu memasarkan produk tersebut dengan mengajak ke pameran-pameran. Saat ini mereka banyak yang sudah bisa memasarkan sendiri produknya selain difasilitasi PT ITP dan kelompok UPPKS.

Beberapa manfaat telah terasa dari program pengelolaan sampah ini. Pertama persoalan sampah teratasi dengan adanya pengelolaan sampah rumah tangga. Bahkan lingkungan lebih tertata rapi sejak ada program ini. Kemudian dari segi ekonomi, sampah tersebut dapat menambah penghasilan masyarakat dari hasil bank sampah dan produk kerajinan daur ulang sampah. Selain itu dari segi sosial, para ibu yang telah terampil itu telah sering mengajarkan cara mendaur ulang di sekolah-sekolah sekitar Kecamatan Citereup, bahkan sampai di kota-kota lain. Seperti yang dikatakan oleh seorang informan, sebagai berikut:

“…Banyak manfaat yang telah dirasakan dari program ini, mulai dari lingkungan rapi, ada pemasukan tambahan untuk ibu-ibu, sampai ada beberapa ibu-ibu yang sudah bisa mengajarkan keterampilannya kepada orang lain…”- Bapak U (Pendamping CSR PT ITP).

Profil Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) Pelita Hati, Desa Gunungsari

UPPKS Pelita Hati merupakan wadah yang sengaja dibentuk untuk memasarkan produk kerajinan daur ulang yang dibuat oleh perempuan RW 04, Desa Gunungsari, Kecamatan Citeureup. Kelompok ini terbentuk sejak tahun 2009, dengan 20 anggota yang semuanya adalah perempuan. Dua puluh anggota tersebut juga merupakan pengurus Dasawisma yang menangani program bank sampah. Masing-masing kelompok Dasawisma di delapan RT mengirimkan minimal 2 sampai 3 orang anggotanya untuk menjadi pengurus kelompok UPPKS.

Sejak tahun 2009 kelompok ini telah banyak menjalankan program. Beberapa program tersebut, diantaranya pembuatan minuman Buah Bunga Belimbing (BBB), pembuatan kripik ubi pedas, dan pembuatan batik khas Bogor. Program batik ini telah dilaksanakan sejak bulan September 2013 dan merupakan program paling baru. Tujuan utama dari kelompok ini adalah memberdayakan perempuan di Desa Gunungsari untuk membantu meningkatkan pendapatan keluarganya.

Kelompok ini dipimpin oleh Ketua Kader RW 04 Desa Gunungsari. Beliau juga penggerak program bank sampah dan daur ulang sampah untuk dibuat kerajinan tangan. Struktur kepengurusan terdiri atas ketua, sekretaris, bendahara, dan 5 seksi yang membawahi bidang produksi, kemitraan, usaha, dan pemasaran.

Gambar 4 Struktur kepengurusan UPPKS Pelita Hati

Profil Pendampingan Program Pengelolaan Sampah Rumah Tangga CSR PT ITP

Pendamping CSR atau Community Development Officier (CDO) memiliki tugas untuk membantu masyarakat agar mampu membantu dirinya sendiri (Suharto 2010). Selain itu, pendampingan dilihat dari peran pendamping yang meliputi fasilitator, broker, mediator, pembela, dan pelindung. Setelah ini, pendampingan yang telah dijalankan oleh pendamping CSR dalam program pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Gunungsari dijabarkan dalam beberapa sub-sub bab. Informasi mengenai pendampingan diperoleh melalui wawancara mendalam dengan pendamping CSR, ketua kader RW 04 dan aparat Desa Gunungsari.

Fasilitator

Pendampingan yang dilakukan dalam suatu program pemberdayaan dapat dilihat melalui peran pendamping sebagai fasilitator. Peran fasilitator seperti telah didefinisikan oleh Parson, Jorgensen, dan Hernandez (1994) dikutip Suharto (2005) yaitu memfasilitasi masyarakat agar mampu melakukan perubahan. Dari 12 kegiatan fasilitator, pendamping CSR PT ITP telah melaksanakan 6 kegiatan.

Kegiatan fasilitator yang pertama yaitu mendefinisikan keanggotaan atau siapa yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan. Kegiatan ini terkait penetapan kriteria atau syarat siapa saja yang akan dilibatkan dalam program. Pada program pengelolaan sampah rumah tangga, pendamping CSR telah menentukan batasan orang yang akan mengikuti pelatihan daur ulang. Mereka adalah perempuan yang memiliki keinginan kuat untuk mengikuti kegiatan dan yang memiliki banyak waktu luang. Pembatasan tersebut dilakukan agar program ini tidak mengganggu aktivitas para peserta. Hal ini dijelaskan oleh seorang informan sebagai berikut:

“…CDO dari Indocement pernah pesen, peserta yang ikut program ini harus yang benar-benar mau dan punya waktu luang. Makanya kebanyakan yang ikut kegiatan ini biasanya ibu-ibu rumah tangga dan yang sudah tidak punya anak kecil yang harus selalu ditemenin…”- Ibu V (Ketua Kader RW 04/ Ketua UPPKS).

27

Memfasilitasi pendidikan merupakan salah satu kegiatan dari peran pendamping sebagai fasilitator. Pada program ini, pendamping memfasilitasi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan berupa penyuluhan dan pelatihan dari ahli. Penyuluhan adalah aktivitas pertama yang dilakukan dalam program pengelolaan sampah rumah tangga. Penyuluhan tersebut bertujuan untuk mengedukasi masyarakat terkait pengelolaan sampah. Setelah itu, pendamping mengedukasi peserta terkait pemanfaatan sampah agar mempunyai nilai tambah. Pendamping mengajak para peserta untuk mengikuti pelatihan di salah satu kawasan di Jakarta yang telah mengelola sampah di daerahnya dengan baik. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Ketua Kader RW 04 sekaligus Ketua UPPKS, sebagai berikut:

“…Awalnya diadakan penyuluhan oleh pendamping CSR Indocement tentang pengelolaan sampah. Pada penyuluhan itu masyarakat diajarakan tentang bagaimana pengelolaan sampah yang baik. Sampah harus dipilah kemudian setelah itu bisa dimanfaatkan untuk kompos dan sampah plastiknya bisa dibuat kerajinan tangan. Setelah itu ibu-ibu diajak ke Mampang, Jakarta untuk melihat pengelolaan sampah rumah tangga di sana sambil sekalian pelatihan membuat tas, dompet, tempat pensil,

dan lain-lain dari sampah plastik…”- Ibu V (Ketua Kader RW 04/ Ketua UPPKS).

Kegiatan ketiga dari fasilitator adalah mendorong kegiatan kolektif. Pada program ini, pendamping selalu mengutamakan pelaksanaan program secara berkelompok. Kelompok dibagi berdasarkan RT, setiap RT bertanggung jawab untuk mengelola bank sampah dan kegiatan membuat kerajinan daur ulang sampah. Pada pengeloaan bank sampah, tiap orang memiliki tugasnya masing-masing, seperti mengumpulkan sampah, pencatatan, dan bendahara. Selain itu, pada pembuatan kerajinan dari limbah plastik, masing-masing orang juga telah mempunyai spesialisasinya. Pembagian tugas tersebut antara lain menganyam dan menjahit. Seperti yang diceritakan sebagai berikut:

“…Kegiatan ini selalu dilakukan perkelompok, kelompoknya ini per-RT. Pada program bank sampah, setiap RT ada ibu-ibu yang punya tugas ngumpulin sampah dari rumah ke rumah. Nanti ada yang nyatet dan ada yang nyimpen uang hasil penjualan sampahnya. Kegiatan membuat kerajinan juga dilakukan berkelompok, meskipun ada beberapa orang yang memang udah bisa ngerjain semua prosesnya sendiri. Namun, banyak juga yang bagi-bagi tugas untuk membuat satu produk, contohnya ada ibu yang punya tugas ngumpulin, ngebersihin, dan ngegunting sampahnya. Ada juga yang nganyam dan ada juga yang jahit…” Ibu V (Ketua Kader RW 04/ Ketua UPPKS).

Kegiatan fasilitator selanjutnya adalah mengidentifikasi masalah yang akan dipecahkan. Pada kegaitan ini pendamping bersama-sama masyarakat berdikusi tentang masalah yang ada di lingkungan RW 04. Meskipun seringkali masyarakat meminta bantuan, tetapi pendamping terlebih dahulu berdiskusi dan mengidentifikasi masalah bersama. Sesuai pernyataan berikut:

…Jika ada warga yang meminta bantuan, pasti pendamping CSR survei dan ngobrol dulu dengan yang ngajuin bantuan itu. Mereka memastikan dulu, permintaan warga

sesuai dengan kebutuhan atau masalah yang ada atau tidak...”- Bapak DD (Aparat

Desa Gunungsari).

Kegiatan terakhir fasilitator adalah merancang solusi alternatif. Hal ini