• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program paya perlindungan dan pemberdayaan anak marjinal

Dalam dokumen Dehumanisasi Anak Marginal Dehumanisasi (Halaman 107-111)

terhadap risiko penularan HIV/AIDS, juga didasarkan pada salah satu prinsip yang tertuang dalam Strategi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS. Dalam prinsip tersebut dinyata-kan bahwa setiap orang berhak mendapat informasi yang be-nar, sehingga mereka dapat melindungi diri sendiri dan orang lain terhadap penularan HIV/AIDS.

Sementara itu kurangnya akses informasi yang dihadapi mere-ka terhadap pencegahan penyakit maupun pelayanan kesehat-an, lebih banyak dipengaruhi oleh faktor kemiskinan. Kebutuh-an dasar dan esensial untuk bertahan makan, minum dan tempat tinggal adalah yang lebih diutamakan, ketimbang kepentingan masalah kesehatan.

Yayasan Mitra Indonesia (YMI) sebagai salah satu yayasan non profit yang bergerak dalam pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS, salah satu program kegiatannya adalah Program Penjangkauan Masyarakat (Community Outreach) yang dimu-lai sejak awal tahun 1995. Di samping itu program YMI yang dilakukan antara lain seperti hotline, pelatihan dan advokasi. Program Penjangkauan Masyarakat YMI dirancang untuk membantu kelompok-kelompok masyarakat yang sulit dijang-kau oleh program pemerintah, baik pada masalah akses infor-masi maupun pelayanan kesehatan. Kelompok sasaran prog-ram ini adalah kaum muda jalanan dan kaum muda di daerah pemukiman miskin. Pada kedua kelompok sasaran tersebut masalah yang dihadapinya tidak jauh berbeda, baik kaum mu-da jalanan maupun anak marjinal sama-sama menghadapi masalah waktu hidup yang lebih banyak berada di jalanan. Keduanya juga sama-sama menghadapi permasalahan kemiskinan, kerawanan sosial, kurang akses informasi dan kurang pelayanan kesehatan.

Cecep Junaidi, Yayasan Mitra Indonesia

100

Sedang pengertian pemukiman miskin di perkotaan menurut Bianpoen (1991) adalah pemukiman dengan karakteristik se-bagai berikut:

a. Anggota keluarga terdiri dari lima orang atau lebih. b. Tingkat pendidikan kepala keluarga hanya lulus SD atau lebih rendah.

c. Pendapatan bulanan rata-rata antara Rp132.000,00 sampai Rp254.000,00

d. Kondisi rumah di bawah standar yang dapat di terima. e. Tidak memiliki jamban keluarga.

Dalam pengertian kaum jalanan pada program penjangkauan di sini adalah laki-laki maupun perempuan antara usia 15 sampai dengan 30 tahun yang sebagian besar waktunya ber-ada di jalan, gang-gang, terminal bus, stasiun KA dan tempat-tempat umum tanpa suatu aktivitas yang jelas. Sedangkan pengertian kaum muda daerah miskin atau kumuh adalah kaum muda baik laki-laki atau perempuan antara usia 15 sampai dengan 30 tahun yang mendiami pemukiman miskin di daerah perkotaan seperti halnya Jakarta.

Tujuan penjangkauan itu sendiri adalah meningkatkan pe-ngetahuan, kesadaran dan kepedulian kelompok sasaran yang dalam hal ini adalah kaum muda jalanan akan bahaya AIDS. Diharapkan mereka juga dapat memperoleh informasi yang benar tentang HIV/AIDS, baik penularan maupun pencegah-annya agar mereka dapat melindungi diri sendiri dan teman-teman sesama kelompoknya.

Daerah sasaran program penjangkauan program YMI adalah daerah pasar Senen dan sekitarnya. Dipilihnya daerah Senen sebagai daerah penjangkauan karena daerah ini begitu kom-pleks dengan berbagai permasalahan sosial, selain itu daerah Senen dipertimbangkan sebagai salah satu pusat perdagangan dan hiburan. Suatu karakteristik yang erat hubungannya dengan permasalahan anak marjinal di daerah perkotaan.

Perlindungan Anak Marjinal Terhadap HIV/AIDS

101

Teknik Pendekatan

Sebelum melakukan pendekatan terhadap kelompok sasaran, kami melakukan suatu survei atau observasi yang disebut Need Assessment Study. Tujuan survei ini adalah untuk meng-gali informasi tentang berbagai hal yang menyangkut demo-grafi dan psikografi kelompok sasaran dari wilayah yang akan dijangkau.

Secara garis besar survei ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran wilayah penjangkauan dengan mengumpulkan ber-bagai informasi yang mencakup:

1. Gambaran demografi (kependudukan) daerah penjangkau-an yang meliputi: umur, pendapatan, suku bangsa, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan dan lain-lain, termasuk pengaruh persebaran pengaruh suatu kelompok. 2. Besaran masalah, terutama yang menyangkut perilaku seks

kelompok sasaran.

3. Studi Pengetahuan, Sikap dan Perilaku (PSP) kelompok sasaran terhadap seks, Penyakit Menular Seksual (PMS) dan HIV/AIDS.

4. Potensi tenaga relawan di daerah penjangkauan.

5. Akses terhadap media informasi, baik media cetak, elek-tronik maupun tradisional.

Informasi-informasi tersebut di atas bisa diperoleh dengan langsung turun ke daerah penjangkauan maupun dengan me-lakukan studi literatur mengenai penelitian terhadap kelompok sasaran. Dalam pengumpulan informasi dari lapangan dilaku-kan pendekatan melalui dua macam metode, yaitu:

1. Wawancara Mendalam (in-depth interview), yaitu dengan melakukan tanya-jawab dengan satu orang informan dengan maksud menggali informasi sikap, perilaku dan pengetahuan. 2. Metode Focused Group Discussion (FGD) yaitu pengum-pulan

informasi dari suatu kelompok diskusi. Metode ini cukup efektif untuk menggali kebiasaan, kepercayaan maupun bahasa atau istilah yang biasa dipakai oleh kelompok sasaran.

Cecep Junaidi, Yayasan Mitra Indonesia

102

Metode ini juga bermanfaat untuk penyusunan untuk materi KIE yang akan diberikan kepada kelompok sasaran.

Manajemen Lapangan

Untuk memudahkan pelaksanaan program penjangkauan masyarakat di lapangan, secara garis besar ditentukan kompo-nen penunjang yang fungsinya adalah untuk menunjang pe-nyampaian informasi yang akan diberikan. Komponen terse-but terbagi dua yaitu:

Komponen Lapangan

Komponen ini menunjang penyebaran informasi di lapangan. Dalam penyebarannya komponen ini ditunjang dengan:

a. Petugas Outreach (PO) yaitu orang dari organisasi dalam hal ini YMI yang bertugas sebagai penghubung yayasan dengan kelompok sasaran.

b. Penyuluh Sebaya (Peer Educators), yaitu anak muda jalanan yang telah diberikan pelatihan untuk menyuluh sesama te-mannya secara sukarela.

c. Perantara, yaitu individu-individu atau orang-orang yang mau membantu pelaksanaan program secara sukarela. Per-antara ini bisa tukang rokok, tukang koran, tukang semir atau orang-orang di kelompok sasaran yang tersedia dititipi brosur, stiker, buklet atau yang media komunikasi lainnya. d. Pos Lapangan, dari pengamatan dan pengalaman lapangan,

setiap kelompok punya tempat-tempat tertentu sebagai titik pertemuan kelompok. Tempat ini bisa warung di pinggir jalan, kios rokok atau tempat-tempat yang disepakati secara tidak tertulis sebagai tempat berkumpul. Tempat-tempat seperti ini berfungsi sebagai tempat pertemuan informal, pemberian materi KIE dan sebagai media.

Perlindungan Anak Marjinal Terhadap HIV/AIDS

103

Komponen ini terdiri atas sejumlah PO yang bertugas menjawab dan memenuhi kebutuhan lapangan. Seperti media, komunikasi, informasi dan alat edukasi, bantuan hukum, Pe-latihan dan ceramah serta membantu mengatasi hambatan teknis di lapangan. Komponen program juga bertugas mem-bantu mendesain program lapangan yang sesuai untuk dite-rapkan di daerah penjangkauan.

Teknik Pengjangkauan Masyarakat ini dinilai cukup efektif digunakan untuk menyebarluaskan informasi mengenai HIV atau AIDS, utamanya untuk menjangkau kelompok-kelompok perilaku seksual berisiko tinggi, seperti pekerja seks, kaum homoseksual, waria dan termasuk anak muda jalanan. Melalui teknik ini diharapkan bukan hanya meningkatnya pengetahu-an mengenai bahaya HIV/AIDS dan kesadaran akan perilaku seksual beresiko tinggi, tetapi memungkinkan juga terjadinya perubahan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat terten-tu. Hal ini disebabkan oleh program yang bukan hanya untuk perubahan per individu.

Pelaksanaan Program

Dalam dokumen Dehumanisasi Anak Marginal Dehumanisasi (Halaman 107-111)